Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM METROLOGI INDUSTRI

KALIBRASI DAN PEMAKAIAN


JANGKA SORONG

Dosen pembimbing

Dr. Wagiran S.Pd.,M.Pd.

Disusun Oleh
Nama : Wahyu Saputra
Nim : 21503241013
Kelas : A1

PROGAM STUDI S1-PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
BAB I

DASAR TEORI

1.1 Tujuan Percobaan


Dengan dilakukanya kegiatan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat
mengkalibrasi, menggunakan, dan membaca hasil pengukuran jangka sorong
dengan prosedur yang benar.

1.2 Dasar Teori

Jangka sorong merupakan alat ukur yang lebih teliti dari mistar ukur. Alat ukur
ini mempunyai banyak sebutan misalnya jangka sorong, jangka geser, mistar
sorong, mistar geser, schuifmaat atau vernier caliper. Pada batang ukurnya terdapat
skala utama dengan cara pembacaan sama seperti mistar ukur. Pada ujung yang lain
dilengkapi dengan dua rahang ukur yaitu rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak.
Dengan adanya rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak maka jangka sorong dapat
digunakan untuk mengukur dimensi luar, dimensi dalam, kedalaman dan ketinggian
dari benda ukur. Di samping skala utama, jangka sorong dilengkapi pula dengan
skala tambahan yang sangat penting perannya di dalam pengukuran yang disebut
dengan skala nonius. Skala nonius inilah yang membedakan tingkat ketelitian
jangka sorong.
Skala ukur jangka sorong terdapat dalam sistem inchi dan ada pula sistem
metrik. Biasanya pada masing-masing sisi dari batang ukur dicantumkan dua
macam skala, satu sisi dalam bentuk inchi dan sisi lain dalam bentuk metrik.
Dengan demikian dari satu alat ukur bisa digunakan untuk mengukur dengan dua
sistem satuan sekaligus yaitu inchi dan metrik. Ketelitian jangka sorong bisa
mencapai 0.001 inchi atau 0.05 milimeter. Untuk skala pembacaan dengan sistem
metrik, terdapat jangka sorong dengan panjang skala utama 150 mm, 200 mm, 250
mm, 300 mm, dan bahkan ada juga yang 1000 mm. Secara umum konstruksi dari
jangka sorong dapat digambarkan seperti gambar 1.1 berikut ini.
Gambar 1.1 agian umum dari mistar ingsut dengan skala nonius.

Ada pula jangka sorong yang tidak dilengkapi dengan skala nonius. Sebagai
penggantinya maka dibuat jam ukur yang dipasangkan sedemikian rupa sehingga
besarnya pengukuran dapat dilihat pada jam ukur tersebut. Angka yang ditunjukkan
oleh jam ukur adalah angka penambah dari skala utama (angka di belakang koma
yang menunjukkan tingkat ketelitian). Pada jam ukur biasanya sudah dicantumkan
tingkatkecermatannya. Adayangtingkatkecermatannya 0.10 mm,0.05 mm dan ada
pula yang sampai 0.02 milimeter. Sedangkan untuk pembacaan dalam inchi, tingkat
kecermatannya ada yang 0.10 inchi dan ada yang 0.001 inchi. Untuk yang tingkat
kecermatan 0.10 mm, satu putaran jarum penunjuk dibagi dalam 100 bagian yang
sama. Ini berarti, untuk satu putaran jarum penunjuk rahang jalan akan bergerak 100 x
0.10 mm = 10 mm. Terdapat pulajangka sorong dengan skaladigital.

Konstruksi dari jangka sorong dengan jam ukur dan digital dapat dilihat pada
Gambar 1.2. Untuk pembacaan dalam skala metrik maupun skala inchi
konstruksinya pada umumnya sama.

Gambar 1.2. Jangka Sorong dengan Jam Ukur dan Jangka Sorong Digital
Agar pemakaian jangka sorong berjalan baik dan tidak menimbulkan
kemungkinan- kemungkinan yang dapat menyebabkan kerusakan, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan, yaitu :

1.2.1 Gerakan rahang ukur gerak (jalan) harus dapat meluncur dengan kelicinan
(gesekan) tertentu sesuai dengan standar yang diijinkan dan jalannya rahang
ukur harus tidak bergoyang.

1.2.2 Sebaiknya jangan mengukur benda dengan hanya bagian ujung dari kedua
rahang ukur tetapi sedapat mungkin harus masuk agak kedalam.

1.2.3 Harus dipastikan bahwa posisi nol dari skala ukur dan kesejajaran muka
rahang ukut betul betul tepat.

1.2.4 Pada waktu melakukan penekanan kedua rahang ukur pada benda ukur harus
diperhatikan gaya penekanannya.Terlalu kuat menekan kedua rahang ukur
akan menyebabkan kebengkokan atau ketidaksejajaran rahang
ukur.Disamping itu,bila benda ukur mudah berubah bentuk maka terlalu
kuat menekan rahang ukur dapat menimbulkan penyimpangan hasil
pengukuran.

1.2.5 Sebaiknya jangan membaca skala ukur pada waktu jangka sorong masih
berada pada benda ukur.Kunci dulu peluncurnya lalu dilepas dari benda
ukur kemudian baru dibaca skala ukurnya dengan posisi pembacaan yang
betul.

1.2.6 Jangan lupa,setelah jangka sorong tidak digunakan lagi dan akan disimpan
pada tempatnya,kebersihan jangka sorong harus dijaga dengan cara
membersihkan memakai alat alat pembersih yang telah disediakan misalnya
kertas tissue ,vasselin dan sebagainya.
BAB II

ALAT DAN BAHAN

2.1 Alat dan perlengkapan

1. Jangka sorong

2. Blok ukur ( gauge block )

3. Meja rata

4. Alat-alat pembersih

5. Benda Kerja

BAB III

KESELAMATAN KERJA DAN

LANGKAH PERCOBAAN
3.1 Keselamatan Kerja
1. Jangka sorong dan benda ukur harus selalu dalam keadaan bersih.
2. Tempatkan jangka sorong pada tempat yang aman sehingga tidak mudah
jatuh atau tertimpa benda lain.
3. Jangan hanya menggunakan ujung rahang bila melakukan pengukuran.
3.2 Langkah Percobaan
1. Langkah Kalibrasi
a. Periksa Kelurusan bidang ukur kiri. ( L )
b. Periksa Kelurusan bidang ukur kanan. ( R)
c. Periksa kelurusan pembacaan nol.
d. Lanjutkan dengan mengukur menggunakan vlok ukur seperti pada
tabel.
e. Catat setiap penyimpangan yang terjadi ke dalam tabel.
2. Langkah Pengukuran
a. Mempersiapkan alat ukur dan benda kerja.
b. Ukur bagian bagian benda kerja pada lokasi yang telah ditetukan
dalam gambar.
c. Catatlah setiap hasil pengukuran kedalam tabel.
d. Sebelum dan sesudah praktek alat-alat dan benda kerja serta
perlengkapannya harus dijaga tetap bersih.
BAB IV
DATA PENGUKURAN DAN
ANALISIS DATA PENGUKURAN

4.1 Data Pengukuran


1. Data Kalibrasi Jangka Sorong
Berdasarkan data percobaan yang telah dilakukan pada tanggal 15
Februari 2022 maka dapat dilaporkan hasil sebagai berikut.

L b

a
Kelurusan rahang kiri (L) Lurus

Kelurusan rahang kanan (R) Lurus

Pembacaan Nol Tepat


NO
Kecermatan Cermat

Standar Merk/Type/Seri Pengamatan I Pengamatan II

A B A B

1. 0 Mitutoyo/Mekanik/0,05 0 0 0 0

2. 1 Mitutoyo/Mekanik/0,05 1 1 1 1

3. 2 Mitutoyo/Mekanik/0,05 2 2,05 2 2

4. 3 Mitutoyo/Mekanik/0,05 3 3 3 2,95

5. 4 Mitutoyo/Mekanik/0,05 4 4 4 4,05

6. 5 Mitutoyo/Mekanik/0,05 5 5 5 5

7. 6 Mitutoyo/Mekanik/0,05 6 6 6 6,05

8. 7 Mitutoyo/Mekanik/0,05 7 7 7 7,1

9. 8 Mitutoyo/Mekanik/0,05 8 8 8 8,05

10. 9 Mitutoyo/Mekanik/0,05 9 8,9 9 9,05

11. 10 Mitutoyo/Mekanik/0,05 10 10 10 10,05

12. 11 Mitutoyo/Mekanik/0,05 11 11 11 11

13. 12 Mitutoyo/Mekanik/0,05 12 12 12 12,05

14. 13 Mitutoyo/Mekanik/0,05 13 13 13 13

15. 14 Mitutoyo/Mekanik/0,05 14 14 14 14

16. 15 Mitutoyo/Mekanik/0,05 15 15 15 15
2 Data Pengukuran Menggunakan Jangka Sorong
Berdasarkan data percobaan yang telah dilakukan pada tanggal 15
Februari 2022 maka dapat dilaporkan hasil sebagai berikut.

NO LOKASI PENGAMATAN RATA-RATA


I II
1. A 74,7 74,8 74,75
2. B 74,7 74,8 74,75
3. C 3,8 3,8 3,8
4. D 3,75 3,85 3,8
5. E 3,65 3,9 3,775
6. F 47,9 47,95 47,925
7. G 47,9 47,95 47,925
8. H 47,9 47,9 47,9
9. I 5,2 5,3 5,25
10. J 25,05 25,1 25,075
11. K 5,25 5,3 5,275
12. L 4,5 4,6 4,55
13. M 25,55 25,5 25,525
14. N 7,4 7,35 7,375
15. O 23,95 24,05 24

4.2 Analisis Data Hasil Pengukuran


1. Analisis Data Kalibrasi Jangka Sorong.
Jika dilihat dari data pengukurang yang dilakukan mahasiswa,
percobaan dilakukan oleh dua mahasiswa yang melakukan 16 percobaan
dengan 1 kali percobaan mengecek titik nol “0” dan 15 percobaan mengukur
blok ukur. Pada percobaan kali ini mhasiswa menggunakan jangka sorong type
mekanik dengan seri 0,05. Untuk mengecek titik nol mahasiswa dapat
menekan jangka sorong hingga skala nonius strip pertama di titik nol. Jika
tidak mencapai titik 0 maka jangka sorong harus dikalibrasi terlebih dahulu.
Pada percobaan ini jangka sorong dapat menyentuh titik nol dengan tepat.
Dengan tekanan yang sama mahasiswa dapat mengukur blok ukur satu persatu
sesuai job yang diberikan namun sebelumnya blok ukur harus dibersihkan
terlebih dahulu. Jika dilihat dari tabel hasil hasil pegukuran kedua mahasiswa
sama, sebagai contoh mahasiswa A mengukur blok satu menggunakan jangka
sorong hasilnya yaitu 1mm, sedangkan mahasiswa B mengukur blok satu
hasilnya juga 1 mm. Dari hal itu bisa dilihat bahwa cara menggunakan jangka
sorong mahasiswa sudah baik. Dimana jika cara menggunakan jangka sorong
kurang baik tentu akan terjadi perbedaan hasil ukur antara mahasiswa A dan B.
Selain itu jika kita rubah data menjadi sebuah grafik dengan sumbu x sebagai
pembacaan jangka sorong dan sumbu y sebagai ukuran blok ukur maka akan
terbentuk sebuah grafik lurus yang menjukkan bahwa jangka sorong dalam
keadaan yang baik. Dimana ketika blok ukur berada pada ukuran dua,
pembacaan jangka sorong hasilnya sama. Dilihat dari hal itu tentu menunjukaan
bahwa keadaan jangka sorong dalam keadaan yang baik serta cara
menggunakan mahasiswa sudah cukup baik.

2. Analisis Pengukuran Menggunakan Jangka Sorong

Jika dilihat dari data pengukurang yang dilakukan mahasiswa,


percobaan dilakukan oleh dua mahasiswa yang melakukan 15 kali pengukuran
di berbagai lokasi. Dari 15 percobaan tersebut, 8 percobaan mahasiswa sama
yaitu di lokasi A, F, G, H, J, K, N, O dan 7 percobaan mahasiswa hasilnya
berbeda yaitu dilokasi B, C, D, E, I, M.. Penyebab berbedanya hasil ukuran
sendiri ada beberapa faktor antara lain Kesalahan pengukuran karena alat ukur,
kesalahan pengukuran karena benda ukur, kesalahan pengukuran karena si
pengukur, dan kesalahan karena faktor lingkungan. Dari praktikum yang
dilaksanakan menurut saya faktor yang menyebabkan adanya perbedaan hasil
ukuran yaitu kesalahan pengukuran karena benda ukur dan kesalahan
pengukuran karena si pengukur. Saya memilih dua faktor tersebut karena saat
mahasiswa 1 pengukur lubang benda yang diukur terdapat cairan yang sulit
dibersihkan. Dari hal itu tentu dapat mempengaruhi hasil pengukuran yang
dilakukan. Selain itu saya juga memilih faktor kesalahan pengukuran karena si
pengukur. Kesalahan pengukuran karena si pengukur sendiri dapat dibedakan
lagi menjadi 3 yaitu kesalahan karena kondisi manusia, kesalahan karena
metode yang digunakan, dan kesalahan karena pembacaan skala ukur. Dari
ketiga hal itu menurut saya hal yang menyebabkan perbedaan hasil ukur yaitu
karena metode yang digunakan dimana cara mengukur mahasiswa sendiri ada
yang menggunakan ujung rahang namun ada juga mahasiswa yang
menggunakan rahang yang bagian lurus atau panjang. Dari bagian rahang yang
digunakan itu tentu juga akan mempengaruhi hasil karena untuk bagian yang
tirus digunakan untuk mengukur benda yang tirus dan lain sebagainya. Untuk
kedua faktor yang tidak saya pilih tentu saya juga memiliki alasan. Untuk
faktor alat ukur, saya tidak memilih karena sebelumnya jangka sorong sudah di
kalibrasi dan hasilnya baik. Sedangkan untuk faktor lingkungan menurut saya
ruangan metrologi sendiri tentu sudah di sesuaikan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Kalibrasi jangka sorong berfungsi untuk mengecek jangaka sorong apakah


dalam keadaan yang baik atau tidak. Untuk mengeceknya mahasiswa dapat
menggunakan alat bantu yaitu blok ukur.

2. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran antara lain


Kesalahan pengukuran karena alat ukur, kesalahan pengukuran karena benda
ukur, kesalahan pengukuran karena si pengukur, dan kesalahan karena faktor
lingkungan.

3. Pada kegiatan praktikum yang sudah dilakukan penyebab perbedaan hasil


pengukuran yaitu kesalahan pengukuran karena benda yang diukur dan
kesalahan pengukuran karena metode pengukuran si pengukur.

Anda mungkin juga menyukai