Anda di halaman 1dari 70

DAFTAR ISI

PRAKTIKUM
METROLOGI INDUSTRI

NOMOR SUB PRAKTIKUM HALAMAN

KALIBRASI DAN PEMAKAIAN


No. LST/MES/STM 215/ 01 1
JANGKA SORONG

KALIBRASI DAN PEMAKAIAN


No. LST/MES/STM 215/ 02 7
MIKROMETER

KALIBRASI JAM UKUR (DIAL


No. LST/MES/STM 215/ 03 13
NDICATOR)

No. LST/MES/STM 215/ 04 PENGUKURAN KELURUSAN POROS 17

PENGUKURAN DENGAN BATANG


No. LST/MES/STM 215/ 05 19
SINUS (SINE BAR)

No. LST/MES/STM 215/ 06 PENGUKRAN DENGAN PROYEKTOR 23


BENTUK (PROFILE PROJECTOR)

PENGUKURAN DENGAN SENTER


No. LST/MES/STM 215/ 07 26
SINUS (SINE CENTRE)

No. LST/MES/STM 215/ 08 PENGUKURAN RADIUS 31

PENGUKURAN TIRUS DALAM DAN


No. LST/MES/STM 215/ 09 35
LUAR

No. LST/MES/STM 215/ 10 PENGUKURAN RODA GIGI 39

No. LST/MES/STM 215/ 11 PENGUKURAN ULIR 43

PENGUKURAN DENGAN ANGLE


No. LST/MES/STM 215/ 12 51
DEKKOR

PENGUKURAN SUDUT DENGAN


No. LST/MES/STM 215/ 13 56
ANGLE GAUGE

KALIBRASI DIAL INDICATOR


No. LST/MES/STM 215/ 14 65
DENGAN CALIBRATION TESTER

i Praktikum Metrologi Industri


PRAKTIKUM 1
KALIBRASI DAN PEMAKAIAN
JANGKA SORONG

A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan dapat mengkalibrasi dan
terampil dalam menggunakan jangka sorong untuk pengukuran dimensi objek ukur yang
bersifat linier dengan cara yang tepat dan benar.

B. SUB KOMPETENSI DASAR


1. Mampu melakukan kalibrasi jangka sorong
2. Terampil membaca skala ukur jangka sorong
3. Mampu menetapkan ukuran benda ukur dengan tepat berdasarkan hasil pengukuran
dengan jangka sorong

C. DASAR TEORI
Jangka sorong adalah alat ukur linier yang mempunyai ketelitian cukup tinggi
untuk mengukur panjang luar, dalam, maupun kedalaman suatu benda. Jangka sorong
type M terdiri dari 2 model yaitu type M1, tanpa pengisisan teliti (fine feeding device ),
dan type M2 dengan alat pengisian teliti yang meluncur.
Konstruksi jangka sorong tipe standar dijelaskan seperti di atas. Batang pengukur
kedalaman hanya dilengkapi pada jangka sorong dengan daerah pengukuran sampai
dengan 300 mm. Jangka sorong dengan daerah pengukuran 600 mm dan 1000 mm tidak
dilengkapi dengan batang pengukur kedalaman. Bagian alat pengukuran dalam letaknya
terpisah dengan bagian alat pengukur luar.
Skala vernier dengan pembacaan 0,05 mm dengan metode graduasi 19 mm dibagi
menjadi 20 bagian yang sama hanya terdapat pada jangka sorong yang mempunyai batas
pengukuran sampai 300 mm saja. Jangka sorong standar Mitutoyo type M1 dikatakan
juga type SD karena adanya perbedaan bentuk sebagai berikut : bagian alat pengukuran
dalam terletak paling ujung / tepi dari batang skala utama sehingga sisi tepi batang ukur
utama dan sisi tepi dari peluncur berada pada satu bidang yang sama pada pembacaan
nol. Karena bentuk desain yang demikian, jangka sorong Mitutoyo type SD dapat dipakai
untuk melakukan pengukuran tingkat, disamping pengkuran luar, dalam dan kedalaman.

1 Praktikum Metrologi Industri


Gambar 1.1. Bagian umum dari mistar ingsut dengan skala nonius.

Gambar 1.2. Jangka sorong jam ukur dan jangka sorong digital

Ada pula jangka sorong yang tidak dilengkapi dengan skala nonius. Sebagai
penggantinya maka dibuat jam ukur yang dipasangkan sedemikian rupa sehingga
besarnya pengukuran dapat dilihat pada jam ukur tersebut. Angka yang ditunjukkan oleh
jam ukur adalah angka penambah dari skala utama (angka di belakang koma yang
menunjukkan tingkat ketelitian). Pada jam ukur biasanya sudah dicantumkan tingkat
kecermatannya. Ada yang tingkat kecermatannya 0.10 mm, 0.05 mm dan ada pula yang
sampai 0.02 milimeter. Sedangkan untuk pembacaan dalam inchi, tingkat kecermatannya
ada yang 0.10 inchi dan ada yang 0.001 inchi. Untuk yang tingkat kecermatan 0.10 mm,
satu putaran jarum penunjuk dibagi dalam 100 bagian yang sama. Ini berarti, untuk satu
putaran jarum penunjuk rahang jalan akan bergerak 100 x 0.10 mm = 10 mm. Terdapat
pulajangka sorong dengan skala digital, untuk jelasnya lihat gambar 2.

2 Praktikum Metrologi Industri


D. ALAT DAN PERENGKAPANNYA
1. Jangka sorong,
2. Blok ukur ( gauge block ),
3. Meja rata,
4. Alat – alat pembersih, dan
5. Benda kerja.

E. KESELAMATAN KERJA
1. Jangka sorong dan benda ukur harus selalu dalam keadaan bersih
2. Tempatkan jangka sorong pada tempat yang aman sehingga tidak mudah jatuh
3. Jangan gunakan ujung rahang ukur bila mengukur.

F. LANGKAH KERJA
1. Langkah Kalibrasi:
a. Periksa keseluruhan bidang ukur kiri. ( L ).
b. Periksa juga keseluruhan bidang ukur kanan. ( R ).
c. Periksa keseluruhan pembacaan nol.
d. Lanjutkan dengan mengukur menggunakan blok ukur seperti pada tabel.
e. Catat setiap penyimpangan yang terjadi kedalam tabel.

2. Langkah Pengukuran.
a. Mempersiapkan alat ukur dan benda kerja.
b. Ukur bagian – bagian benda kerja pada lokasi yang telah di tentukan dalam
gambar.
c. Catatlah setiap hasil pengukuran kedalam tabel.
d. Sebelum dan sesudah praktek alat – alat ukur dan benda kerja serta
perlengkapannya harus dijaga tetap bersih.

G. BAHAN DISKUSI
Bagaimanakah caranya untuk mengatasi adanya kesalahan paralaks pada waktu
menggunakan ekor jangka sarang untuk mengukur ketinggian atau kedalaman lubang?

3 Praktikum Metrologi Industri


H. LAMPIRAN

Data Kalibrasi Jangka Sorong

L b
r

Tabel 1.1. Pengamatan Jangka Sorong

Kelurusan Rahang kiri (L) Lurus / tidak lurus


Kelurusan Rahang Kanan (R) Lurus / tidak lurus
Pembacaan nol Tepat / tidak tepat
No
Kecermatan ……………………
Merek/Type/ Pengamatan I Pengamatan II
Standar
Seri a b a b
1. 0
2. 10
3. 20
4. 30
5. 40
6. 50
7. 60
8. 70
9. 80
10. 90
11. 100
12. 110
13. 120
14. 130
15. 140
16. 150

4 Praktikum Metrologi Industri


Grafik 1.1. Kalibrasi Jangka Sorong

150
140
Blok Ukur ( mm )

130
120
110
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150

Pembacaan ( mm )

Suhu ruang :………………


Kelembaban :
Tgl Praktikum :……………...

Mengetahui :

(……………………)

5 Praktikum Metrologi Industri


PENGUKURAN DENGAN MENGGUNAKAN JANGKA SORONG
Lakukan pengukuran dengan jangka sorong pada dimensi yang ditunjuk

A B

F C
L

O
G D
J

K M
N H E

Gambar1.3. Benda kerja untuk Jangka Sorong

Tabel 1.2. Pengamatan Benda kerja untuk Jangka Sorong

Pengamatan
No Lokasi Rata-rata
I II
1 A
2 B
3 C
4 D
5 E
6 F
7 G
8 H
9 I
10 J
11 K
12 L
13 M
14 N
15 O

Suhu ruang : Mengetahui,


Praktikum Tgl :

6 Praktikum Metrologi Industri


PRAKTIKUM 2
KALIBRASI DAN PEMAKAIAN
MIKROMETER

A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan dapat mengkalibrasi dan
terampil dalam menggunakan mikrometer untuk pengukuran dimensi objek ukur yang
bersifat linier dengan cara yang tepat dan benar.

B. SUB KOMPETENSI DASAR


1. Terampil dalam mengkalibrasi mikrometer.
2. Terampil membaca skala ukur mikrometer.
3. Terampil menetapkan ukuran objek ukur berdasarkan hasil pengukuran dengan
menggunakan mikrometer luar.

C. DASAR TEORI
Mikrometer adalah alat ukur yang linier yang mempunyai ketelitiaan / kecermatan
lebih baik dari pada mistar ingsut. Komponen terpenting dari mikrometer adalah ulir
utama. Dengan memutar silinder putar satu kali putaran, maka poros ukur akan bergerak
secara linier sepanjang satu kisar sesuai dengan kisar dari ulir utama ( biasanya 0,5 mm ).
Umumnya pada mokrometer jarak gerak dari poros ukurnya dibuat sampai 25 mm, yang
bertujuan untuk membatasi kesalahan kumulatif kisar.

Gambar 2.1. Bagian-bagian umum mikrometer luar.

7 Praktikum Metrologi Industri


Pemeriksaan Kerataan Muka Ukur
Dengan prinsip optis maka pemeriksaan kerataan salah satu muka ukur dapat dilakukan.
Alat bantu yang digunakan adalah kaca datar (optical flat). Kaca datar terbuat dari gelas
atau batu sapphire yang satu permukaannya sangat rata dengan toleransi kerataan antara
0.2 sampai 0.05 µm. Pemeriksaan kerataan dilakukan dengan bantuan sinar
monochromatis. Muka ukur mikrometer masih dianggap baik bila garis berwarna yang
nampak paling banyak 2 garis (untuk mikrometer dengan kapasitas lebih dari 250 mm
paling banyak 4 garis).

Gambar 2.2. Pemeriksaan kerataan muka ukur mikrometer dengan kaca datar.

Pemeriksaan Kesejajaran Kedua Muka Ukur


Muka ukur dari mikrometer tidak saja harus rata, tetapi juga harus sejajar bila
dirapatkan antara muka ukur yang satu dengan mua ukur yang lain. Pemeriksaan
kesejajaran muka ukur juga dapat dilakukan dengan menggunakan kaca datar, tetapi kaca
datar yang mempunyai dua permukaan yang rata paralel. Kaca datar seperti ini lebih
dikenal dengan nama kaca paralel (optical parallel). Ketebalan dari kaca paralel ini
bermacam-macam, misalnya 12 mm, 12.12 mm, 12.25 mm dan 12.37 mm. Cara
menggunakannya adalah dengan menjepitkan kaca paralel di antara kedua muka ukur
dari mikrometer. Cara menjepitnya adalah dengan memutar gigi gelincir (rachet) secara
berhati-hati. seperti halnya pemeriksaan kerataan muka ukur, maka untuk memeriksa
kesejajaran juga menggunakan sinar monochromatic. Dengan adanya sinar ini maka
dapat dilihat apakah ada garis berwarna padakedua mmuka ukur micrometer yang di
periksa. Gambar 2.3 menunjukan contoh hasil pemeriksaan kesejajaran kedua muka iukur
micrometer. Sedangkan Tabel 2.1 menunjukan standard ketidak sejajaran maksimum
yang diijinkan menurut standard jepang JIS B 7502.

8 Praktikum Metrologi Industri


Penafsiran bentuk dan jumlah garis untuk
Landasan tetap Poros
keparalelan
a. Kedua permukaan rata dan paralel.
Keparalelannya adalah 0.32 𝜇m x 2 ... 0.6
m

b. Kedua permukaan rata dan keparalelannya


adalah 0.32 m x 3 = 0.96m .... 1 m.

c. Landasan tetap bentuknya bulat dengan


tingkat ketidakrataan sebesar 0.32 m x 2
= 0.64 m. Poros ukur gerak berbentuk
lengkungan dengan tingkat kemiringan
terhadap landasan tetap 0.32 m x 3 = 0.96
m ... 1 m. Keparalelannya 0.32 m x 5 =
1.6 m
d. Landasan tetap bentuknya bulat dengan
tingkat kebulatan sebesar 0.6 m. Poros
ukur gerak berbentuk bulat pada ujungnya.
Keparalelannya : 0.32 m x 4 = 1.3 m.

Gambar 2.3. Pemeriksaan kesejajaran muka ukur dengan kaca paralel.

Tabel 2.1.
Jumlah baris maksimum/ketidak sejajaran maksimum yang diijinkan (JIS B7502)

Kapasitas Mikrometer (mm) Jumlah Baris Kesejajaran (m)


s/d 75 6 2
di atas 75 s/d 175 9 3
di atas 175 s/d 275 13 4
di atas 275 s/d 375 16 5
di atas 375 s/d 475 19 6
di atas 475 s/d 500 22 7

9 Praktikum Metrologi Industri


Pemeriksaan kebenaran skala ukur micrometer
Kebenaran skala ukur micrometer harus di periksa apakah harga yang di
tunjukkan sudah sesuai dengan harga standard. Alat ukur standard yang biasa digunakan
untuk memeriksa kebenaran skala ukur micrometer adalah blok ukur. Skala ukur
micrometer yang harus diperiksa adalah mulai dari nol sampai 25 mm. Blok ukur yang
digunakan untuk memeriksa juga harus bertingkat (biasanya tingkatan kenaikan ukuran
adalah 0,5 mm). Bila sudah diperoleh kepastian bahwa posisi nol betul-betul tepat baru di
lakukan pemeriksaan dengan mengukur blok ukur . Kemudian diteruskan mengukur blok
ukur dengan ukuran yang lebih sampai pada pengukuran blok ukur yang maksimum.
Besarnya tingkat kesalahan yang mungkin terjadi adalah :

Kesalahan = Pembacaan micrometer – Ukuran blok ukur.

Kemudian dilakukan pengukuran ulang dengan cara seperti diatas, hanya


mu;laqinya dari pengukuran blok ukur yang maksimum samapi blok ukur yang terkecil
dan sampai posisi nol. Dari kedua hasil pengukuran (pengukuran naik dan pengukuran
turun) di peroleh harga rata-ratanya. Dengan adanya harga rerata inilah maka di buat
grafik tingkat kesalahan kumulatif (cumulative error). Dalam grafik tersebut, gambar 2.
dapat dilihat adanya kealahan kesalahan total ( total error ) yaitujarak titik tertinggi dan
titik terendah.

D. ALAT DAN PERENGKAPANNYA


1. Mikrometer luar,
2. Blok ukur (gauge block ),
3. Meja rata (surface plate ),
4. Kaca data (optical flat) ,
5. Lampu monokromatis,
6. Benda kerja, dan
7. Alat pembersih.

10 Praktikum Metrologi Industri


E. KESELAMATAN KERJA
1. Sebelum dan sesudah praktek alat – alat harus selalu bersih.
2. Jangan paksakan instrumen, pergunakanlah pemutar ( ratchet ), tiga kali bunyi
“klik” sudah cukup.
3. Gerakan secara perlahan – lahan sampai titik persinggungan.

F. Langkah Kerja
1. Langkah Kalibrasi :
a. Bersihkan alat - alat ukur yang digunakan (mikrometer, blok ukur, pemegang
mikrometer).
b. Standarkan terlebih dahulu pada posisi nol, untuk mikrometer yang akan
dikalibrasi (caranya lihat buku petunjuk/tanyakan pada dosen/teknisi).
c. Ukur kerataan muka ukur sensor mikrometer dengan optical flat dan sinar
monokromatis seperti gambar di bawah.
d. Ceklah mikrometer dengan blok ukur pada ukuran yang sesuai dengan tabel.
e. Catatlah setiap penyimpangan yang terjadi dalam tabel.

2. Langkah Pengukuran :
a. Memepersiapkan peralatan yang diperlukan.
b. Mengukur bagian – bagian benda kerja pada lokasi yang telah ditentukan.
c. Mencatat setiap hasil pengukuran ke dalam tabel.

G. Bahan Diskusi
Bagaimanakah caranya untuk mengatasi adanya kesalahan paralaks pada waktu
menggunakan mikrometer untuk mengukur diamater poros?

11 Praktikum Metrologi Industri


H. Lampiran
Tabel 2.2. Pengamatan Kalibrasi Mikrometer

DATA KALIBRASI MIKROMETER


Merk/Type/Seri Pengamatan
NO Ukuran blok ukur
I II III Rata-rata
1 0
2 1
3 1,25
4 1,5
5 2
6 3
7 5
8 10
9 15
10 20
11 25

30
Blok Ukur ( mm )

25

20

15

10

0
0 5 10 15 20 25 30

Pembacaan ( mm )

Grafik 2.1. Kalibrasi Mikrometer

12 Praktikum Metrologi Industri


Pengukuran benda kerja :

C E

B F
A D
G

Gambar 2.4. Benda kerja untuk Mikrometer

Tabel 2.2. Pengamatan Benda kerja untuk Mikrometer

PENGAMATAN
No Lokasi
I II III IV Rata-rata
1 A
2 B
3 C
4 D
5 E
6 F
7 G
8

Suhu ruang : Mengetahui


Kelembaban :

13 Praktikum Metrologi Industri


PRAKTIKUM 3
KALIBRASI DAN PEMAKAIAN
DIAL INDICATOR

A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan dapat mengkalibrasi dan
terampil menggunakan jam ukur untuk pengecekan dimensi objek ukur yang bersifat
linier dengan cara yang tepat dan benar.

B. SUB KOMPETENSI DASAR


1. Terampil dalam mengkalibrasi jam ukur.
2. Terampil membaca skala ukur jam ukur.
3. Terampil menetapkan ketepatan ukuran objek ukur berdasarkan hasil pengecekan
dengan menggunakan jam ukur.

C. DASAR TEORI
Jam ukur merupakan alat pembanding yang banyak digunakan di industri permesinan
maupun pada bagian pengukuran. Prinsip kerja jam ukur secara mekanis, dimana gerak
linier sensor diubah menjadi gerak rotasi oleh jarum penunjuk pada piringan dengan
perantaraan batang bergigi dan susunan roda gigi.
Pegas koil berfungsi sebagai penekan batang bergigi hingga sensor selalu
menekan kebawah. Sedangkan pegas spiral berfungsi sebagai penekan sistem transmisi
roda gigi sehingga permukaan gigi yang berpasangan selalu menekan pada sisi yang sama
untuk kedua arah putaran ( untuk menghindari backlash ) yang mungkin terjadi karena
profil gigi yang tidak sempurna atau sudah aus. Jam ukur juga dilengkapi dengan
( jewel ) untuk mengurangi gesekan pada dudukan poros roda gigi.
Ketelitian dan kecermatan jam ukur berbeda – beda ada yang kecermatannya 0,01
; 0,02 ; 0,005 dan kapasitas ukurnya juga berbeda – beda , misalnya : 20, 10, 5, 2, 1 mm
. Untuk jam ukur dengan kapasitas besar, terdapat jam kecil dalam piringan yang besar
dimana satu putaran jarum besar sama dengan tanda satu angka jam kecil. Pada piringan
terdapat skala yang dilengkapi dengan tanda batas atas dan tanda batas bawah. Piringan
skala dapat diputar untuk kalibrasi posisi nol.

14 Praktikum Metrologi Industri


Gambar 3.1. Jam ukur dan bagian-bagiannya

Gambar 3.2. Macam – macam jam ukur

D. ALAT DAN PERLENGKAPANNYA


1. Jam ukur ketelitian 0,01 mm,
2. Jam ukur ketelitian 0,002 mm,
3. Pemegang jam ukur ( dial stand),
4. Blok ukur (gauge block), dan
5. Alat – alat pembersih.

15 Praktikum Metrologi Industri


E. KESELAMATAN KERJA
1. Periksa dulu bentuk [ gambar ] dan desain jam ukur, skalanya [ range ], sensornya
dan lain sebagainya.
2. Sensor jangan sampai terguncang pada waktu akan disentuhkan ke blok ukur.

F. LANGKAH KERJA
1. Siapkan dan atur peralatan yang akan dipakai.
2. pasang jam ukur pada pemegangnya [ harus tegak lurus ].
3. Periksa skala naik turun dengan menggunakan blok ukur.
4. Hitung penyimpangannya [ standar deviasi ].

( Xi   X ) 2  ( Xi   X ) 2
σ 
(n   n )  2

Dimana : n = Jumlah Pembacaan


 = Sensor Dial arah Naik
 = Sensor Dial arah Turun
5. Buat grafik kesalahannya pada arah naik maupun arah turun.

G. BAHAN DISKUSI
Bagaimanakah caranya untuk mengatasi adanya kesalahan kosinus pada waktu
menggunakan jam ukur.

16 Praktikum Metrologi Industri


H. LAMPIRAN

Tabel 3.1 Data Pengukuran Dial Indicator

Ukuran Blok
Pengamatan
Ukur

No Dial Indikator Ketelitian 0,01 Dial Indikator Ketelitian 0,002


Arah Naik
I II II Rerata I II III Rerata

1. 2,55

2. 2,80

3. 3,45

4. 4,65

5. 5,25

Arah Turun

1. 5,25

2. 4,65

3. 3,45

4. 2,80

5. 2,55

Suhu ruang : .……………………... Mengetahui


Kelembaban : ………………………. Instruktur/Laboran
Tanggal Praktikum: ……………………….

(………………………………)

17 Praktikum Metrologi Industri


PRAKTIKUM 4
KELURUSAN DAN KEBULATAN POROS

A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan mahasiswa terampil
dalam memeriksa kelurusan dan kebulatan poros dengan menggunakan jam ukur.

B. SUB KOMPETENSI DASAR


1. Terampil dalam mengecek kelurusan poros dengan jam ukur.
2. Terampil dalam mengecek kebulatan poros dengan menggunakan jam ukur.
3. Terampil menetapkan besarnya penyimpangan dimensi kelurusan dan ketidakbulatan
poros berdasarkan hasil pengecekan dengan menggunakan jam ukur.

C. DASAR TEORI
Pengukuran kelurusan poros dapat dengan menggunakan bangku senter , dan jam
ukur ( Dial indicator ). Dalam hal ini poros yang diukur diletakkan diantara senter
bangku kerja. Namun sebelum benda kerja ( poros ) dipasang , kedua senter harus dicek
terlebih dahulu untuk memastikan kedua senter tersebut dalam keadaan sesumbu.
Kemudian lakukan pemeriksaan / pengukuran dengan menggunakan jam ukur per
increment jarak dengan cara menggeser – geser jam ukur sepanjang poros dan mencatat
perubahan setiap increment jarak tersebut.

D. ALAT DAN PERENGKAPANNYA


1. Jangka sorong ,
2. Meja pengukur kelurusan dengan senter,
3. Benda kerja,
4. Mistar,
5. Spidol/pensil,
6. Jam ukur ( Dial Indicator ), dan
7. Alat pembersih.

E. KESELAMATAN KERJA
Sensor jangan sampai terguncang pada waktu akan disentuhkan ke blok ukur.

18 Praktikum Metrologi Industri


F. LANGKAH KERJA
1. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
2. Meletakkan benda kerja pada senter.
3. Mengecek perbedaan tinggi antara ujung poros yang satu ke ujung lainnya dengan
menggunakan jam ukur( pada posisi I , II, III, dan IV)
4. Mengecek kelurusan poros ( benda ukur ) dengan jam ukur.
5. Bila jam ukur digerakkan kekiri atau kekanan jika skala jam ukur tidak bergerak ,
maka poros dalam keadaan lurus.

G. BAHAN DISKUSI
Bagaimanakah caranya untuk mengatasi adanya kesalahan kosinus pada waktu
menggunakan jam ukur.

H. LAMPIRAN

IV II
0 1 2 3 … dst

III

Tabel 4.1. Pengukuran Poros

Lokasi 1 2 3
I
II
III
IV
Rata-rata

Suhu ruang : …………………… Mengetahui


Kelembaban : ……………………

19 Praktikum Metrologi Industri


PRAKTIKUM 5
PENGUKURAN SUDUT DENGAN ANGLE GAUGE
PROTACTOR DAN BEVEL PROTACTOR

A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan terampil dalam mengecek
sudut benda ukur dengan menggunakan alat ukur sudut pembanding (angle gauge).

B. SUB KOMPETENSI DASAR


1. Mampu menjelaskan perbedaan antara angle gauge dengan alat-alat ukur sudut
lainnya.
2. Terampil dalam menyetel posisi angle gauge untuk mengecek sudut benda ukur .
3. Terampil menetapkan tingkat besarnya sudut benda ukur berdasarkan hasil
pengukuran dengan angle gauge.

C. DASAR TEORI
Benda ukur menurut geometrisnya tidak selamanya mempunyai dimensi ukuran
dalam bentuk panjang. Akan tetapi adakalanya di samping mempunyai dimensi panjang
juga mempunyai dimensi sudut. Ketepatan sudut benda kerja untuk maksud-maksud
tertentu ternyata sangat diperlukan, misalnya sudut blok V (V-block), sudut alur
berbentuk ekor burung, sudut ketirusan poros dan sebagainya. Untuk itu, pengukuran
sudut perlu dipelajari caranya. Prinsip-prinsip pengukuran yang digunakan untuk
pengukuran linier juga berlaku untuk pengukuran sudut.
Seperti halnya pada ukuran panjang maka sudut pun mempunyai satuan sendiri
yaitu derajat. Satu lingkaran penuh= 60°. Satu derajat = 60 menit (1° = 60’), dan satu
menit = 60 detik (1’ =6’’). Satuan sudut dalam derajat ini adalah satuan menurut sistem
inchi. Sedangkan untuk system metrik, satuan sudut adalah radian.
Dalam pengukuran sudut juga ada alat-alat ukur sudut yang bisa langsung dibaca
hasil pengukurannya, ada juga yang harus menggunakan alat-alat bantu lain dalam arti
tidak bisa langsung dibaca hasil engukurannya. Oleh karena itu, dalam pembahasan
pengukuran sudut akan dibicarakan pengukuran sudut langsung dan tak langsung beserta
alat dan cara menggunakannya.
Beberapa alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur sudut adalah Block
sudut (Angle Gauge), busur baja (protractor), dan busur bilah (universal bevel
protractor)

20 Praktikum Metrologi Industri


Block Sudut (Angle gauge)
Angle gauge adalah alat ukur standar untuk pengecekan dimensi sudut suatu
benda ukur. Alat ukur ini terbuat dari bahan yang sangat keras (carbide) dan diproses
melalui heat treatment yang teliti sehingga alat ukur ini sangat presisi. Alat ukur
memiliki tebal yang sama yaitu 10 mm dan memiliki berbagai variasi besarnya sudut,
mulai dari detik sampai derajat.
Spesifikasi angle gauge biasanya dinyatakan dalam satu dengan jumlah tertentu,
misalnya set angle gauge yang berisi 15 buah terdiri dari: derajat, menit, dan detik. Blok
sudut biasanya mempunyai ukuran panjang lebih kurang 75 mm dan lebar biasanya 16
mm. Bagian tebalnya tidak sejajar karena kedua ujung memanjangnya membentuk sudut.
Dua permukaan dari sisi yang membentuk sudut tadi mempunyai bentuk yang rata dan
halus sehingga memungkinkan dapat dilekatkan dengan permukaan blok sudut lainnya.
Karena kedua sudut dari sisi-sisi yang rata dan halus itu membentuk sudut maka sudut
yang mengecil biasanya diberi tanda minus (“ – “) dan sudut untuk ujung yang lebih
besar diberi tanda plus (“ + “). Tanda-tanda seperti itu diperlukan guna menghindari
terjadinya kesalahan perhitungan.
Bila dua atau lebih blok sudut disusun dengan tanda-tanda yang sama pada satu
ujungnya maka berarti sudutnya makin menjadi besar yang nilainya adalah jumlah angka-
angka yang tercantum pada setiap blok sudut. Akan tetapi, bila yang disusun pada satu
ujung susunan tanda-tandanya tidak sama maka besarnya sudut adalah jumlah yang
bertanda plus (+) dikurangi dengan jumlah yang bertanda minus (–).
Berikut ini sebuah contoh penyusunan blok sudut dan cara mengecek benda ukur dengan
blok sudut yang sudah disusun. Misalnya akan membentuk sudut 360 23‫ ׳‬5” dan 260 12‫׳‬
16”. Contoh susunannya lihat Gambar 3.8.

Gambar 5.1. Contoh susunan blok sudut.

21 Praktikum Metrologi Industri


Untuk mengecek apakah permukaan
benda ukur sudah satu bidang dengan
permukaan susu-nan blok dapat dicek
dengan pisau/bilah tipis pelengkap dari
blok sudut. Bila masih ada celah
berarti sudut benda ukur belum sama
dengan sudut susunan blok sudut.
Atau bisa juga dicek dengan jam ukur

Gambar 5.2. Mengecek sudut benda ukur dengan sudut susunan


blok sudut.
.
Busur Baja (Protractor)
Busur baja merupakan alat ukur sudut yang hasil pengukurannya dapat langsung
dibaca pada skala ukurnya. Alat ini dibuat dari pelat baja dan dibentuk setengah lingkaran
dan diberi batang pemegang serta pengunci. Pada pelat setengah lingkaran itulah
dicantumkan skala ukuran sudutnya. Untuk memudahkan, pelat berbentuk lingkaran yang
berskala ini kita sebut dengan piringan skala utama. Antara piringan skala utama dengan
batang penegang dihubungkan dengan pengunci yang mempunyai fungsi untuk
mematikan gerakan dari piringan skala utama waktu mengukur.

Gambar 5.3 Busur baja protractor.

Busur baja ini hanya mempunyai ketelitian sampai 1°. Piringan skala setengah
lingkaran diberi skala sudut dari 0° sampai 180° secara bolak balik. Satu skala kecil
besarnya sama dengan 1°. Busur baja ini cocok digunakan untuk mengukur sudut-sudut
benda ukur terutama yang terbuat dari pelat.

22 Praktikum Metrologi Industri


Gambar 5.4. Mengukur sudut benda ukur.

Di samping itu untuk pengukuran yang cepat alat ini tepat juga untuk mengukur
sudut-sudut alat potong cutting tool misalnya sudut dari mata bor drill atau muka pahat
bubut. Untuk mengukur sudut- sudut yang kecil atau terpancung, maka dalam
menggunakan busur baja ini dapat dibantu dengan penyiku. Gambar-gambar berikut ini
menunjukkan gambar dari busur baja dan contoh-contoh penggunaannya.

Busur Bilah ( Universal Bevel Protractor )


Alat ukur sudut ini penggunaanya lebih luas dari pada busur baja. Gambar 5.5
menunjukkan sebuah busur bilah. Dari gambar tersebut nampak bahwa bagian-bagian
dari busur bilah adalah piringan skala utama, skala nonius (vernier), bilah utama,
badan/landasan, kunci nonius dan kunci bilah. Skala utama mempunyai tingkat
kecermatan hanya 1 derajat. Dengan bantuan skala nonius maka busur bilah ini
mempunyai ketelitian sampai 5 menit. Kunci nonius digunakan untuk menyetel skala
nonius dan kunci bilah digunakan untuk mengunci bilah utama dengan piringan skala
utama.

Gambar 5.5. Busur bilah (universal bevel protractor)

23 Praktikum Metrologi Industri


Dengan adanya bilah utama dan landasan maka busur bilah ini dapat digunakan
untuk mengukur sudut benda ukur dengan berbagai macam posisi. Untuk hal-hal tertentu
biasanya dilengkapi pula dengan bilah pembantu. Bilah utama dan bilah pembantu bisa
digeser-geserkan posisinya sehingga proses pengukuran sudut dapat dilakukan sesuai
dengan prinsip-prinsip pengukuran yang betul.
Prinsip pembacaannya sebetulnya tidak jauh berbeda dengan prinsip pembacaan
mistar ingsut, hanya skala utama satuannya dalam derajat sedangkan skala nonius dalam
menit. Yang harus diperhatikan adalah pembacaan skala nonius harus searah dengan arah
pembacaan skala utama. Jadi, harus dilihat ke mana arah bergesernya garis skala nol dari
nonius terhadap garis skala utama.

Gambar 5.6. Pembacaan skala busur bilah.

Sebagai contoh lihat Gambar 5.6. di bawah ini. Gambar tersebut menunjukkan
ukuran sudut sebesar 50° 55’ (lima puluh derajat lima puluh lima menit). Garis nol skala
nonius berada di antara 50 dan 60 dari skala utama, tepatnya antara garis ke 50 dan 51.
Ini berarti penunjukkan skala utama sekitar 50 derajat lebih. Kelebihan ini dapat kita baca
besarnya dengan melihat garis skala nonius yang segaris dengan salah satu garis skala
utama. Ternyata yang segaris adalah garis angka 55 dari skala nonius. Ini berarti
kelebihan ukuran tersebut adalah 55 menit (11 garis di sebelah kiri garis nol: 11 x 5 menit
= 55 menit). Jadi, keseluruhan pembacaannya adalah 50 derajat ditambah 55 menit = 56
derajat 55 menit (50° 55’).

24 Praktikum Metrologi Industri


D. ALAT DAN PERENGKAPANNYA
1. Bevel Protaktor,
2. Blok sudut (Angle gauge),
3. meja rata,
4. benda kerja,
5. paralel strip,
6. alat – alat pembersih.
E. KESELAMATAN KERJA
Hati-hati dalam menyetel posisi angle gauge agar diperoleh hasil pengukuran yang tepat
dan menghindari terjadinya benturan angle gauge dengan meja rata atau benda ukur.
F. LANGKAH KERJA
1. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan.
2. Mengukur sudut benda ukur dengan Bevel protaktor dan blok sudut.
3. Catat hasil pengukuran ke dalam lembar pengamatan.
4. Ceklah ketepatan blok sudut dengan knife straight Edge.
G. BAHAN DISKUSI
Bandingkanlah hasil pengukuran sudut benda ukur dengan menggunakan angle gauge
dan dengan bevel protactor.
:
β
δ α

H. LAMPIRAN
Tabel 13.1. Data Pengamatan

Protactor Bevel Protaktor Angle Gauge


Sudut Ketelitian ….. Ketelitian ….. Ketelitian …..
No
1 2 1 2 1 2
1 α
2 δ
3 β
4 λ

Suhu ruang : …………………… Mengetahui


Kelembaban : …………………… ( ……………………………)

25 Praktikum Metrologi Industri


PRAKTIKUM 6
PENGUKRAN DENGAN PROYEKTOR BENTUK
(PROFILE PROJECTOR)

A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan : dapat menggunakan dan
terampil dalam mengukur dimensi lurus dan sudut benda kerja dengan menggunakan
Proyektor bentuk.

B. SUB KOMPETENSI DASAR


1. Terampil dalam menyetel posisi benda ukur dan skala ukur dari proyektor bentuk.
2. Terampil dalam mengecek sudut benda ukur dengan proyektor bentuk
3. Terampil dalam mengecek dimensi lurus dari benda ukur dengan menggunakan
proyektor bentuk.
4. Terampil menetapkan besarnya sudut dan dimensi lurus benda ukur berdasarkan
hasil pengecekan dengan menggunakan proyektor bentuk.

C. DASAR TEORI
Profile Proyektor merupakan alat ukur yang menggunakan prinsp kerja optis dan
mekanis. Sistem optis digunakan untuk memperbesar bayangan dari benda kerja.
Sedangkan sistem mekanis digunakan untuk sistem pengukuran seperti mikrometer.
Bayangan benda kerja bisa dilihat pada layar dan hasil pengukuran bisa dilihat pada skala
mikrometer atau skala sudut. Alat ini berfungsi untuk mengukur dimensi (panjang, lebar,
diameter dan lainnya) dan juga dapat untuk mengukur sudut. Dengan ketelitian alat 5 µm
untuk pengukuran panjang dan 2’ (2 menit) untuk pengukuran sudut. Pada percobaan ini
ingin diketahui demensi dari suatu benda uji yang sangat kecil. Dengan profile projector
dimensi dari benda ini dapat diukur dengan menggunakan proyeksi (bayangan) dari
benda uji ini.
Bagan dari profil projector dapat dilihat pada gambar 6.1. Dari gambar tersebut
dapat dijelaskan beberapa komponen penting dari profile projector yang meliputi : lampu,
lensa kondensor, filter penyerap panas, filter warna, kaca alas, lensa proyeksi, cermin
datar dan layar.

26 Praktikum Metrologi Industri


Untuk pengukuran benda ukur yang bersudut dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan menggunakan layar yang berskala dan dengan memutar meja di mana skala
sudut berada. Bila yang digunakan layar berskala maka yang dibaca hasil pengukurannya

Gamabar 6.1. Bagan komponen Profil Projector

adalah skala yang ada pada layar. Sebaliknya bila yang digunakan untuk mengukur sudut
adalah dengan memutar meja (rotary table) maka hasil pengukurannya dapat dibaca pada
skala sudut yang diletakkan di ataaas meja putar tersebut
Pengukuran Linier
1. Objek uji diletakkan di bidang uji dan dijepit
2. Proyektor dinyalakan sehingga bayangan dari objek terlihat di display lensa proyektor
3. Fokus dari projektor disesuaian sampai kelihatan jelas
4. Pengatur jarak sumbu x-y dipindahkan ke acuan titik dari objek ujisecara vertikal atau
horizontal.

Gambar 6.2. Pengukuran linier

5. Display digital sumbu x-y diatur hingga menunjukkan angka nol


6. Pengatur jarak sumbu x-y digeser ke titik lain yang ingin diukur jaraknya.

27 Praktikum Metrologi Industri


Pengukuran Sudut
Sudut antara dua permukaan obyek ukur dapat diukur melaluibayangan yang
terbentuk melalui kaca buram pada projektor profil. Setelahbayangan difokuskan
(diperjelas garis tepinya) dengan cara mengatur letakbenda ukur di depan lensa
kondensor projektor profil sudut ke dua tepibayangan yang akan ditentukan besarnya
dapat diukur dengan cara berikut: Salah satu garis silang pada kaca buram dibuat
berimpit dengansalah satu tepi bayangan, dengan cara menggerakkan meja (pada
manabenda ukur diletakkan) ke kiri/kanan dan atas atau bawah dan memutar piringan
kaca buram (garis silang). Setelah garis berimpit pada tepibayangan, kemiringan garis
silang dibaca pada skala piringan denganbantuan skala nonius.

Gambar 6.3. Pengukuran sudut

Kemudian, proses diulang sampai ganis bersangkutanberimpit dengan tepi bayangan


yang lain. Pembacaan skala piningandilakukan lagi. Dengan demikian sudut yahg
dicari adalah merupakan selisihdari pembacaan yang pertama dan yang kedua.

D. ALAT DAN PERENGKAPANNYA


1. Profil proyektor,
2. Benda kerja, dan
3. Alat-alat pembersih.

E. KESELAMATAN KERJA
Hati –hatilah pada waktu mengecek sudut benda ukur yang relatif besar, agar letak sudut
benda ukur tersebut diatas batang sinus.

28 Praktikum Metrologi Industri


F. LANGKAH KERJA
1. Menghubungkan alat dengan arus listrik
2. Menghidupkan lampu-lampu, dan membuka tutup lensa
3. Meletakkan benda ukur pada landasan
4. Memeriksa kedudukan (posisi benda kerja) pada layar, kemudian mengatur fokusnya
dengan memutar roda untuk menaikkan dan menurunkan meja
5. Aturlah tabir sorong (sliding shade) agar bayangan benda lebih jelas.
6. Ukurlah dimensi benda kerja meliputi panjang, diameter, sudut, kisar ulir, sudut ulir,
diameter luar ulir, diameter inti ulir, dsb.

G. BAHAN DISKUSI
Bagaimanakah caranya untuk mengatasi adanya kesalahan baca pada waktu
menggunakan skala ukur pada proyektor bentuk.

H. LAMPIRAN

E G
B
D
C

H I
J

29 Praktikum Metrologi Industri


P Q K

L M

Tabel 6.1. Pengamatan Benda kerja dengan Profil Proyektor

Pengamatan
NO Lokasi
I II II Rata-rata
1 A
2 B
3 C
4 D
5 E
6 F
7 G
8 H
9 I
10 J
11 K
12 L
13 M
14 N
15 P
16 Q

Suhu ruang : .……………………... Mengetahui


Kelembaban : ………………………. Instruktur/Laboran
Tanggal Praktikum: ……………………….

(………………………………)

30 Praktikum Metrologi Industri


PRAKTIKUM 7
M
2
PENGUKURAN
½ H TIRUS DALAM DAN LUAR
H
2
α 1

A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan terampil dalam mengukur
dimensi radius dan sudut poros tirus dan lubang tirus.

B. SUB KOMPETENSI DASAR


1. Terampil dalam menyetel posisi rol dan bola baja serta blok ukur untuk mengecek
radius dan sudut poros dan lubang tirus.
2. Terampil menetapkan besarnya radius dan sudut poros dan lubang tirus berdasarkan
hasil pengecekan dengan menggunakan rol dan bola baja.

C. DASAR TEORI
Elemen mesin yang dipergunakan pada suatu mesin perkakas, alat bantu mesin
perkakas, atau alat potong biasanya mempunyai ketirusan tertentu baik tirus dalam
maupun luar. Untuk pengukuran sudutnya tidak mempunyai alat khusus, maka
diperlukan alat ukur bantu yang berupa bola/rol baja ( Steel roller and Steel Ball).
Dengan bantuan alat bantu tersebut kita akan dapat mengetahui ukurannya, yang
biasanya alat ini tersedia di lab metrologi. Dengan bantuan rumus matematika (geometri
dan trigonometri) kita dapat menyusun suatu rumus untuk mencari diameter atau dimensi
suatu benda tirus. Benda tirus tersebut misalnya senter mati (dead center) , senter jalan
(live centre), atau poros arbor (poros pemegang pahat frais).

D. ALAT DAN PERENGKAPANNYA


1. Satu set bola / rol baja,
2. Satu set blok ukur,
3. Jangka sorong,
4. Mikrometer kedalaman / luar,
5. High gauge ( mistar ingsut ketinggian ),
6. V- Block,
7. Benda ukur (dead center) , dan
8. Alat – alat pembersih.

31 Praktikum Metrologi Industri


E. KESELAMATAN KERJA
Hati-hati dalam menyetel posisi blok ukur, rol ataupun bola baja agar kesalahan
pengukuran sekecil mungkin.

F. LANGKAH KERJA
Pengukuran Tirus Luar
1. Benda ukur diatur posisinya diatas meja rata dengan bantuan V- block atau
diberdirikan.
2. Ambil bola baja/ atau rol baja dua buah yang sama ukurannya, serta sepasang blok
ukur (ukuran sama panjang).
3. Letakkan bola tersebut pada posisi seperti Gambar
4. Ukurlah bagian – bagian yang ditunjukkan pada Gambar
5. Demikian seterusnya dengan posisi yang lain sesuai pada Tabel

M2

½α
H2
h2
H1

h1

M1

Gambar 7.1.. Skema pengukuran Tirus Luar sebuah senter mati

M 2  M1
Tg ½ α =
2.(h2  h1 )
D max =
M 2  2.12 d  12 d .Cos 12    H 2   12 d .Cos 12  .Tg 12   d  h2 .Tg 12  

D min = D max – 2 H 2  H1 Tg 12   32 Praktikum Metrologi Industri


Pengukuran Tirus Dalam :
1. Prosedurnya sama dengan di luar bedanya pada penggunaan bola baja.
2. Ambil bola baja dua buah yang sama ukurannnya.
3. Letakkan bola baja tersebut pada posisi seperti pada gambar.
4. Ukurlah bagian – bagian yang perlu diukur

D2 D1 
h2 Sin 1  
2 2h1  h2   D2  D1 

D2
212 D1  H  h1  12 D1 .Tg 12  
h1 D min 
Cos 12 
½α H
D max  D min 2Hta 12 

D1

Gambar 7.2. Pengukuran Tirus Dalam

G. BAHAN DISKUSI
Bandingkanlah hasil pengukuran ketirusan pada kedua benda ukur tersebut.

33 Praktikum Metrologi Industri


H. LAMPIRAN
Tabel 7.1. Pengukuran tirus luar

No Tinggi Gage Block Tinggi H Jarak M Hasil


Perhitungan
(h) (mm) (mm)
1. 10 mm 1. ……… 1. ……… Dmax = ……….
1 2. 50 mm 2. ……… 2. ……… D min = ………
Ketirusan α = ……….
1. 15 mm. 1. ……… 1. ……… Dmax = ………
2 2. 55 mm 2. ……… 2. ……… D min = ………
Ketirusan α = ………
1. 20 mm. 1. ………. 1. ………. Dmax = ………
3 2. 60 mm. 2. ……… 2. ……… D min = ………
Ketirusan α = ………
1. 25 mm. 1. ………. 1. ……… Dmax = ………
4 2. 65 mm. 2. ………. 2. ……… D min = ………
Ketirusan α = ………

Tabel 7.2. Pengukuran Tirus Dalam

No D. Rolers h α Keterangan
1. …………… 1. ……… D max = …………
1
2. …………… 2. ……... D min = …………
1. …………… 1. ……… D max = …………
2
2. …………… 2. ……... D min = …………
1. …………… 1. ……… D max = …………
3
2. …………… 2. …….. D min = …………

Suhu ruang : ……………………


Kelembaban : ……………………
Mengetahui’

(………………………..)

34 Praktikum Metrologi Industri


PRAKTIKUM 8
PENGUKURAN RADIUS
DENGAN ROL DAN BOLA BAJA

A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan: terampil dalam
mengukur dimensi radius benda kerja dengan menggunakan rol dan bola baja.

B. SUB KOMPETENSI DASAR


2. Terampil dalam menyetel posisi rol dan bola baja untuk mengecek radius benda
kerja.
3. Terampil menetapkan besarnya radisu benda kerja berdasarkan hasil pengecekan
dengan menggunakan rol dan bola baja.

C. DASAR TEORI
Radius suatu benda ukur ataupun diameter suatu silinder dengan ukuran yang besar
pada umumnya sulit atau tidak mungkin diukur dengan cara langsung. Untuk itu
diperlukan cara pengukuran tak langsung dengan bantuan alat bantu yaitu rol atau bola.
Rol atau silinder ini dapat diambil dari suatu standar rol dengan kualitas baik. Bila
standar rol tidak dimiliki maka dapat dipakai rol / silinder dari bantalan rol. Untuk itu
perlu diukur dengan cermat untuk mengetahui ukuran sebenarnya dan ketepatan dari rol
yang dipakai.
2. Mengukur Radius Luar Cara 1

1
( H  C ) Sin 
2
α R=
1
1  Sin 
H
2
C
α = 90

Dasar Vee blok


C = konstanta Vee blok.

35 Praktikum Metrologi Industri


Cara mencari nilai C :

d 1
d
C  Hr  ( s  d 
1 2
)
2
Sin 12 
Hr
Hr = jarak rol presisi dengan Vee blok
s d = Diameter rol presisi

2. Mengukur radius Luar Cara II

R
d

(M  d )2
R
8d

3. Mengukur radius Luar Cara III

R Untuk p < ½ d

d ( M  d ) 2  d 2  (2 p  d ) 2
R=
8(d  p)

Untuk p > ½ d rumus mencari


jari –jari turunkan sendiri.
p
M

36 Praktikum Metrologi Industri


3. Mengukur Radius Dalam Cara I

R d

d2
 1 / 2d
R= 4d 2  ( M  d ) 2

3. Mengukur Radius Dalam Cara II

R Knife straight edge

d 2  d .s
R=
d 2s

D. Alat dan Perengkapannya


3. Satu set rol dan bola baja,
4. Mikrometer luar,
5. Mistar ukur ketinggian (high gauge),
6. Meja rata,
7. Alat – alat pembersih, dan
8. Benda ukur.

E. KESELAMATAN KERJA
Sebelum bekerja, pastikan semua peralatan pendukung selain rol dan bola baja betul-
betul siap. Berilah vaselin setiap selesai menggunakan rol dan bola baja

37 Praktikum Metrologi Industri


F. LANGKAH KERJA
1. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
2. Letakkan benda ukur di atas meja rata.
3. Ceklah kedudukan alat ukur ( settingkan pada posisi nol ).
4. Ambil rol atau bola baja, kemudian lakukan pengukuran seperti pada gambar.
5. Hitunglah semua bagian – bagian benda ukur yang tidak diketahui.

G. BAHAN DISKUSI
Bandingkanlah hasil pengukuran benda pada nomor 2 dan nomor 3.

H. LAMPIRAN
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Pengukuran Hasil Pengukuran Hasil Perhitungan

H = ........................
Hr = .....................
α = ......................
Radius Luar cara I
d = .....................
R = . ......................
s = ........................

M = .....................
Radius Luar cara II R = .......................
d = .......................

M = .....................

Radius Luar cara III d = ....................... R = .......................

p = .......................

M = .....................
Radius Dalam cara I R = .......................
d = .......................

d = .......................
Radius Dalam cara II R = .......................
s = ........................
Suhu ruang : ………………… Mengetahui
Kelembaban : ...........................
Tanggal Praktikum : ..........................
(………………………..)

38 Praktikum Metrologi Industri


PRAKTIKUM 9
PENGUKURAN SUDUT DENGAN
BATANG SINUS (SINE BAR)

A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan dapat menggunakan dan
terampil dalam memeriksa sudut benda kerja dengan menggunakan batang sinus.

B. SUB KOMPETENSI DASAR


1. Terampil dalam menyetel posisi batang ukur untuk mengecek sudut benda kerja.
2. Terampil dalam mengecek sudut benda ukur dengan batang sinus.
3. Terampil menyusun blok ukur untuk ukuan tertentu.
4. Terampil menetapkan besarnya sudut bedan ukur berdasarkan hasil pengecekan
dengan menggunakan batang sinus.

C. DASAR TEORI
Batang sinus berupa suatu batang dengan dua buah rol yang diletakkan pada kedua
ujung sisi bawah. Kedua rol mempunyai diameter dan keselindrisan dengan toleransi
yang cukup sempit ( 0,003 mm ) dan dipasangkan pada batang dengan jarak antar senter
tertentu ( 100, 200, 250, 300 ).

Gambar 9.1. Batang sinus (sine bar) dan cara penggunaannya

Secara teoritis penggunaan batang sinus sangatlah mudah. Prinsip dasarnya adalah
dengan meletakkan batang sinus dan menempelkan pada sisi penahannya. Sebelumnya
benda ukur diukur terlebih dahulu dengan busur, lalu akan didapatkan tinggi h
pendekatan dengan rumus

39 Praktikum Metrologi Industri


h = sin  . L

Selanjutnya h yang didapat digunakan untuk mengganjal batang sinus dengan


menggunakan blok ukur. Lalu dilakukan pemeriksaan kesejajaran permukaan benda kerja
dengan meja rata, untuk mrngetahuinya dengan menggunakan jam ukur. Dan apabila jam
berubah , maka akan timbul penyimpangan dari jam ukur sebesar x ( positif / negatif ).
Jika sudah didapat harga penyimpangannya Y (positif / negatif ) , maka tinggi h
sebenarnya dapat diukur dengan menambah atau mengurangi h pendekatan, dari h
sebenarnya akan didapat sudut  sebenarnya.
L
Y= x .
l
Dimana :
Y = penyimpangan ( + , - )
x = Harga yang ditunjukan oleh jam ukur ( + , - )
L = Panjang antara senter rol.
L = Jarak pergeseran jam ukur.
h sebenarnya = h pendekatan +-Y

Apabila pada h sebenarnya jarum jam ukur dijalankan sepanjang l tidak bergerak
maka perhitungannya sudah tepat. Lalu didapat sudut dengan jalan mensubstitusikan
kerumus di atas.

D. ALAT DAN PERLENGKAPANNYA


1. Batang sinus ( sine bar ),
2. Blok ukur (gauge block ),
3. Jam ukur ( Dial indicator ),
4. Benda kerja,
5. Meja rata, dan
6. Alat pembersih.

E. KESELAMATAN KERJA
Hati –hatilah pada waktu mengecek sudut benda ukur yang relatif besar, agar letak
sudut benda ukur tersebut diatas batang sinus.

40 Praktikum Metrologi Industri


F. LANGKAH KERJA
1. Mempersiapkan semua peralatan yang diperlukan.
2. Letakkan benda kerja di atas batang sinus.
3. Ambil beberapa blok ukur dan letakkan di bawah salah satu rol ( rol angkat ) dari
batang sinus.
4. Ukur kedataran benda kerja tersebut dengan mengunakan jam ukur dari kiri ke kanan
atau sebaliknya.
5. Bila jarum jam bergerak ke kiri atau ke kanan, aturlah kembali susunan blok ukurnya
sedemikan rupa, sehingga posisi permukaan benda kerja betul – betul datar ( menurut
anggapan saudara ).
6. Hitunglah sudut benda kerja yang diatur tersebut dengan memperhatikan tinggi blok
ukur.
7. keadaan lurus.

G. BAHAN DISKUSI
Bagaimanakah caranya untuk mengatasi adanya kesalahan sinus pada waktu
menggunakan batang sinus.

H. LAMPIRAN



L h

Gambar 9.2. Ilustrasi Pemakaian Batang Sinus

h dicari dengan rumus pendekatan :


l
x.L
x h=
l

41 Praktikum Metrologi Industri


Cara mencari besar sudut sama dengan :
δ
h.sebenarnya
α Sin 
β L

Tabel 5.1. Data Pengamatan

  
x
h
l
L 200 mm 200 mm 200 mm
Hasil
Perhitungan

Catatan : Sine bar yang digunakan berukuran panjang 200 mm.


: setiap pengukuran diulangi tiga kali.

Suhu ruang : ………………… Mengetahui


Kelembaban : ...........................
Tanggal Praktikum : ..........................

(………………………..)

42 Praktikum Metrologi Industri


PRAKTIKUM 10
PENGUKURAN RODA GIGI LURUS

A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan terampil dalam mengukur
roda gigi dan mampu menganalisis hasil pengukuran tersebut.

B. SUB KOMPETENSI DASAR


1. Mampu menjelaskan fungsi utama roda gigi
2. Terampil dalam memilih dan menggunakan berbagai macam alat ukur roda gigi.
3. Terampil menetapkan ukuran-ukuran utama roda gigi berdasarkan hasil pengukuran
roda gigi secara langsung.
4. Terampil menghitung elemen-elemen roda gigi yang lain yang tidak dapat diukur
langsung.
5. Terampil menganalisis efek kesalahan tebal gigi dan jarak puncak terhadap kekuatan
pasangan roda gigi.

C. DASAR TEORI
Roda gigi berfungsi untuk meneruskan daya, mengubah putaran, dan sebagai
pompa zat cair. Pengukuran roda gigi dapat dilakukan secara universal dan secara
individual. Secara universal maksudnya, membandingkan roda gigu ukur dengan roda
gigi standar. Perbandingan di sini dimaksudkan untuk melihat ketepatan jarak puncak
dan ketepatan titik pusat (eksentrisitas. Secara individual dimaksudkan untuk memeriksa
ketepatan, tebal gigi, tinggi gigi, lebar gigi, jarak puncak, dan bentuk involute serta sudut
tekan. Ketepatan diameter efektif roda gigi sangat dipengaruhi oleh ketepatan sudut dan
jarak puncak gigi. Alat ukur yang paling banyak digunakan adalah jangka sorong roda
gigi (vernier tooth caliper).
Bentuk gigi roda gigi yang banyak diproduksi dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu bentuk involute dan bentuk cycloidal. Diantara dua bentuk tersebut yang
paling banyak diproduksi adalah bentuk involute karena lebih cocok untuk keperluan
produk-produk permesinan secara umum yang memerlukan ketelitian-ketelitian tertentu.
Sedangkan untuk keperluan mesin-mesin dengan beban berat dan pekerjaan kasar
biasanya digunakan roda gigi dengan bentuk cycloidal.

43 Praktikum Metrologi Industri


Terdapat berbagai macam roda gigi. Menurut bentuknya roda gigi dapat
dibedakan menjadi: Roda gigi lurus (spur gear), Roda gigi helix (helical gear), Roda gigi
payung (straight bevel gear), Roda gigi spiral (spiral gear), Roda gigi cacing (worm
gear), Roda gigi dalam (internal gear). Elemen-elemen yang penting dalam roda gigi
dapat dilihat Gambar 1.

Gambar 10.1. Elemen-elemen roda gigi lurus (spur gear).

Secara umum, pemeriksaan roda gigi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
pemeriksaan secara analisis dan pemeriksaan menurut fungsinya. Pemeriksaan secara
analisis (analitical inspection) maksudnya adalah memeriksa semua elemen-elemen
penting dari roda gigi, misalnya bentuk gigi, jarak puncak antar gigi (pitch), jarak celah
(clearance), eksentrisitas, tebal gigi, lead dan back lash. Sedangkan pemeriksaan menurut
fungsinya (functional inspection) adalah pemeriksaan roda gigi yang dibandingkan
dengan roda gigi standar (master gear) yang caranya adalah memasang roda gigi yang
akan diperiksa pada roda gigi standar dan kemudian memutar pasangan roda gigi
tersebut. Dengan beberapa peralatan maka dapat dilihat/diperiksa tingkat kebisingan
suara yang timbul akibat gesekan antar roda gigi, getaran dan variasi gerakan dari putaran
roda gigi.
Salah satu pengukuran roda gigi (untuk mengetahui tebal dan tinggi gigi) dapat
dilakukan dengan menggunakan jangka sorong gigi yang diilustrasikan dalam Gambar
10.2. Untuk melakukan pengukuran tersebut terlebih dahulu perlu ditentukan modul roda
gigi yang akan diukur. Berdasarkan modul tersebut dapat ditentukan besarnya tebal gigi
(s) berdasarkan tabel (lihat Tabel 1) sebagai dasar untuk mengetahui tinggi gigi dengan
jangka sorong roda gigi.

44 Praktikum Metrologi Industri


Gambar 10.2. Cara Pengukuran Roda Gigi dengan Mistar Sorong

D. ALAT DAN PERLENGKAPANNYA


1. Mistar sorong roda gigi,
2. Tabel tebal gigi dan modul,
3. Alat–alat pembersih,
4. Roda gigi, mikro meter pana,
5. Penjepit mikro meter, dan
6. Profile proyektor beserta kelengkapannya.

E. KESELAMATAN KERJA
1. Sikap mistar sorong harus tegak lurus.
2. Jika longgar diatas berarti gigi terlalu tebal.
3. Jika longgar disamping berarti gigi terlalu kurus.
4. Tebal gigi boleh diukur, dan dibandingkan dengan s dari tabel.
5. Semua alat ukur yang telah selesai dipakai harap dibersihkan dan diberi grease anti
korosi

F. LANGKAH KERJA
1. Membersihkan alat ukur dan benda ukur yang akan dipakai.
2. Mengukur dimensi profile gigi, tebal gigi ( s ) , tinggi gigi ( ha dan hf ), diameter luar
gigi (da ), diameter efektif ( dw ), diameter inti ( df ), modul (m ) dsb, dengan
menggunakan mikrometer pana dan mistar sorong roda gigi.
3. Cari s dan ha untuk modul = 1 ( pada tabel ), Sesuai dengan banyaknya gigi ( Z ) dari
roda gigi yang akan diperiksa.

45 Praktikum Metrologi Industri


4. Setel mistar sorong vertikal sebesar ha untuk menentukan tebal gigi.
5. Bandingkan nilai yang dihitung dengan jangka sorong dengan mistar sorong roda
gigi dari beberapa pengukuran pada no. 2.
6. Bila telah selesai pengukuran bersihkan semua alat ukur dan diberi grease anti
korosi, kemudian simpan pada tempat semula.

G. BAHAN DISKUSI
Bandingkanlah hasil pengukuran roda gigi secara universal dan secara individual.

H. LAMPIRAN
Untuk perhitungan bisa menggunakan keterangan – keterangan dari manual / buku teori
yang lainnya.

Tabel 10.1. Harga ha dan s pada modul 1


z s ha z s ha
12 1,5663 1,0513 30 1,5701 1,0206
13 1,5670 1,0474 35 1,5703 1,0176
14 1,5675 1,0440 40 1,5704 1,0154
15 1,5679 1,0411 45 1,5705 1,0137
16 1,5683 1,0385 50 1,5705 1,0123
17 1,5686 1,0363 60 1,5706 1,0103
18 1,5688 1,0342 70 1,5706 1,0088
19 1,5690 1,0324 80 1,5707 1,0077
20 1,5692 1,0308 90 1,5707 1,0069
22 1,5695 1,0280 100 1,5707 1,0062
24 1,5697 1,0257 120 1,5708 1,0051
26 1,5698 1,0237 150 1,5708 1,0041
28 1,5700 1,0219 200 1,5708 1,0031
Untuk modul lebih dari 1, maka harga ha dan s dikalikan dengan harga modul roda gigi
yang dikur.

46 Praktikum Metrologi Industri


PRAKTIKUM 11
PENGUKURAN ULIR

A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan : terampil dalam
mengukur ulir dan mampu menganalisis hasil pengukuran tersebut.

B. SUB KOMPETENSI DASAR


1. Mampu menjelaskan profil dan fungsi ulir
2. Terampil dalam memilih dan menggunakan berbagai macam alat ukur ulir.
3. Terampil menetapkan ukuran-ukuran utama ulir berdasarkan hasil pengukuran ulir
secara langsung.
4. Terampil menghitung elemen-elemen ulir yang tidak dapat diukur langsung.
5. Terampil menganalisis efek kesalahan sudut dan jarak puncak terhadap diameter
fungsional ulir.

C. DASAR TEORI
Dalam dunia industri sekarang ini dibutuhkan ukuran alat ataupun benda kerja yang tepat.
Salah satu bagian dari elemen mesin adalah baut. Untuk pemasangan dan perawatan yang
baik kita harus mengetahui spesifikasinya baut tersebut, apakah witworth atau metris dan
apa macam ulirnya? Salah satu alat yang dapat untuk mengukur spesifikasi ulir dengan
ketelitiannya yang cukup tinggi adalah dengan menggunakan kawat ukur, prisma ukur
dan Floating Carriage Bench Micrometer.

Gambar 11.1. Floating Carriage

47 Praktikum Metrologi Industri


Dengan Floating Carriage Bench Micrometer (FCBM) tersebut dapat dilakukan
pengukuran dimensi-dimensi ulir yang meliputi diameter luar, diameter inti, dan diameter
efektif.

Untuk lebih jelasnya pengukuran dengan Floating Carriage Bench Micrometer lihat
ilustrasi berikut ini.

a. Rumus mencari Diameter Luar :

Rst Rbk
R
1

Landasan FCBM

Gambar 11.2. Ilustrasi cara mengukur Diameter Luar dengan FCBM

F = Dst + perbedaan antara R dan R1

Dimana :
F = Diameter luar
Dst = Ukuran diameter standart dengan Mikrometer Outside
Rst = Pembacaan FCBM pada standart.
Rbk = Pembacaan FCBM pada standart benda kerja
b. Rumus mencari Diameter Efektif.

D Rst E Rbk
R
1

Landasan FCBM

Gambar 11.3. Ilustrasi cara mengukur Diameter Efektif dengan FCBM

48 Praktikum Metrologi Industri


E = D + perbedaan antara ( Rst – P ) dan Rbk

P didapat dari rumus dibawah ini :


i. Untuk ulir whitworth ( 55 o ) : P = 0,96049 X p - 1,16568 X d
ii. Untuk ulir B.A : P = 1,13634 X p - 1,48295 X d
iii. Untuk ulir metris, USS dan Unified : P = 0,86602 X p - d
Dimana :
Rst = Pembacaan mikrometer pada standart dan kawat ukur ( Cyilinder ).
Rbk = Pembacaan mikrometer pada benda kerja dan kawat ukur ( Cyilinder ).
p = Pitch ulir.
d = Diameter kawat ukur ( Cyilinder ).

c. Rumus mencari Diameter Inti.

D Rst C Rbk
R
1

Landasan FCBM

Gambar 11.4. Ilustrasi cara mengukur Diameter Inti dengan FCBM

C = D + perbedaan Rst dan Rbk

Dimana :
Rst = Pembacaan mikrometer pada standart dan prisma.
Rbk = Pembacaan mikrometer pada benda kerja dan prisma.
C = Diameter inti.

Untuk lebih jelas , rumus diatas dapat dilihat pada hand out pengukuran ulir dengan
floating carriage mikrometer.

49 Praktikum Metrologi Industri


Untuk pengukuran diameter efektif dengan Metode 3 Kawat digunakan rumus :

P Kawat ukur ( dm )

E M
R1

Landasan Mikrometer Outside

Gambar 11.5. Ilustrasi cara mengukur Diameter Efektif dengan 3 – Unit Wire

E = M - 3dm + 0,866025 X P
Dimana :
E = Diameter efektif ( untuk ulir metris )
M = Pembacaan mikrometer termasuk kawat ukur.
dm = Diameter kawat.
P = Pitch ulir yang diukur.

D. ALAT DAN PERLENGKAPANNYA


1. Floating carriage bench mikrometer dan perlatannya,
2. Kawat – kawat pengukur dan prisma pengukur,
3. Mikrometer luar dengan ketelitian 0,001 mm,
4. Penjepit mikro meter, mal ulir,
5. Benda ukur ( beberapa baut ), dan
6. Alat – alat pembersih.

50 Praktikum Metrologi Industri


E. KESELAMATAN KERJA
1. Pada penggunaan floating carriage, hendaknya dijaga jangan sampai benda ukur
jatuh diatasnya.
2. Jaga jangan sampai kawat pengukur dan prisma pengukur tertindih / tertimpa benda
berat ( kelurusan dan diameter kawat harus dijaga kondisinya. )
3. Pada waktu menggunakan mikrometer gunkan rachet bila spindle sudah hampir
menyentuh benda ukur.
4. Bila sudah selesai digunakan bersihkan semua alat ukur dan lumasi dengan grease
anti korosi.

F. LANGKAH KERJA
1. Membersihkan alat ukur dan benda ukur yang akan dipakai.
2. Mengukur dimensi profile gigi, tebal gigi ( s ) , tinggi gigi ( ha dan hf ), diameter luar
gigi (da ), diameter efektif ( dw ), diameter inti ( df ), modul (m ) dsb, dengan
menggunakan mikrometer pana dan mistar sorong roda gigi.
3. Cari s dan ha untuk modul = 1 ( pada tabel ), Sesuai dengan banyaknya gigi ( Z ) dari
roda gigi yang akan diperiksa.
4. Setel mistar sorong vertikal sebesar ha untuk menentukan tebal gigi.
5. Bandingkan nilai yang dihitung dengan jangka sorong dengan mistar sorong roda gigi
dari beberapa pengukuran pada no. 2.
6. Bila telah selesai pengukuran bersihkan semua alat ukur dan diberi grease anti
korosi, kemudian simpan pada tempat semula.

G. BAHAN DISKUSI
Bandingkanlah hasil pengukuran ulir dengan menggunakan mikrometer pana, metode
tiga kawat, dan floating carriage mass micrometer

51 Praktikum Metrologi Industri


LAMPIRAN

Tabel 11.1. Wire Unit Gages 313 Seies

Part No. Dia. Of Wire ( Metrics Threads Unified Threads (


mm ) Pitch ( mm ) TPI )
Dia. Of Supprter

6,35 mm 8 mm

952131 952149 0,170 0,2 ; 0,25 ; 0,3 80

952132 952150 0,195 0,35 72

952133 952151 0,220 0,4 64

952134 952152 0,250 0,45 56

952135 952153 0,290 0,5 48

952136 952154 0,335 0,6 44 ; 40

952137 952155 0,390 0,7 36

952138 952156 0,455 0,75 ; 0,8 32

952139 952157 0,530 0,9 28

952140 952158 0,620 1,0 24

952141 952159 0,725 1,25 20

952142 952160 0,895 1,5 18 ; 16

952143 952161 1,100 2,0 14; 13; 12

952144 952162 1,350 2,5 11 ; 10

952145 952163 1,650 3,0 9; 8

952146 952164 2,050 3,5 7

952147 952165 2,550 4 ; 4,5

952148 952166 3,200 5 ; 5,5 ; 6 5; 4½

52 Praktikum Metrologi Industri


Tabel 11.2. Cilinder untuk Berbagai macam Baut

Ukuran Whitwort and Unified Metric Pitch B.A.


Cylinder B.S.F. t.p.i t.p.i in mm Number
B3 3 - 8 -
B3 ¼ 3¼ - 7,5 -
B3 ½ 3½ - 7 -
B4 4 4 6,5 dan 7 -
B4 ½ 4½ 4½ 5,5 -
B5 5 5 5 dan 4,5 -
B6 6 6 4 -
B7 7 7 3,5 -
B8 8 8 3 -
B9 9 9 - -
B10 10 10 2,5 -
B11 11 11 - -
B12 12 12 dan 13 2 -
B14 14 14 1,75 -
B16 16 16 1,5 -
B18 18 dan 19 18 - -
B20 20 20 1,25 -
B22 22 - - -
B24 24 24 - -
B26 26 - 1 0
B28 28 28 - 1
B32 32 32 0,75 2
B36 36 36 - 3
B40 40 - 4
B5 BA 44 5
B6 BA 48 0,5 6
B7 BA 56 - 7
B8 BA 64 - 8
B9 BA 72 - 9
B10 BA 80 - 10

53 Praktikum Metrologi Industri


Tabel 11.3. Hasil Pengukuran

Mikrometer Metode
No Baut Floating Carriage Ket
Outside 3 Kawat

D. Luar : ………...
Uk. Pitch : D. Luar : D. Efektif :
1 D. Efektif : …..........
………… …………. ………….
D. Inti : ………...

D. Luar : …………
Uk. Pitch : D. Luar : D. Efektif :
2 D. Efektif : …….......
………… …………. ………….
D. Inti : …………

D. Luar : …………
Uk. Pitch : D. Luar : D. Efektif :
3 D. Efektif : …..........
………… …………. ………….
D. Inti : ………...

Suhu ruang : …………………… Mengetahui


Kelembaban : ……………………

( ……………………………)

54 Praktikum Metrologi Industri


PRAKTIKUM 12
PENGUKURAN DENGAN ANGLE DEKKOR

A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan terampil dalam mengukur
kedataran dengan angle dekkor dan mampu menganalisis hasil pengukuran tersebut.

B. SUB KOMPETENSI DASAR


1. Mampu menjelaskan perbedaan antara angle dekkor profil dan alat-alat ukur
kedataran lainnya.
2. Terampil dalam menyetel posisi angle dekkor untuk mengecek kedataran benda ukur.
3. Terampil menetapkan tingkat kedataran benda ukur berdasarkan hasil pengukuran
dengan angle dekkor.

C. DASAR TEORI
Angle dekor adalah alat ukur yang menggunakan prinsip optis. Komponen utama
berupa lensa kolimator. Dengan bantuan prisma, sumber cahaya diatur supaya menyinari
garis berskala (dibuat pada keping gelas tipis) yang terletak pada fokus dari kolimator.
Garis berskala tersebut akan diproyeksikan keluar dari lensa kolimator berupa berkas
cahaya yang sejajar.

Lamp

Diffuser Reflector on
Crosline Obyektive workpiece
Measuring
Gratticule
Graticule

Eyepiece Beam Spier

Gambar 12.1. Prinsip Kerja Angle Dekkor

Apabila didepan kolimator diletakkan permukaan yang rata dan mengkilat


(reflektor), maka berkas cahaya ini akan dipantulkan menuju kolimator dan difokuskan
kembali pada bidang fokusnya. Melalui okuler kita dapat melihat garis skala yang

55 Praktikum Metrologi Industri


dipantulkan (skala pantul) bersama-sama dengan garis skala (skala tetap) yang juga
dibuat pada keping gelas tepat pada sumbu optis. Untuk suatu kedudukan reflektor yang
tertentu (benda standar) kedua garis akan saling tegak lurus pada kedudukan angka
tertentu (garis skala pantul berfungsi sebagai garis indeks untuk membaca harga pada
skala tetap, berlaku juga hal sebaliknya). Apabila permukaan reflektor reflektor yang
tertentu (benda standar) kedua garis akan saling tegak lurus pada kedudukan angka
tertentu (garis skala pantul berfungsi sebagai garis indeks untuk membaca harga pada
skala tetap, berlaku juga hal sebaliknya). Apabila permukaan reflektor dibuat sedikit
menyudutdari posisi semula (diganti dengan benda ukur yang akan dibandingkan) maka
slaka pantul akan bergerak ke atas atau ke bawah dan selain itu mungkin ke kanan atau ke
kiri relatif terhadap skala tetap, dengan demikian mereka akan berpotongan pada posisi
yang berbeda dari semula. Selisih dari kedua pembacaan (dua kali pada skala pantul dan
dua kali pada skala tetap) menunjukkan dua harga sudut pembukaan anatara bidang
standar dan bidang ukur, dengan demikian sudut bidangnya dapat diketahui.
Kapasitas ukur dari angle dekkor hanya sampai 60 menit dengan pembagian skala
(kecermatan) sampai 1 atau ½ menit.

Eye piece

Blok Ukur

Blok Ukur Benda


Kerja

Gambar12.2. Cara Pemakaian Angle Dekor

Dalam dunia industri sekarang ini dibutuhkan ukuran alat ataupun benda kerja yang tepat.
Salah satu bagian dari elemen mesin adalah baut. Untuk pemasangan dan perawatan yang
baik kita harus mengetahui spesifikasinya baut tersebut, apakah witworth atau metris dan
apa macam ulirnya? Salah satu alat yang dapat untuk mengukur spesifikasi ulir dengan
ketelitiannya yang cukup tinggi adalah dengan menggunakan kawat ukur, prisma ukur
dan Floating Carriage Micrometer.

56 Praktikum Metrologi Industri


D. ALAT DAN PERLENGKAPANNYA
1. Angle Dekor dengan dudukanya,
2. meja rata,
3. alat bantu lainnya, dan
4. blok ukur.

E. KESELAMATAN KERJA
Hati-hati dalam menyetel posisi angloe dekkor untuk menghindari lensa pecah ataupun
lampu angle dekkor padam.

F. LANGKAH KERJA
1. Pasang angle Dekor pada dudukanya diatas meja rata.
2. Reflektor di tempatkan di depan Angle dekor.
3. Setting skala referensi dan skala utama ( tidak perlu tepat pada angka nol yang
pentng tepat pada angka bulat ) dan catat sebagai pembacaan utama ( datum ).
4. Ganti kedudukan reflektor dengan benda ukur. Apabila benda ukur tidak dapat
memantulkan sinar dapat digunakan blok ukur, tempatkan diatas benda ukur.
5. Apabila benda ukur benar – benar datar maka pantulan sinar pada sumbu referensi
tapat pada pembacaan pertama ( No. 3 ), tetapi apabila terjadi penyimpangan berarti
benda ukur tersebut miring atau tidak datar.

G. BAHAN DISKUSI
Bandingkanlah hasil pengukuran kedataran benda ukur dengan menggunakan angle
dekkor dan dengan water pass.

57 Praktikum Metrologi Industri


H. LAMPIRAN

Pembacaan pada Graticule, ukuran


satu divisi terkecil = 0,5 menit

Garis Indek pembacaan


Skala Vertikal
60

50

40

0 10 20 30 40 50 60

10

Garis Indek pembacaan


Skala Horisontal

Gambar 12.3. Pembacaan Skala pada Angle Dekor.

Contoh Pembacaan :
Transversal ( Horizontal ) = 33 menit
Longitudinal ( Vertical ) = 37,5 menit

58 Praktikum Metrologi Industri


Tabel 12.1. Data Pengamatan

Pembacaan

Skala Longitudinal Skala Transversal


Pengamatan
0o 180 o 0o 180 o
( L1 ) ( L1 ) ( T1 ) ( T1 )

Harga Rerata

Longitudinal Transversal
Pembacaan Datum (Awal)
L= T=

∆L = L – L1 ∆T = T – T1
Perbedaan dengan pembacaan
0o 180 o 0o 180 o
Datum ( Harga Absolut )

Harga Rerata Perbedaan

α' L = ∆L . 0,5 α' T = ∆T . 0,5


Menghitung Sudut dalam
menit
α' L = α' T =

 
α L= . .' L αT = . ..'T
Menghitung Sudut dalam 60.180 60.180
Radian
α L= αT =

Dimensi Benda ukur Panjang ( a ) = Lebar ( b ) =

Menghitung Penyimpangan dL= α L . a . 103 dT = α T . b . 103


( μm ) dL= dT =

Suhu ruang : …………………… Mengetahui


Kelembaban : ……………………

( ……………………………)

59 Praktikum Metrologi Industri


PRAKTIKUM 13
Kelembaban
PENGUKURAN SUDUT DENGAN
: ……………………
SENTER SINUS (SINE CENTRE)

A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan dapat menggunakan dan
terampil dalam mengukur dimensi ketirusan benda kerja dengan menggunakan senter
sinus.

B. SUB KOMPETENSI DASAR


1. Terampil dalam menyetel posisi batang sinus untuk mengecek ketirusan poros
2. Terampil dalam mengecek sudut poros dengan batang sinus.
3. Terampil menyusun blok ukur untuk ukuran sudut tertentu.
4. Terampil menetapkan besarnya ketirusan poros berdasarkan hasil pengecekan dengan
menggunakan senter sinus.

C. DASAR TEORI
Benda ukur konis dapat diukur konisnya dengan secara cermat dengan memakai
senter sinus. Dasar teori alat ini serupa dengan meja sinus dan batang sinus , yang
membedakannya adalah alat ini diperuntukan untuk benda – benda berbentuk silindis
atau lainnya yang mempunyai sumbu senter. Dalam pengukurannya benda yang akan
dicari sudut kemiringannya dijepit sumbu senternya di kedua sisinya. Untuk
perhitungannya pertama diameter terbesar dan yang terkecil diukur, setelah didapatkan
angka nominalnya dapat diketahui kemiringan sudut perkiraan, lalu angka nominal yang
didapat dimasukkan ke dalam rumus.

Gambar 13.1. Senter sinus dan cara penggunaannya

60 Praktikum Metrologi Industri


Pada prinsipnya pelaksanaan pengukuran dan pemeriksaan dengan senter sinus
sama dengan pengukuran dengan batang sinus. Kalau batang sinus untuk pengukuran dan
pemeriksaan bentuk – bentuk batang geometris berupa pelat atau blok – blok datar ,
maka untuk pengukuran dan pemeriksaan bentuk – bentuk konis dipakai senter sinus.

D. ALAT DAN PERENGKAPANNYA


1. Senter sinus ( sine center ),
2. Jam ukur ( dial indicator ),
3. Blok ukur (gauge block),
4. Meja rata ( surface plate ) ,dan
5. Alat –alat pembersih.

E. KESELAMATAN KERJA
1. Hati –hatilah pada waktu mengecek sudut benda ukur yang relatif besar, agar letak
sudut benda ukur tersebut diatas senter sinus.
2. Hati-hati meletakkan senter sinus pada susunan blok ukur agar blok ukur tidak pecah.

F. LANGKAH KERJA
2. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
3. Meletakan benda kerja pada senter sinus ( sine centre )
4. Mengecek perbedaan tinggi antar ujung poros yang satu dengan lainya menggunakan
jam ukur untuk memperkirakan secara kasar susunan blok ukur.
5. Menyusun atau mengambil blok ukur sesuai dengan yang didapat pada point 3,
letakkan di bawah rol sinus senter ( rol angkat ).
6. Mengecek kedataran posisi poros ( benda ukur ) dengan jam ukur.

G. BAHAN DISKUSI
Bagaimanakah caranya untuk mengatasi adanya kesalahan sinus pada waktu
menggunakan senter sinus .

61 Praktikum Metrologi Industri


H. LAMPIRAN

a
g
b

f e d

Gambar 13.2. Pemakaian Senter sinus dan perlengkapannya

Keterangan :
a. Jam ukur e. Rol angkat.
b. Poros senter. f. Rol tetap.
c. Pemegang poros g. Benda kerja.
d. Landasan . h. Meja rata

Pengukur konis dengan menggunakan senter sinus berarti mengukur setengah dari sudut
konis tersebut. Karena senter sinus ini cukup berat maka waktu pemakaian blok ukur, maka
blok ukur yang tipis harus diletakkan paling bawah dekat dengan landasan ini dimaksudkan
untuk menghindari terjadinya pelengkungan blok ukur yang tipis. Untuk mempercepat
proses pengukuran sudut dengan senter sinus harus diketahui dulu secara kasar basarnya
sudut konis dengan mengunakan mistar ingsut.

62 Praktikum Metrologi Industri


L h

Gambar 13.3. Ilustrasi pengukuran dengan senter sinus

Dimana :
B
l h = Tinggi blok ukur yang dibutuhkan.
x
l = Panjang pergeseran dial indicator.
A
X = Penyimpangan dial indicator dari A ke B

h dapat dicari dengan rumus pendekatan :


x.L
x : h = l: L h=
l
h.sebenarnya
Sin  =
L
NB : pengukuran dilaksanakan untuk tiga buah benda ukur (I,II, dan III)
Setiap benda ukur dilakukan pengukuran 3 kali (1,2, dan 3)

63 Praktikum Metrologi Industri


HASIL PENGUKURAN

Tabel 7.1. Pengamatan dengan senter sinus

Benda Ukur
Variabel
I II III

1 2 3 1 2 3 1 2 3

Suhu ruang : …………………… Mengetahui


Kelembaban : ……………………

( ……………………………)

64 Praktikum Metrologi Industri


PRAKTIKUM 14
KALIBRASI DIAL INDICATOR
DENGAN CALIBRATION TESTER
A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan terampil dalam
mengkalibrsi dial indicator dengan Calibration tester.

B. SUB KOMPETENSI DASAR


1. Mampu menjelaskan dan menggunakan alat Calibration tester
2. Terampil dalam mengkalibrasi dial indicator dengan beberapa ketelitian yang
beragam dengan Calibration tester.

C. DASAR TEORI
Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur
sesuai dengan rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu
standar yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan
acuan tersertifikasi.Sistem manajemen kualitas memerlukan sistem pengukuran yang
efektif, termasuk di dalamnya kalibrasi formal, periodik dan terdokumentasi, untuk
semua perangkat pengukuran. ISO 9000 dan ISO 17025 memerlukan sistem kalibrasi
yang efektif.
Tujuan kalibrasi menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai
konvensional penunjukan suatu instrument ukur dan menjamin hasil-hsil pengukuran
sesuai dengan standar Nasional maupun Internasional.

a
b

Gambar 13.2. Calibration Tester (a ) dan Skala Pembacaan pada Calibration Tester

65 Praktikum Metrologi Industri


Manfaat kalibrasi adalah untuk menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar
tetap sesuai dengan spesefikasinya
Persyaratan kalibrasi
• Standar acuan yang mampu telusur ke standar Nasional / Internasional
• Metoda kalibrasi yang diakui secara Nasional / Internasional
• Personil kalibrasi yang terlatih, yang dibuktikan dengan sertifikasi dari laboratorium
yang terakreditasi
• Ruangan / tempat kalibrasi yang terkondisi, seperti suhu, kelembaban, tekanan udara,
aliran udara, dan kedap getaran
• Alat yang dikalibrasi dalam keadaan berfungsi baik / tidak rusak
• Prosedur kalibrasi harus dilakukan sesuai dengan prosedur standar yang telah diakui.
Kesalahan pemahaman prosedur akan membuahkan hasil yang kurang benar dan tidak
dapat dipercaya. Pengesetan sistem harus teliti sesuai dengan aturan pemakaian alat,
agar kesalahan dapat dihindari.
• Kalibrator
Kalibrator harus mampu telusur kestandar Nasional dan atau Internasional. Tanpa
memiliki ketelusuran, hasil kalibrasi tidak akan diakui oleh pihak lain. Demikian
pulaketelitian, kecermatan dan kestabilan kalibrator harus setingkat lebih baik dari pada
alat yang dikalibrasi
• Tenaga pengkalibrasi
Tenaga pengkalibrasi harus memiliki keahlian dan ketrampilan yang memadai, karena
hasil kalibrasi sangat tergantung kepadanya. Kemampuan mengoperasikan alat dan
kemampuan visualnya, umumnya sangat diperlukan, terutama untuk menghindari
kesalahan yang disebabkan oleh peralak maupun penalaran posisi skala.
• Periode kalibrasi
Periode kalibrasi adalah selang waktu antara satu kalibrasi suatu alat ukur dengan
kalibrasi berikutnya. Periode kalibrasi tergantung pada beberapa faktor antara lain pada
kualitas metrologis alat ukur tersebut, frekuensi pemakaian, pemeliharaan atau
penyimpanan dan tingkat ketelitianya. Periode kalibrasi dapat ditetapkan berdasarkan
lamanya pemakaian alat, waktu kalender atau gabungan dari keduanya.
• Lingkungan
Lingkungan dapat menyebabkan pengaruh yang sangat besar terhadap kalibrasi
terutama untuk mengkalibrasi kalibrator. Misalnya kondisi suhu, kelembabab, getaran

66 Praktikum Metrologi Industri


mekanik medan listrik, medan magnetik, medan elektro magnetik, tingkat penerangan
dan sebagainya.
• Alat yang dikalibrasi
Alat yang dikalibrasi harus dalam keadaan maksimal, artinya dalam kondisi jalan
dengan baik, stabil dan tidak terdapat kerusakan yang menggangu.

Calibration Tester dirancang khusus untuk mengkalibrasi Dial indikator jarak dekat.
Toleransi manufaktur di hampir semua Industri menjadi ketat karena meningkatnya
kesadaran akan kualitas. Oleh karena itu, Pengendalian Kontrol Kualitas dimuat dengan
kalibrasi berkala berbagai instrumen pengukuran, karena keakuratan komponen sangat
tergantung pada keakuratan pengukuran instrumen. Dengan kata lain kalibrasi berkala
Instruments yang presisi seperti Jangka Sorong, Mikrometer, Dial indicator, Plunger type
Dial Gauges, Back Plunger type Dial Gauges, Lever type Dial Gauges dan Bore Gauges
tidak dapat dihindari dan merupakan fitur reguler di banyak perusahaan yang bereputasi.
Pelaksanaan Kalibrasi secara periodik sangat penting untuk Jaminan Mutu serta
pengurangan biaya. Kebiasaan kalibrasi berkala harus dibudidayakan langsung dari tahap
Pendidikan Technical yaitu. Engineering College, Politeknik dan institut lainnya
Kalibrasi, pada umumnya, merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi
dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang digunakan
dalam akurasi tertentu. Contohnya, termometer dapat dikalibrasi sehingga kesalahan
indikasi atau koreksi dapat ditentukan dan disesuaikan (melalui konstanta kalibrasi),
sehingga thermometer tersebut menunjukan temperatur yang sebenarnya dalam celcius
pada titik-titik tertentu di skala.
.
D. ALAT DAN PERENGKAPANNYA
1. Mesin Calibration Tester seri 521-103, seri 00008,
2. Dial Insicator ketelitian 0,01 mm,
3. Dial Insicator ketelitian 0,001 mm,
4. Dial Insicator ketelitian 0,005 mm,
5. Kaca pembesar,
6. Alat – alat pembersih seperti kain;wash/bensin/spirtus.

67 Praktikum Metrologi Industri


E. KESELAMATAN KERJA
1. Hati-hati dalam memasang posisi dial indikator agar diperoleh hasil pengukuran
yang tepat dan menghindari terjadinya benturan calibration terster dengan meja
rata atau benda ukur.
2. Pada waktu akan melakukan kalibrasi cek dulu kapasitas skala pada masing-
masing dial indicator.

F. LANGKAH KERJA
1. Identifikasi alat yang dikalibrasi
2. Menyiapkan alat / bahan yang dikalibrasi.
3. Melakukan kalibrasi dengan setting head micrometer skala pada posisi nol ( 0 ).
4. Pasang dial indicator pada penjepit di Calibration Tester dengan pelan-pelan.
5. Setting skala dial indicator pada posisi nol ( 0 ).
6. Putar skala head micrometer kearah kanan sampai skala dial indicator bergerak 1
divisi.
7. Membaca skala micrometer pada Calibration Tester dan catat penyimpangnya.
8. Baca dan tulis hasil pengamatan/pembacaa pada skala Calibration Tester dari
setiap dial indicator sebesar 20 divisi.
9. Membuat laporan kalibrasi dengan cermat dan lengkap
10. Buatlah grafik penyimpangan pada masing-masing dial indicator.
11. Evaluasi hasil kalibrasi

G. BAHAN DISKUSI
Bandingkanlah hasil kalibrasi dengan menggunakan blok ukur dengan menggunakan
Calibration Tester.

68 Praktikum Metrologi Industri


H. LAMPIRAN

Tabel 13.1. Data Pengamatan

Dial Pembacaan pada Calibration Tester


NO
Indikator ( Divisi )

1 2 3 4 4 5 6 7 8 9 …

Ketelitian
1
0,01

Ketelitian
2
0,001

Ketelitian
3
0,005

Suhu ruang : …………………… Mengetahui


Kelembaban : …………………… ( ……………………………)

69 Praktikum Metrologi Industri

Anda mungkin juga menyukai