PRAKTIKUM
METROLOGI INDUSTRI
A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan dapat mengkalibrasi dan
terampil dalam menggunakan jangka sorong untuk pengukuran dimensi objek ukur yang
bersifat linier dengan cara yang tepat dan benar.
C. DASAR TEORI
Jangka sorong adalah alat ukur linier yang mempunyai ketelitian cukup tinggi
untuk mengukur panjang luar, dalam, maupun kedalaman suatu benda. Jangka sorong
type M terdiri dari 2 model yaitu type M1, tanpa pengisisan teliti (fine feeding device ),
dan type M2 dengan alat pengisian teliti yang meluncur.
Konstruksi jangka sorong tipe standar dijelaskan seperti di atas. Batang pengukur
kedalaman hanya dilengkapi pada jangka sorong dengan daerah pengukuran sampai
dengan 300 mm. Jangka sorong dengan daerah pengukuran 600 mm dan 1000 mm tidak
dilengkapi dengan batang pengukur kedalaman. Bagian alat pengukuran dalam letaknya
terpisah dengan bagian alat pengukur luar.
Skala vernier dengan pembacaan 0,05 mm dengan metode graduasi 19 mm dibagi
menjadi 20 bagian yang sama hanya terdapat pada jangka sorong yang mempunyai batas
pengukuran sampai 300 mm saja. Jangka sorong standar Mitutoyo type M1 dikatakan
juga type SD karena adanya perbedaan bentuk sebagai berikut : bagian alat pengukuran
dalam terletak paling ujung / tepi dari batang skala utama sehingga sisi tepi batang ukur
utama dan sisi tepi dari peluncur berada pada satu bidang yang sama pada pembacaan
nol. Karena bentuk desain yang demikian, jangka sorong Mitutoyo type SD dapat dipakai
untuk melakukan pengukuran tingkat, disamping pengkuran luar, dalam dan kedalaman.
Gambar 1.2. Jangka sorong jam ukur dan jangka sorong digital
Ada pula jangka sorong yang tidak dilengkapi dengan skala nonius. Sebagai
penggantinya maka dibuat jam ukur yang dipasangkan sedemikian rupa sehingga
besarnya pengukuran dapat dilihat pada jam ukur tersebut. Angka yang ditunjukkan oleh
jam ukur adalah angka penambah dari skala utama (angka di belakang koma yang
menunjukkan tingkat ketelitian). Pada jam ukur biasanya sudah dicantumkan tingkat
kecermatannya. Ada yang tingkat kecermatannya 0.10 mm, 0.05 mm dan ada pula yang
sampai 0.02 milimeter. Sedangkan untuk pembacaan dalam inchi, tingkat kecermatannya
ada yang 0.10 inchi dan ada yang 0.001 inchi. Untuk yang tingkat kecermatan 0.10 mm,
satu putaran jarum penunjuk dibagi dalam 100 bagian yang sama. Ini berarti, untuk satu
putaran jarum penunjuk rahang jalan akan bergerak 100 x 0.10 mm = 10 mm. Terdapat
pulajangka sorong dengan skala digital, untuk jelasnya lihat gambar 2.
E. KESELAMATAN KERJA
1. Jangka sorong dan benda ukur harus selalu dalam keadaan bersih
2. Tempatkan jangka sorong pada tempat yang aman sehingga tidak mudah jatuh
3. Jangan gunakan ujung rahang ukur bila mengukur.
F. LANGKAH KERJA
1. Langkah Kalibrasi:
a. Periksa keseluruhan bidang ukur kiri. ( L ).
b. Periksa juga keseluruhan bidang ukur kanan. ( R ).
c. Periksa keseluruhan pembacaan nol.
d. Lanjutkan dengan mengukur menggunakan blok ukur seperti pada tabel.
e. Catat setiap penyimpangan yang terjadi kedalam tabel.
2. Langkah Pengukuran.
a. Mempersiapkan alat ukur dan benda kerja.
b. Ukur bagian – bagian benda kerja pada lokasi yang telah di tentukan dalam
gambar.
c. Catatlah setiap hasil pengukuran kedalam tabel.
d. Sebelum dan sesudah praktek alat – alat ukur dan benda kerja serta
perlengkapannya harus dijaga tetap bersih.
G. BAHAN DISKUSI
Bagaimanakah caranya untuk mengatasi adanya kesalahan paralaks pada waktu
menggunakan ekor jangka sarang untuk mengukur ketinggian atau kedalaman lubang?
L b
r
150
140
Blok Ukur ( mm )
130
120
110
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150
Pembacaan ( mm )
Mengetahui :
(……………………)
A B
F C
L
O
G D
J
K M
N H E
Pengamatan
No Lokasi Rata-rata
I II
1 A
2 B
3 C
4 D
5 E
6 F
7 G
8 H
9 I
10 J
11 K
12 L
13 M
14 N
15 O
A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan dapat mengkalibrasi dan
terampil dalam menggunakan mikrometer untuk pengukuran dimensi objek ukur yang
bersifat linier dengan cara yang tepat dan benar.
C. DASAR TEORI
Mikrometer adalah alat ukur yang linier yang mempunyai ketelitiaan / kecermatan
lebih baik dari pada mistar ingsut. Komponen terpenting dari mikrometer adalah ulir
utama. Dengan memutar silinder putar satu kali putaran, maka poros ukur akan bergerak
secara linier sepanjang satu kisar sesuai dengan kisar dari ulir utama ( biasanya 0,5 mm ).
Umumnya pada mokrometer jarak gerak dari poros ukurnya dibuat sampai 25 mm, yang
bertujuan untuk membatasi kesalahan kumulatif kisar.
Gambar 2.2. Pemeriksaan kerataan muka ukur mikrometer dengan kaca datar.
Tabel 2.1.
Jumlah baris maksimum/ketidak sejajaran maksimum yang diijinkan (JIS B7502)
F. Langkah Kerja
1. Langkah Kalibrasi :
a. Bersihkan alat - alat ukur yang digunakan (mikrometer, blok ukur, pemegang
mikrometer).
b. Standarkan terlebih dahulu pada posisi nol, untuk mikrometer yang akan
dikalibrasi (caranya lihat buku petunjuk/tanyakan pada dosen/teknisi).
c. Ukur kerataan muka ukur sensor mikrometer dengan optical flat dan sinar
monokromatis seperti gambar di bawah.
d. Ceklah mikrometer dengan blok ukur pada ukuran yang sesuai dengan tabel.
e. Catatlah setiap penyimpangan yang terjadi dalam tabel.
2. Langkah Pengukuran :
a. Memepersiapkan peralatan yang diperlukan.
b. Mengukur bagian – bagian benda kerja pada lokasi yang telah ditentukan.
c. Mencatat setiap hasil pengukuran ke dalam tabel.
G. Bahan Diskusi
Bagaimanakah caranya untuk mengatasi adanya kesalahan paralaks pada waktu
menggunakan mikrometer untuk mengukur diamater poros?
30
Blok Ukur ( mm )
25
20
15
10
0
0 5 10 15 20 25 30
Pembacaan ( mm )
C E
B F
A D
G
PENGAMATAN
No Lokasi
I II III IV Rata-rata
1 A
2 B
3 C
4 D
5 E
6 F
7 G
8
A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan dapat mengkalibrasi dan
terampil menggunakan jam ukur untuk pengecekan dimensi objek ukur yang bersifat
linier dengan cara yang tepat dan benar.
C. DASAR TEORI
Jam ukur merupakan alat pembanding yang banyak digunakan di industri permesinan
maupun pada bagian pengukuran. Prinsip kerja jam ukur secara mekanis, dimana gerak
linier sensor diubah menjadi gerak rotasi oleh jarum penunjuk pada piringan dengan
perantaraan batang bergigi dan susunan roda gigi.
Pegas koil berfungsi sebagai penekan batang bergigi hingga sensor selalu
menekan kebawah. Sedangkan pegas spiral berfungsi sebagai penekan sistem transmisi
roda gigi sehingga permukaan gigi yang berpasangan selalu menekan pada sisi yang sama
untuk kedua arah putaran ( untuk menghindari backlash ) yang mungkin terjadi karena
profil gigi yang tidak sempurna atau sudah aus. Jam ukur juga dilengkapi dengan
( jewel ) untuk mengurangi gesekan pada dudukan poros roda gigi.
Ketelitian dan kecermatan jam ukur berbeda – beda ada yang kecermatannya 0,01
; 0,02 ; 0,005 dan kapasitas ukurnya juga berbeda – beda , misalnya : 20, 10, 5, 2, 1 mm
. Untuk jam ukur dengan kapasitas besar, terdapat jam kecil dalam piringan yang besar
dimana satu putaran jarum besar sama dengan tanda satu angka jam kecil. Pada piringan
terdapat skala yang dilengkapi dengan tanda batas atas dan tanda batas bawah. Piringan
skala dapat diputar untuk kalibrasi posisi nol.
F. LANGKAH KERJA
1. Siapkan dan atur peralatan yang akan dipakai.
2. pasang jam ukur pada pemegangnya [ harus tegak lurus ].
3. Periksa skala naik turun dengan menggunakan blok ukur.
4. Hitung penyimpangannya [ standar deviasi ].
( Xi X ) 2 ( Xi X ) 2
σ
(n n ) 2
G. BAHAN DISKUSI
Bagaimanakah caranya untuk mengatasi adanya kesalahan kosinus pada waktu
menggunakan jam ukur.
Ukuran Blok
Pengamatan
Ukur
1. 2,55
2. 2,80
3. 3,45
4. 4,65
5. 5,25
Arah Turun
1. 5,25
2. 4,65
3. 3,45
4. 2,80
5. 2,55
(………………………………)
A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan mahasiswa terampil
dalam memeriksa kelurusan dan kebulatan poros dengan menggunakan jam ukur.
C. DASAR TEORI
Pengukuran kelurusan poros dapat dengan menggunakan bangku senter , dan jam
ukur ( Dial indicator ). Dalam hal ini poros yang diukur diletakkan diantara senter
bangku kerja. Namun sebelum benda kerja ( poros ) dipasang , kedua senter harus dicek
terlebih dahulu untuk memastikan kedua senter tersebut dalam keadaan sesumbu.
Kemudian lakukan pemeriksaan / pengukuran dengan menggunakan jam ukur per
increment jarak dengan cara menggeser – geser jam ukur sepanjang poros dan mencatat
perubahan setiap increment jarak tersebut.
E. KESELAMATAN KERJA
Sensor jangan sampai terguncang pada waktu akan disentuhkan ke blok ukur.
G. BAHAN DISKUSI
Bagaimanakah caranya untuk mengatasi adanya kesalahan kosinus pada waktu
menggunakan jam ukur.
H. LAMPIRAN
IV II
0 1 2 3 … dst
III
Lokasi 1 2 3
I
II
III
IV
Rata-rata
A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan terampil dalam mengecek
sudut benda ukur dengan menggunakan alat ukur sudut pembanding (angle gauge).
C. DASAR TEORI
Benda ukur menurut geometrisnya tidak selamanya mempunyai dimensi ukuran
dalam bentuk panjang. Akan tetapi adakalanya di samping mempunyai dimensi panjang
juga mempunyai dimensi sudut. Ketepatan sudut benda kerja untuk maksud-maksud
tertentu ternyata sangat diperlukan, misalnya sudut blok V (V-block), sudut alur
berbentuk ekor burung, sudut ketirusan poros dan sebagainya. Untuk itu, pengukuran
sudut perlu dipelajari caranya. Prinsip-prinsip pengukuran yang digunakan untuk
pengukuran linier juga berlaku untuk pengukuran sudut.
Seperti halnya pada ukuran panjang maka sudut pun mempunyai satuan sendiri
yaitu derajat. Satu lingkaran penuh= 60°. Satu derajat = 60 menit (1° = 60’), dan satu
menit = 60 detik (1’ =6’’). Satuan sudut dalam derajat ini adalah satuan menurut sistem
inchi. Sedangkan untuk system metrik, satuan sudut adalah radian.
Dalam pengukuran sudut juga ada alat-alat ukur sudut yang bisa langsung dibaca
hasil pengukurannya, ada juga yang harus menggunakan alat-alat bantu lain dalam arti
tidak bisa langsung dibaca hasil engukurannya. Oleh karena itu, dalam pembahasan
pengukuran sudut akan dibicarakan pengukuran sudut langsung dan tak langsung beserta
alat dan cara menggunakannya.
Beberapa alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur sudut adalah Block
sudut (Angle Gauge), busur baja (protractor), dan busur bilah (universal bevel
protractor)
Busur baja ini hanya mempunyai ketelitian sampai 1°. Piringan skala setengah
lingkaran diberi skala sudut dari 0° sampai 180° secara bolak balik. Satu skala kecil
besarnya sama dengan 1°. Busur baja ini cocok digunakan untuk mengukur sudut-sudut
benda ukur terutama yang terbuat dari pelat.
Di samping itu untuk pengukuran yang cepat alat ini tepat juga untuk mengukur
sudut-sudut alat potong cutting tool misalnya sudut dari mata bor drill atau muka pahat
bubut. Untuk mengukur sudut- sudut yang kecil atau terpancung, maka dalam
menggunakan busur baja ini dapat dibantu dengan penyiku. Gambar-gambar berikut ini
menunjukkan gambar dari busur baja dan contoh-contoh penggunaannya.
Sebagai contoh lihat Gambar 5.6. di bawah ini. Gambar tersebut menunjukkan
ukuran sudut sebesar 50° 55’ (lima puluh derajat lima puluh lima menit). Garis nol skala
nonius berada di antara 50 dan 60 dari skala utama, tepatnya antara garis ke 50 dan 51.
Ini berarti penunjukkan skala utama sekitar 50 derajat lebih. Kelebihan ini dapat kita baca
besarnya dengan melihat garis skala nonius yang segaris dengan salah satu garis skala
utama. Ternyata yang segaris adalah garis angka 55 dari skala nonius. Ini berarti
kelebihan ukuran tersebut adalah 55 menit (11 garis di sebelah kiri garis nol: 11 x 5 menit
= 55 menit). Jadi, keseluruhan pembacaannya adalah 50 derajat ditambah 55 menit = 56
derajat 55 menit (50° 55’).
H. LAMPIRAN
Tabel 13.1. Data Pengamatan
A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan : dapat menggunakan dan
terampil dalam mengukur dimensi lurus dan sudut benda kerja dengan menggunakan
Proyektor bentuk.
C. DASAR TEORI
Profile Proyektor merupakan alat ukur yang menggunakan prinsp kerja optis dan
mekanis. Sistem optis digunakan untuk memperbesar bayangan dari benda kerja.
Sedangkan sistem mekanis digunakan untuk sistem pengukuran seperti mikrometer.
Bayangan benda kerja bisa dilihat pada layar dan hasil pengukuran bisa dilihat pada skala
mikrometer atau skala sudut. Alat ini berfungsi untuk mengukur dimensi (panjang, lebar,
diameter dan lainnya) dan juga dapat untuk mengukur sudut. Dengan ketelitian alat 5 µm
untuk pengukuran panjang dan 2’ (2 menit) untuk pengukuran sudut. Pada percobaan ini
ingin diketahui demensi dari suatu benda uji yang sangat kecil. Dengan profile projector
dimensi dari benda ini dapat diukur dengan menggunakan proyeksi (bayangan) dari
benda uji ini.
Bagan dari profil projector dapat dilihat pada gambar 6.1. Dari gambar tersebut
dapat dijelaskan beberapa komponen penting dari profile projector yang meliputi : lampu,
lensa kondensor, filter penyerap panas, filter warna, kaca alas, lensa proyeksi, cermin
datar dan layar.
adalah skala yang ada pada layar. Sebaliknya bila yang digunakan untuk mengukur sudut
adalah dengan memutar meja (rotary table) maka hasil pengukurannya dapat dibaca pada
skala sudut yang diletakkan di ataaas meja putar tersebut
Pengukuran Linier
1. Objek uji diletakkan di bidang uji dan dijepit
2. Proyektor dinyalakan sehingga bayangan dari objek terlihat di display lensa proyektor
3. Fokus dari projektor disesuaian sampai kelihatan jelas
4. Pengatur jarak sumbu x-y dipindahkan ke acuan titik dari objek ujisecara vertikal atau
horizontal.
E. KESELAMATAN KERJA
Hati –hatilah pada waktu mengecek sudut benda ukur yang relatif besar, agar letak sudut
benda ukur tersebut diatas batang sinus.
G. BAHAN DISKUSI
Bagaimanakah caranya untuk mengatasi adanya kesalahan baca pada waktu
menggunakan skala ukur pada proyektor bentuk.
H. LAMPIRAN
E G
B
D
C
H I
J
L M
Pengamatan
NO Lokasi
I II II Rata-rata
1 A
2 B
3 C
4 D
5 E
6 F
7 G
8 H
9 I
10 J
11 K
12 L
13 M
14 N
15 P
16 Q
(………………………………)
A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan terampil dalam mengukur
dimensi radius dan sudut poros tirus dan lubang tirus.
C. DASAR TEORI
Elemen mesin yang dipergunakan pada suatu mesin perkakas, alat bantu mesin
perkakas, atau alat potong biasanya mempunyai ketirusan tertentu baik tirus dalam
maupun luar. Untuk pengukuran sudutnya tidak mempunyai alat khusus, maka
diperlukan alat ukur bantu yang berupa bola/rol baja ( Steel roller and Steel Ball).
Dengan bantuan alat bantu tersebut kita akan dapat mengetahui ukurannya, yang
biasanya alat ini tersedia di lab metrologi. Dengan bantuan rumus matematika (geometri
dan trigonometri) kita dapat menyusun suatu rumus untuk mencari diameter atau dimensi
suatu benda tirus. Benda tirus tersebut misalnya senter mati (dead center) , senter jalan
(live centre), atau poros arbor (poros pemegang pahat frais).
F. LANGKAH KERJA
Pengukuran Tirus Luar
1. Benda ukur diatur posisinya diatas meja rata dengan bantuan V- block atau
diberdirikan.
2. Ambil bola baja/ atau rol baja dua buah yang sama ukurannya, serta sepasang blok
ukur (ukuran sama panjang).
3. Letakkan bola tersebut pada posisi seperti Gambar
4. Ukurlah bagian – bagian yang ditunjukkan pada Gambar
5. Demikian seterusnya dengan posisi yang lain sesuai pada Tabel
M2
½α
H2
h2
H1
h1
M1
M 2 M1
Tg ½ α =
2.(h2 h1 )
D max =
M 2 2.12 d 12 d .Cos 12 H 2 12 d .Cos 12 .Tg 12 d h2 .Tg 12
D2 D1
h2 Sin 1
2 2h1 h2 D2 D1
D2
212 D1 H h1 12 D1 .Tg 12
h1 D min
Cos 12
½α H
D max D min 2Hta 12
D1
G. BAHAN DISKUSI
Bandingkanlah hasil pengukuran ketirusan pada kedua benda ukur tersebut.
No D. Rolers h α Keterangan
1. …………… 1. ……… D max = …………
1
2. …………… 2. ……... D min = …………
1. …………… 1. ……… D max = …………
2
2. …………… 2. ……... D min = …………
1. …………… 1. ……… D max = …………
3
2. …………… 2. …….. D min = …………
(………………………..)
A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan: terampil dalam
mengukur dimensi radius benda kerja dengan menggunakan rol dan bola baja.
C. DASAR TEORI
Radius suatu benda ukur ataupun diameter suatu silinder dengan ukuran yang besar
pada umumnya sulit atau tidak mungkin diukur dengan cara langsung. Untuk itu
diperlukan cara pengukuran tak langsung dengan bantuan alat bantu yaitu rol atau bola.
Rol atau silinder ini dapat diambil dari suatu standar rol dengan kualitas baik. Bila
standar rol tidak dimiliki maka dapat dipakai rol / silinder dari bantalan rol. Untuk itu
perlu diukur dengan cermat untuk mengetahui ukuran sebenarnya dan ketepatan dari rol
yang dipakai.
2. Mengukur Radius Luar Cara 1
1
( H C ) Sin
2
α R=
1
1 Sin
H
2
C
α = 90
d 1
d
C Hr ( s d
1 2
)
2
Sin 12
Hr
Hr = jarak rol presisi dengan Vee blok
s d = Diameter rol presisi
R
d
(M d )2
R
8d
R Untuk p < ½ d
d ( M d ) 2 d 2 (2 p d ) 2
R=
8(d p)
R d
d2
1 / 2d
R= 4d 2 ( M d ) 2
d 2 d .s
R=
d 2s
E. KESELAMATAN KERJA
Sebelum bekerja, pastikan semua peralatan pendukung selain rol dan bola baja betul-
betul siap. Berilah vaselin setiap selesai menggunakan rol dan bola baja
G. BAHAN DISKUSI
Bandingkanlah hasil pengukuran benda pada nomor 2 dan nomor 3.
H. LAMPIRAN
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
H = ........................
Hr = .....................
α = ......................
Radius Luar cara I
d = .....................
R = . ......................
s = ........................
M = .....................
Radius Luar cara II R = .......................
d = .......................
M = .....................
p = .......................
M = .....................
Radius Dalam cara I R = .......................
d = .......................
d = .......................
Radius Dalam cara II R = .......................
s = ........................
Suhu ruang : ………………… Mengetahui
Kelembaban : ...........................
Tanggal Praktikum : ..........................
(………………………..)
A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan dapat menggunakan dan
terampil dalam memeriksa sudut benda kerja dengan menggunakan batang sinus.
C. DASAR TEORI
Batang sinus berupa suatu batang dengan dua buah rol yang diletakkan pada kedua
ujung sisi bawah. Kedua rol mempunyai diameter dan keselindrisan dengan toleransi
yang cukup sempit ( 0,003 mm ) dan dipasangkan pada batang dengan jarak antar senter
tertentu ( 100, 200, 250, 300 ).
Secara teoritis penggunaan batang sinus sangatlah mudah. Prinsip dasarnya adalah
dengan meletakkan batang sinus dan menempelkan pada sisi penahannya. Sebelumnya
benda ukur diukur terlebih dahulu dengan busur, lalu akan didapatkan tinggi h
pendekatan dengan rumus
Apabila pada h sebenarnya jarum jam ukur dijalankan sepanjang l tidak bergerak
maka perhitungannya sudah tepat. Lalu didapat sudut dengan jalan mensubstitusikan
kerumus di atas.
E. KESELAMATAN KERJA
Hati –hatilah pada waktu mengecek sudut benda ukur yang relatif besar, agar letak
sudut benda ukur tersebut diatas batang sinus.
G. BAHAN DISKUSI
Bagaimanakah caranya untuk mengatasi adanya kesalahan sinus pada waktu
menggunakan batang sinus.
H. LAMPIRAN
L h
x
h
l
L 200 mm 200 mm 200 mm
Hasil
Perhitungan
(………………………..)
A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan terampil dalam mengukur
roda gigi dan mampu menganalisis hasil pengukuran tersebut.
C. DASAR TEORI
Roda gigi berfungsi untuk meneruskan daya, mengubah putaran, dan sebagai
pompa zat cair. Pengukuran roda gigi dapat dilakukan secara universal dan secara
individual. Secara universal maksudnya, membandingkan roda gigu ukur dengan roda
gigi standar. Perbandingan di sini dimaksudkan untuk melihat ketepatan jarak puncak
dan ketepatan titik pusat (eksentrisitas. Secara individual dimaksudkan untuk memeriksa
ketepatan, tebal gigi, tinggi gigi, lebar gigi, jarak puncak, dan bentuk involute serta sudut
tekan. Ketepatan diameter efektif roda gigi sangat dipengaruhi oleh ketepatan sudut dan
jarak puncak gigi. Alat ukur yang paling banyak digunakan adalah jangka sorong roda
gigi (vernier tooth caliper).
Bentuk gigi roda gigi yang banyak diproduksi dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu bentuk involute dan bentuk cycloidal. Diantara dua bentuk tersebut yang
paling banyak diproduksi adalah bentuk involute karena lebih cocok untuk keperluan
produk-produk permesinan secara umum yang memerlukan ketelitian-ketelitian tertentu.
Sedangkan untuk keperluan mesin-mesin dengan beban berat dan pekerjaan kasar
biasanya digunakan roda gigi dengan bentuk cycloidal.
Secara umum, pemeriksaan roda gigi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
pemeriksaan secara analisis dan pemeriksaan menurut fungsinya. Pemeriksaan secara
analisis (analitical inspection) maksudnya adalah memeriksa semua elemen-elemen
penting dari roda gigi, misalnya bentuk gigi, jarak puncak antar gigi (pitch), jarak celah
(clearance), eksentrisitas, tebal gigi, lead dan back lash. Sedangkan pemeriksaan menurut
fungsinya (functional inspection) adalah pemeriksaan roda gigi yang dibandingkan
dengan roda gigi standar (master gear) yang caranya adalah memasang roda gigi yang
akan diperiksa pada roda gigi standar dan kemudian memutar pasangan roda gigi
tersebut. Dengan beberapa peralatan maka dapat dilihat/diperiksa tingkat kebisingan
suara yang timbul akibat gesekan antar roda gigi, getaran dan variasi gerakan dari putaran
roda gigi.
Salah satu pengukuran roda gigi (untuk mengetahui tebal dan tinggi gigi) dapat
dilakukan dengan menggunakan jangka sorong gigi yang diilustrasikan dalam Gambar
10.2. Untuk melakukan pengukuran tersebut terlebih dahulu perlu ditentukan modul roda
gigi yang akan diukur. Berdasarkan modul tersebut dapat ditentukan besarnya tebal gigi
(s) berdasarkan tabel (lihat Tabel 1) sebagai dasar untuk mengetahui tinggi gigi dengan
jangka sorong roda gigi.
E. KESELAMATAN KERJA
1. Sikap mistar sorong harus tegak lurus.
2. Jika longgar diatas berarti gigi terlalu tebal.
3. Jika longgar disamping berarti gigi terlalu kurus.
4. Tebal gigi boleh diukur, dan dibandingkan dengan s dari tabel.
5. Semua alat ukur yang telah selesai dipakai harap dibersihkan dan diberi grease anti
korosi
F. LANGKAH KERJA
1. Membersihkan alat ukur dan benda ukur yang akan dipakai.
2. Mengukur dimensi profile gigi, tebal gigi ( s ) , tinggi gigi ( ha dan hf ), diameter luar
gigi (da ), diameter efektif ( dw ), diameter inti ( df ), modul (m ) dsb, dengan
menggunakan mikrometer pana dan mistar sorong roda gigi.
3. Cari s dan ha untuk modul = 1 ( pada tabel ), Sesuai dengan banyaknya gigi ( Z ) dari
roda gigi yang akan diperiksa.
G. BAHAN DISKUSI
Bandingkanlah hasil pengukuran roda gigi secara universal dan secara individual.
H. LAMPIRAN
Untuk perhitungan bisa menggunakan keterangan – keterangan dari manual / buku teori
yang lainnya.
A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan : terampil dalam
mengukur ulir dan mampu menganalisis hasil pengukuran tersebut.
C. DASAR TEORI
Dalam dunia industri sekarang ini dibutuhkan ukuran alat ataupun benda kerja yang tepat.
Salah satu bagian dari elemen mesin adalah baut. Untuk pemasangan dan perawatan yang
baik kita harus mengetahui spesifikasinya baut tersebut, apakah witworth atau metris dan
apa macam ulirnya? Salah satu alat yang dapat untuk mengukur spesifikasi ulir dengan
ketelitiannya yang cukup tinggi adalah dengan menggunakan kawat ukur, prisma ukur
dan Floating Carriage Bench Micrometer.
Untuk lebih jelasnya pengukuran dengan Floating Carriage Bench Micrometer lihat
ilustrasi berikut ini.
Rst Rbk
R
1
Landasan FCBM
Dimana :
F = Diameter luar
Dst = Ukuran diameter standart dengan Mikrometer Outside
Rst = Pembacaan FCBM pada standart.
Rbk = Pembacaan FCBM pada standart benda kerja
b. Rumus mencari Diameter Efektif.
D Rst E Rbk
R
1
Landasan FCBM
D Rst C Rbk
R
1
Landasan FCBM
Dimana :
Rst = Pembacaan mikrometer pada standart dan prisma.
Rbk = Pembacaan mikrometer pada benda kerja dan prisma.
C = Diameter inti.
Untuk lebih jelas , rumus diatas dapat dilihat pada hand out pengukuran ulir dengan
floating carriage mikrometer.
P Kawat ukur ( dm )
E M
R1
Gambar 11.5. Ilustrasi cara mengukur Diameter Efektif dengan 3 – Unit Wire
E = M - 3dm + 0,866025 X P
Dimana :
E = Diameter efektif ( untuk ulir metris )
M = Pembacaan mikrometer termasuk kawat ukur.
dm = Diameter kawat.
P = Pitch ulir yang diukur.
F. LANGKAH KERJA
1. Membersihkan alat ukur dan benda ukur yang akan dipakai.
2. Mengukur dimensi profile gigi, tebal gigi ( s ) , tinggi gigi ( ha dan hf ), diameter luar
gigi (da ), diameter efektif ( dw ), diameter inti ( df ), modul (m ) dsb, dengan
menggunakan mikrometer pana dan mistar sorong roda gigi.
3. Cari s dan ha untuk modul = 1 ( pada tabel ), Sesuai dengan banyaknya gigi ( Z ) dari
roda gigi yang akan diperiksa.
4. Setel mistar sorong vertikal sebesar ha untuk menentukan tebal gigi.
5. Bandingkan nilai yang dihitung dengan jangka sorong dengan mistar sorong roda gigi
dari beberapa pengukuran pada no. 2.
6. Bila telah selesai pengukuran bersihkan semua alat ukur dan diberi grease anti
korosi, kemudian simpan pada tempat semula.
G. BAHAN DISKUSI
Bandingkanlah hasil pengukuran ulir dengan menggunakan mikrometer pana, metode
tiga kawat, dan floating carriage mass micrometer
6,35 mm 8 mm
Mikrometer Metode
No Baut Floating Carriage Ket
Outside 3 Kawat
D. Luar : ………...
Uk. Pitch : D. Luar : D. Efektif :
1 D. Efektif : …..........
………… …………. ………….
D. Inti : ………...
D. Luar : …………
Uk. Pitch : D. Luar : D. Efektif :
2 D. Efektif : …….......
………… …………. ………….
D. Inti : …………
D. Luar : …………
Uk. Pitch : D. Luar : D. Efektif :
3 D. Efektif : …..........
………… …………. ………….
D. Inti : ………...
( ……………………………)
A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan terampil dalam mengukur
kedataran dengan angle dekkor dan mampu menganalisis hasil pengukuran tersebut.
C. DASAR TEORI
Angle dekor adalah alat ukur yang menggunakan prinsip optis. Komponen utama
berupa lensa kolimator. Dengan bantuan prisma, sumber cahaya diatur supaya menyinari
garis berskala (dibuat pada keping gelas tipis) yang terletak pada fokus dari kolimator.
Garis berskala tersebut akan diproyeksikan keluar dari lensa kolimator berupa berkas
cahaya yang sejajar.
Lamp
Diffuser Reflector on
Crosline Obyektive workpiece
Measuring
Gratticule
Graticule
Eye piece
Blok Ukur
Dalam dunia industri sekarang ini dibutuhkan ukuran alat ataupun benda kerja yang tepat.
Salah satu bagian dari elemen mesin adalah baut. Untuk pemasangan dan perawatan yang
baik kita harus mengetahui spesifikasinya baut tersebut, apakah witworth atau metris dan
apa macam ulirnya? Salah satu alat yang dapat untuk mengukur spesifikasi ulir dengan
ketelitiannya yang cukup tinggi adalah dengan menggunakan kawat ukur, prisma ukur
dan Floating Carriage Micrometer.
E. KESELAMATAN KERJA
Hati-hati dalam menyetel posisi angloe dekkor untuk menghindari lensa pecah ataupun
lampu angle dekkor padam.
F. LANGKAH KERJA
1. Pasang angle Dekor pada dudukanya diatas meja rata.
2. Reflektor di tempatkan di depan Angle dekor.
3. Setting skala referensi dan skala utama ( tidak perlu tepat pada angka nol yang
pentng tepat pada angka bulat ) dan catat sebagai pembacaan utama ( datum ).
4. Ganti kedudukan reflektor dengan benda ukur. Apabila benda ukur tidak dapat
memantulkan sinar dapat digunakan blok ukur, tempatkan diatas benda ukur.
5. Apabila benda ukur benar – benar datar maka pantulan sinar pada sumbu referensi
tapat pada pembacaan pertama ( No. 3 ), tetapi apabila terjadi penyimpangan berarti
benda ukur tersebut miring atau tidak datar.
G. BAHAN DISKUSI
Bandingkanlah hasil pengukuran kedataran benda ukur dengan menggunakan angle
dekkor dan dengan water pass.
50
40
0 10 20 30 40 50 60
10
Contoh Pembacaan :
Transversal ( Horizontal ) = 33 menit
Longitudinal ( Vertical ) = 37,5 menit
Pembacaan
Harga Rerata
Longitudinal Transversal
Pembacaan Datum (Awal)
L= T=
∆L = L – L1 ∆T = T – T1
Perbedaan dengan pembacaan
0o 180 o 0o 180 o
Datum ( Harga Absolut )
α L= . .' L αT = . ..'T
Menghitung Sudut dalam 60.180 60.180
Radian
α L= αT =
( ……………………………)
A. KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan dapat menggunakan dan
terampil dalam mengukur dimensi ketirusan benda kerja dengan menggunakan senter
sinus.
C. DASAR TEORI
Benda ukur konis dapat diukur konisnya dengan secara cermat dengan memakai
senter sinus. Dasar teori alat ini serupa dengan meja sinus dan batang sinus , yang
membedakannya adalah alat ini diperuntukan untuk benda – benda berbentuk silindis
atau lainnya yang mempunyai sumbu senter. Dalam pengukurannya benda yang akan
dicari sudut kemiringannya dijepit sumbu senternya di kedua sisinya. Untuk
perhitungannya pertama diameter terbesar dan yang terkecil diukur, setelah didapatkan
angka nominalnya dapat diketahui kemiringan sudut perkiraan, lalu angka nominal yang
didapat dimasukkan ke dalam rumus.
E. KESELAMATAN KERJA
1. Hati –hatilah pada waktu mengecek sudut benda ukur yang relatif besar, agar letak
sudut benda ukur tersebut diatas senter sinus.
2. Hati-hati meletakkan senter sinus pada susunan blok ukur agar blok ukur tidak pecah.
F. LANGKAH KERJA
2. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
3. Meletakan benda kerja pada senter sinus ( sine centre )
4. Mengecek perbedaan tinggi antar ujung poros yang satu dengan lainya menggunakan
jam ukur untuk memperkirakan secara kasar susunan blok ukur.
5. Menyusun atau mengambil blok ukur sesuai dengan yang didapat pada point 3,
letakkan di bawah rol sinus senter ( rol angkat ).
6. Mengecek kedataran posisi poros ( benda ukur ) dengan jam ukur.
G. BAHAN DISKUSI
Bagaimanakah caranya untuk mengatasi adanya kesalahan sinus pada waktu
menggunakan senter sinus .
a
g
b
f e d
Keterangan :
a. Jam ukur e. Rol angkat.
b. Poros senter. f. Rol tetap.
c. Pemegang poros g. Benda kerja.
d. Landasan . h. Meja rata
Pengukur konis dengan menggunakan senter sinus berarti mengukur setengah dari sudut
konis tersebut. Karena senter sinus ini cukup berat maka waktu pemakaian blok ukur, maka
blok ukur yang tipis harus diletakkan paling bawah dekat dengan landasan ini dimaksudkan
untuk menghindari terjadinya pelengkungan blok ukur yang tipis. Untuk mempercepat
proses pengukuran sudut dengan senter sinus harus diketahui dulu secara kasar basarnya
sudut konis dengan mengunakan mistar ingsut.
Dimana :
B
l h = Tinggi blok ukur yang dibutuhkan.
x
l = Panjang pergeseran dial indicator.
A
X = Penyimpangan dial indicator dari A ke B
Benda Ukur
Variabel
I II III
1 2 3 1 2 3 1 2 3
( ……………………………)
C. DASAR TEORI
Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur
sesuai dengan rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu
standar yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan
acuan tersertifikasi.Sistem manajemen kualitas memerlukan sistem pengukuran yang
efektif, termasuk di dalamnya kalibrasi formal, periodik dan terdokumentasi, untuk
semua perangkat pengukuran. ISO 9000 dan ISO 17025 memerlukan sistem kalibrasi
yang efektif.
Tujuan kalibrasi menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai
konvensional penunjukan suatu instrument ukur dan menjamin hasil-hsil pengukuran
sesuai dengan standar Nasional maupun Internasional.
a
b
Gambar 13.2. Calibration Tester (a ) dan Skala Pembacaan pada Calibration Tester
Calibration Tester dirancang khusus untuk mengkalibrasi Dial indikator jarak dekat.
Toleransi manufaktur di hampir semua Industri menjadi ketat karena meningkatnya
kesadaran akan kualitas. Oleh karena itu, Pengendalian Kontrol Kualitas dimuat dengan
kalibrasi berkala berbagai instrumen pengukuran, karena keakuratan komponen sangat
tergantung pada keakuratan pengukuran instrumen. Dengan kata lain kalibrasi berkala
Instruments yang presisi seperti Jangka Sorong, Mikrometer, Dial indicator, Plunger type
Dial Gauges, Back Plunger type Dial Gauges, Lever type Dial Gauges dan Bore Gauges
tidak dapat dihindari dan merupakan fitur reguler di banyak perusahaan yang bereputasi.
Pelaksanaan Kalibrasi secara periodik sangat penting untuk Jaminan Mutu serta
pengurangan biaya. Kebiasaan kalibrasi berkala harus dibudidayakan langsung dari tahap
Pendidikan Technical yaitu. Engineering College, Politeknik dan institut lainnya
Kalibrasi, pada umumnya, merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi
dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang digunakan
dalam akurasi tertentu. Contohnya, termometer dapat dikalibrasi sehingga kesalahan
indikasi atau koreksi dapat ditentukan dan disesuaikan (melalui konstanta kalibrasi),
sehingga thermometer tersebut menunjukan temperatur yang sebenarnya dalam celcius
pada titik-titik tertentu di skala.
.
D. ALAT DAN PERENGKAPANNYA
1. Mesin Calibration Tester seri 521-103, seri 00008,
2. Dial Insicator ketelitian 0,01 mm,
3. Dial Insicator ketelitian 0,001 mm,
4. Dial Insicator ketelitian 0,005 mm,
5. Kaca pembesar,
6. Alat – alat pembersih seperti kain;wash/bensin/spirtus.
F. LANGKAH KERJA
1. Identifikasi alat yang dikalibrasi
2. Menyiapkan alat / bahan yang dikalibrasi.
3. Melakukan kalibrasi dengan setting head micrometer skala pada posisi nol ( 0 ).
4. Pasang dial indicator pada penjepit di Calibration Tester dengan pelan-pelan.
5. Setting skala dial indicator pada posisi nol ( 0 ).
6. Putar skala head micrometer kearah kanan sampai skala dial indicator bergerak 1
divisi.
7. Membaca skala micrometer pada Calibration Tester dan catat penyimpangnya.
8. Baca dan tulis hasil pengamatan/pembacaa pada skala Calibration Tester dari
setiap dial indicator sebesar 20 divisi.
9. Membuat laporan kalibrasi dengan cermat dan lengkap
10. Buatlah grafik penyimpangan pada masing-masing dial indicator.
11. Evaluasi hasil kalibrasi
G. BAHAN DISKUSI
Bandingkanlah hasil kalibrasi dengan menggunakan blok ukur dengan menggunakan
Calibration Tester.
1 2 3 4 4 5 6 7 8 9 …
Ketelitian
1
0,01
Ketelitian
2
0,001
Ketelitian
3
0,005