Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN TUGAS MATA KULIAH

Metrologi Industri

Dosen pembimbing :
Prof. Dr. Sudji Munadi , M.Pd.

HALAMAN JUDUL

Oleh :

Wijdan Alfafa / 17503244024


Ichsan Cahya R / 17503244025
Ananta Sandhu P / 17503244026
Widodo Apriliyanto / 17503244027
Adam Muh Kurnia / 17503244028

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
PENGUKURAN TIRUS DALAM DAN TIRUS LUAR

1. Kompetensi
Setelah melaksanakan praktik praktikan/mahasiswa diharapkan:
Terampil dalam mengukur dimensi radius dan sudut poros tirus dan lubang
tirus.
2. Dasar Teori
Elemen mesin yang dipergunakan pada suatu mesin perkakas, alat bantu
mesin perkakas, atau alat potong biasanya mempunyai ketirusan tertentu
baik tirus dalam maupun luar. Untuk pengukuran sudutnya tidak
mempunyai alat khusus, maka diperlukan alat ukur bantu yang berupa
bola/rol baja (Steel Roller and Steel Ball). Dengan bantuan alat bantu
tersebut kita akan dapat mengetahui ukurannya, yang biasanya alat ini
tersedia di lab metrologi. Dengan bantuan rumus matematika (geometri
dan trigonometri) kita dapat menyusun suatu rumus untuk mencari
diameter atau dimensi suatu benda tirus. Benda tirus tersebut misalnya
senter mati (dead center), senter jalan (live center), atau poros arbor (poros
pemegang pahat frais).
3. Prosedur Praktikum
A. Alat dan Perlengkapannya
Satu set bola/rol baja, satu set blok ukur, jangka sorong,
mikrometer kedalaman/luar, high gauge (mistar ingsut ketinggian),
V-Block, benda ukur (dead center) dan alat-alat pembersih.
B. Keselamatan Kerja
Hati-hati dalam menyetel posisi blok ukur, rol ataupun bola baja
agar kesalahan pengukuran sekecil mungkin.
C. Langkah Kerja
Pengukuran Tirus Luar

a) Benda ukur diatur posisinya diatas meja rata dengan bantuanV-


Block atau diberdirikan.
b) Ambil bola baja atau rol baja dua buah yang sama ukurannya, serta
sepasang blok ukur (ukuran sama panjang).
c) Letakkan bola tersebut pada posisi seperti gambar.
d) Ukurlah bagian-bagian yang ditunjukkan pada gambar.

e) Demikian seterusnya dengan posisi yang lain sesuai pada tabel.

D max =

Pengukuran Tirus Dalam

a) Prosedurnya sama dengan di luar bedanya pada penggunaan bola


baja.

b) Ambil bola baja dua buah yang sama ukurannya.

c) Letakkan bola baja tersebut pada posisi seperti pada gambar.

d) Ukurlah bagian-bagian yang perlu diukur.


4. Data Pengukuran
a. Tabel Pengukuran Tirus Luar
Tinggi Gage Block Tinggi H Jarak M
No Hasil Perhitungan
(h) (mm) (mm)

h1 = 10 mm H1 = 20 M1 = 40
1 α = 2,98°
h2 = 50 mm H2 = 60 M2 = 42,5

h1 = 15 mm H1 = 25 M1 = 40,7
1 α = 2,98°
h2 = 55 mm H2 = 65 M2 = 42,8

h1 = 20 mm H1 = 30 M1 = 41
1 α = 2,98°
h2 = 60 mm H2 = 70 M2 = 43

1 h1 = 25 mm H1 = 35 M1 = 41,2
α = 2,98°
h2 = 65 mm H2 = 75 M2 = 43,3
b. Tabel Pengukuran Tirus Dalam
No D.Rolers (mm) h(mm) Α Keterangan (mm)
D1 = 22 h1 = 35,02 Dmax = 24.509
1. D2 = 23 h2 = 14,91 2,86°
Dmin = 20,759

D1 = 21 h1 = 55,55 2,86° Dmax = 24,512


1. D2 = 23 h2 = 14,90 Dmin = 20,762

D1 = 21 h1 = 55,54 2,86° Dmax = 24,509


1. D2 = 22 h2 = 35,04 Dmin = 20,759

Suhu Ruang : 29 ° C

Kelembaban : 77 %

Tanggal Praktikum : 05 November 2018

5. Pembahasan
Pada saat melakukan praktek waktu mencari nilai H, h, dan M
agak sulit, dikarenakan bola baja yang terus bergerak, sehingga sering
terjadi kesalahan data saat proses pengukuran yang melibatkan mikrometer
dan bola baja, sehingga sensor mikrometer sulit untuk menyentuh titik
tertinggi dari bola baja.

Dari data diatas kelompok kami dapat menganalisa:

I. Pengukuran Tirus Dalam

Apabila nilai α (sudut) yang didapat besar maka nilai diameter


maksimal akan semakin besar dan nilai diameter minimal yang dihasilkan
semakin kecil. Dan apabila nilai α (sudut) yang didapat kecil maka nilai
diameter maksimal maka akan semakin kecil dan nilai diamter minimal
yang dihasilak semakin besar.

II. Pengukuran Tirus Luar

Pada saat praktek kita menggunakan gage block dengan perbandingan


antara gage block yang satu dengan yang lainnya besar, maka akan
menghasilkan sudut yang besar dan akan mempengaruhi nilai diameter
maksimal menjadi semakin besar, dan apabila kita menggunakan gage
block dengan perbandingan yang kecil atau hampir sama maka akan
menghasilkan sudut yang kecil dan akan mempengaruhi nilai dimeter
maksimal menjadi semakin kecil.

6. Kesimpulan
Dari hasil menganalisa pengukuran diatas dapat kami simpulkan
pada praktek mengukur tirus dalam maupun tirus dalam apabila sudut atau
nilai α yang didapat akan mempengaruhi nilai diameter maksimal maupun
minimal pada pengukuran tersebut. Dan pada saat praktikum sangat
mungkin terjadi kesalahan, misalnya kesalahan menggunakan alat ukur,
ketidak presisian alat ukur, serta faktor lingkungan (suhu dan kelembaban)
yang mengakibatkan data yang dihasilkan kurang tepat dan akurat.
7. Lampiran
Perhitungan Tirus Luar
a) Tabel Pengukuran Tirus Luar
No Tinggi Gage Block Tinggi H Jarak M Hasil Perhitungan
(h) (mm) (mm)
h1 = 10 H1 = 20 M1 = 40,4
1 α = 2,98°
h2 = 50 H2 = 60 M2 = 42,5

𝑀2 − 𝑀1
𝑇𝑔 1⁄2 𝛼 =
2(ℎ2 − ℎ1)
42,5 − 40,4
𝑇𝑔 1⁄2 𝛼 =
2(50 − 10)
2,1
𝑇𝑔 1⁄2 𝛼 =
2(40)
2,1
𝑇𝑔 1⁄2 𝛼 =
80
𝑇𝑔 1⁄2 𝛼 = 𝑎𝑟𝑐 tan 0,026
1⁄ 𝛼 = 1,49°
2
𝛼 = 2,98°

Perhitungan Tirus Dalam

b) Tabel Pengukuran Tirus Dalam


No D.Rolers (mm) h(mm) Α Keterangan (mm)
D1 = 22 h1 = 35 Dmax = 23,959
1. D2 = 23 h2 = 9,8 2,29°
Dmin = 21,109
H= 75mm

𝐷2 − 𝐷1
𝑠𝑖𝑛 1⁄2 𝛼 =
2(ℎ1 − ℎ2) − (𝐷2 − 𝐷1)
23 − 22
𝑠𝑖𝑛 1⁄2 𝛼 =
2(35,02 − 14,91) − (23 − 22)
1
𝑠𝑖𝑛 1⁄2 𝛼 =
49,4
𝑠𝑖𝑛 1⁄2 𝛼 = 0,025
1⁄ 𝛼 = 𝑎𝑟𝑐 sin 0,025
2
1⁄ 𝛼 = 1,432
2
𝛼 = 2,86°
1 1 1
2 [2 𝐷1 − {𝐻 − {ℎ1 + 2 𝐷1} tan 2 𝛼]
𝐷𝑚𝑖𝑛 =
1
cos 2 𝛼
1 1 1
2 [2 22 − {75 − {35,02 + 2 22} tan 2 2,86]
𝐷𝑚𝑖𝑛 =
1
cos 2 2,86
2[11 − {75 − {35,02 + 11}0,025]
𝐷𝑚𝑖𝑛 =
0,99
2[11 − 0,724]
𝐷𝑚𝑖𝑛 =
0,99
𝐷𝑚𝑖𝑛 = 20,759 𝑚𝑚

1
𝐷𝑚𝑎𝑥 = Dmin + 2H tan 𝛼
2
𝐷𝑚𝑎𝑥 = 20,759 + 2.75.0,025
𝐷𝑚𝑎𝑥 = 20,759 + 3,75
𝐷𝑚𝑎𝑥 = 24,509 mm
8. Lampiran
Pengukuran ulir dengan Floating Carriage Bench
Micrometer (FCBM)

1. Judul Praktikum
Pengukuran ulir dengan Floating Carriage Bench Micrometer (FCBM)
2. Tujuan Praktikum
Mampu melakukan analisis dan pengukuran dengan menggunakan
Floating Carriage Bench Micrometer (FCBM)
3. Peralatan dan Bahan yang digunakan
a. Floating Carriage Bench Micrometer (FCBM)
b. Mal ulir
c. Poros diameter standar
d. Kawat ukur
e. Prisma ukur
f. Benda yang akan diukur
4. Konsep Teori
a. Rumus mencari diameter luar

F = Dst ± perbedaan antara R dan R1

Dimana :
F = Diameter luar
Dst = Ukuran Diameter standar dengan Mikrometer Outside
Rst = Pembacaan FCBM pada standar
Rbk = Pembacaan FCBM pada standar benda kerja

b. Rumus mencari Diameter Efektif

E = Dst ± perbedaan antara (Rst – P) dan Rbk

P didapat dari rumus dibawah ini :


i. Untuk ulir whitworth (55°) : P = 0,96049 X p –
1,16568 X d
ii. Untuk ulir B.A : P = 1,12634 X p –
1,48295 X d
iii. Untuk ulir metris, USS dan Unified : P = 0,86602 X p-d

Dimana :

Rst = Pembacaan mikrometer pada standard dan kawat ukur


(Cyilinder)

Rbk = Pembacaan mikrometer pada benda kerja dan kawat ukur


(Cylinder)
Dst = Ukuran Diameter standar dengan Mikrometer Outside
p = Pitch ulir
d = Diameter kawat ukur (Cylindrer)
c. Rumus mencari Diameter Inti
C = Dst ± perbedaan Rst dan Rbk

Dimana :
Rst = Pembacaan mikrometer pada standar dan prisma
Rbk = Pembacaan mikrometer pada benda kerja dan prisma
Dst = Ukuran Diameter standar dengan Mikrometer Outside
C = Diameter inti
5. Prosedur Pelaksanaan Praktikum
a. Mencari Diameter Luar
1) Ukurlah diameter standar dengan menggunakan mikrometer
outside
2) Pasang poros standar pada Floating Carriage Bench Micrometer
(FCBM)
3) Ukur diameter poros standar dengan menggunakan Floating
Carriage Bench Micrometer (FCBM) lalu lepas
4) Pasang benda pada Floating Carriage Bench Micrometer (FCBM)
5) Mengukur diameter luar benda dengan menggunakan Floating
Carriage Bench Micrometer (FCBM)
6) Hitung dengan menggunakan rumus lalu catat hasilnya

b. Mencari Diameter Efektif


1) Ukurlah diameter standar dengan menggunakan mikrometer
outside
2) Pasang poros standar dan kawat ukur pada Floating Carriage
Bench Micrometer (FCBM)
3) Ukur diameter poros standar yang telah diberi kawat ukur dengan
menggunakan Floating Carriage Bench Micrometer (FCBM) lalu
lepas
4) Pasang benda dan kawat ukur pada Floating Carriage Bench
Micrometer (FCBM)
5) Mengukur diameter benda yang telah diberi kawat dengan
menggunakan Floating Carriage Bench Micrometer (FCBM)
6) Hitung dengan menggunakan rumus lalu catat hasilnya
c. Mencari Diameter Inti
1) Ukurlah diameter standar dengan menggunakan mikrometer
outside
2) Pasang poros standar dan prisma pada Floating Carriage Bench
Micrometer (FCBM)
3) Ukur diameter poros standar yang telah diberi dengan
menggunakan Floating Carriage Bench Micrometer (FCBM) lalu
lepas
4) Pasang benda dan prisma pada Floating Carriage Bench
Micrometer (FCBM)
5) Mengukur diameter benda yang telah diberi dengan menggunakan
Floating Carriage Bench Micrometer (FCBM)
6) Hitung dengan menggunakan rumus lalu catat hasilnya
6. Hasil Praktikum
a. Diameter Inti
Diketahui : Rbk = 12,98 mm
Rst = 15,58 mm
Dst = 15,2 mm
Ditanya :C =?
Jawab :
C = Dst ± (Rst – Rbk)
= 15 ± (15,58 – 12,98)
= 15 ± ( 2,6)
= 17,8 mm
b. Diameter Efektif
Diketahui : Rbk = 11,58 mm
Rst = 16,78 mm
Dst = 15,2 mm
p = 1,25
d = 0,7 mm
Ditanya :E?

Jawab :
P = 0,96049 x p – 1,16568 x d
= 0,96049 x 1,25 – 1,16568 x 0,7
= 1,2006125 – 0,815976
P = 0,3846365

E = Dst ± perbedaan antara (Rst – P) dan Rbk

= 15,2 ± (16,78 – 0,384) – 11,58

= 15,2 ± 16,395 – 11,58)

= 18,295

c. Diameter Luar
Diketahui : Rbk = 16,139 mm
Rst = 18,172 mm
Dst = 15,2 mm
Ditanya :F =?
Jawab :
F = Dst ± ( Rst– Rbk )
= 15,2 ± (18,172 – 14,484)
= 15,2 ± 3,699
= 15 ± 3,2236
= 18, 888 mm
Suhu ruang : 25° C
Kelembaman : 77 %
7. Pembahasan
Alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur diameter minor
(inti) ulir antara lain adalah mikrometer ulir yang ujung ukurnya berbentuk
runcing dan Bench Micrometer. Bila pengukurannya dengan mikrometer
kedua maka ukurannya memang khusus untuk pengukuran diameter inti
ulir maka pembacaan hasil pengukurannya dapat langsung dibaca pada
skala ukur mikrometer tersebut.

Apabila alat ukur yang digunakan adalah Bench Micrometer maka


cara pengukurannya juga sama dengan pengukuran diameter mayornya.
Ambil silinder standar dan ukurlah dengan Bench Micrometer. Misalnya
diameter silinder standar adalah Ds, dan hasil pembacaan mikrometer
terhadap silinder standar misalnya R1. Kemudian silinder standar
dilepaskan dari Bench Micrometer dan diganti dengan ulir yang akan
diukur. Untuk pengukuran diameter inti diperlukan alat bantu lain yaitu
prisma yang biasanya sudah disediakan sebagai pelengkap dari Floating
Carriage Micrometer. Prismanya diletakkan sedemikian rupa sehingga
bagian yang tajam (sisi prisma) masuk pada sudut ulir. Dengan memutar
mikrometer maka batang prisma yang digunakan tepat menyentuh
permukaan ukur dengan catatan bahwa kedudukan fiducial indicator harus
betul-betul pada posisi nol. Dengan mikrometer dapat diketahui besarnya
harga pengukuran, misalnya R2. Dengan hasil ini maka dapat dihitung
besarnya diameter inti dari ulir yaitu :

Di = Ds (R2 – R1) mm.


Keterangan :
Ds = diameter poros standar (diketahui)
R2 = hasil baca diameter standar (fiducial incdicator = 0)
R1 = hasil diameter inti ulir (fiducial indicator = 0)

Cara pengukuran kedua ini adalah dengan jalan meletakkan kawat


dengan diameter tertentu masing-masing pada tempat yang berlawanan.
Dengan menggunakan perhitungan dari beberapa persamaan maka dapat
dicari hubungan antara diameter kawat dengan sudut ulir dan diameter
efektif.

Dari gambar tersebut : De = H + 2FG

De = diameter efektif
H = X – 2d X = ukuran/jarak bagian luar kawat
d = diameter kawat
De = X – 2d + 2 FG

8. Kesimpulan
1. Metode ini bertujuan untuk mengukur bagian ulir secara tepat dan
akurat.
2. Penyimpangan yang terjadi dalam menggunakan metode Floating
Carriage Bench Micrometer (FCBM) sangat minim.
3. Dengan pengukuran ulir menggunakan Floating Carriage Bench
Micrometer (FCBM) kita dapat mengalisis bagian-bagian dari ulir
tersebut.
4. Dengam metode ini kita dapat mengukur bagian-bagian penting dari
ulir seperti diameter mayor (luar), diameter minor (inti), diameter
efektif (tusuk/pit), sudut ulir dan jarak puncak ulir.
9. Lampiran
Pengukuran Sudut dengan Batang Sinus

1. Judul Praktikum
Pengukuran Sudut dengan Batang Sinus
2. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu menyetel posisi batang ukur untuk mengecek
benda kerja
2. Mahasiswa mampu mengecek sudut benda ukur dengan batang sinus
3. Mahasiswa mampu menyusun blok ukur untuk ukuran tertentu
3. Peralatan dan Bahan yang digunakan
1. Batang sinus (sine bar)
2. Dial Indicator.
3. Blok ukur (gauge block)
4. Benda kerja
5. Meja rata
6. Alat – alat pembersih

4. Konsep Teori
Batang sinus berupa suatu batang dengan dua buah rol yang
diletakkan pada kedua ujung sisi bawah. Kedua rol mempunyai diameter
dan keselindrisan dengan toleransi yang cukup sempit (0,003 mm) dan
dipasangkan pada batang dengan jarak antar senter tertentu (100, 200, 250,
300).
Secara teoritis penggunakan batang sinus sangatlah mudah. Prinsip
dasarnya adalah dengan meletakkan batang sinus dan menempelkan pada
sisi penahannya. Sebelumnya benda ukur diukur terlebih dahulu dengan
busur, lalu akan didapatkan tinggi h pendekatan dengan rumus :
h : sin α . L
Selanjutnya, h yang didapat digunakan untuk mengganjal batang sinus
dengan menggunakan blok ukur. Lalu dilakukan pemeriksaan kesejajaran
permukaan benda dengan meja rata, untuk mengetahuinya dengan menggunakan
jam ukur. Dan, apabila jam berubah, maka akan timbul penyimpangan dari jam
ukur sebesar x ( positif/negatif ). Jika sudah didapat harga penyimpangannya Y
(positif / negatif), maka tinggi h sebenarnya dapat diukur dengan menambah atau
mengurangi h pendekatan, dari h sebenarnya akan didapat sudut α sebenarnya.
𝐿
Y=X. 𝐼

Dimana :
Y : penyimpangan ( + , - _
X : harga yang ditunjukkan oleh jam ukur
L : panjang antara senter rol
L : jarak pergeseran jam ukur.
h sebenarnya = h pendekatan +-Y
apabila pada h sebenarnya jarum jam ukur dijalankan sepanjang l
tidak bergerak maka perhitungannay sudah tepat. Lalu didapat sudut
dengan jalan mensubstitusikan dengan rumus diatas.

5. Prosedur Pelaksanaan Praktikum


1. Siapkan dan atur alat yang akan digunakan
2. Letakkan benda kerja diatas batang sinus
3. Ambil beberapa blok ukur dan letakkan dibawah salah satu rol (rol
angkat) dari batang sinus
4. Ukur kedataran benda kerja tersebut dengan menggunakan jam ukur
5. Bila jarum jam bergerak ke kirio atau ke kanan, aturlah kembali
susunan blok ukurnya sedemikian rupa, sehingga posisi permukaan
benda kerja benar – benar datar
6. Hitunglah sudut benda kerja yang diatur tersebut dengan
memperhatikan tinggi blok ukur keadaan lurus

6. Data Praktikum
Proyektor Bevel Protector Angle Gauge
Sudut ketelitian 1’ ketelitian 5” ketelitian 20”
1 2 1 2 1 2
α 29° 29° 60° 45’ 60° 40’ 29° 20’ 29° 20’
ß 67° 68° 63° 10’ 63° 45’ 28° 50’ 28° 55’

Perhitungan
Perhitungan dari Angle Gauge
 Untuk α
1. 30° - 40’ + 1’ = 29° 21’
2. 30° - 40’ = 29° 20’
 Untuk ß
1. 30° - 3° + 40’ + 30” – 20” = 27° 40’ 10”
2. 30° - 3° + 40’ + 30” – 20” = 27° 40’ 10”

7. Pembahasan
Dari praktikum pengukuran sudut dengan batang sinus, kelompok
kami tidak melakukan praktikum tersebut hanya saja melakukan
pengukuran sudut dengan angle gauge, protactor, dan bevel protaktor.
Dari hasil yang kami peroleh didapatkan hasil pengukuran yang
berbeda – beda dengan menggunakan ketiga alat tersebut, dari angle gauge
kita dapat mengetahui ukuran sudut hingga ketelitian 20”, sedangkan jika
beve protaktor hanya sampai 5’ dan protaktor hanya sampai derajat saja.
Dalam praktek tersebut kelompok kami menggunakan protaktor
ketelitian 1’dengan merk shinwa, bevel protaktor ketelitian 5’ merk
mitutoyo dan angle gauge dari jerman dengan ketelitian 20”

8. Kesimpulan
Kesimppulan dari praktikum ini yaitu, jika kita mau mengukur
sudut dengan ketelitian yang lebih presisi menggunakan angle gauge yang
memiliki kepresisian sampai 20” sehingga hasil yang diperoleh dari hasil
pengukuran sudut ini juga lebih detail hingga ke detik juga. Selain itu
dalam praktikum ini, sebaiknya lebih teliti dalam mengatur kesejajaran
benda kerja dengan angle gauge karena jika tergesa – gesa kadang tidak
bisa rata dan mencari sudut perhitungannya salah.
9. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai