Anda di halaman 1dari 24

BAB IV

BATANG TEKAN

A. Pendahuluan
Dengan mempelajari bab ini, mahasiswa pembelajar dapat
memiliki kemampuan baik pengetahuan, sikap maupun
ketrampilan dasar di bidang struktur baja 1, serta dapat
menerapkan prinsip dasar struktur baja dalam perencanaan yang
memenuhi syarat kekuatan dan ekonomis pada bangunan teknik
sipil.
Manfaat dari bab ini adalah mahasiswa mendapat
pengetahuan tentang apa itu batang tekan, bentuk – bentuk batang
tekan yang sering digunakan pada struktur baja dan kemampuan
mahasiswa untuk dapat menghitung kekuatan batang tekan
nominal dari suatu penampang material baja yang mengalami
gaya tekan dengan memperhatikan batas kelangsingan batang
tekan yang digunakan. Mahasiswa juga akan mendapat
ketrampilan melakukan perencanaan penggunaan profil baja
akibat gaya tekan pada elemen struktur kolom. Untuk itu setelah
mengkaji bahasan bab ini, mahasiswa pembelajar diharapkan
dapat melakukan aktivitas menghitung dan merencanakan
penggunaan profil baja akibat gaya tekan.
Materi ini merupakan pengetahuan dasar dari perencanaan
perhitungan struktur bangunan gedung khususnya pada struktur
baja I, sehingga untuk pemakaiannya harus didampingi buku-
buku standar dan spesifikasi teknik SNI 1729-2015. Urutan dari
bahasan ini terdiri dari pengertian batang tekan, bentuk – bentuk
profil baja yang biasa digunakan pada batang tekan, menghitung
kekuatan nominal batang tekan dan mengontrol batas
kelangsingan batang tekan. Mahasiswa akan diberikan
metrampilan menggunakan nomogram untuk melakukan
perhitungan tekuk pada batang tekan.
Dianjurkan kepada mahasiswa supaya memahami tentang
materi pada Bab I, Bab II, Ilmu Bahan dan dasar-dasar Mekanika
Teknik.

113
B. Materi

4.1. Elemen Batang Tekan.


Batang tekan yang hanya menerima gaya tekan secara
sentris saja dijumpai pada struktur rangka atap, jembatan, menara
dan struktur lain yang bersifat rangka. Pada struktur rangka atap
dan jembatan umumnya dijumpai pada batang-batang tepi atas,
sedikit pada batang-batang diagonal dan vertikal ( gambar 4.1. )
Batang ini tidak mengalami momen dan gaya lintang, hanya ada
gaya normal tekan yang bekerja sentris, tepat pada garis berat
penampang, oleh karena sifat dari struktur rangka itu sendiri
dimana buhul-buhulnya dapat berotasi sehingga gaya-gaya dalam
yang lain seperti momen dan gaya lintang akan tereduksi dengan
sendirinya.

Gambar 4.1. Batang Tekan Pada Struktur Rangka Atap

Pada struktur portal, kolom merupakan elemen utama


yang memikul gaya tekan, tetapi masih mengandung gaya dalam
momen dan gaya lintang. Dominannya kolom sebagai pemikul
gaya tekan pada struktur portal baja dapat dilihat pada gambar 4.2.

114
Gambar 4.2. Kolom Sebagai Batang Tekan Pada Struktur Portal

Secara umum ada tiga ragam keruntuhan dari batang tekan


yaitu tekuk lentur (flexural buckling), tekuk lokal (local
buckling), dan tekuk torsional (torsional buckling). Berikut ini
adalah penjelasan dari ragam keruntuhan tersebut.
a. Tekuk lentur yang disebut juga tekuk Euler adalah jenis
keruntuhan tekuk yang paling sering terjadi dan akan banyak
dibahas dalam bab ini. Elemen yang mendapat lentur akan
menjadi tidak stabil.
b. Tekuk lokal terjadi jika beberapa bagian penampang dari suatu
kolom menekuk akibat terlalu tipis sebelum ragam tekuk lain
terjadi. Ketahanan suatu kolom terhadap tekuk lokal diukur
dari rasio lebar-tebal bagian penampang.
c. Tekuk torsional dapat terjadi pada kolom dengan susunan
penampang tertentu. Kolom seperti ini akan runtuh oleh tekuk
torsi atau kombinasi tekuk torsi dan lentur.

115
Ada dua perbedaan utama antara batang tarik dan tekan,
yaitu:
a. Gaya tarik menyebabkan batang lurus sedangkan gaya tekan
menyebabkan batang melentur ke luar bidang gaya tersebut
bekerja dan ini merupakan kondisi berbahaya.
b. Lubang baut atau rivet dalam batang tarik akan mereduksi luas
penampang, sedangkan pada batang tekan seluruh luas
penampang dapat menahan beban.

Untuk luas penampang yang sama, semakin tinggi suatu


kolom akan semakin besar kemungkinan terjadi tekuk dan beban
yang dapat dipikul akan semakin kecil. Kecenderungan suatu
batang untuk tekuk diukur dengan rasio kelangsingan yang
didefinisikan sebagai rasio panjang batang terhadap jari-jari girasi
terkecil. Kecenderungan untuk tekuk juga dipengaruhi oleh tipe
sambungan, eksentrisitas beban, ketidaksempurnaan material
kolom, ketidaksempurnaan penampang, adanya lubang untuk
baut, kelengkungan awal kolom, tegangan residual, dan lain-lain.
Beban yang bekerja melalui pusat penampang kolom
disebut beban aksial atau konsentris dan dalam praktek
merupakan hal yang tidak mungkin terjadi. Sedikit
ketidaksempurnaan dalam batang tarik dan balok dapat diabaikan
karena menimbulkan akibat yang tidak begitu besar. Tetapi
ketidaksempurnaan kecil dalam kolom dapat menimbulkan akibat
yang berbahaya. Suatu kolom yang sedikit tertekuk pada saat
dipasang akan mempunyai momen yang cukup besar yaitu
sebesar beban kolom dikalikan dengan defleksi lateral awal. Hal
ini diatur dalam SNI 1729-2015. Penyimpangan dari semua
sumbu-utama terhadap suatu garis lurus yang ditarik diantara
kedua ujung dari suatu komponen struktur tidak boleh melebihi
nilai terbesar dari L/1000 atau 3 mm.

4.2. Profil Penampang Kolom


Secara teoritis terdapat jumlah bentuk yang tidak terbatas
dapat digunakan untuk memikul beban tekan dalam suatu
struktur. Tetapi dari segi praktis, jumlah bentuk penampang
elemen tekan menjadi terbatas karena beberapa pertimbangan
yaitu: profil yang tersedia, masalah sambungan, tipe struktur.

116
Gambar 4.3 memperlihatkan penampang profil yang biasa
digunakan sebagai elemen tekan.

Gambar 4.3. Beberapa Tipe Penampang Batang Tekan

Penampang yang digunakan sebagai elemen tekan


umumnya sama dengan elemen tarik dengan beberapa
pengecualian. Pengecualian tersebut disebabkan oleh kenyataan
bahwa kekuatan elemen tekan berbanding terbalik dengan rasio
kelangsingan KL/r dan elemen yang diperlukan adalah elemen
yang kaku. Elemen tunggal dari batang bulat, persegi, dan pelat
biasanya terlalu langsing untuk digunakan sebagai elemen tekan
kecuali jika elemen tersebut cukup pendek dan mendapat gaya
tekan yang relatif kecil.
Elemen siku tunggal cukup untuk digunakan sebagai
pengaku dan elemen tekan dalam rangka ringan. Siku sama kaki
lebih ekonomis dibandingkan dengan siku tidak sama kaki karena
siku sama kaki mempunyai jari-jari girasi terkecil yang sama
besar untuk luas penampang yang sama. Elemen bagian atas dari
rangka atap dengan sambungan rivet atau baut dapat digunakan
sepasang siku yang saling membelakangi. Biasanya akan selalu
disediakan ruang kosong diantara keduanya untuk menempatkan
pelat buhul sebagai sambungan. Dalam hal ini akan lebih baik jika
digunakan siku tidak sama kaki dengan kaki panjang dipasang
saling membelakangi sehingga dapat memberikan keseimbangan
antara kedua nilai r terhadap sumbu x dan y.

117
Jika rangka atap menggunakan alat penyambung las, maka
pelat buhul dapat ditiadakan dan profil T dapat dipilih untuk
elemen atas karena web dari elemen dapat dilas langsung pada
kaki profil T. Profil kanal dapat digunakan dengan menyediakan
sokongan lateral tambahan dalam arah sumbu lemah. Profil IWF
merupakan profil yang paling sering digunakan sebagai elemen
tekan baik pada gedung maupun jembatan.
Untuk beban tekan kecil dan medium, penampang pipa atau
tube sudah mencukupi. Profil ini mempunyai kelebihan yaitu
kekakuan yang sama kesemua arah dan biasanya sangat ekonomis
kecuali jika momen yang bekerja cukup besar. Manual AISC-
LRFD mengelompokan pipa baja dalam sangat kuat dan dua kali
sangat kuat.
Penampang persegi dan segiempat belum lama digunakan
sebagai elemen tekan. Kesulitan yang timbul dengan profil ini
adalah dalam hal sambungan dengan rivet atau baut, tetapi dapat
diatasi dengan alat penyambung las.
Meningkatnya penggunaan profil ini antara lain adalah:
a. Profil yang efisien sebagai elemen tekan adalah profil dengan
jari-jari girasi yang konstan terhadap pusat penampang. Jadi
yang paling efisien adalah penampang bulat, dan berikutnya
adalah penampang persegi.
b. Permukaan yang rata memudahkan pengecatan dibandingkan
profil IWF, S, dan M.
c. Luas permukaan yang harus dicat lebih sedikit.
d. Mempunyai ketahanan terhadap torsi yang baik.
e. Permukaan penampang sangat menarik.
f. Tahanan terhadap angin dari penampang lingkaran hanya 2/3
dari permukaan rata dengan lebar yang sama.
g. Jika kebersihan diutamakan maka profil persegi ini tidak
mempunyai masalah dalam hal terkumpulnya kotoran pada
flens.
Beberapa kelemahan dari penampang pipa dan persegi atau
segi empat adalah:
a. Memerlukan penutup pada ujung penampang untuk mencegah
korosi.
b. Mempunyai berat yang lebih besar dibandingkan dengan profil
IWF untuk modulus penampang yang sama.

118
Jika beban tekan besar, kemungkinan diperlukan
penampang built-up. Tetapi untuk luas penampang yang sama,
penampang W lebih ekonomis dibandingkan penampang built-
up. Jika digunakan penampang built-up maka penampang
tersebut harus dihubungkan satu sama lain dengan pengikat
sehingga bekerja menjadi satu kesatuan. Ujung dari profil built-
up juga harus dihubungkan dengan pelat pengikat.

4.3. Tekuk Elastis Euler.


Pada tekuk elastis, komponen struktur yang dibebani gaya
tekan, masih dalam keadaan elastis, akan melengkung secara
perlahan-lahan, seperti pada gambar 4.3. Gaya yang bekerja
sentris pada batang menyebabkan batang tersebut melentur sejauh
y, sehingga terjadi momen lentur tambahan sekunder yang
besarnya,
Mx = P . y
Garis lentur ( gambar 4.4 ) diberikan oleh persamaan berikut,
𝑑2𝑦 𝑀𝑥 𝑃
= − = − .𝑦
𝑑𝑥 2 𝐸𝐼 𝐸𝐼
Dimana,
E = modulus elastisitas baja
I = momen inertia batang.

P x P

Gambar 4.4. Garis Lentur Pada Balok

Persamaannya adalah persamaan homogen linear orde


kedua (second-order homogeneous linear differential equation)
yang apabila di integralkan akan menghasilkan persamaan beban
kritis yang bekerja pada batang tekan,
𝜋 2 . 𝐸𝐼
𝑃𝑐𝑟 =
𝐾𝑙 2
119
Dimana,
Kl = panjang tekuk batang
Contoh batang tekan yang mengalami tekuk pada struktur portal,
dapat dilihat pada gambar 4.5. di bawah ini :

Gambar 4.5. Tekuk Batang Tekan Pada Struktur Portal


Tegangan kritis ,
𝑃𝑐𝑟
𝐹𝑐𝑟 =
𝐴𝑔

𝜋 2 𝐸𝐼
𝐹𝑒 =
𝐴𝑔 (𝐾𝑙)2
Untuk jari – jari inertia :

𝐼
𝑟=√
𝐴𝑔

Maka ,
𝜋 2 𝐸. 𝑟 2
𝐹𝑒 =
(𝐾𝑙)2
120
Diperoleh :
𝜋2𝐸
𝐹𝑒 =
(𝐾𝑙/𝑟)2
Sebagai catatan bahwa ( Kl/r) = ƛ = angka kelangsingan
Pendekatan EULER diatas hanya terjadi pada batang tekan
dalam kondisi elastis dengan kelangsingan yang besar ( > 110,
batang panjang), artinya batang tekan sudah menekuk sebelum
tegangan mencapai leleh. Untuk kelangsingan sedang ( < 110,
batang sedang ) akan terjadi tekuk inelastis, yaitu pada sebagian
penampang sudah leleh dan untuk batang pendek ( < 20) seluruh
penampang leleh, seperti dilukiskan gambar 4.6.

Gambar 4.6. Hubungan Panjang Kolom dan Kekuatan


Pada daerah tekuk inelastik besaran modulus elastis E
menurun menjadi Et (E > Et), dan kurva tegangan-regangan tidak
lagi linear, dan rumus EULER diatas berubah menjadi,

𝜋 2 𝐸𝑡
𝐹𝑒 =
𝜆2
121
Grafik yang menggambarkan hubungan tegangan –
kelangsingan dapat dilihat pada gambar 4.7.

Gambar 4.7. Hubungan Tegangan dan Kelangsingan

Persamaan Euler diatas bergantung kepada anggapan


berikut ini,
a. Kolom/batang benar-benar lurus dan prismatis
b. Beban bekerja secara sentris, tanpa eksentrisitas gaya (
beban bekerja pada titik berat penampang hingga batang
melentur ).
c. Kolom / batang mempunyai perletakan sendi pada kedua
ujungnya.
d. Tidak terjadi puntir selama pelenturan.
e. Kolom/batang tidak cacat.
f. Tidak ada tegangan sisa
g. Berlakunya teori lendutan kecil ( small deflection teory )
h. Kurva hubungan tegangan – regangan tekan yang sama di
seluruh penampang.

4.4. Panjang Tekuk.


Panjang tekuk (Lk) batang tekan sangat tergantung kepada
jenis perletakannya ( gambar 4.8.), seperti kolom dengan tumpuan
jepit dapat mengekang ujungnya dari berotasi dan translasi,
122
sehingga mampu menahan beban yang lebih besar dibandingkan
tumpuan sendi.

Sendi
Sendi Rol Tanpa rotasi Rol Tanpa rotasi
Jepit Lepas

Jepit Jepit Sendi


Jepit Jepit Sendi

Gambar 4.8. Garis Lentur Akibat Tekuk Berdasarkan


Jenis Perletakan.

Panjang tekuk dihitung seperti berikut, apabila Lk = k . L,


dimana k faktor panjang tekuk, maka nilai k dapat dilihat pada
tabel 4.1.

Tabel 4.1. Faktor Panjang Tekuk


 Jepit -
Jepit-Rol
Sendi- Jepit-
Sendi-Rol
Jepit-jepit tanpa tanpa
Sendi Sendi Lepas
rotasi rotasi

K teoritis 0,50 0,70 1,00 1,00 2,00 2,00

k desain 0,65 0,80 1,20 1,00 2,10 2,00

123
Untuk kolom pada struktur portal ( gambar 4.9 ), faktor
panjang tekuknya (k) dipengaruhi oleh nilai G pada ujung-ujung
kolom.

Ic, Lc
Ib, Lb Ib, Lb
A

Ic, Lc

Ib, Lb Ib, Lb
B

Ic, Lc

Gambar 4.9. Kolom Dan Balok Pada Struktur Portal

Nilai G pada salah satu ujung adalah ratio jumlah kekakuan


semua kolom terhadap jumlah kekakuan semua balok yang
bertemu di ujung tersebut yang ditulis dengan rumus:

𝐼
Ʃ (𝐿𝑐𝐴 )
𝑐𝐴
𝐺𝐴 =
𝐼𝑏𝐴
Ʃ (𝐿 )
𝑏𝐴

𝐼
Ʃ (𝐿𝑐𝐵 )
𝑐𝐵
𝐺𝐵 =
𝐼𝑏𝐵
Ʃ (𝐿 )
𝑏𝐵
Dimana :
IcA = Momen inertia kolom yang bertemu di titik A.
IcB = Momen inertia kolom yang bertemu di titik B.
LcA = Panjang kolom yang bertemu di titik A.
LcB = Panjang kolom yang bertemu di titik B.
IbA = Momen inertia balok yang bertemu di titik A.
IbB = Momen inertia balok yang bertemu di titik B.
124
LbA = Panjang balok yang bertemu di titik A.
LbB = Panjang balok yang bertemu di titik B.

kecuali bahwa:
a) untuk komponen struktur tekan yang dasarnya tidak
terhubungkan secara kaku pada fondasi, nilai Gtidak boleh
diambil kurang dari 10, kecuali bila dilakukan analisis khusus
untuk menetapkan nilai G tersebut; ( untuk tumpuan sendi
nilai G = 10 ) dan
b) untuk komponen struktur tekan yang dasarnya terhubungkan
secara kaku pada fondasi, nilai G tidak boleh diambil kurang
dari 1, kecuali bila dilakukan analisis khusus untuk
menetapkan nilai Gtersebut ( untuk tumpuan jepit nilai G
=l)

Faktor panjang tekuk (k) dihitung dengan memasukan nilai


G kedua ujung-ujungnya pada nomogram gambar 4.10.

a. Portal Tidak Bergoyang b. Portal Bergoyang


Gambar 4.10 Nomogram faktor panjang tekuk kolom portal

125
Dari kedua titik nilai G tersebut ditarik garis yang
memotong garis skala k. Titik potong ini menunjukan nilai k dari
kolom tersebut. Perlu diperhatikan bahwa ada dua nomogram,
yaitu untuk struktur tak bergoyang dan untuk struktur bergoyang.
Struktur tak bergoyang artinya jika ujung-ujung dari kolom yang
ditinjau tidak dapat berpindah kearah lateral.

4.5. Batas Kelangsingan Batang Tekan


Untuk batang-batang yang direncanakan terhadap tekan,
angka perbandingan kelangsingan,

 = Lk / r < 200
Dimana,
Lk = panjang tekuk = k . L ;
r = jari-jari inertia.

4.6. Pengaruh Tegangan Sisa (Residual Stress).


Tegangan sisa (Residual Stress), adalah tegangan yang
tertinggal dalam suatu komponen struktur baja, pada proses
pembuatannya maupun dalam pemakaiannya. Yang dapat
diakibatkan oleh antara lain,
a. Proses pendinginan yang tidak merata setelah profil
struktural dibentuk dengan penggilingan panas.
b. Lenturan atau lendutan dingin selama fabrikasi.
c. Proses pelubangan dan pemotongan selama fabrikasi.
d. Proses pengelasan.

Pada penampang profil sayap lebar (wide flange) atau profil


H yang digiling panas, sayap yang merupakan bagian yang lebih
tebal mendingin lebih lambat daripada daerah badan (web). Ujung
sayap yang lebih terbuka terhadap udara lebih cepat dingin
daripada daerah pertemuan sayap dan badan, ini berakibat ujung-
ujung sayap dan tengah-tengah badan mengalami tegangan residu
tekan. Sedangkan pada daerah pertemuan sayap dan badan
mengalami tegangan residu tarik. Distribusi tegangan residu
dapat dilihat pada gambar 4.11 berikut.

126
Gambar 4.11. Pola Tegangan Residu Yang Umum Pada Profil Giling

Pada umumnya tegangan sisa banyak dihasilkan akibat


proses a dan c. Besarnya tegangan sisa tak bergantung pada kuat
leleh bahan, namun bergantung pada dimensi dan konfigurasi
penampang, karena faktor – faktor tersebut mempengaruhi
kecepatan pendinginan. Tegangan residu mempengaruhi
tegangan dan regangan rata – rata ( gambar 4.12) dan kekuatan
bahan ( gambar 4.13 ).
SNI 1729-2015, pada tabel 7.5.1, menetapkan pengaruh tegangan
residu pada pelat sayap 70 Mpa untuk penampang yang
dirol/digiling panas, dan 115 MPa untuk penampang yang dilas.
Misalnya pada sayap profil dengan mutu baja BJ-34, dengan
tegangan leleh fy = 210 MPa, harus dikurangi sebesar 70 MPa
menjadi fy = 210 MPa – 70 MPa = 140 MPa.
Jika beban pada suatu kolom meningkat, beberapa bagian
kolom akan mencapai tegangan leleh dengan cepat dan memasuki
daerah plastis yang diakibatkan oleh tegangan tekan residual.
Kekakuan kolom akan berkurang dan kekakuan yang tersisa
hanya berdasarkan bagian penampang yang masih elastis. Suatu
kolom dengan tegangan residual akan berperilaku seperti
kehilangan sebagian penampangnya. Bagian penampang tersisa

127
atau bagian elastis dari kolom akan berubah dengan perubahan
tegangan yang terjadi.

Gambar 4.12.: Pengaruh tegangan residu pada kurva tegangan-regangan rata-


rata.

Gambar 4.13 : Kurva kekuatan yang menunjukkan pengaruh tegangan residu


(E = 29.000 ksi).
128
4.7. Tahanan Tekan Nominal (SNI 1729-2015).
Suatu komponen struktur yang mengalami gaya tekan
sentris akibat beban terfaktor Pu menurut SNI 1729-2015, harus
memenuhi :

Pu <n . Pn
Dimana,
n = adalah faktor reduksi kekuatan (lihat SNI, Tabel
6.4-2), = 0,85.
Pu = beban terfaktor.
Pn = kekuatan tekan nominal.

4.7.1. Gaya tekuk elastis.


SNI 1729-2015 menetapkan kuat nominal batang tekan (Pn)
ditetapkan sebagai berikut:

Pn = Fcr . Ag

Tegangan kritis, Fcr dihitung berdasarkan syarat berikut , jika

𝐾𝑙 𝐹𝑦
(a). ≤ 4,71√𝐸/𝐹𝑦 atau ≤ 2,25, tekuk inelastis, maka :
𝑟 𝐹𝑒

𝑭𝒀
Fcr = (𝟎, 𝟔𝟓𝟖 𝑭𝒆 )𝑭𝒚

𝐾𝑙 𝐹𝑦
(b). > 4,71√𝐸/𝐹𝑦 atau 𝐹𝑒 > 2,25, tekuk elastis, maka :
𝑟

Fcr = 0,877 𝑭𝒆

Keterangan:
Ag = luas penampang bruto, mm2
Fcr = tegangan kritis penampang, MPa
Fy = tegangan leleh material, MPa

129
Contoh – Contoh Soal

Contoh Soal 1
Hitunglah nilai k untuk masing-masing kolom pada struktur
portal seperti gambar 4.14.

Gambar 4.14. Struktur Portal Contoh Soal 1.

Penyelesaian :

a). Kekakuan tiap elemen balok dan kolom, dihitung dalam tabel
berikut,
Ix L Ix / L
Elemen Fungsi Profil 4 3
cm cm cm
AB Kolom WF 200.200.8.12 4720 350 13.486
BC Kolom WF 200.200.8.12 4720 300 15.733
DE Kolom WF 250.125.6.9 4050 350 11.571
EF Kolom WF 250.125.6.9 4050 300 13.500
GH Kolom WF 200.200.8.12 4720 350 13.486
HI Kolom WF 200.200.8.12 4720 300 15.733
BE Balok WF 450.200.9.14 33500 600 55.833
CF Balok WF 400.200.8.13 23700 600 39.500
EH Balok WF 450.300.11.18 56100 900 62.333
FI Balok WF 400.300.10.16 38700 900 43.000

130
b). Faktor G tiap titik buhul (Joint)
Tabel Perhitungan faktor G tiap titik buhul (Joint).
Joint G Ket.

A - 10 Sendi

B (Kolom AB + Kolom BC) / (Balok BE) (13.486 + 15.733) / 55.833 0.523

C (Kolom BC) / (Balok CF) (15.733) / 39.500 0.398


Sendi
D 10

E (Kolom DE + Kolom EF) / (Balok BE + Balok EH) (11.571 + 13.500) / (55.833 + 62.333) 0.212

F (13.500) / (39.500 + 43.000) 0.164


Sendi
G 10
(Kolom GH + Kolom HI) / (balok EH) (13.486 + 15.733) / 62.333
H 0.469

I (Kolom HI) / (Balok FI) (15.733) / 43.000 0.366

c). Faktor panjang tekuk (panjang efektif) k masing-masing


kolom,

Kolom GA GB k

AB 10 0.523 1.80
BC 0.523 0.398 1.15
DE 10 0.212 1.72
EF 0.212 0.164 1.07
GH 10 0.469 1.79

Contoh memakai HI 0.469


nomogram 0.366
untuk portal 1.18
bergoyang, kolom AB

131
Contoh 2 :
Lalukanlah evaluasi terhadap komponen struktur tekan berikut (
gambar 4.15 )dengan memakai profil WF 300.200.9.14. Kondisi
perletakan jepit – sendi. Beban aksial terfaktor Nu = 120 ton =
1200 kN. Mutu baja BJ-37 (fy = 240 MPa, fu = 370 MPa).
Panjang batang L = 4500 mm.
Data – Data WF 300.200.9.14 :
d = 298 mm, b = 201 mm, tf = 14 mm, tw = 9 mm
L = 4500 mm, r = 18 mm, Ag = 8336 mm2
rx = 126 mm, ry = 47,7 mm
h = d - 2.(tf + r) = 298 – 2 . (14 + 18)
h = 234 mm

Sendi

Jepit

Gambar 4.15. Elemen Batang Tekan Contoh Soal 2


EVALUASI :
a. Kelansingan batang.
Faktor panjang tekuk, k = 0,80 (jepit-sendi, tabel 1)
132
- Tekuk ke arah sumbu – X,
Lkx = k . L = 0,8 . (4500) = 3600 mm.
𝐿𝑘𝑥 = 𝑘 . 𝐿 = 0,8 . (4500) = 3600 𝑚𝑚.
𝐿 3600
= = 28,57 < 200 ( 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 )
𝑟𝑥 126
- Tekuk ke arah sumbu – Y
Lky = k . L = 0,8 . (4500) = 3600 mm.
𝐿𝑘𝑦 = 𝑘 . 𝐿 = 0,8 . (4500) = 3600 𝑚𝑚.
𝐿 3600
= = 75,47 < 200 ( 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 )
𝑟𝑦 47,7
b. Kekuatan nominal terfaktor batang tekan.
- Ke arah sumbu – X,
𝜋 2 𝐸. 𝑟 2
𝐹𝑒 =
(𝐾𝑙)2
𝐹𝑒 = 3,142. 200.000 MPa. 1262 /( 3600mm)2 = 2415,6 MPa
Kl/r = 3600/126 = 28,5714
4,71√200000/240 = 135,966

Karena Kl/r < 4,71√𝐸/𝐹𝑦 maka


𝟐𝟒𝟎
Fcr = (𝟎, 𝟔𝟓𝟖𝟐𝟒𝟏𝟓,𝟔 )240 = 230,224 MPa
Pn = 0.85. 230,224 . 8336 = 1631278 = 1631,3 kN
1631,3 kN > 1200 kN. (memenuhi).

- Ke arah sumbu – Y,
𝜋 2 𝐸. 𝑟 2
𝐹𝑒 =
(𝐾𝑙)2
𝐹𝑒 = 3,142. 200.000 MPa. 47.72 /( 3600mm)2 = 346,195 MPa
Kl/r = 3600/47,7 = 75,4717

133
4,71√200000/240 = 135,966

Karena Kl/r < 4,71√𝐸/𝐹𝑦 maka


𝟐𝟒𝟎
Fcr = (𝟎, 𝟔𝟓𝟖𝟑𝟒𝟔,𝟏𝟗𝟓 )240 = 179,554 MPa
Pn = 0.85. 179,554 . 8336 = 1272251 = 1272,251 kN
1272,251,kN > 1200 kN. (memenuhi).

C. Penutup
4.9. Rangkuman
Batang tekan adalah batang yang menerima gaya tekan
secara sentris yang dijumpai pada struktur rangka atap, jembatan,
menara dan struktur lain yang bersifat rangka. Pada struktur
rangka atap dan jembatan umumnya dijumpai pada batang-batang
tepi atas, sedikit pada batang-batang diagonal dan vertikal.
Batang ini tidak mengalami momen dan gaya lintang, hanya ada
gaya normal tekan yang bekerja sentris, tepat pada garis berat
penampang, oleh karena sifat dari struktur rangka itu sendiri
dimana buhul-buhulnya dapat berotasi sehingga gaya-gaya dalam
yang lain seperti momen dan gaya lintang akan tereduksi dengan
sendirinya. Pada struktur portal, kolom merupakan elemen utama
yang memikul gaya tekan, tetapi masih mengandung gaya dalam
momen dan gaya lintang.
Secara umum ada tiga ragam keruntuhan dari batang tekan
yaitu tekuk lentur (flexural buckling), tekuk lokal (local
buckling), dan tekuk torsional (torsional buckling).
Profil yang sering digunakan adalah baja siku, siku gandam
profil T, Box, Segi Empat, Kanal, WF atau ( IWF ) dan profil
tersusun.
Pada tekuk elastis, komponen struktur yang dibebani gaya
tekan, masih dalam keadaan elastis, akan melengkung secara
perlahan-lahan. Gaya yang bekerja sentris pada batang
menyebabkan batang tersebut melentur sejauh y, sehingga terjadi
momen lentur tambahan sekunder yang besarnya,
Mx = P . y
dan P kritis yang dihasilkan adalah sebesar :

134
𝜋 2 . 𝐸𝐼
𝑃𝑐𝑟 =
𝐿𝑘 2
Pada daerah tekuk inelastik besaran modulus rumus EULER
menjadi
𝜋 2 𝐸𝑡
𝐹𝑒 =
𝜆2
Panjang tekuk (Lk) batang tekan sangat tergantung kepada
jenis perletakannya; seperti kolom dengan tumpuan jepit dapat
mengekang ujungnya dari berotasi dan translasi, sehingga mampu
menahan beban yang lebih besar dibandingkan tumpuan sendi.
Panjang tekuk dihitung seperti berikut, apabila Lk = k . L, dimana
k faktor panjang tekuk, maka nilai k dapat dilihat pada tabel.
Untuk kolom pada struktur portal, faktor panjang tekuknya (k)
dipengaruhi oleh nilai G pada ujung-ujung kolom
Suatu komponen struktur yang mengalami gaya tekan
sentris akibat beban terfaktor Pu menurut SNI 1729-2015,
Pu <n . Pn
Pn = Fcr . Ag

Tegangan kritis, Fcr dihitung berdasarkan syarat berikut , jika

𝐾𝑙 𝐹𝑦
(a). ≤ 4,71√𝐸/𝐹𝑦 atau ≤ 2,25, tekuk inelastis, maka :
𝑟 𝐹𝑒
𝑭𝒀
Fcr = (𝟎, 𝟔𝟓𝟖 𝑭𝒆 )𝑭𝒚

𝐾𝑙 𝐹𝑦
(b). > 4,71√𝐸/𝐹𝑦 atau 𝐹𝑒 > 2,25, tekuk elastis, maka :
𝑟

Fcr = 0,877 𝑭𝒆

4.10. Tes Formatif.


Soal 1.
(a) Profil IWF250x250x64,4 panjang 6 m digunakan sebagai
kolom tumpuan sendi.
Dengan menggunakan rumus Euler tentukan beban tekuk
kritis. Asumsikan baja mempunyai batas proporsional 248
MPa.
(b) Ulangi soal (a) jika panjang kolom diubah menjadi 2,4 m.
135
Soal 2.
Diketahui Struktur portal seperti tergambar. Ukuran profil kolom
E – F dan tinggi tingkat H lihat data soal. Mutu baja BJ-34. Data
lain lihat tabel terlampir.
Diminta : Lakukan evaluasi terhadap kolom E – F tersebut.!

Gambar 4.18. Soal 2


Soal 3.
Tentukan beban buckling kritis dari kolom W12 x 50. L = 20 ft –
0 in dengan menggunakan rumus Euler. E = 200 000 MPa. Batas
proporsional = 200 MPa.
Asumsikan tumpuan sendi-sendi dan L/r ijin maksimum = 200.

Soal 4
Dengan menggunakan baja BJ50 dan SNI 03-1729-02, tentukan
kuat rencana
n N n kolom berikut.
(a) W14 x 90 dengan KL = 12 ft
(b) W12 x 72 dengan KL = 22 ft

4.11. Tindak Lanjut


Mahasiswa diharapkan dapat merencanakan dan
melakukan perhitungan batang tekan yang dipelajari pada materi
ini (bab 4) untuk keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
136

Anda mungkin juga menyukai