Anda di halaman 1dari 10

CORELIFT

MATA KULIAH PENGANTAR KBG (KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG)

Dosen Pembimbing :
Ir. IRKA TANGKE DATU, S.ST,.M.T.

Disusun Oleh :
KELOMPOK I

ADE SRY NURUL HAFIDZAH NIM 31119001


FAUZAN ACHMAD SYAM NIM 31119007
MUHAMMAD ARIE PURNOMO NIM 31119015
MUHAMMAD FADHIL RAMDANI HUSNAN NIM 31119016
NAILA SYAFIQA NIM 31119018

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG


JURUSAN TEKNIK SIPIL
TEKNIK KONSTRUKSI GEDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala Tuhan
Yang Maha Esa atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
mengerjakan dan menyelesaikan penulisan makalah ini
Pada kesempatan yang baik ini penyusun mengucapkan terima kasih setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang memberikan bimbingan serta bantuannya dalam
penyusunan makalah ini sehingga dapat selesai tepat waktu.
Akhir kata, penyusun dengan segala kerendahan menyadari bahwa makalah ini
masih kurang sempurna, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi penyusun serta pembaca dalam bidang akademik terutama dalam
bidang ketekniksipilan. Atas perhatianya penyusun ucapkan terima kasih.

Makassar, 31 Oktober 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5
1.3. Tujuan ............................................................................................................................... 5
KAJIAN LITERATUR .................................................................................................................... 6
2.1. Konstruksi Core Lift .............................................................................................................. 6
2.2. Fungsi dan karakteristik konstruksi Core Lift ................................................................... 6
2.3. Metode aplikasi aplikasi Core Lift ....................................................................................... 7
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ....................................................................................... 9
3.1. Kesimpulan ............................................................................................................................ 9
3.2. Rekomendasi .......................................................................................................................... 9

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain
kebutuhan sandang dan pangan. Setiap keluarga pasti berkeinginan untuk memiliki
tempat tinggal sendiri. Dewasa ini, masalah kependudukan yang sering terjadi
dimasyarakat terutama di daerah perkotaan adalah minimnya ketersediaan lahan
pemukiman.
Salah satu cara untuk membatasi ekspansi kawasan terbangun adalah dengan
membangun secara vertikal. Bangunan secara vertikal khususnya bangunan berlantai
dua atau lebih tentunya memerlukan sarana tertentu berupa tangga atau lift untuk
memudahkan akses penghuni.
Dahulu sebelum adanya Elevator (lift), Eskalator (tangga berjalan), dan
Travelator (Moving walk) untuk mencapai lantai atas dari lantai dasar atau
sebaliknya, kita harus naik tangga lantai secara manual yaitu dengan jalan kaki.
Mungkin hal ini tidak akan menjadi masalah/kerepotan, jika lantai gedung berjumlah
sedikit dan hanya kita saja yang naik ke atas atau turun gedung, namun akan menjadi
masalah besar dan sangat kerepotan, jika lantai gedung berjumlah banyak, sedangkan
kita akan memindahkan barang yang berbobot berat dari lantai dasar ke lantai atas.
Hal tersebut dirasa kurang efektif dan efisien, karena terlalu banyak memakan waktu
dan tenaga. Apalagi bila hal tersebut terjadi disebuah perkantoran atau instansi
penting lainnya, maka bisa dibayangkan banyak kerugian yang akan dirasakan
instansi perusahaan/perkantoran tersebut.
Namun seiring kemajuan teknologi hal tersebut bukanlah menjadi penghalang
lagi untuk berbagai alasan dalam sebuah instansi perkantoran. Karena kini
kebanyakan gedung-gedung tinggi khususnya daerah kota dipermudah dengan
adanya teknologi Eskalator (tangga berjalan) dan Elevator (lift). Sehingga hal
tersebut membuat pekerjaan jadi lebih mudah, efektif, dan efisien bagi manusia.
Karena kita dapat naik/turun lantai sebuah gedung tinggi dalam beberapa detik
maupun menit saja.

4
Kini kita tak perlu kerepotan untuk memindahkan barang berat hingga
mencapai lantai ke dua puluh sekalipun pada suatu gedung, hanya dibutuhkan
beberapa detik saja menggunakan elevator. Inilah salah satu dari sekian banyak
teknologi yang bermanfaat dan membantu pekerjaan manusia. Sebagai sarana
perpindahan pada bangunan bertingkat dibutuhkan struktur core lift atau core wall.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi core lift?
2. Bagaimana karakteristik core lift dalam konstruksi bangunan?
3. Bagaimana metode pengaplikasian core lift dalam konstruksi bangunan?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi core lift
2. Untuk mengetahui karakteristik core lift dalam konstruksi bangunan
3. Untuk mengetahui metode pengaplikasian core lift dalam konstruksi bangunan

5
BAB II
KAJIAN LITERATUR

2.1. Konstruksi Core Lift


Core Lift atau bangunan ini menurut Schueller
(1989) adalah suatu tempat untuk meletakan
trasportasi vertikal dan distrubusikan energi (seperti
lift, tangga, wc dan shaft mekanis).
Core Liftsuatu tempat untuk meletakan sistem
trasportasi vertikal dan mekanis dengan bentuk yang
disesuaikan dengan fungsi bangunan serta unutk Gambar 1 Penampang struktur Core Lift

menambah kekuatan bangunan diperlukan sistem


struktur dinding geser sebagai penyalur gaya lateral
(seperti tiupan angin atau gempa bumi) pada inti.

2.2. Karakteristik konstruksi Core Lift


Struktur core wall yang bisa dijumpai dalam aplikasi konstruksi bangunan
tinggi dewasa ini ada bermacam-macam. Antara lain adalah bentuk , Δ, O, atau core
wall dua cell dengan pengaku di tengahnya berbentuk ⊟. Dari masing-masing
bentuk core wall ini, mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dalam memberikan
fleksibilitas dan efektivitas pada struktur bangunan. Bangunan tinggi yang
mempunyai struktur core wall, dibuat dengan salah satu pertimbangan adalah
fleksibilitas untuk pengaturan posisi (tata letak) yang akan memberikan penghematan
dan efisiensi maksimum pada bangunan secara keseluruhan. Dari segi konstruksi
pembuatannya, core wall tersebut dapat dibuat berupa struktur konstruksi baja,
konstruksi beton bertulang ataupun juga komposit. Dari konstruksi bahan tersebut,
struktur core wall dapat bersifat massif. Namun terjadinya pelemahan struktur core
wall itu juga terkadang tak dapat dihindari dalam pelaksanaan konstruksi bangunan,
seperti pelubangan struktur core wall untuk ruang pintu, kisi udara, dan lain-lain.

Struktur core wall yang bisa dijumpai dalam aplikasi konstruksi bangunan
tinggi dewasa ini ada bermacam-macam. Antara lain adalah bentuk , Δ, O, atau core
wall dua cell dengan pengaku di tengahnya berbentuk ⊟. Dari masing-masing
bentuk core wall ini, mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dalam memberikan
fleksibilitas dan efektivitas pada struktur bangunan. Bangunan tinggi yang

6
mempunyai struktur core wall, dibuat dengan salah satu pertimbangan adalah
fleksibilitas untuk pengaturan posisi (tata letak) yang akan memberikan penghematan
dan efisiensi maksimum pada bangunan secara keseluruhan. Dari segi konstruksi
pembuatannya, core wall tersebut dapat dibuat berupa struktur konstruksi baja,
konstruksi beton bertulang ataupun juga komposit. Dari konstruksi bahan tersebut,
struktur core wall dapat bersifat massif. Namun terjadinya pelemahan struktur core
wall itu juga terkadang tak dapat dihindari dalam pelaksanaan konstruksi bangunan,
seperti pelubangan struktur core wall untuk ruang pintu, kisi udara, dan lain-lain.

Tetapi dalam proses perencanaan dan perancangan suatu bangunan, adanya


pelemahan struktur core wall tersebut sudah diperhitungkan tidak akan menimbulkan
masalah, dengan memberikan solusi teknik yang tepat dan sesuai. Penggunaan
material beton bertulang dalam pembuatan core wall akan memberikan keuntungan
berupa kekakuan lateral yang diperoleh cukup tinggi, oleh karena konstruksi beton
bertulang mempunyai karakteristik kuat tekan yang tinggi. Oleh sebab itu core wall
dengan konstruksi beton bertulang ini akan sesuai untuk diaplikasikan pada struktur-
struktur gantung. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya,
penempatan struktur core wall ini dalam aplikasi konstruksi bangunan, dapat
ditempatkan pada posisi tengah bangunan, dapat juga di posisi pinggir bangunan,
atau bahkan di luar bangunan yang direncanakan sebagai bagian struktur bangunan
yang berguna untuk mendukung fungsi utilitas bangunan (ruang lift, ruang shaft).

2.3. Metode aplikasi aplikasi Core Lift


Sebagai insan akademisi di bidang teknik sebelum pemasangan konstruksi ada
beberapa tahapan metode prosedur desain yang harus diperhatikan. Metode prosedur
desain dapat dianggap terdiri dari dua bagian yaitu:
A. Metode desain kerangka kerja struktural
Desain kerangka kerja struktural berarti pemilihan sususan serta ukuran
elemen-elemen struktur yang tepat sheingga beban-beban layanan bekerja
dengan aman. Secara garis besar, prosedur desain dapat digambarkan sebagai
berikut:
a) Perencanaan. Penentuan fungsi fungsi yang akan dilayani oleh struktur
yang bersangkutan. Tentukan kriteria kritaeria untuk mengukur apakah
desain yang dihasilkan.

7
b) Konfigurasi struktur pendahuluan. Susunan dari elemen-elemen yang
akan melayani fungsi-fungsi pada langkah satu.
c) Penentuan beban-beban. Menentukan beban beban yang harus dipikul.
d) Pemilihan batang pendahuluan. Pemilihan ukuran batang yang memenuhi
kriteria objektif, seperti berat atau biaya minimum dilakukan berdasarkan
keputusan langkah satu, dua, dan tiga.
e) Analisis. Analisis struktural dengan membuat model beban-beban dan
kerangka kerja struktural untuk mendapatkan gaya-gaya internal dan
defleksi yang dikehendaki.
f) Evaluasi. Pastikan semua persyaratan kekuatan dan kemampuan kerja
terpenuhi dan apakah hasilnyasudah optimum. Bandingkan dengan
kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
g) Redesain.Sebagai hasil dari evaluasi, diperlukan pengulangan bagian
h) Keputusan akhir. Penentuan apakah desain optimum telah tercapai.

Gambar 3 Pemasangan bekisting

8
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

3.1. Kesimpulan
Core Lift atau bangunan ini menurut Schueller (1989) adalah suatu tempat
untuk meletakan trasportasi vertikal dan distrubusikan energi (seperti lift, tangga, wc
dan shaft mekanis).
Core Liftsuatu tempat untuk meletakan sistem trasportasi vertikal dan mekanis
dengan bentuk yang disesuaikan dengan fungsi bangunan serta unutk menambah
kekuatan bangunan diperlukan sistem struktur dinding geser sebagai penyalur gaya
lateral (seperti tiupan angin atau gempa bumi) pada inti.

3.2. Rekomendasi
Sebagai seorang perencana harus mampu merencanakan struktur core wall
dengan teliti, untuk menghindari kegagalan atau keruntuhan komponen tekan bersifat
mendadak.

9
DAFTAR PUSTAKA

Salmon, Charles G., dan Johnson, John E. (1992). Sruktur baja desain dan perilaku.
Jakarta: Gramedia.

Agrianita, Etika dkk. (2011). Pembangunan vertikal: Upaya Menangani Peningkatan


Kebutuhan Penduduk Tempat Tinggal Terkait Jumlah Penduduk yang Terus
Bertambah dan Luas Lahan yang Semakin Terbatas. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Ananda, Febri, dan Taringan, Johannes. (2018). PERENCANAAN PENULANGAN
DINDING GESER (SHEAR WALL) BERDASARKAN TATA CARA SNI 03-
2847-2002. Medan: Universitas Sumatera Utara

10

Anda mungkin juga menyukai