Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
Kelompok II I-1
Praktikum Geologi Struktur
Pendahuluan
1.2 Tujuan
Kelompok II I-2
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
BAB II
STRUKTUR GEOLOGI
2.1.1. Tujuan
4). Foliasi.
5). Bidang sayap lipatan. Bidang yang disebut terakhir ini
sebenarnya merupakan kedudukan bidang yang terlipat.
b. Struktur bidang semu
Artinya bentuk dan kedudukannya hanya bisa diketahui atau
didapatkan dari hasil analisa struktur bidang riil yang lain.
Pada umumnya struktur bidang dinyatakan dengan istilah-
istilah, yaitu:
1). Jurus (Strike) adalah Arah dan gars horizontal yang
merupakan perpotongan antara bidang yang bersangkutan dengan
bidang horizontal.
2). Kemiringan (Dip) adalah Sudut kemiringan terbesar yang
dibentuk oleh bidang miring dengan bidang horizontal dan diukur
tegak lurus terhadap jurus.
3). Kemiringan Semu (Apparent Dip) adalah Arah tegak lurus jurus
sesuai dengan arah miringnya bidang yang bersangkutan dan diukur dan
arah utara.
Kelompok II II-2
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
Kelompok II II-3
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
Kelompok II II-4
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
Kelompok II II-5
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
Kelompok II II-6
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
Kelompok II II-7
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
2.1.5. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum struktur bidang
kali ini antara lain :
Kelompok II II-8
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
2.2.1. Tujuan
a. Mengetahui bagian-bagian dan istilah struktur garis
b. Mengetahui simbol-simbol pada struktur garis
c. Menyelesaikan permasalahan struktur garis dengan metode grafis
2.2.2. Dasar Teori
Struktur garis adalah struktur batuan yang membentuk geometri
garis, antara lain gores garis, sumbu lipatan, dan perpotongan dua
bidang. Struktur garis dapat dibedakan menjadi stuktur garis riil dan
struktur garis semu.
Struktur garis riil adalah struktur garis yang arah dan
kedudukannya dapat diamati dan diukur langsung di lapangan, contoh:
gores garis yang terdapat pada bidang sesar. Sedangkan s truktur garis
semu adalah semua struktur garis yang arah atau kedudukannya
ditafsirkan dari orientasi unsur-unsur struktur yang membentuk kelurusan
atau liniasi.
Berdasarkan saat pembentukannya, struktur garis dapat
dibedakan menjadi struktur garis primer yang meliputi: liniasi atau
penjajaran mineral-mineral pada batuan beku tertentu, dan arah liniasi
struktur sedimen. Struktur garis sekunder yang meliputi: gores-garis,
liniasi memanjang fragmen breksi sesar, garis poros lipatan, kelurusan-
kelurusan dari topografi, sungai dan sebagainya.
Definisi istilah – istilah dalam struktur garis adalah :
a. Arah penujaman (Trend) adalah jurus dari bidang vertical yang
melalui garis dan menunjukan arah penunjaman garis tersebut ( hanya
menunjukkan suatu arah tertentu).
b. Arah kelurusan (Bearing) adalah jurus dari bidang vertikal yang
menahan gar's tetapi tidak menunjukan arah penunjaman garis tersebut
(menunjukkan arah – arah dimana, salah satu arahnaya merupakan
sudut pelurusnya).
Kelompok II II-9
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
c. Rake (Pith) adalah besar sudut antara garis dengan garis horisontal,
zz yang diukur pada bidang dimana garis tersebut terdapat besarya rake
sama dengan atau lebih kecil 90.
Kelompok II II-10
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
Kelompok II II-11
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
Kelompok II II-12
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
Kelompok II II-13
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
Kelompok II II-14
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
Kelompok II II-15
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
2.2.5. Kesimpulan
Kelompok II II-16
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
Kelompok II II-17
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
2. Bending (Pelengkungan)
Kelompok II II-18
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
2. Siklin
Siklin adalah lapisan bawah yang melengkung dengan kaki
mencelupakn ke dalam arah yang berlawanan terhadap sumbu
lipatan atau lipatan yang memiliki kemiringan dari kedua sayap
yang saling mendekat.
Kelompok II II-19
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
4. Axial plane
Axial plane merupakan sebuah bidang yang memotong
puncak lipatan sehingga bagian samping dari lipatan menjadi kurang
simetris.
Kelompok II II-20
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
Lipatan jenis ini terjadi sebagai akibat adanya dua tenaga yang
bertemu degan kekuatan yang seimbang.
b) Lipatan miring adalah lipatan yang mempunyai antiklinal agak miring.
Lipatan ini dapat terjadi karena tekanan horizontal dari salah satu sisi
lebih besar dari sisi lainnya.
c) Lipatan menggantung yakni lipatan yang mempunyai antiklinal dan
sinklinal yang miring dan lebih miring dibandingkan dengan lipatan
miring. Lipatan ini terjadi sebagai akibat dari adanya tekanan
horizontal dari salah satu sisi lebih besar dari sisi lainnya.
d) Lipatan rebah adalah lipatan yang terjadi sebagai akibat dari adanya
tekanan kuat yang mendorong bagian dasar lipatan, sehingga
antiklinalnya rebah. Lipatan ini dapat terjadi akibat adanya gaya
horizontal dari satu arah. Lipatan rebah dapat menjadi patahan atau
sesar sungkup apabila gaya yang bekerja pada lapisan tersebut sangat
kuat dan terus menerus hingga melewati batas elastisitas lapisan
batuan tersebut hingga patah.
e) Lipatan menutup, disebut juga recumbent folds adalah lipatan yang
terbentuk karena lipatan yang satu menekan sisi lipatan yang lain
sehingga menyebabkan sumbu lipat hampir datar.
Kelompok II II-21
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
9). Milipen.
10). Pensil warna.
b. Bahan
Bahan digunakan pada praktikum struktur garis kali ini
adalah kertas quarto (A4s)
Kelompok II II-22
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
Kelompok II II-24
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
Kelompok II II-25
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
Kelompok II II-26
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
Kelompok II II-27
Praktikum Geologi Struktur
Struktur Geologi
2.3.5. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum struktur
bidang kali ini antara lain :
a. Lipatan merupakan bentuk perubahan pada batuan (deformasi) yang
diakibatkan oleh gaya tegasan (gaya endogen) sehingga kedudukan
batuan yang awalnya lurus menjadi berbentuk lengkungan.
b. Berdasarkan bentuk-bentuk lengkungannya, lipatan dapat dibagi
menjadi dua, yaitu siklin dan antiklin.
c. Berdasarkan ketegakan posisi sumbu dan bentuk pelipatannya, jens
lipatan dibedakan sebagai berikut :
1) Lipatan Tegak
2) Lipatan Miring
3) Lipatan Menggantung
4) Lipatan Rebah
Kelompok II II-28
Praktikum Geologi Struktur
Proyeksi Stereografis
BAB III
PROYEKSI STEREOGRAFIS
3.1. Tujuan
Memproyeksikan penyelesaian masalah struktur bidang dan struktur
garis pada permukaan bola.
Kelompok II III-1
Praktikum Geologi Struktur
Proyeksi Stereografis
sangat membantu untuk membuat proyeksi kedudukan maupun menentukan
kedudukan. Dengan sudut-sudut 90° dari North ke South maupun dari West ke
East mempermudah penentuan dip, apparent dip dan juga plunge. Selain itu
untuk mencari zone mineralisainya juga mudah karena perpotongan kedua
lapisan terlihat jelas. Tetapi pada proyeksi stereografi ini pemotongan kedua
lapisan ditandai dengan saling berpotongnya kedudukan (strike) dan dip dua
lapisan, beda hanya dengan proyeksi secar grafis yang perpotongan lapisannya
ditandai dengan saling berpotongnya top strike dan bottom strike dari dua jenis
lapisan (Alrasied dan Amirudin, 2016).
Proyeksi stereografi yang dipakai untuk membuat peta beberapa macam,
yaitu :
1. Equal Angle Projection
Proyeksi ini memproyeksikan setiap titik pada permukaan bola ke
bidang proyeksi pada tutuh zinith yang letaknya pada sumbu vertikal
melalui pusat bola bagian puncak. Sudut yang sama digambarkan semakin
rapat ke arah pusat, hasil penggambaran pada bidang proyeksi disebut
stereogram sedangkan hasil dari equal angle projection adalah Wulff Net.
Gambar 3.1
Equal Angle Projection
Kelompok II III-2
Praktikum Geologi Struktur
Proyeksi Stereografis
Gambar 3.2
Equal Area Projection
3. Orthogonal Projection
Proyeksi ini merupakan kebalikan dari equal angle projection karena
pada proyeksi ortogonal, titik-titik pada permukaan bola akan diproyeksi
tegak lurus pada bidang proyeksi dan lingkaran hasil proyeksinya akan
semakin renggang ke arah pusat. Stereogram dari proyeksi ini disebut
Orthographic Net.
Kelompok II III-3
Praktikum Geologi Struktur
Proyeksi Stereografis
Gambar 3.3
Orthographic Projection
4. Polar Projection
Pada proyeksi ini baik unsur garis maupun bidang tergambar suatu
titik. Stereografi dari proyeksi ini adalah polar net. Stereografi dari proyeksi
ini didapatkan dari equal are projection, sehingga untuk mendapatkan
proyeksi bidang dari suatu titik pada polar net harus menggunakan Schmidts
Net.
Gambar 3.4
Polar Projection
(Suhendra, 2018)
Kelompok II III-4
Praktikum Geologi Struktur
Proyeksi Stereografis
Berdasarkan bidangnya, dibagi menjadi 3 yaitu proyeksi azimuth atau
zenithal, proyeksi silinder, dan proyeksi kerucut.
Kelompok II III-5
Praktikum Geologi Struktur
Proyeksi Stereografis
Kelompok II III-6
Praktikum Geologi Struktur
Proyeksi Stereografis
Kelompok II III-7
Praktikum Geologi Struktur
Proyeksi Stereografis
3.4.2. Menentukan Plunge dan Rake Garis yang Terletak pada Suatu Bidang
a. Data Permasalahan
Diketahui suatu garis yang mempunyai bearing N 264º E,
terletak pada suatu bidang yang berkedudukan N 134º W/35º.
Tentukan plunge dan rake dari garis ini.
b. Prosedur Penggambaran Metode Grafis
1) Buat lingkaran primitif sesuai dengan Wulf Net pada kertas
kalkir.
2) Kita beri tanda titik pada arah N, E, S dan W pada lingkaran
primitif dan buat tanda titik tengah pada lingkaran supaya
memudahkan dalam penggambaran.
3) Buat tanda pada kedudukan bidang N 134º E (garis OA) dan arah
pengukuran N 264º E (garis OB)
4) Tempelkan N 134º W ke N 0º E dan hitung dip direction dari
arah Timur (35º) dan beri tanda titik dan buat garis lurus dari titik
tadi ke Timur.
5) Buat busur lingkaran sesuai tanda titik dip (35º).
6) Hubungkan garis pada titik pusat (O) ke N 264º E.
7) Kita beri notasi pada titik pertemuan (C).
8) Titik pertemuan atau garis BC di tempelkan di sisi Timur.
9) Hitung berapa derajat garis BC dan itulah harga plunge.
10) Tempelkan N 134º W ke N 0º E dan hitung berapa derajat garis
AC maka itulah harga Rake.
Kelompok II III-8
Praktikum Geologi Struktur
Proyeksi Stereografis
3.4.3. Menentukan Kedudukan Bidang dari Dua Apparent Dip
a. Data Permasalahan
Kemiringan semu suatu lapisan batupasir diketahui di dua tempat :
1) Di titik A sebesar 19º pada arah S 57º W
2) Di titik B sebesar 20º pada arah N 105º E
Tentukan kedudukan sebenarnya dari lapian batu pasir tersebut.
b. Prosedur Penggambaran Metode Grafis
1) Buat lingkaran primitive sesuai dengan wulf net pada kertas
kalkir.
2) Kita beri tanda titik pada arah N, E, S dan W pada lingkaran
primitive dan buat tanda titik pada tengah lingkaran supaya
memudahkan dalam penggambaran.
3) Buat tanda pada arah apperent dip S 57º W dan N 105º E
4) Tarik garis dari S 57º W (garis OE)dan N 105º E (garis OF) ke
pusat
5) Tempelkan N 10ºE ke sisi Timur dan buat titik B dari dip (19º).
6) Tempelkan N 110ºE ke sisi Timur dan buat titik C dari dip (20º).
7) Cari busur yang sejajar dengan titik A dan B dan bila sudah
ditemukan maka buat garis busur.
8) Tarik garis lurus dari kedua ujung busur melalui titik O.
9) Kembalikan lingkaran ke awal N 0ºE
10) Hitung strike nya dari garis lurus kedua ujung busur dan hitung
berapa derajat dip direction dari sisi Timur, maka itulah dip
direction.
Kelompok II III-9
Praktikum Geologi Struktur
Proyeksi Stereografis
3.4.4. Menentukan Kedudukan Jalur Perpotongan Dua Buah Bidang
a. Data Permasalahan
Suatu batugamping dengan kedudukan N 140° E / 30°
diketahui berpotongan dengan bidang lain yang berkedudukan N 25°
E / 30°. Tentukan kedudukan dari garis perpotongannya.
b. Prosedur Penggambaran Metode Grafis
1) Membuat lingkaran primitif sesuai dengan wullf net pada kertas
kalkir.
2) Memberi tanda titik pada arah N, E, S, W pada lingkaran primitif
dan buat tanda titik tengah pada lingkaran supaya memudahkan
dalam penggambaran.
3) Membuat tanda pada kedudukan bidang N 140o W dan kedudukan
bidang N 25o W.
4) Menempelkan S 34o W ke arah utara dan menghitung dip
direction dari arah timur (30o) dan memberi tanda titik kemudian
buat garis lurus dan titik tadi ke arah timur dan membuat busur
lingkaran sesuai tanda titik dip (30o).
5) Menempelkan N 25o W ke arah utara dan menghitung dip
direction dari arah timur (30o) kemudian memberi tanda titik dan
membuat garis lurus dan titik tadi ke arah timur dan membuat
busur lingkaran sesuai tanda titik dip (30o).
6) Dari dua pertemuan busur itu, beri tanda atau notasi E, tarik garis
lurus dari pusat (O) ke titik E.
7) Memutar kalkir sehingga N kalkir menyentuh N stereonet dan
baca garis OF maka didapat nilai trend (N 336o E).
8) Menempelkan garis OE ke arah timur dan hitung berapa derajat
dari arah timur ke titik E, maka itulah harga plunge (30o) dan buat
garis putus – putus.
9) Menempelkan N 140o E ke arah utara dan berapa derajat dari
busur BE maka itulah harga rake batugamping (30o), lakukan hal
yang sama pada N 25o E dan menghitung berapa derajat dari busur
DE didapat harga rake dike (30o).
Kelompok II III-10
Praktikum Geologi Struktur
Proyeksi Stereografis
3.5. Kesimpulan
Kelompok II III-11
Praktikum Geologi Struktur
Tebal dan Kedalaman
BAB IV
TEBAL DAN KEDALAMAN
4.1 Tujuan
Kelompok II IV-1
Praktikum Geologi Struktur
Tebal dan Kedalaman
Kedalaman adalah jarak vertikal dari ketinggian tertentu atau
permukaan air laut ke arah bawah suatu titik garis atau bidang tertentu. Untuk
melakukan pengukuran kedalaman ada 3 yaitu adalah pengukuran kedalaman
pada arah lintasan tegak lurus dengan jurus lapisan topografi tidak berelief arah
lintasan yang tegak lurus dengan jurus pada topografi dengan slope dan arah
yang tidak tegak lurus dengan jurus lapisan.
Apabila keadaan medan struktur yang rumit atau keterbatasan alat
yang dipakai tidak memungkinkan pengukuran secara langsung diadakan
pengukuran secara tidak langsung. Tetapi sebaiknya diusahakan pengukuran
mendekati secara langsung. Pengukuran tidak langsung yang paling sederhana
adalah pada lapisan miring, tersingkap pada permukaan horizontal yang
dimana lebar singkapan diukur tegak lurus jurus, yaitu W. Dengan mengetahui
kemiringan lapisan (δ) maka ketebalannya.
(Fitria dan Farid, 2017)
1. Ketebalan
Ketebalan adalah jarak tegak lurus antara dua bidang sejajar yang
merupakan lapisan batuan ketebalan lapisan bisa ditentukan dengan
beberapa cara baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran
secara langsung dapat dilakukan pada suatu keadaan tertentu misalnya
lapisan horizontal yang tersingkap pada tebing vertikal atau lapisan vertikal
yang tersingkap pada topografi datar. Apabila keadaan medan struktur yang
rumit atau ketebalan alat yang dipakai tidak memungkinkan pengukuran
secara langsung tetapi sebaiknya diusahakan pengukuran mendekati secara
langsung.
Pengukuran tidak langsung yang paling sederhana adalah pada
lapisan miring tersingkap pada permukaan horizontal dimana lebar
singkapan diukur tegak lurus lurus yaitu w dengan menggunakan
kemiringan lapisan (δ) maka ketebalannya T = w sin δ . Apabila pengukuran
lebar singkapan tidak tegak lurus lurus (7) maka lebar sebenarnya harus
dikoreksi lebih dulu w = I sin β , dimana β adalah sudut antara lurus dengan
arah pengukuran. Ketebalan yang didapat adalah T = I sin β sin δ panjang.
Kelompok II IV-2
Praktikum Geologi Struktur
Tebal dan Kedalaman
Gambar 4.1
Ketebalan dan Kedalaman
2. Kedalaman
Gambar 4.2
Kedalaman
(Bramastasurya, 2015)
Kelompok II IV-3
Praktikum Geologi Struktur
Tebal dan Kedalaman
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
a. Kompas geologi.
b. Clipboard.
c. Penggaris.
d. Busur.
e. Jangka.
f. Penghapus.
g. Pensil mekanik.
h. Alat bantu proyeksi.
i. Milipen.
j. Pensil warna.
2. Bahan
Bahan digunakan pada praktikum struktur garis kali ini adalah kertas
quarto (A4s), kertas kalkir, data DEM, dan peta topografi.
Kelompok II IV-4
Praktikum Geologi Struktur
Tebal dan Kedalaman
Kelompok II IV-5
Praktikum Geologi Struktur
Tebal dan Kedalaman
Diketahui
Koordiat Singkapan = 5100 mT dan 4327 mU
Koordinat Pemboran = 4985 mT dan 4306 mU
Bearing (δ) = 45⁰
True Dip (β) = 35⁰
Lebar Singkapan = 12 m
a) Jarak datar
S = √ ( 5.100−4.985 ) ²+( 4.327−4.306) ²
= √ ( 115 ) ²+ ( 21 ) ²
= √ 13.225+441
= √ 13.666
= 117 m
b) Nilai Apparent Dip
Tan ɑ = Sin δ x Tan β
= Sin 45⁰ x Tan 35⁰
= 0,7 x 0,7
= 0,49
= Arc Tan 0,49
= 26⁰
c) Perbedaan elevasi singkapan dengan elevasi titik bor
Elevasi singkapan = 26 m
Elevasi titik bor = 32 m
Perbedaan ketinggian elevasi = 6 m
d) Lebar singkapan pada arah pemboran
X = 90⁰ - 45⁰
= 45⁰
12
X1 =
cos 45
= 16, 2 m
Kelompok II IV-6
Praktikum Geologi Struktur
Tebal dan Kedalaman
a) Menggambar jarak datar putus-putus OB sepanjang 22,36 m
kearah east (sesuai skala 7,5 cm pada gambar).
b) Gambar lebar singkapan OA dengan jarak datar OB
sepanjang 5,007 m kearah west.
c) Menarik gari dari titik E sepanjang 6 m (sesuai dengan
perbedaan elevasi) kearah north south.
d) Memperpanjang garis CE kearah south
e) Buat sudut apparent dip dari garis OC sebesar 25,97⁰ dan
membuat garis dari titik O hingga menyentuhh garis
perpanjangan C serta memberi notasi E, maka CE merupakan
kedalaman sampai roof.
f) Membuat garis dari titik D ke titik G sejajar dengan garis
OF
g) Memperpanjang garis DG hinngga menyentuh garis
perpanjangan CE, maka EG adalah kedalaman sampai floor
h) Membuat garis putus-putus tegak lurus OF dari titik O hingga
menyentuh garis DG dan memberi notasi H, maka OH
merupakan tebal sebenarnya.
Kelompok II IV-7
Praktikum Geologi Struktur
Tebal dan Kedalaman
4) Analisa Data Penampang Vertikal
a) Kedalaman sampai roof top lapisan dari sejajar lebar lapisan
d1 = tan ɑ x jarak + lebar singkapan
= tan 26⁰ x 117 m + 12 m
= 57,1 m + 12 m
= 69,1 m
b) Kedalaman sampai floor atau bottom lapisan dari sejajar
lebar lapisan
d2 = tan ɑ x (jarak + lebar sigkapan) + elevasi
= tan 26⁰ x ( 117 m + 12 m) + 6 m
= 0,48 x 129 + 6
= 67,92 m
c) Ketebalan semu di titik pemboran
t‘ = d2 – d1
= 67,92 m – 69,1 m
= -1,18 m
d) Ketebalan sebenarnya
t = sin ɑ x lebar singkapan
= sin 26⁰ x 12 m
= 9,12 m
e) Slope
16,9
Tan ɑ =
117
= 0, 14
= 7,9
Kelompok II IV-8
Praktikum Geologi Struktur
Tebal dan Kedalaman
b. Data Permasalahan 2
Diketahui kedudukan singkapan dengan koordinat 5100 mU
dan 4327 mT dengan arah N 125⁰E/35⁰ dan memiliki lebar singkapan
12 m pada daerah dilakukan pemboran dengan koordinat 5045 mU,
4245 mT dengan skala 1 : 3000. Tentukan tebal sebenarnya, kedalaman
lubang bor sampai ke roof dan dealaman lubang bor sampai ke bottom
1) Prosedur Penggambaran Metode Grafis Penampang Horizontal
a) Meggambarkan keduduan batubara N125⁰E/35⁰ dengan
koordinat 5100 mU dan 4327 mT.
b) Memplotkan lubang bor 5045 mU, 4245 mT dan hitung berapa
arah kedudukan pemboran dengan titik pusat singkapan batubara.
c) Menggambarkan penampang horizontalnya, tarik garis kedudukan
N 125⁰E/35⁰ dengan titik pusat singkapan batubara beri notasi A.
d) Meggambarkan arah pemboran N 125⁰E yang telah diketahui dan
diberi notasi C
e) Menarik garis tegak lurus strike yang merupakan dip direction
dari titik O ke titik B.
f) Menghitung sudut BOC merupakan bearing (74⁰).
Kelompok II IV-9
Praktikum Geologi Struktur
Tebal dan Kedalaman
2) Analisa Data Penampang Horizontal
Diketahui
Koordiat Singkapan = 5100 mT dan 4327 mU
Koordinat Pemboran = 5045 mT dan 4245 mU
Bearing (δ) = 74⁰
True Dip (β) = 35⁰
Lebar Singkapan = 12,5 m
a) Jarak datar
S = √ ( 5.100−5.045 ) ²+(4.327−4.245)²
= √ ( 55 ) ²+ ( 82 ) ²
= √ 3.025+6.724
= √ 9.749
= 98,7 m
b) Nilai Apparent Dip
Tan ɑ = Sin δ x Tan β
= Sin 74⁰ x Tan 35⁰
= 0,96 x 0,7
= 0,26
= Arc Tan 0,26
= 15⁰
c) Perbedaan elevasi singkapan dengan elevasi titik bor
Elevasi singkapan = 26 m
Elevasi titik bor = 34 m
Perbedaan ketinggian elevasi =8m
d) Lebar singkapan pada arah pemboran
X = 90⁰ - 74⁰
= 16⁰
12
X1 =
cos 16
= 12, 5 m
Kelompok II IV-10
Praktikum Geologi Struktur
Tebal dan Kedalaman
3) Prosedur Penggambaran Metode Grafis Penampang Vertikal
a) Menggambar jarak datar putus-putus OB sepanjang 22,36 m
kearah east (sesuai skala 7,5 cm pada gambar).
b) Gambar lebar singkapan OA dengan jarak datar OB sepanjang
5,007 m kearah west.
c) Menarik gari dari titik E sepanjang 6 m (sesuai dengan perbedaan
elevasi) kearah north south.
d) Memperpanjang garis CE kearah south
e) Buat sudut apparent dip dari garis OC sebesar 25,97⁰ dan
membuat garis dari titik O hingga menyentuhh garis perpanjangan
C serta memberi notasi E, maka CE merupakan kedalaman
sampai roof.
f) Membuat garis dari titik D ke titik G sejajar dengan garis OF
g) Memperpanjang garis DG hinngga menyentuh garis perpanjangan
CE, maka EG adalah kedalaman sampai floor
h) Membuat garis putus-putus tegak lurus OF dari titik O hingga
menyentuh garis DG dan memberi notasi H, maka OH merupakan
tebal sebenarnya.
Kelompok II IV-11
Praktikum Geologi Struktur
Tebal dan Kedalaman
4) Analisa Data Penampang Vertikal
a) Kedalaman sampai roof top lapisan dari sejajar lebar lapisan
d1 = tan ɑ x jarak + lebar singkapan
= tan 15⁰ x 98,7 m + 8 m
= 0,26 m + 98,7 m + 8 m
= 34,4 m
b) Kedalaman sampai floor atau bottom lapisan dari sejajar lebar
lapisan
d2 = tan ɑ x (jarak + lebar sigkapan) + elevasi
= tan 15⁰ x ( 98,7 m + 12,5 m) + 8 m
= 0,26 x 111,2 + 8
= 36,9 m
c) Ketebalan semu di titik pemboran
t‘ = d2 – d1
= 36,9 m – 34,4 m
= m
d) Ketebalan sebenarnya
x
Sin 15º =
12,5
X = Sin 15º x 12,5 m
= 0,26 x 12,5 m
= 3,23 m
e) Slope
12,5
Tan ɑ =
98,7
= 0,12
= 6,84º
Kelompok II IV-12
Praktikum Geologi Struktur
Tebal dan Kedalaman
a. Data Permasalahan 3
Diketahui kedudukan singkapan dengan koordinat 5100 mU
dan 4327 mT dengan arah N 125⁰E/35⁰ dan memiliki lebar singkapan
12 m pada daerah dilakukan pemboran dengan koordinat 5064 mU,
4142 mT dengan skala 1 : 3000. Tentukan tebal sebenarnya, kedalaman
lubang bor sampai ke roof dan dealaman lubang bor sampai ke bottom
1) Prosedur Penggambaran Metode Grafis Penampang Horizontal
a) Meggambarkan keduduan batubara N125⁰E/35⁰ dengan
koordinat 5100 mU dan 4327 mT.
b) Memplotkan lubang bor 5064 mU, 4142 mT dan hitung berapa
arah kedudukan pemboran dengan titik pusat singkapan batubara.
c) Menggambarkan penampang horizontalnya, tarik garis kedudukan
N 125⁰E/35⁰ dengan titik pusat singkapan batubara beri notasi A.
d) Meggambarkan arah pemboran N 125⁰E yang telah diketahui dan
diberi notasi C
e) Menarik garis tegak lurus strike yang merupakan dip direction
dari titik O ke titik B.
f) Menghitung sudut BOC merupakan bearing (62⁰)
Kelompok II IV-13
Praktikum Geologi Struktur
Tebal dan Kedalaman
Kelompok II IV-14
Praktikum Geologi Struktur
Tebal dan Kedalaman
Kelompok II IV-15
Praktikum Geologi Struktur
Tebal dan Kedalaman
Kelompok II IV-16
Praktikum Geologi Struktur
Tebal dan Kedalaman
4.5. Kesimpulan
Kelompok II IV-17
Praktikum Geologi Struktur
Pola Singkapan
BAB V
POLA SINGKAPAN
5.1. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum mengenai pola singkapan kali ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui berbagai pola singkapan.
2. Menentukan pola sebaran batuan berdasarkan singkapan yang ditemukan.
5.2. Dasar Teori
Dalam mempelajari peta kontur perlu untuk mengetahui hukum V
dimana hukum ini menyatakan hubungan antara lapisan yang mempunyai
kemiringan dengan relief topografi yang menghasilkan suatu pola singkapan.
Hukum tersebut menyatakan lapisan horizontal akan membentuk pola
singkapan yang mengikuti pola garis kontur, lapisan dengan dip berlawanan
arah dengan slope, maka kenampakan lapisan akan memotong lembah dengan
pola singkapan membentuk huruf V yang berlawanan dengan arah kemiringan
lembah pada lapisan tegak akan membentuk pola singkapan berupa garis lurus,
dimana pola singkapan ini tidak dipengaruhi oleh keadaan topografi, lapisan
dengan dip yang searah dengan arah slope dimana dip lapisan lebih
besardaripada slope akan membentuk pola singkapan dengan huruf V yang
berlawanan dengan arah slope, serta lapisan dengan kemiringan searah dengan
kemiringan lembah dan bukit (Asikin, 1979).
Untuk perpotongan antara bidang litologi dan bidang permukaan bumi
dinamakan sebagai pola singkapan. Dari pola singkapan tersebut akan diketahui
keadaan geologi suatu daerah dan dapat dibuat suatu peta yang menggambarkan
keadaan geologi meliputi penyebaran litologi, struktur dan morfologi. Peta
semacam ini disebut peta geologi dimana besar dan bentuk daripola singkapan ini
tergantung dari beberapa faktor seperti ketebalan lapisan, kemiringan lapisan,
bentuk morfologi, dan bentuk struktur lipatan (Noor, 2012).
Kelompok II V-1
Praktikum Geologi Struktur
Pola Singkapan
Umumnya bentuk relief muka bumi dipengaruhi oleh bentuk struktur
batuan yang telah ada. Batuan dikatakan tersingkap bila ketinggiannya sama
dengan permukaan bumi. Bila setiap singkapan batuan yang sama dihubungkan
dengan batas yang jelas pada peta maka akan terlihat suatu bentuk penyebaran
batuan. Bentuk penyebaran tersebut dikenal dengan pola singkapan.
Dari adanya singkapan batuan inilah dapat diketahui keadaan geologi
suatu daerah dan juga dapat dibuat peta singkapan batuan geologi yang
menggambarkan tentang keadaan daerah tersebut, meliputi suatu penyebaran
batuan atau litologi, penyebaran tersebut diatas disebut juga dengan peta dasar
geologi.
Besar dan bentuk dari pola peyebaran atau singkapan tergantung dari beberapa
hal, yaitu :
1. Tebal lapisan
Dalam hal ini suatu singkapan dengan tebal yang berbeda walaupun
pada kemiringan yang sama, tetapi keadaan topografi besar dan lebar pada
peta singkapan akan berbeda.
2. Topografi atau morfologi
Tebal kemiringan suatu lapisan pada suatu peta topografi
menggambarkan suatu peta singkapan batuan yang relatif besar, sedangkan
peta morfologi adalah kenampakan pada pemukaan kulit bumi yang relatif
memperlihatkan bentuk ketidakselarasan secara vertikal baik dalam ukuran
besar maupun ukuran yang sangat kecil dari permukaan litosfer.
3. Besar kemiringan lapisan
Lapisan yang tebalnya sama dengan topografi, tetapi bila suatu
kemiringan yang tebalnya berbeda dimana arah kemiringan suatu lapisan
batuan yang sangat berbeda pula.
4. Bentuk struktur lipatan
Struktur lipatan akan membentuk pola singkapan yang sangat
berlainan untuk lipatan yang menunjam terdiri dari sinklin dan antiklin akan
membentuk pola zig-zag serta mempunyai ekspresi topografi punggung.
Kelompok II V-2
Praktikum Geologi Struktur
Pola Singkapan
Dalam pola singkapan dikenal hukum V. Hukum V merupakan
hubungan antara lapisan yang mempunyai kemiringan dengan bentuk topografi
berelief yang menghasilkan pola singkapan beraturan. Hukum V terdiri dari :
1. Lapisan horizontal akan membentuk pola singkapan yang mengikuti pola
garis kontur.
Gambar 5.1
Lapisan Horizontal
Gambar 5.2
Lapisan Yang Berlawanan Dengan Kemiringan Lereng
Kelompok II V-3
Praktikum Geologi Struktur
Pola Singkapan
3. Tiap lapisan tegak akan membentuk pola singkapan garis lurus, dimana pola
ini tidak dipengaruhi keadaan topografi.
Gambar 5.3
Lapisan Tegak
Gambar 5.4
Lapisan Miring Searah Dengan Kemiringan Lereng
Kelompok II V-4
Praktikum Geologi Struktur
Pola Singkapan
5. Lapisan dengan kemiringan searah kemiringan lereng, dimana besar
kemiringan lapisan kebih kecil daripada kemiringan lereng, maka pola
singkapan akan membentuk huruf V berlawanan arah dengan kemiringan
lembah atau lereng.
Gambar 5.5
Lapisan Dengan Kemiringan Searah Kemiringan Lereng
Gambar 5.6
Lapisan Miring Searah Kemiringan Lembah
Kelompok II V-5
Praktikum Geologi Struktur
Pola Singkapan
5.3 Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
k. Kompas geologi.
l. Clipboard.
m. Penggaris.
n. Busur.
o. Jangka.
p. Penghapus.
q. Pensil mekanik.
r. Alat bantu proyeksi.
s. Milipen.
t. Pensil warna.
2. Bahan
Bahan digunakan pada praktikum struktur garis kali ini adalah kertas
quarto (A4s) dan peta topografi.
Kelompok II V-6
Praktikum Geologi Struktur
Pola Singkapan
5.3. Aplikasi Grafis Pola Singkapan Dan Penampang Geologi
5.4.1. Menentukan Pola Singkapan (crop line)
a. Data Permasalahan 1
Ditemukan pola singkapan dengan kedudukan N 15º E/20º
dan elevasi 22 m pada peta topografi. Gambarkan pola
penyebarannya.
b. Prosedur penggambaran metode grafis permasalahan 1
1) Membuat titik singkapan pada kedudukan N 15º E
2) Memperpanjang garis strike dan membuat dip direction
3) Membuat kemiringan dari bidang lapisan sebesar 20º diukur dari
dip direction
4) Membuat strike line (kontur struktur) dengan interval yang sesuai
dengan interval garis kontur pada peta.
5) Membuat garis tegak lurus dari strike hingga mengenai dip
direction.
6) Membuat garis sejajar strike dari titik potong pada garis dip
direction.
7) Memplotkan titik disetiap perpotongan antara strike line dengan
kontur pada peta yang mempunyai ketinggian yang sama.
8) Menghubungkan titik-titik potongan secara berurutan.
Kelompok II V-7
Praktikum Geologi Struktur
Pola Singkapan
c. Perhitungan strike line
Diketahui : Skala = 1 : 1000
Interval Kontur (IK) = 2 m
= 200 cm
Ditanya : Strike Line = ....?
Jawab :
IK
Strike Line =
Skala
200
=
1000
= 0,2 cm
Jadi, strike line yang sesuai dengan interval garis kontur adalah 0,2 cm.
Kelompok II V-8
Praktikum Geologi Struktur
Pola Singkapan
d. Data permasalahan 2
Ditemukan pola singkapan dengan kedudukan N 10° E /10°
dan elevasi 36 m pada peta topografi. Gambarkan pola
penyebarannya.
e. Prosedur penggambaran metode grafis permasalahan 2
1) Membuat titik singkapan pada kedudukan N 10°.
2) Memperpanjang garis strike dan membuat dip direction.
3) Membuat kemiringan dari bidang lapisan sebesar 10° diukur dari
dip direction.
4) Membuat strike line (kontur struktur) dengan interval yang sesuai
dengan interval garis kontur pada peta.
5) Membuat garis tega lurus dari strike hingga mengenai dip
direction.
6) Membuat garis sejajar strike dari titik potong pada garis dip
direction.
7) Memplotkan titik disetiap perpotongan antara strike line dengan
kontur pada peta yang mempunyai ketinggian yang sama.
8) Menghubungkan titik-titik potongan secara berurutan.
Kelompok II V-9
Praktikum Geologi Struktur
Pola Singkapan
f. Perhitungan strike line
Diketahui : Skala = 1 : 1000
Interval Kontur (IK) = 2 m
= 200 cm
Ditanya : Strike Line = ....?
Jawab :
IK
Strike Line =
Skala
200
=
1000
= 0,2 cm
Jadi, strike line yang sesuai dengan interval garis kontur adalah 0,2 cm
Kelompok II V-10
Praktikum Geologi Struktur
Pola Singkapan
g. Data permasalahan 3
Ditemukan pola singkapan dengan kedudukan N 5° /25°
dan elevasi 18 m pada peta topografi. Gambarkan pola
penyebarannya.
h. Prosedur penggambaran metode grafis permasalahan 3
1) Membuat titik singkapan pada kedudukan N 5°.
2) Memperpanjang garis strike dan membuat dip direction.
3) Membuat kemiringan dari bidang lapisan sebesar 25° diukur dari
dip direction.
4) Membuat strike line (kontur struktur) dengan interval yang sesuai
dengan interval garis kontur pada peta.
5) Membuat garis tega lurus dari strike hingga mengenai dip
direction.
6) Membuat garis sejajar strike dari titik potong pada garis dip
direction.
7) Memplotkan titik disetiap perpotongan antara strike line dengan
kontur pada peta yang mempunyai ketinggian yang sama.
8) Menghubungkan titik-titik potongan secara berurutan.
Kelompok II V-11
Praktikum Geologi Struktur
Pola Singkapan
Kelompok II V-12
Praktikum Geologi Struktur
Pola Singkapan
Kelompok II V-13
Praktikum Geologi Struktur
Pola Singkapan
Kelompok II V-14
Praktikum Geologi Struktur
Pola Singkapan
Kelompok II V-15
Praktikum Geologi Struktur
Pola Singkapan
d. Data permasalahan 2
Buatlah sayatan B-B’ berdasarkan data yang diberikan.
Zona sayatn yaitu dengan zona sayatan. Tentukan daerah-daerah jenis
batuan yang ada berdasarkan singkapan serta luas daerahnya.
e. Prosedur penggambaran sayatan B-B’
1) Menentukan koorinat sayatan, menarikan garis vertikal dan
horizontal sesuai koordinat yang ditentukan.
2) Memberikan titik-titik pada millimeter blok sesuai kontur yang
masuk dalam zona sayatan.
3) Menarik garis vertikal keatas dari garis horizontal pada millimeter
blok sebesar nilai ketinggiannya.
4) Menghubungkan titik-titik ketinggian tersebut.
5) Menentukan jenis batuan dan menggambarkan simbol serta
memberikan warna pada millimeter blok sesuai batasan-batasan
batuan.
6) Menghitung luas daerah.
Kelompok II V-16
Praktikum Geologi Struktur
Pola Singkapan
f. Analisis data permasalahan 1
Singkapan 1 = N 15°E/20°
Tan apparent dip = Sin bearing x taan true dip
= Sin (90-15) x tan 20°
= 3,73 x 0,36
= 1,34
Apparent dip = arc tan
= 53°
Singkapan 2 = N 10°E/10°
= Sin bearing x taan true dip
= Sin (90-10) x tan 10°
= 0,98 x 0,17
= 0,166
Apparent dip = arc tan
= 9°
Singkapan 3 = N 5°E/25°
= Sin bearing x taan true dip
= Sin (90-5) x tan 25°
= 0,99 x 0,46
= 0,45
Apparent dip = arc tan
= 24°
Kelompok II V-17
Praktikum Geologi Struktur
Pola Singkapan
a. Perhitungan Luas Batubara
Skala horizontal 1 : 1000, berarti 1 cm di peta = 10 m di
lapangan. Skala vertikal 1 : 1000, berarti 1 cm di peta = 10 m di
lapangan. Berarti 1 kotak millimeter blok adalah 1 cm² = 100 m² di
lapangan.
1) Analisis Sayatan A-A’
Jumlah Kotak = 62 kotak
Luas Batubara = 100 x 62
= 6.200 m²
2) Analisis Sayatan B-B’
Jumlah Kotak = 25 kotak
Luas Batubara = 100 x 25
= 2.500 m²
3) Analisis Sayatan C-C’
Jumlah Sayatan = 11 kotak
Luas Batubara = 1.100 m²
Kelompok II V-18
Praktikum Geologi Struktur
Pola Singkapan
Kelompok II V-19
Praktikum Geologi Struktur
Pola Singkapan
5.5. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum tentang pola singkapan ini
adalah sebagai berikut:
1. Pola singkapan adalah bentuk penyebaran batuan jika singkapan batuan yang
sama dihubungkan dengan batas yang jelas.
2. Besar dan bentuk dari pola penyebaran atau dari singkapan tergantung dari
beberapa hal, yaitu :
a. Tebal lapisan
b. Topografi atau morfologi
c. Besar kemiringan lapisan
d. Bentuk struktur lipatan
3. Pengamatan singkapan batuan biasanya dilakukan dengan mengambil jalur
disepanjang sungai yang sering dijumpai singkapan batuan yang baik.
4. Hasil dari perhitungan luas batubara, yaitu:
a. Sayatan A-A’ adalah 6.200 m2
b. Sayatan B-B’ adalah 2.500 m2
c. Sayatan C-C’ adalah 1.100 m2
5. Hasil perhitungan volume batubara, yaitu:
a. Volume sayatan A dengan sayatan B adalah 82.650 m3
b. Volume sayatan B dengan sayatan C adalah 34.200 m3
c. Volume total batubara adalah 116.850 m3
6. Hasil perhitungan tonesa batubara, yaitu:
a. Tonase batubara sayatan A dengan sayatan B adalah 107.445 Ton
b. Tonase batubara sayatan B dengan sayatan C adalah 44.460 Ton
c. Tonase total batubara adalah 151.905 Ton
Kelompok II V-20
Praktikum Geologi Struktur
Penutup
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Beberapa ksimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah
sebagai berikut :
1. Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang
bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi.
2. Dalam ilmu geologi struktur dikenal berbagai bentuk perlipatan batuan,
seperti sinklin dan antiklin.
3. Berdasarkan arah dan kedudukan struktur garis terbagi dua, yaitu struktur
garis rill dan struktur garis semu. Berdasarkan pada saat terbentuknya,
struktur garis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu struktur garis primer dan
struktur garis sekunder.
4. Beberapa istilah yang digunakan pada struktur garis, yaitu :
a) Arah Penunjaman (Trend)
b) Penunjaman (Plunge)
c) Arah Kelurusan (Bearing)
d) Rake (Pitch)
5. Hasil yang didapat dari pengukuran metode grafis struktur bidang berupa
adalah :
Kedudukan bidang : N 120°E / 25° dan N 300° E/ 35°
Kemiringan semu : 25° dan 35°
6. Lipatan merupakan bentuk perubahan pada batuan (deformasi) yang
diakibatkan oleh gaya tegasan (gaya endogen) sehingga kedudukan batuan
yang awalnya lurus menjadi berbentuk lengkungan.
7. Berdasarkan bentuk-bentuk lengkungannya, lipatan dapat dibagi menjadi dua,
yaitu siklin dan antiklin.
Kelompok II VI-1
Praktikum Geologi Struktur
Penutup
8. Berdasarkan ketegakan posisi sumbu dan bentuk pelipatannya, jenis lipatan
dibedakan sebagai berikut :
a) Lipatan Tegak
b) Lipatan Miring
c) Lipatan Menggantung
d) Lipatan Rebah
9. Proyeksi stereografis adalah gambaran dua dimensi atau proyeksi dari
permukaan sebuah bola sebagai tempat orientasi geometri bidang dan garis.
10. Pada proyeksi stereografi ini pemotongan kedua lapisan ditandai dengan
saling berpotongnya kedudukan (strike) dan dip dua lapisan, beda hanya
dengan proyeksi secara grafis yang perpotongan lapisannya ditandai dengan
saling berpotongnya top strike dan bottom strike dari dua jenis lapisan.
11. Proyeksi stereografi yang dipakai untuk membuat peta beberapa macam, yaitu
:
a) Equal Angle Projection
b) Equal Area Projection
c) Orthogonal Projection
d) Polar Projection
12. Berdasarkan bidangnya, dibagi menjadi 3 yaitu proyeksi azimuth atau
zenithal, proyeksi silinder, dan proyeksi kerucut.
13. Kedalaman adalah jarak vertikal dari ketinggian tertentu atau permukaan air
laut ke arah bawah suatu titik garis atau bidang tertentu.
14. Untuk melakukan pengukuran kedalaman ada 3 yaitu adalah pengukuran
kedalaman pada arah lintasan tegak lurus dengan jurus lapisan topografi tidak
berelief arah lintasan yang tegak lurus dengan jurus pada topografi dengan
slope dan arah yang tidak tegak lurus dengan jurus lapisan.
15. Ketebalan adalah jarak tegak lurus antara dua bidang sejajar yang merupakan
lapisan batuan ketebalan lapisan bisa ditentukan dengan beberapa cara baik
secara langsung maupun tidak langsung.
16. Pola singkapan adalah bentuk penyebaran batuan jika singkapan batuan yang
sama dihubungkan dengan batas yang jelas.
Kelompok II VI-2
Praktikum Geologi Struktur
Penutup
17. Besar dan bentuk dari pola penyebaran atau dari singkapan tergantung dari
beberapa hal, yaitu :
a) Tebal lapisan
b) Topografi atau morfologi
c) Besar kemiringan lapisan
d) Bentuk struktur lipatan
18. Pengamatan singkapan batuan biasanya dilakukan dengan mengambil jalur
disepanjang sungai yang sering dijumpai singkapan batuan yang baik.
19. Hasil dari perhitungan luas batubara, yaitu:
a) Sayatan A-A’ adalah 6.200 m2
b) Sayatan B-B’ adalah 2.500 m2
c) Sayatan C-C’ adalah 1.100 m2
20. Hasil perhitungan volume batubara, yaitu:
a) Volume sayatan A dengan sayatan B adalah 82.650 m3
b) Volume sayatan B dengan sayatan C adalah 34.200 m3
c) Volume total batubara adalah 116.850 m3
21. Hasil perhitungan tonesa batubara, yaitu:
a) Tonase batubara sayatan A dengan sayatan B adalah 107.445 Ton
b) Tonase batubara sayatan B dengan sayatan C adalah 44.460 Ton
c) Tonase total batubara adalah 151.905 Ton
Kelompok II VI-3
Praktikum Geologi Struktur
Penutup
6.2 Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan oleh praktikan adalah sebagai
masukan dalam pelaksanakaan praktikum Geologi Struktur untuk berikutnya,
yaitu :
Untuk offline
1. Pada saat praktikum alangkah baiknya alat alat sudah tersedia di meja, jadi
para asisten maupun para praktikan bisa langsung melakukan praktikum.
2. Diharapkan agar AC di dalam ruangan bisa dibagi di berbagai sudut ruangan
agar para praktikan bisa lebih nyaman saat proses belajar
3. Sebaiknya pada saat praktikum offline ruangan sudah disiapkan agar tidak
mengulur waktu praktikum.
Untuk online
1. Semoga deadline pembuatan video setelah praktikum lebih lama, agar kami
tidak terburu-buru dalam pengerjaan nya
2. Diharapkan pada saat pemberian materi penggambaran lewat video Bisa
diperbesar kualitasnya agar semua tulisan dan gambar dalam video tersebut
terlihat lebih jelas
3. Diharapkan untuk pemberian materi penggambaran bisa menggunakan video
dengan isi suara, subtitle dan video yang jelas.
Untuk offline
1. Sebaiknya alat-alat yang digunakan untuk praktikum diperlengkap lagi untuk
memudahkan jalannya praktikum.
2. Sebaiknya ruangan praktikum dibersihkan dan suhu disesuaikan menjadi suhu
ruangan agar nyaman saat praktikum berlangsung.
3. Diharapkan untuk pemberian materi penggambaran lebih jelas lagi agar
praktikan lebih paham lagi.
Untuk online
1. Sebaiknya saat menjelaskan materi dipowerpoint dapat lebih rinci dan
perlahan agar mudah bagi praktikan memahami isi powerpoint tersebut.
2. Sebaiknya video penggambaran dapat dimasukkan subtitle agar praktikan
dapat dengan mudah memahami isi video tersebut.
3. Diharapkan untuk kedepannya agar perhitungan juga dijelaskan didalam
powerpoint saat praktikum onlne agar praktikan bisa memahaminya.
Kelompok II VI-4
Praktikum Geologi Struktur
Penutup
(Elza)
Untuk offline
1. Pada saat praktikum alangkah baiknya alat alat sudah tersedia di meja, jadi
para asisten maupun para praktikan bisa langsung melakukan praktikum
2. Diharapkan agar alat alat yang akan digunakan dirawat atau beli baru
3. Sebaiknya dinding kaca dibelakang diganti atau ditutupi, agar kegiatan
praktikum bisa kondusif
Untuk online
1. Diharapkan pada saat memberikan materi bisa memberikan ppt yang
digunakan ke grup, agar para praktikan yang terkendala jaringan bisa terus
melanjutkan ketertinggalan mereka
2. Diharapkan untuk pemberian materi penggambaran bisa menggunakan video
dengan isi suara, subtitle dan video yang jelas
3. Pada saat praktikum diharapkan para praktikan dan asisten bisa oncam agar
semua orang bisa terpantau.
(Akbar Arni)
Untuk offline
1. Pada saat praktikum alangkah baiknya materi yang dibahas sebaiknya harus
lebih mendalam agar praktikan mendapatkan pengetahuan lebih disamping
pengetahuan dasar dari materi tersebut
2. Diharapkan agar AC di dalam ruangan bisa dibagi di berbagai sudut ruangan
agar para praktikan bisa lebih nyaman saat proses belajar
3. Pada saat proses penggambaran alangkah baiknya jika ada praktikan yang
masih kurang paham bisa di ajarkan lagi sampai paham
Untuk online
1. Diharapkan pada saat memberikan materi ppt lebih jelas lagi agar mudah
memahami
2. Diharapkan pada saat pemberian materi penggambaran lewat video Bisa
diperbesar kualitasnya agar semua tulisan dan gambar dalam video tersebut
terlihat lebih jelas
Kelompok II VI-5
Praktikum Geologi Struktur
Penutup
3. Pada saat praktikum alangkah baiknya jika diadakan kuis berhadiah seperti
penggunaan aplikasi kahoot supaya para praktikan tidak bosan dan juga lebih
memahami tentang apa yang disampaikan pemateri
(Ahmadi)
Untuk offline
1. Pada saat kegiatan praktikum lebih di perjelas lagi tentang cara
perhitungannya
2. Pada saat menjelaskan gambar hendaknya para asisten lebih jelas lagi agar
mudah di pahami
3. Dalam praktikum sebaiknya asisten menjelaskan materi lebih rinci dan jelas
Untuk online
1. Di harapkan kedepannya saat menjelaskan materi di ppt lebih jelas dan rinci
lagi
2. Pada saat pemberian video penggambaran lebih di perjelas lagi dengan di
berikutnya petunjuk-petunjuk yang bisa menunjang pemahaman praktikan
3. Pada saat praktikum di harapkan semua peserta online agar mengaktifkan
kameranya masing masing
(Yudi)
Untuk offline
1. Harapannya batas minimum perwakilan ke lab lebih dari 1 dan Maksimal 2
orang tiap kelompok, agar bisa saling melengkapi bila mana Ada yang
kurang dimengerti ataupun lupa dari masing-masing perwakilan kelompok
2. Semoga kedepannya kegiatan offline, lebih tepat waktu lagi, agar tidak
Banyak waktu yang terbuang
3. Harapannya kegiatan offline dilab tidak terlalu lama namun detail dan mudah
dipahami agar praktikkan lebih mudah dalam memahami nya
Untuk online
1. Harapannya video penggambaran lebih disertakan tulisan/penjelasan singkat
mengenai langkah pengerjaannya agar lebih mudah dipahami
2. Semoga deadline pembuatan video setelah praktikum lebih lama, agar kami
tidak terburu-buru dalam pengerjaan nya
Kelompok II VI-6
Praktikum Geologi Struktur
Penutup
3. Penjelasan materi saat presentasi harapannya lebih singkat dan diperjelas
lagi agar kami tidak bingung dan cepat paham
(Bambang)
Kelompok II VI-7