Disusun Oleh :
Ahmad Zainal Arifin
Pendahuluan
Latar Belakang
Sebagian material yang ada bukan hanya mengalami beban tarik atau tekan saja,
namun kombinasi dari keduanya. Kombinasi dari beban tekan dan tarik merupakan beban
bending. Beban jenis ini terdiri dari direct stress, transverse shear, serta torsional shear.
Pengujian untuk beban bending akan mendapatkan kekuatan lentur dan kekakuan dari
material
Uji bending merupakan salah satu pengujian sifat mekanik bahan yang dilakukan
terhadap spesimen dari bahan baik bahan yang akan digunakan sebagai konstruksi atau
komponen yang akan menerima pembebanan bending maupun proses perubahan / deformasi
dalam pembentukan. Bending merupakan suatu proses pembebanan terhadap suatu bahan
pada suatu titik ditengah-tengah dari bahan yang ditahan diatas dua tumpuan. Dengan
pembebanan ini bahan akan mengalami deformasi dengan dua buah gaya yang berlawanan
bekerja pada saat yang bersmaan. Gambar dibawah ini memperlihatkan prilaku bahan uji
selama pembebanan.
gambar 10.32), maka Momen bending (Mb) itu akan bekerja dan ditahan oleh sumbu batang
tersebut atau sebagai momen tahanan bending (Wb). Dalam proses Uji bending
yang dilakukan terhadap material sebagai bahan teknik memilki tujuan pengujian yang
berbeda tergantung kebutuhannya. Berdasarkan kepada kebutuhan tersebut makan Uji
bending dibedakan menjadi 2, yakitu :
a. Uji bending untuk menganalisis pembebanan dan
b. Uji bending untuk menganalisis perubahan bentuk.
Uji bending beban ialah Uji bending yang bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek
kemampuan bahan uji dalam dalam menerima pembebanan, yakni :
Defleksi (f) Sudut yang terbentuk oleh lenturan atau sudut defleksi dan
Elastisitas (E)
Pengujian bending dilaksanakan untuk memeriksa pipa saluran dan keutuhan mekanis dari
material las. Seperti tampak pada Gb. Pengujian bending 1, ada dua jenis pengujian bending,
yaitu: pengujian bending kendali dan pengujian bending gulungan. Pada tiap-tiap jenis
pengujian bending itu, sebuah spesimen dalam bentuk dan ukuran tertentu ditekan sampai
radius bagian dalam tertentu dan sudut tertentu, kemudian diperiksa keretakan dan
kerusakannya. Pengujian bending pada rigi-rigi las dilakukan untuk menentukan pipa saluran
pada daerah pemanasan dan menilai keutuhan mekanis pada daerah pengelasan, dan
seringkali digunakan sebagai bagian dari uji kualifikasi juru las. Tabel Pengujian bending 1
menunjukkan jenis-jenis spesimen yang digunakan untuk pengujian bending dan arah
percontohan dari tiap-tiap spesimen. Pengujian bending dapat digolongkan menjadi pengujian
bending depan, pengujian bending bawah dan pengujian bending sisi sesuai dengan arah
pemberian tekanan pada spesimen, seperti terlihat pada Gb. Pengujian bending 2
Dikatakan Face Bend jika bending dilakukan sehingga permukaan las mengalami
tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan (gambar 5.1). Pengamatan dilakukan
pada permukaan las yang mengalami tegangan tarik. Apakah timbul retak atau tidak. Jika
timbul retak di manakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau di fussion line (garis
perbatasan WM dan HAZ).
Longitudinal Bending
Pada longitudinal bending ini, pengambilan spesimen searah dengan arah pengelasan
berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan, pengujian longitudinal bending dibagi
menjadi dua :
a. Face Bend (Bending pada permukaan las)
Dikatakan Face Bend jika bending dilakukan sehingga permukaan las mengalami
tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan (gambar 5.4). Pengamatan dilakukan
pada permukaan las yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak atau tidak. Jika
timbul retak di manakah letaknya, apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line (garis
perbatasan WM dan HAZ).
c)
d)
e)
f)
g)
Grease/ pelumas
Kapur
Besi pencongkel
Amplas atau gerinda untuk menghaluskan bagian yang di las
3 bahan percobahan uji bending yang meliputi :
a. Tembaga potong ukuran 250 mm x 10 mm sesuai dari pabrik
b. Tembaga potong dengan ukuran sama yang telah di panaskan pada tengahnya
dengan suhu 800 0C
Wearpack
Sepatu Safety
Kacamata safety
Helm Proyek
Sarung Tangan
Prosedur Kerja
1.
Sebelum uji bending siapkan alat bending, dan bantalan bending di las pada bagian
2.
3.
4.
alat bending, jika perlu tandai tengah dari material dengan kapur
Nyalakan mesin bending dan atur beban secara bertahap hingga material mengalami
5.
6.
deformasi.
Pastikan letak bantalan alat bending sesuai prosedur pengujian bending.
Turunkan bending secara perlahan hingga ujung penekan mengenai material
7.
selanjutnya turunkan alat bending secara perlahan agar mendesak spesimen ke bawah .
Pengujian dilakukan hingga material mengalami perubahan bentuk sesuai bentuk yang
8.
Pembahasan
Pada pengujian kekuatan lentur dan kekerasan dilakukan dengan pemberian beban
pada material sehingga secara bersamaan mulai terbentuk tegangan tarik, tekan, dan geser.
Beban tersebut akan maksimum pada permukaan spesimen, serta bernilai nol pada neutral
axis-nya. Secara umum pengujian dilakukan dengan menggunakan dua tipe pembebanan,
yakni: 3 point bending dan 4 point bending. Berikut ini merupakan skema pengujian
keduanya beserta diagram gaya geser serta momen lenturnya.
Saat material diberi beban pada daerah elastis, maka akan timbul tegangan pada
penampang melintang sebagai akibat dari momen lentur.
= tegangan normal
MB = momen lentur di penampang melintang yang ditinjau
c = jarak dari neutral axis ke elemen yang ditinjau
I = momen inersia penampang
Bila spesimen uji merupakan spesimen berpenampang segiempat, maka tegangan normal
maksimum terjadi saat MB = (PL/4) dengan c = h/2 dan I = (bh 3/12).
Maka persamaan tegangan normal maksimumnya:
P = beban yang bekerja
L = panjang spesimen
b = lebar spesimen
h = tebal spesimen
Pemberian beban tersebut mengakibatkan defleksi pada daerah elastis penampang.
Persamaan defleksi adalah:
PL3
48 EI
3
L
=
P 48 EI
P 48 I
= 3 E
L
Diasumsikan y =
dengan A =
48 I
L3
Kekurangan dari prinsip 3-point bending adalah titik yang diuji defleksinya belum tentu
merupakan titik dimana momennya meksimum. Namun pada percobaan kali ini digunakan
prinsip 3-point bending.
Spesimen yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung tembaga. Setelah
pengujian, spesimen menekuk (mengalami deformasi plastis) tanpa ada retakan dan tidak
patah. Tebal tabung tembaga yang di beri penekanan mengalami perubahan, dimana tebal
didalam tekukan (daerah tekanan) menjadi lebih gendut dibanding tebal di luar tekukan
(daerah terikan). Fenomena tersebut diakibatkan karena sentroid spesimen turun pada titik
pembebanan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa spesimen uji bersifat ulet.
Interpretasi Data
Sebelum melakukan pengujian bending, dilakukan uji kekerasan terlebih dahulu.
Didapat kekerasan spesimen sebelum uji bending dan sesudah uji bending mengalami
peningkatan kekerasan setelah pemberian beban bending. Peningkatan tersebut diakibatkan
oleh adanya dislokasi butir pada daerah deformasi plastis, serta adanya residual stress
(tegangan dari pembebanan bending terserap sebagian oleh spesimen) sehingga akan
menyebabkan material mengalami strain hardening dan kekerasannya pun bertambah.
Dari percobaan didapat data beban (N) dan defleksi (mm). Data diregresi sehingga
diperoleh nilai tan . Nilai tersebut digunakan untuk mencari nilai modulus elastisitas (E)
dari spesimen. Untuk mencari nilai momen inersia digunakan data tebal spesimen dan lebar
spesimen. Kemudian kekuatan lentur dapat dihitung dari data jarak tumpuan, beban
maksimum, serta nilai momen inersia yang diperoleh sebelumnya. Modulus elastisitas hanya
berlaku pada daerah elastisitas material.
10
DAFTAR PUSTAKA
Callister, William D. 2003. Materials and Science Engineering An Introduction. 6th edition.
New York: John Wiley & Sons, Inc. p. 485-490.
Dieter, G. E. 1988. Mechanical Metallurgy. SI Metric Edition. UK: Mc Graw-Hill Book Co.
p. 3-16.
Hibbeler, R. C. 2011. Mechanics of Materials. 8th edition. USA: Pearson Prentice Hall. p. 179
- 239.
11