Anda di halaman 1dari 24

1. Pengertian gaya .

Sesuatu yang menyebabkan perubahan gerak pada benda dinamakan gaya

Gaya diberi simbol dengan huruf F yang artinya force ( gaya ) . Gaya adalah besa
ran vektor yaitu besaran yang mempunyai arah dan besar .

Tiga ketentuan menggambar gaya pada sebuah garis :

a. Titik tangkap gaya : adalah titik awal gaya mulai bekerja .

A F A = titik tangkap gaya .

b. Arah gaya : yaitu arah kerja gaya yang digambarkan dengan tanda panah .

 arah gaya kekanan : F


 arah gaya kekiri : F
 arah gaya kebawah :
F
c. Besar gaya : adalah panjang garis gaya yang disebut vektor .
A B AB = besar gaya
ℓ L = panjang garis gaya .
L ℓ = garis kerja gaya .

Garis kerja gaya : garis lurus tempat gaya yang dapat dipindah-pindahkan .

2. Melukis dan Memindahkan Gaya .


Gaya dapat digambar berupa garis lurus dengan menggunakan skala gaya atau
perbandingan antara gaya dalam newton dengan panjang garis dalam satuan
panjang . Gaya dapat dipindahkan sepanjang garis kerja gaya atau titik tangkap
gaya dapat dipindahkan sepanjang garis kerja gaya .

F' = gaya yang dipindahkan .


F F' F = F ' dan L = L'
L L’
Memindahkan gaya F

1
Contoh :
1. Diketahui Gaya 40 N .
Lukis gaya tersebut dengan arah ke kanan . Skala gaya 1 cm = 10 N
Solusi : Panjang garis gaya L = Besar gaya : skala gaya
L = 40 : 10 = 4 cm
40 N
L = 4 cm

2. Diketahui Gaya 150 N dengan sudut 450 terhadap bidang horizontal .


Lukis gaya tersebut dengan arah ke kanan ke bawah . Skala gaya 1 cm = 50 N
Solusi : Panjang garis gaya L = Besar gaya : skala gaya
L = 150 : 50 = 3 cm

45 0

3 cm 150 N

3. Menyusun Gaya
Mengganti beberapa buah gaya menjadi sebuah gaya disebut menyusun gaya . Ga
ya yang menggantikan beberapa buah gaya tersebut dinamakan gaya hasil atau
resultan disingkat R .

Ada dua cara menyusun gaya :


1. Cara grafik ( melukis ) .
2. Cara analitik ( matematik )
1. Cara grafik .
Cara mengganti dua gaya atau lebih menjadi satu gaya dengan
menggunakan
panjang garis gaya dinamakan cara grafik .
1.1 Gaya segaris ( satu garis kerja ) .
Contoh :
1. Dua gaya F1 = 60 N dan F2 = 30 N dengan arah yang sama . Skala gaya 1cm =
15N .
Tentukan besar resultan gaya dengan cara grafik .
Solusi : Panjang garis gaya F1 L1 = 60 : 15 = 4 cm
Panjang garis gaya F2 L2 = 30 : 15 = 2 cm
L1 L2
L
R

Besar R = L x skala gaya

2
= 6 x 15
= 90 N
2. Dua gaya F1 = 60 N dan F2 = 30 N dengan arah berlawanan . Skala gaya 1cm=15 N
Tentukan besar resultan gaya dengan cara grafik .
Solusi : Panjang garis gaya F1 L1 = 60 : 15 = 4 cm
Panjang garis gaya F2 L2 = 30 : 15 = 2 cm
L1
L2
L
R

Besar R = L x skala gaya


= 2 x 15
= 30 N [ arah R sama dengan gaya terbesar ]
1.2 Gaya sebidang .
a. Cara jajaran genjang .
Contoh :
Dua gaya seperti pada gambar . Skala gaya 1 cm = 20 N
F1 = 60 N

600
F2 = 100 N

Tentukan besar R dengan cara grafis jajaran genjang .


Solusi : Panjang garis gaya F1 L1 = 60 : 20 = 3 cm
Panjang garis gaya F2 L2 = 100 : 20 = 5 cm .
Cara jajaran genjang :
F1 R
3 cm

600 5 cm
F2
Panjang garis R = 7 cm
Besar R = 7 x 20 = 140 N
b. Cara segitiga .
Memindahkan salah satu gaya ke ujung antara dua gaya dengan besar dan arah
yang tetap .
Contoh :
Dua gaya seperti pada gambar . Skala gaya 1 cm = 20 N
F1 = 60 N

600
F2 = 100 N

3
Solusi : Panjang garis gaya F1 L1 = 60 : 20 = 3 cm
Panjang garis gaya F2 L2 = 100 : 20 = 5 cm .

Cara segitiga :
R Panjang garis gaya R = 7 cm
F1
7 cm Besar R = 7 x 20 = 140 N
3 cm
5 cm 600

F2

c. Cara segi banyak ( Poligon ) .


Memindahkan gaya keujung gaya yang lain secara berurutan membentuk
segibanyak dengan besar dan arah yang tetap .
Contoh :
Tiga gaya seperti gambar berikut . Tentukan R dengan cara grafik segibanyak .

F1
F3
F2

Solusi : Tentukan dahulu panjang garis gaya F1 , F2 , F3 .

F3
R

F1

F2

R = Resultan F1 , F2 dan F3
Besar R = Panjang garis R x skala gaya .

2 Cara analitik .
Menyusun gaya cara analitik adalah cara mengganti dua gaya atau lebih dengan
bantuan matematika ( geometri segitiga ) .
 Dua gaya tegak lurus :
R
F1
R = √ F12 + F22
β

F2

4
Arah R :

F1
tg β =
F2

 Dua gaya dengan sudut lebih kecil 90 0 :


R
F1
α
β
F2

Besar R :

R = √ F12 + F22 + 2 . F1 . F2 . cos α

Arah R :

F1. Sin α
sin β =
R

Contoh :

1. Dua buah gaya F1= 60 N dan F2 = 35 N berlawanan arah .


Ditanya : Besar dan arah R dengan cara analitis .
Solusi : R = F1 – F2
= 60 – 35
R = 25 N
Arah R = arah F1 ( gaya terbesar ) .

2. Dua gaya seperti pada gambar berikut dengan cara analitis :

F1 = 60 N

600
F2 = 100 N

Ditanya : Resultan kedua gaya .


Solusi : R = √ F12 + F22 + 2 . F1 . F2 . cos α
5
= √ ( 60 ) 2 + ( 100 ) 2
+ 2 . ( 60 ) . ( 100 ) . 0,5

R = 140 N

4. Menguraikan Gaya .
Menguraikan gaya merupakan kebalikan dari menyusun gaya , dimana sebuah
gaya dapat diuraikan menjadi dua gaya pengganti yang disebut komponen gaya .
a. Uraian sebuah gaya dalam arah vertikal dan horizontal :

Fy
Fx

Fy dan Fx = Komponen gaya


Fx = F. cos α ( disebut gaya horizontal )
Fy = F. sin α ( disebut gaya vertikal )
b. Uraian sebuah gaya membentuk sudut lancip :

F2 F

φ
β

F1
F1 dan F2 = komponen gaya

F . sin  F . sin 
F1 = dan F2 =
sin  sin 

α = Sudut yang di bentuk F1 dan F2 .

c. Uraian lebih dari dua gaya dalam arah vertikal dan horizontal :

F1

F2
β α

F3

Uraian gaya menggunakan sumbu x dan Y :


Rx = Jumlah komponen gaya pada sumbu x
= F1 . cos β + F2 . cos α
atau Rx = Σ Fx
6
Ry = Jumlah komponen gaya pada sumbu y
= F1 sin β + F2 sin α + F3
atau Ry = Σ Fy

F1 sin β
F1 Ry R
F2 sin α
F2
x β α β
F1 cos β F2 cos α Rx

F3
y
Dengan menyusun Rx dan Ry pada sumbu x dan y didapat :

R = √ Rx2 + Ry2

Arah R :

Ry
tg β = Rx

Tabel 1 : Nilai perbandingan trigonometri sudut istimewah .


0
α Sin α 0
Cos α 0
Tan α 0

00 0 1 0
30 0 ½ ½√3 ½√3
45 0 ½√2 ½√2 1
60 0 ½√3 ½ √3
90 0
1 0 ±∞

Tabel 2 : Tanda perbandingan trigonometri .


Perbandingan Sudut di kuadran
Trigonometri I II III IV
Sin + + - -
Cos + - - +
Tan + - + -

7
y

kuadran II kuadran I
x

kuadran III kuadran IV

Contoh :
Tiga gaya satu titik tangkap seperti pada gambar :

F1 F1 = 20 N
F2 = 8 N
F2 F3 = 10 N
0 0
60 45

F3

Tentukan besar dan arah R dengan cara analitis .


Solusi :
Cara I . Menggunakan sumbu x dan y di dapat persamaan :
Rx = F1 . cos 600 + F2 . cos 450
= 20 . cos 600 + 8 . cos 450 = - 4,343 N
= - 4,343 N

Ry = F1.sin 600 + F2.sin 450 + F3


= 20 . sin 600 + 8 . sin 450 – 10
= 12,98 N
Cara II .
Bentuk daftar :
Fn αn Sin α Cos α Fn . sin α Fn . cos α

F1 = 20 N 600 ½√3 0,5 10√ 3 -10


F2 = 8 N 450 ½√2 ½√2 4√2 4√2
F1 = 20 N 270 0
-1 0 -10 0
Jumlah Ry = 12,98 Rx = - 4,343

Besar R = Rx 2
+ Ry 2

= ( - 4,343 ) 2
+ ( 12,98 ) 2

R = 13, 69 N
8
Arah R :

Ry
tg β =
Rx

12,98
=
- 4,343

= - 2,988
β = - 710 50′ ( kuadran II )

R = 13,69 N Ry = 12,98 N

II I

β
Rx = - 4,343 N x
III IV

Gambar : Letak resultan gaya ( R ) pada kuadran II

9
A. Momen Gaya .
1. Pengertian momen gaya .

Momen gaya adalah hasil kali gaya dengan jarak tegak lurus dari suatu titik ke
ga ris kerja gaya .

Momen gaya di titik A ( gambar 1 ) :


F

MA = F x s [ N.m ]
s

MA = Momen di titik A A
F = Gaya
s = Jarak titik A tegak lurus ke garis kerja gaya . Gambar 1 : Momen gaya

2. Arah putaran momen .


Untuk mengetahui besar momen perlu ditentukan tanda momen berdasarkan
pada
arah putaran momen :
 Momen positip dengan arah putaran kekanan diberi tanda (+) .
 Momen negatif bila arah putaran momen ke kiri dengan tanda ( - ) .
F F

M+ M-
A A
Momen positif Momen negatif .

3. Ketetapan momen .

Jumlah aljabar momen beberapa gaya yang bekerja pada suatu bidang yang
sama , sama dengan momen gaya resultan terhadap titik yang sama .

10
atau :
Jumlah momen gaya-gaya = momen gaya resultan
∑ MF = MR
MR = M1 + M2 + …. Mn

3.1 Momen gaya satu garis kerja .


a. Dua gaya dengan arah yang sama :

F1 R F2

s
s = jarak .
A

R = F1 + F 2
Momen resultan gaya :
M R = ∑ M F = M 1 + M 2 = F1 . s + F 2 . s
M R = ( F 1 + F2 ) . s
MR = R . s
b. Dua gaya dengan arah berlawanan :
F1 R F2

s s = jarak .

A
R = F1 – F2
Momen resultan gaya :
- MR = ∑ MF = - M1 + M2 = - F1. s + F2 . s
- MR = - ( F1 - F2 ) . s
- MR = - R. s
3.2 Momen gaya satu titik tangkap .
Tiga gaya satu titik tangkap :

F1

F3 F2 R

s1
s

s2
A
s3
11
Momen resultan gaya di titik A :
MR = ∑ MF = F1.s1 + F2 . s2 + ( - F3 . s3 )
MR = R. s
3.3 Momen beberapa gaya sejajar pada suatu bidang .

s1 F1 F2

A s2

 Momen gaya di titik A :


Jumlah momen gaya ( ∑ MF ) = ( - M1 ) + ( - M2 )
= ( - F1.s1 ) + ( - F2.s2 )
 Resultan gaya R :
R = ( - F1 ) + ( - F2 )
 Letak titik tangkap R ( s ) :
MR = ∑ M F = R . s
Contoh :
1. Diketahui berat besi 10 N
Tentukan a. Besar momen besi berjarak 150 cm dari titik A
b. Besar momen besi digantung 200 cm dari tumpuan A
Solusi : a. MA = 10 x 1,5 = 15 N.m
b. MA = 10 x 2 = 20 N.m
2. Diketahui susunan tiga gaya sejajar seperti gambar :

F2
30 mm 50 mm F1 = 20 N
F2 = 30 N
A B F3 = 50 N

F1

F3
Hitung : a. Besar dan arah R
b. Momen gaya terhadap titik A
c. Letak R
Solusi : a. R = F1 + F2 + F3 = 20 + ( - 30 ) + 50 = 40 N
b. MA = F1 . 0 + ( - F2 . 30 ) + F3 . 80
= 0 + ( - 30.30 ) + 50.80
= 3100 N.mm
c. MA = MR
= R.s

12
3100 = 40 . s

3100
s=
40
s = 77,5 mm

Letak R = 77,5 mm dari titik A .

77,5 mm
A B

R = 40 N .
Gambar : Jarak titik tangkap resultan .
3. Diketahui konstruksi batang seperti gambar :

F = 40 N
1500 mm

600

Hitung : a. Momen gaya F terhadap titik B


b. Gaya horizontal yang menimbulkan momen terhadap titik B .

Solusi : a. MB = F x s1

A Fx ( gaya horisontal

F= 40 N
s2

600
B

s1
M B = F x s1 = 40 x 0,75 s1 = 1,5 .cos 600 [ ½ ]= 0,75 m
= 40 x ¾

= 30 N.m

13
b. MB = Fx . s2 s2 = 1,5 . sin 600 [ ½ V3 ] = 1,30 m .
Fx = MB : s2
= 30 : 1,30
= 23,07 N .

B. Kopel .
1. Definisi kopel .
Kopel adalah susunan dua gaya yang besarnya sama , sejajar dan berlawanan
arah dan satu sama lain bekerja pada jarak tertentu .

Contoh kopel :

F1 F1
F2
s s s
, , F1
F2 F2

F1 = F 2 F1 = F2 F1 = F2
s = jarak antara gaya .
2. Momen kopel .
Momen dua gaya yang sama besar , sejajar dan berlawanan arah terhadap suatu
titik perputarannya disebut momen kopel .
F1

Momen F1 = F1 . s
s Momen F2 = F2 . s
Momen F1 = Momen F2
F2

Gambar 1 : Momen kopel

M kopel = F x s [ N m ] dimana F1 = F2 = F

3. Kopel positip dan kopel negatip .


 Kopel positip : adalah kopel dengan arah putar ke kanan .
 Kopel negatip : kopel dengan arah putar ke kiri .
F1

-
s + F1 s F2 F1 = F2

F2
Kopel positip Kopel negatip
14
4. Sifat kopel .
a. Kopel dapat diganti dengan kopel lain bila momennya tidak berubah .
M1 = M2
F1 . s1 = F2 . s2
10 . 2 = 5 . 4
20 N.m = 20 N.m ( momen tidak berubah )
b. Dua kopel atau lebih dapat disusun menjadi resultan kopel .

F1
F2 F3
s1
s2 s3
F1 F2
F3
Jumlah momen kopel :
∑ M = M 1 + ( - M2 ) + M3
= F1 . s1 + ( - F2 . s2 ) + ( F3 . s3 )
= { F 1 + ( - F 2 ) + F3 } . s s = s1 = s2 = s3
= R.s
Momen resultan kopel MR = ∑ M
R2
MR = R . s
s

R = Resultan kopel R1
R = R1 = R2
s = jarak kopel . Gambar 2 : Momen resultan kopel

Contoh :
1. Diperlukan gaya 15 N untuk memutarkan tap kekanan. Panjang tangkai tap 20
cm .Hitung besar momen kopel pada tangkai tap .
Solusi : F = 15 N dan s = 20 cm
MK = F x s
= 15 x 0,2 = 3 Nm
2. Diketahui gaya kopel 20 N dengan jarak 10 cm . Momen kopel tidak berubah .
Hitung gaya kopel pengganti bila jarak kopel 2 cm .
Solusi : MK = F x s
= 20 . 0,1
= 2 N.m
Gaya kopel pengganti F :
MK = F x s

15
2 = F x 0,02
F = 100 N .
3. Tiga gaya kopel sebagai berikut :
F1 = 20 N dengan jarak s1 = 10 cm memutar ke kanan
F2 = 5 N dengan jarak s2 = 15 cm memutar ke kiri
F3 = 10 N dengan jarak s3 = 2 cm memutar ke kanan
Hitung resultan ke tiga kopel dengan jarak s = 20 cm .
Solusi : ∑ M = M1 + ( - M2 ) + M3
= 20.0,1 + ( - 5 .0,15 ) + 10 .0,02
= 1,45 N.m
Resultan kopel R = ∑ M
= R.s
1,45 = R . 0,2
R = 7,25 N

7,25 N

0,2 m

7,25 N

Gambar 3 : Resultan kopel R

16
1. Pengertian Tegangan .
Tegangan pada bahan disebabkan adanya beban yang bekerja tiap luas
bidang bahan . Tegangan dinyatakan dengan huruf yunani σ ( sigma ) atau τ
( thau ) .
Definisi tegangan :

Gaya yang bekerja pada satu satuan luas bidang dinamakan tegangan

Secara matematis ditulis :

Gaya yang bekerja


Tegangan =
Luas bidang
bbidangbidaaa
atau : aaab

σ = F [ N m-2 ]
A

σ = Tegangan
F = Gaya yang bekerja [ N ]
A = Luas penampang [ m 2 ] .

2. Macam – macam Tegangan .


Tegangan menurut arah pembebanan :
2.1 Tegangan tarik .
Tegangan yang disebabkan oleh pembebanan tarik dinamakan tegangan tarik (σt )
.
A
F
σt = [ Nm-2 ] F F
A
Gambar : Pembebanan tarik

σt = Tegangan tarik pada bahan .


F = Beban tarik pada bahan . [ N ]
A = Luas penampang normal bahan . [ m2 ]
Tegangan tarik bahan tidak boleh melebihi tegangan tarik yang diijinkan ( σ t < σt ).
σt = Tegangan tarik yang di ijinkan bahan.

1.
17
Contoh :
1. Diketahui batang pejal seperti pada gambar, hitung besar tegangan tarik pada
batang .

2 cm
2.104 2.104 N
2 cm

Solusi : F = 2.104 N , A = 4.10-4 m2


2.104
σt =
4.10-4
σt = 5.107 Nm-2

2. Diketahui pipa baja garis tengah 114 mm dan tebal 8 mm dibebani beban tarik.Te
gangan tarik yang di ijinkan pada bahan 80 N mm-2 . Hitung beban maksimum yg
diperbolehkan pada pipa .
Solusi : D = 114 mm , σt = 80 Nmm-2

F F F

d = 114 – 16
= 98 mm .

A= .( D 2
–d 2
)
4

F = A x σt

= [ . ( 114 2
– 98 2
) ] x 80
4
= 213018 N .
Beban maksimum yang diperbolehkan pada pipa < 213018 N

2.2 Tegangan Tekan .


Tegangan tekan terjadi akibat adanya tekanan gaya luar di tiap penampang
normal batang . Tegangan tekan diberi simbol σd .

18
Persamaan tegangan tekan :
σd = Tegangan tekan
F
σd = [Nm -2
] F = Gaya tekan [ N ]
A
A = Luas penampang normal [ m2 ]

Contoh :
Diketahui tiang selinder dengan ukuran 112 mm, mendapat beban tekan 300 kN
Hitung tegangan tekan pada tiang tersebut .
Solusi : D = 112 mm dan F = 3.102 N
F
σd =
A
4.F
=
 .D 2
= 30,47 N mm -2

2.3 Tegangan Geser .


Tegangan yang terjadi akibat gaya geser pada penampang batang disebut
tegangan geser . Tegangan geser dinyatakan dengan simbol τg ( thau geser ) .
Tegangan geser banyak terdapat pada konstruksi sambungan paku keling dan
sambungan baut .
Persamaan tegangan geser :

F
τg = [ Nm-2 ]
A F
F
F = Gaya geser . τg
τg = Tegangan geser Gambar : Pembebanan geser
A = Penampang geser

Contoh :
Dua buah pelat disambungan dengan paku keling seperti gambar ,
diameter paku 20 mm dan F = 15 kN . Hitung besar tegangan geser pada paku .

F
F
τg = ?

Solusi : d = 20 mm dan F = 15.10 3 N


 2
A = xd
4

= x ( 20 ) 2
4
= 314 mm 2

19
F
τg =
A
= 15.10
3

314
= 47,77 N mm-2

2.4 Tegangan Puntir .


Bila poros dibebani seperti pada gambar sehingga tiap penampang bekerja
gaya kopel maka batang mengalami tegangan puntir ( σp ) .
F
Mp F = Gaya puntir
Mp = Momen puntir

F
Gambar : Pembebanan puntir

Persamaan Tegangan Puntir :

Mp σp = Tegangan puntir
σp = [ N m-2 ] Wp = Momen tahanan puntir [ m3 ] .
Wp Mp = Momen pintir [ N m ]

σp = [ 0,6 – 0,7 ] . σt
Hubungan Momen Puntir ( Mp ) dan Daya pada poros ( N ) :

Mp F Mp = Momen puntir
F = Gaya puntir ( gaya tangensial poros )
D = Diameter poros
R
R = Jari-jari poros .

D
Gambar : Penampang poros

a). Momen puntir pada poros :

Mp = F x R

b). Daya pada poros ( N ) :

F.  . D . n
N= [ tk ]
60 . 100 . 75

Secara matematis di dapat hubungan :


N
Mp = 71656 . , karena kehilangan usaha untuk mengatasi gesekan maka
n
momen puntir ditetapkan :
20
N = Daya pada poros .
N
Mp = 71620 . [ kgf m ] n = puataran poros per menit [ rpm ]
n
Contoh :
Diketahui poros berdiameter 10 cm dipuntir oleh momen 75 Nm . Hitung
besar tegangan puntir pada poros .
Solusi : D = 10 cm , MP = 75 N.m
= 10-1 m
Mp
σp =
Wp
75
= 0,2. D3
75
= 0,2. ( 10-1)3

= 3,75.10 5 Nm -2
Tabel 1 : Momen tahanan puntir beberapa penampang .
Penampang Wp [ m3 ]


Wp = x D3
16
D3
= 0,2 x D3 =
5
D

Wp =
 x D4 – d 4
16 D

= 0,2 x D – d
4 4
d
D D

Wp = 0,208 x a3
a
atau :
2
a Wp = x a3
9
2
Wp = x b2 x h
9
h atau :
b
b Wp = 0,208 x b2 x h

21
2.5 Tegangan Lengkung .
Bila batang salah satu ujungnya dijepit dan ujung lain bekerja gaya F
seperti gambar, batang dikatakan mendapat pembebanan lengkung .
Karena ada pembebanan lengkung pada batang , akibatnya penampang
batang mendapat tegangan lengkung ( σL ) .
F
L
F = Gaya lengkung .
L = Jarak F ke jepitan .

Gambar : Pembebanan lengkung .

Besar kecil lengkungan batang tergantung pada besar momen lengkung


,gaya F dan jarak gaya F terhadap jepitan .
Persamaan tegangan lengkung :

ML
σL = [ N m-2 ]
WL

σL = Tegangan lengkung
WL = Momen tahanan lengkung [ m3 ]
ML = Momen lengkung [ Nm ] = F . L
Jika pada batang bekerja beberapa momen seperti gambar :

L2 F2 F1

L1

Momen lengkung ML = M1 + M2
= F1 . L1 + F2 . L2
Contoh :
1. Diketahui konstruksi batang seperti gambar , hitung momen dan tegangan
lengkung pada batang .
F b
F = 6.103 N
L = 700 mm
h
b = 25 mm
L h = 40 mm

Solusi :
 Momen Lengkung [ ML ] = F x L
= 6.103 x 7.10-1
22
= 43.102 Nm
ML
 Tegangan Lengkung [σL] =
WL
1
WL = . b . h2 [ lihat tabel 3 ]
6
1
= . ( 25.10-3 m ) . ( 4.10-2 m)2
6
= 66,67.10-7 m3

σL = 43.102
66,67.10-7

= 63,0.107 Nm– 2

Tabel 2 : Momen Lengkung ( ML ) beberapa konstruksi batang .

Konstruksi Batang Momen Lengkung ( ML)

ML = F x L
L

F
½L ½L
ML = F x L
4
L

F=q/m
FxL
M L=
8

L
q x L2
M L=
8

23
Tabel 3 : Momen tahanan lengkung beberapa penampang .

Momen tahanan lengkung


Bentuk Penampang
( WL ) [ m 3 ]

1
h WL = . h3
6
h

h 1
WL = . b . h2
6
b


WL = . D3 = 0,1 . D3
32
D

 D 4 d 4
WL = .
32 D
4 4
Dd
d WL = 0,1.
D D

24

Anda mungkin juga menyukai