Anda di halaman 1dari 10

I.4.

Metode Kesetimbangan Batas

Metode kesetimbangan batas untuk kestabilan lereng membagi massa bidang gelincir
menjadi n irisan irisan kecil. Gaya gaya geser yang bekerja pada n irisan diasumsikan
mewakili seluruh bagian yang sama dari kuat geser batuan/ tanah dimana gaya- gaya geser
iini bekerja. Terdapat berbagai metode kesetimbangan batas, antara lain :
I.4.1 Metode Biasa (Fellenius atau Swedia)
Metode biasa adalah metode yang paling sederhana dari metode irisan karenamempunyai
prosedur dimana hasilnya adalah suatu persamaan faktor keamanan linier. Menurut Fellenius
(1936), gaya antar irisan dapat diabaikan karena gaya- gaya ini paralel dengan dasar tiap irisan.
Pada metode ini prinsip Newton tentang aksi reaksi antar irisan tidak dapat dipenuhi.
Perhitungan faktor keamanan yang tidak membedakan perubahan gaya resultan antar irisan dari
satu irisan ke irisan yang lain akan mempunyai kesalahan sampai 60 % (Whitman dan Bailey,
1967).
Gaya normal pada dasr tiap irisan ditentukan baik dari penjumlahan gaya- gaya lurus terhadap
dasar atau dari penjumlahan n pada arah vertikal dan horizontal.
=0
W P cos sin (sin ) = 0 .(2.1)
=0
Sin (cos ) P sin k W = 0(2.2)
Dengan mensubtitusikan persamaan 2.2. ke dalam persamaan 2.1 didapat gaya normal :
P = W cos kW sin = 0 (2.3)
Faktor keamanan didapat dari penjumlahan momen pada satu titik pusat rotasi keseluruhan
massa.

(2.4)
Dengan memasukkan kriteria longsoran dan gaya normal dari persamaan (2.3) didapatkan :

Fk =
I.4.2 Metode Bishop Simplified

Metode Bishop simplified menggunakan prinsip metode irisan dalam menguraikan massa tanah
untuk menentukan faktor keamanan. Metode ini mengabaikan gaya geser antar irisan dan
kemudian mengasumsikan bahwa gaya normal atau horizontal cukup untuk mendefinisikan
gaya- gaya antar irisan. (Bishop, 1955). Gaya normal di dasar dan tiap irisan ditentukan dengan
menjumlahkan gaya- gaya dalam arah vertikal. Dengan mensubtitusikan kriteria longsoran dan
didapatkan gaya normal sebagai berikut :
Gaya normal yang berada pada dasar tiap irisan diperoleh dengan menjumlahkan gaya-gaya
dengan vertical sehingga penyelesaian untuk irisan vertikal akan diperoleh :
W Sm sin P cos = 0 (14)

Gambar 10.
Dimana gaya geser (Sm) yang dibutuhkan berdasarkan keseimbangan batas adalah perbandingan
1/F dari kuat geser yang tersedia dan jugamerupakan fungsi dari gaya normal efektif (P-1),
sehingga gaya geser (Sm) dapat dijabarkan sebagai berikut :

..(15)
Dengan mensubstitusikan persamaan 15 kedalam persamaan 16, maka diperoleh gaya normal
yaitu :

.(16)
dimana :
m = cos + (sin tan ) / F
Faktor keamanan ditentukan dari pejumlahan momen dengan titik pusat yang sama, dengan
bentuk persamaan yaitu :
mo = 0
Wx SmR Pf + KWe Aa l.d = 0 (17)
Dimana :
W = Berat total dari irisan dengan beban b dan tinggi h
P = Gaya normal pada dasar irisan sepanjang l
Sm = Gaya geser yang termobilisasi pada dasar irisan yang merupakan
persentase dari kuat geser yang didefinisikan oleh persamaan Mohr-Coloumb di
bawah ini :
Sm = l ( c + ( p/l ) tan
Dimana :
C = Kohesi
= Sudut geser dalam efektif
F = Faktor Keamanan
= Tekanan air pori
R = Jari-jari dari lengan momen yang berasosiasi dengan Sm
F = Jarak tegak lurus dari gaya normal dari titik pusat rotasi

= Susut antara arah tangensial titik pusat dari dasar tiap irisan dengan
horizontal
E = Gaya horizontal antar irisan
I = Rotasi untuk bagian kiri
R = Rotasi untuk bagian kanan
X = Gaya vertikal antar irisan
Untuk pembebanan seragam pada permukaan digunakan notasi
L = Gaya garis(line road) ; gaya persatuan luas
= Sudut antara gaya garis dengan horizontal
d = Jarak tegak lurus dari gaya garis terhadap titik pusat rotasi
Untuk masalah air digunakan notasi :
A = Gaya resultante dari air
a = Jarak tegak lurus dari gaya resultante dari air ke titik pusat rotasi
I.4.3. Metode Janbu
Metode Janbu dipakai untuk menganalisa lereng yang bidang longsornya tidak berbentuk busur
lingkaran. Bidang longsor pada analisis metode Janbu ditentukan berdasarkan zona lemah yang
terdapat pada massa batuan atau tanah. Faktor Keamanan untuk metode Janbu adalah :

F=
Dimana :
X

= ( C+ ( h whw ) tan ) ( 1 + tan2 ) x

= tan . tan

= h x Sin

= w Z2

fo

= 1 + K (d/L 1.4 (d/L)2)

Untuk C

= 0 ; K= 0,31

Untuk C > 0 ; > 0 ; K = 0,50


I.4.4. Metode Bishop (cara matematis)
Pada dasarnya sama dengan metode Swedia, tetapi metode ini memperhitungkan gaya-gaya antar
irisan. Bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran dibagi menjadi
beberapa segment. Semakin banyak segmen yang dihitung maka semakin tinggi tingkat
ketelitiannya.
Rumus:

dimana :
FK = Faktor keamanan
c

= kohesi

= irisan atau Segment


= tekanan hidrostatis (berat isi air x tinggi)

= panjang bidang gelincir

= berat massa (ws x berat isi asli/jenuh)


= sudut gelincir bidang longsoran
= sudut geser dalam

Dalam perhitungannya menggunakan nilai iterasi dengan cara memasukan nilai FK di sebelah
kiri hasilnya harus sama dengan nilai FK sebelah kanan, dimana jika nilai FK 1.0 berarti lereng
mantap, FK = 1.0 lereng setimbang dan FK 1.0 lereng tidak mantap.

I.5. Geolistrik
Penyelidikan geolistrik dilakukan untuk pendugaan ketebalan endapan rawa di Pit
H1Binungan. Metode geolistrik yang digunakan adalah metode tahanan jenis (resistivity )

I.5.1 Metoda Tahanan Jenis (Resistivity)


Metoda geolistrik adalah salah satu metoda geofisika untuk menyelidiki kondisi bawah
permukaan, yaitu dengan mempelajari sifat aliran listrik pada batuan di bawah permukaan bumi.
Penyelidikan ini meliputi pendeteksian besarnya medan potensial, medan elektromagnetik dan
arus listrik yang mengalir di dalam bumi baik secara alamiah (metoda pasif) maupun akibat
injeksi arus ke dalam bumi (metoda aktif) dari permukaan. Dengan metoda elektrik (salah
satunya tahanan jenis) mempunyai prinsip dasar mengirimkan arus ke bawah permukaan, dan
mengukur kembali potensial yang diterima di permukaan. Hanya saja perlu diingat bahwa untuk
daerah dengan formasi yang bersifat isolator metoda elektrik ini tidak efektif.
Pada Gambar 11 dapat dilihat sebaran arus pada permukaan akibat arus listrik yang dikirim ke
bawah permukaan. Garis tegas menunjukkan arus yang dikirim mengalami respon oleh suatu
lapisan yang homogenous. Sedangkan arus putus-putus menunjukkan arus normal dengan nilai
yang sama. Garis-garis tersebut disebut dengan garis equipotensial.

Gambar 11.

Garis-garis equipotensial

Berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan/mineral dapat dikelompokkan menjadi tiga :


konduktor baik (10-8<<1.m)
konduktor sedang (1<<107.m)
konduktor baik (>107.m)
I.5.2. Faktor Geometri
Dalam melakukan eksplorasi tahanan jenis (resistivitas) diperlukan pengetahuan secara
perbandingan posisi titik pengamatan terhadap sumber arus. Perbedaan letak titik tersebut akan
mempengaruhi besar medan listrik yang akan diukur. Besaran koreksi terhadap perbedaan letak
titik pengamatan tersebut dinamakan faktor geometri. Faktor geometri diturunkan dari beda

potensial yang terjadi antara elektroda potensial MN yang diakibatkan oleh injeksi arus pada
elektroda arus AB, yaitu :

Gambar 12.

Susunan jarak elektoda arus dan potensial

Faktor geometri K, merupakan unsur penting dalam perdugaan geolistrik baik pendugaan
vertikal maupun horizontal, karena faktor geometri akan tetap untuk posisi AB dan MN yang
tetap.
I.5.3. Konfigurasi Alat
Konfigurasi alat yang digunakan adalah metode Schlumberger

Gambar 13.

Konfigurasi alat untuk metoda Schlumberger

Dengan
Keuntungan dan keterbatasan metoda Schlumberger :
1. Tidak terlalu sensitif terhadap adanya perubahan lateral setempat, sehingga metoda ini
dianjurkan untuk penyelidikan dalam

2. Elektoda potensial tidak terlalu sering dipindahkan, sehingga mengurangi jumlah


tenaga/buruh yang dipakai
Perbandingan AB/MN harus diantara 2,5 < AB/MN < 50.
I.5.4. Interpretasi Data
Pada Gambar 17 dapat dilihat contoh grafik hasil pengukuran lapangan dan interpretasi bawah
permukaan yang diperkirakan.

Gambar 14.

Apparent resistivity dan interpretasi profil hasil pengukuran.

Metoda yang digunakan dalam interpretasi data tahanan jenis ini adalah metoda pencocokan
kurva (curve mutching). Metoda ini dilakukan karena dari data hasil pengukuran lapangan yang
kita dapatkan adalah harga resistivitas semu (apparent resestivity) sebagai fungsi dari spasi
elektrodanya, as = f(AB/2) atau log as = log f(AB/2).
Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam metode ini, yaitu :
1. Interpretasi lapangan, yaitu penentuan bentangan maksimal dan penentuan tipe kurva
lapangan
2. Interpretasi awal untuk menentukan harga resistivitas masing-masing lapisan dengan
menggunakan kurva standar dan kurva bantu (curve matching partial). Setelah diperoleh
nilai resistivitas lapisan dan ketebalannya, maka selanjutnya dapat kita interpretasikan
jenis batuan berdasarkan tabel resistivity beberapa jenis batuan (Tabel 2)

3. Interpretasi akhir, Pada tahap ini hasil interpretasi pendahuluan harus dikonfirmasikan
dengan data lainnya, misalnya data geologi, sehingga informasi yang disajikan lebih
lengkap.
Tabel 2.

Harga tahanan jenis beberapa jenis batuan

Tipe Batuan

Resistivity Range (ohm.m)

Granite
Dacite
Andecite
Diabas
Basalt
Tuff

3.10-2 106
2.104(wet)
4,5.104(wet) 1,7.102(dry)
20 5.107
10 1,3.107
2.103(wet) 105(dry)

Marble

102 2,5.108(dry)

Soil (lapukan batuan kompak)


Clay (lempung)
Alluvial dan pasir
Limestone (batu gamping)

10 2.103
1 100
10 800
50 107

Tipe Batuan
Konglomerat
Surface water (pada batuan sedimen)
Air payau (3%)
Air laut

Resistivity Range (ohm.m)


2,5 104
10 100
0 15
02

Anda mungkin juga menyukai