Anda di halaman 1dari 15

Metode Audio Magnetotelluric

(AMT)
KELOMPOK 4 :

H061191026 Ashar Sae


H061191043 Aisyah Sri Rejeki
H061191060 Andry Harmaji Wirawan
H061191052 Akbar Nabawi Faturrahman
H061191084 Tiara Lestari
H061191049 Ita Purnamasari
H061191039 Mulkimulhaq
H061191034 Sindy Yustin Linggi
H061191064 Ignatius Wily Virman
Pengertian
• Pengertian Secara Umum
Audio Magnetotelluric (AMT) adalah metode pasif yang mengukur arus listrik alami
dalam bumi, yang dihasilkan oleh induksi magnetik dari arus listrik di ionosfer.
Metode ini dapat digunakan untuk menentukan sifat listrik bahan pada kedalaman yang
relatif besar (termasuk mantel) di dalam bumi. Dengan teknik ini, variasi waktu pada
potensi listrik diukur pada stasiun pangkalan dan stasiun survei.
Perbedaan pada sinyal tercatat digunakan untuk memperkirakan distribusi resistivitas
listrik bawah permukaan. Metode AMT memanfaatkan penetrasi gelombang EM untuk
mengetahui nilai impedansi suatu materi denan cara mengukur variasi medan magnet
dan medan listrik gelombang EM di bawah permukaan bumi.
• Penerapan
Penggunaan metode ini secara umum adalah untuk penelitian panas bumi, minyak dan
gas bumi, geohidrologi, geologi regional,batas-batas cekungan dan penelitian-penelitian
dalam lainnya yang berkaitan dengan sub-surface.
Metode pengukuran MT (magnetotelluric) dan AMT (audio magnetotelluric) secara
umum adalah sama, perbedaanya hanya pada cakupan frekuensi yang ditangkap, dimana
semakin kecil frekuensi yang dihasilkan maka semakin dalam penyelidikan yang
diperoleh. Metode MT memperoleh data dari frekuensi sekitar 400 Hz sampai 0.0000129
Hz (perioda sekitar 21.5 jam) sedangkan metode AMT memperoleh data dari frekuensi
10 kHz sampai 0.1 Hz, dimana sumbernya berasal dari alam (arus telurik yang terjadi di
sekitar ionosfer bumi).

Untuk memperbaiki kualitas data dari gangguan elektromagnet lokal (power line,
aktivitas industri, aktivitas manusia, jalan, pohon-pohon besar yang dapat menghasilkan
gangguan micro-vibrations dari akar-akarnya, dll) dapat dilakukan dengan cara
mengkorelasikan data dari satu alat yang disimpan statis di suatu tempat yang jauh dari
gangguan elektromagnetik lokal dengan alat lainnya yang berpindah-pindah (local,
remote, far remote station) dan dilakukan dalam rentang waktu yang sama yang
disinkronisasikan terhadap waktu UTC.
Prinsip dasar metode Audio Magnetotellurik

Impedansi tensor Z merupakan salahsatu variabel penting yang berhubungan dengan metode AMT
(Wachisbu, 2015). Impedansi Tensor berfungsi sebagai yang menghubungkan medan listrik (E) dan medan
magnetik (H) pada frekuensi tertentu . Pada media homogen, perbandingan komponen ortogonal adalah di
mana k adalah bilangan gelombang dan adalah frekuensi sudut (Setyani, 2017).
 
Dalam penggunaan metode MT, komponen horizontal dipakai untuk medan listrik dan medan magnet
karena gelombang EM dianggap merambat vertikal. Apabila vektor mengarah vertikal, maka vektor E dan
B akan berada pada bidang horizontal tegak lurus vektor. Sehingga hubungan di atas dapat dinyatakan
dengan persamaan matriks dalam koordinat kartesian (x, y horizontal, dan z positif ke bawah).

Persamaan Maxwell merupakan persamaan dasar dalam metode Magnetotellurik yang memvisualisasikan
interaksi antara medan listrik dan medan magnet (Yulianti et al., 2017). Persamaan ini adalah perpaduan
dari hasil eksperimen (empiris) mengenai fenomena listrik - magnet yang didapatkan oleh Faraday,
Ampere, Gauss, Coulomb disamping yang dilakukan oleh Maxwell sendiri.

Mode Pengukuran Magnetotellurik


Skin Depth ()
Asumsi-asumsi pada metode Magnetotellurik
Persamaan dasar metode Audio Magnetotellurik

Persamaan (2.1) merupakan turunan dari Hukum Faraday yang menyatakan bahwa perubahan medan
magnet terhadap waktu menginduksi adanya medan listrik. Dalam Hukum Ampere (2.2) dinyatakan bahwa
terjadinya medan magnet tidak hanya karena adanya sumber berupa arus listrik, namun dapat juga
disebabkan karena adanya medan listrik yang berubah terhadap waktu sehingga menginduksi medan
magnet. Hukum Coulomb (2.3) menjelaskan bahwa penyebab terjadinya medan listrik karena adanya
muatan listrik sebagai

sumbernya. Hukum fluks magnet (2.4) juga menjelaskan bahwa tidak ada medan listrik monopol. Besar
kecilnya nilai medan magnet dan induksi medan listrik bergantung pada sifat dari medium itu sendiri
(Perdana, 2011).  Korelasi antara intensitas medan dengan fluks yang terjadi pada medium dinyatakan
melalui persamaan berikut
Struktur Bumi 1-D
Untuk kasus Bumi 1-D, distribusi konduktivitasnya hanya bergantung pada kedalaman dan
bervariasi sepanjang dua arah, yaitu satu arah horizontal (x) dan satu arah yang lain sepanjang
arah vertikal (z) (Laksono, 2018). Sepanjang arah horizontal lainnya (y) resistivitas tidak berubah
dan arah ini disebut arah pemogokan geoelektrik. Pada tensor impedansi yang berkaitan dengan
medan  listrik dan medan magnet paralel memiliki nilai dan :
=

Untuk bumi-1D hasil dari nilai resistivitas semu (apparent resistivity) tersebut dapat dirumuskan
menjadi :

Kemudian untuk fase dari gelombang tersebut dirumuskan sebagai berikut:


Dalam phase tensor struktur bumi 1-D, struktur resistivitas hanya berubah dengan kedalaman 1-D, phase
tensor berbentuk diagonal, dan sumbu komponen maksimum dan maksimum bernilai sama, sehingga elips
phase tensor berbentuk lingkaran (Ramdhani et al., 2017). Phase tensor sudut kemiringan/ skew angle
bernilai 0 (β = 0), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4.
Struktur Bumi 2-D

Pada kasus 2-D nilai resistivitasnya bervariasi dengan kedalaman dan dalam satu arah
horizontal. Sumbu x atau y searah dengan strike . Sehingga

Z=

Arah yang digunakan dalam melakukan pengukuran ini bebas menggunakan arah
koordinat manapun yang dipakai (Nuraini, 2017). Setelah dilakukan pengukuran, hasilnya
adalah data sudah terkumpul dan nilai impedansi telah dihitung (Laksono, 2018). Kemudian
matriks impedansi tersebut bisa dirotasikan secara numerik seolah pengukuran dilakukan
dengan menggunakan koordinat yang sejajar atau strike yang tegak lurus. Dalam kasus 2-
D keadaanya akan lebih rumit, namun jika (pengukuran dilakukan tegak lurus atau sejajar
strike), hanya akan ada dua komponen impedansi yang independen yaitu dan (Wachisbu,
2015).
ini yang disebut sebagai mode TE dan dinamakan mode TM. Dari kedua komponen impedansi
tersebut, didefinisikan resistivitas semu ( :
Dalam struktur bumi 2-D phase tensor mempunyai komponen diagonal, dengan nilai skew angle (β
= ) Oleh karena itu, arah sumbu utama phase bergantung pada sudut , tetapi komponen sumbu
maksimum dan minimum memiliki nilai yang berbeda, sehingga elips phase tensor berbentuk elips
seperti yang ditunjukkan pada Gambar

Jika medium bawah tanah hampir dapat dimodelkan dengan model 2 dimensi, maka pengukuran
dapat dilakukan dengan arah koordinat maupun yang dipilih (Murdani, 2017). Baru setelah data
terkumpul dan nilai impedansi dihitung. Matriks impedansi tersebut dapat diputar atau dirotasikan
secara numerik. Sehingga seolah pengukuran dilakukan dengan menggunakan koordinat yang sejajar
atau tegak lurus arah strike.
Struktur Bumi 3-D

Dalam kasus bumi 3-D variasi resistivitas terjadi di ketiga arah. Sehingga tensor impedansinya
adalah :

Z=

Di mana :

Tidak ada cara untuk memutar impedansi tensor sedemikian rupa sehingga elemen-elemen diagonal Z
menjadi nol (Laksono, 2018).
Pada kasus 3D, phase tensor menunjukkan bentuk elips. Ini disebabkan karena sumbu
maksimum dan minimum memiliki nilai yang berbeda. Namun, nilai phase tensor miring (β ≠ 0)
biasanya bernilai lebih besar dari (β >3) (Ramdhani et al., 2017). Oleh karena itu, sudut αp tidak
dapat dikenali sebagai arah pukulan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar .2.6.
DISTORSI ELEKTROMAGNETIK

Terjadinya distorsi dalam pengukuran data MT karena adanya inhomogenitas dekat permukaan dan
topografi. Berdichevsky dkk (2008) proses distorsi MT dan membagikannya menjadi dua efek utama
yaitu efek galvanik dan efek induktif. Efek galvanik terjadi apabila medium (2D atau 3D) yang relatif
konduktif atau resistif dalam medium yang homogen. Sehingga medan elektrik primer akan
mengakumulasi muatan di kontras resistivitas(Berdichevsky & Dmitriev, 2008).

Adanya beda topografi dalam suatu permukaan juga dapat menyebabkan terjadinya efek galvanik.
Dalam medium 2D, efek topografi galvanik utamanya akan mempengaruhi mode TM dan
konsentrasi muatan maksimum akan terjadi pada topografi yang curam. Sedangkan efek induktif
mengikuti aturan Hukum Faraday, yaitu medan magnetik yang bervariasi terhadap waktu
menginduksi arus di batuan. Arus yang terinduksi kemudian menghasilkan medan magnetik
sekunder yang akan mendistorsi medan magnetik primer (Febrika et al., 2017).
Geoelectric Strike

Arah yang mempresentasikan aliran arus listrik di bawah permukaan yang disebabkan oleh
adanya inhomogenitas lateral dari konduktivitas listrik di bumi merupakan pengertian dari
geoelectric strike (Pertiwi, 2020). Geoelectric strike dapat digambarkan dalam bentuk diagram
rose. Diagram rose adalah sebuah plot lingkaran yang di dalamnya menunjukkan arah frekuensi
data dan arah strike berdasarkan tensor impedansi (Ramdhani et al., 2017).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai