Anda di halaman 1dari 19

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM
III.1 Lokasi dan Waktu
Praktikum geolistrik ini terbagi menjadi dua bagian yaitu akuisisi data dan
prosesing data. Akuisisi data geolistrik dilakukan di area kampus yang
berlokasi di Kecamatan Tamanlarea Kota Makassar, pada tanggal 24
November 2018. Untuk prosesing data geolistrik dilakukan di laboratorium
geofisika fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam, Universitas
Hasanuddin setiap asistensi geolistrik.
III.2 Peta Lokasi

Gambar 3.1 Peta Lintasan


Gambar 3.2 Peta Lintasan

III.3 Prosedur pengukuran


1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Membentang meteran lalu pasang elektroda dengan spasi 5 m.
3. Memasang kabel pada elektroda dan hubungkan pada konektor kabel.
4. Mengatur Menghubungkan konektor pada alat.
5. Memasang konektor PC ke alat.
6. Menekan tombol power on pada alat.
7. Memeriksa konektor elektroda A-M-N-B apakah sudah terhubung dengan
baik.
8. Sebelum melakukan pengukuran, dilakukan kalibrasi alat dengan cara
menekan tombol rel.
9. Kemudian menekan tombol inject hingga terdengar bunyi 3 kali lalu
menekan tombol hold, untuk menahan nilai arus dan potensial yang
terbaca pada alat.
10. Mencatat nilai yang terbaca pada alat ke tabel data pengukuran.
11. Mengulang kembali cara ke 8-10 untuk tahap berikutnya dengan jarak
elektroda yang berbeda sesuai yang ditentukan.

III.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum geolistrik adalah :

1. Resistivity meter Single Channel, digunakan untuk mengukur nilai beda


potensial (V) dan kuat arus (I).

Gambar 3.3 Resistivity meter Single Channel


2. Elektroda 4 buah, digunakan sebagai penghantar arus yang diinjeksikan.

Gambar 3.4 Elektroda


3. Kabel Elektroda 4 gulung (kabel A, B, M, N), digunakan sebagai
penghubung aliran arus ke elektroda.
Gambar 3.5 Kabel elektroda
4. Kabel Konektor, digunakan untuk menghubungkan alat dengan kabel
elektroda.

Gambar 3.6 Kabel konektor


5. Aki Kering 2 buah, digunakan sebagai sumber arus.

Gambar 3.7 Aki kering


6. Meteran, digunakan untuk mengukur jarak antar elektroda.

Gambar 3.8 Meteran


7. GPS (Global Positioning System), digunakan untuk mengetahui latitude,
longitude, dan elevasi.

Gambar 3.9 GPS


8. Patok, digunakan untuk menandai digunakan untuk menandai titik
elektroda

Gambar 3.10 Patok


9. Palu elektroda 2 buah, untuk memudahkan dalam menancapkan elektroda

Gambar 3.11 Palu elektroda


10.Payung, digunakan untuk melindungi alat dari sinar matahari

Gambar 3.12 Payung


11.Satu set alat tulis, digunakan untuk mencatat data dari hasil pengukuran
di lapangan

Gambar 3.13 Alat tulis


III.5 Pengolahan Data

Memasukkan hasil pengukuran di lapangan ke dalam Ms. Excel untuk


mengitung nilai k dan ρ rata-rata.
Tabel data geoistrik 2D :
Gambar 3.14 Tabel data Geolistrik 2D Konfigurasi Wenner-Schlumberger

2. Ubah data dari excel tadi ke dalam data berformat *.dat, karena aplikasi
Res2DinV membaca file yang berekstensi *.dat dengan format input
sebagai berikut :
a. Menentukan nama lintasan survey.
b. Menuliskan jarak elektroda terkecil.
c. Menuliskan data berupa: Jenis konfigurasi (Wenner = 1, Schlumberger
=7, pole-pole = 2, dipole-dipole = 3, pole-dipole = 6)
d. Menuliskan jumlah nilai total datum point.
e. Menentukan dan menuliskan nilai posisi datum pertama (tulis 0 jika
datum pertama berada di elektroda pertama atau tulis 1 jika datum
pertama berada di tengah-tengah elektoda).
f. Memasukkan dan menuliskan nilai 0 untuk resistivitas atau 1 untuk IP.
g. Susunan data:
- Posisi horizontal, spasi elektroda x n (lapisan ke-n), nilai resistivitas.
- Ketik nol diakhir input data, 4 kali.
- Setelah mendapat input di notepad, kemudian save as dalam bentuk *.dat.
- Keluar dari notepad .
Gambar 3.15 File notepad yang tersimpan dalam format .dat
3. Membuka software Res2DinV dan buka file *.dat yang dibuat dengan cara
klik file, lalu klik read data file.

Gambar 3.16 Gambar ketika klik file kemudian read data file.
4. Melakukan inversi dan menampilkan data hasil pengolahan dengan cara
klik inversion lalu klik least square inversion. Inversi dilakukan dengan 2 kali
terasi kemudian dilanjutkan dengan melakukan iterasi secara manual
sebanyak
Gambar 3.17 Hasil gambar ketika klik least square inversion
5. Jika ingin memperkecil nilai error yang didapat, bisa melakukan cara lain
yaitu mengurangi datum yang dianggap jelek. Caranya dengan mengklik Edit
kemudian Pilih Exterminate Bad Datum Points sehingga muncul tampilan
berikut. Lalu pilih titik-titik yang dianggap tidak sesuai dengan trend di tiap
baris datanya.
Gambar 3.18 Gambar ketika ingin menghilangkan bad datum points
6. Buka kembali data yang dianggap sudah dihilangkan bad datum-nya
dengan cara yang sama dengan sebelumnya yaitu klik inversion lalu klik least
square inversion.

III.4 Bagan Alir

Survei Lapangan

Kajian Pustaka Geologi Regional

Arus (I) Potensial (V) Faktor Geometri (K)

Resistivitas Semu (ρa)

Pengolahan Data
Interpretasi Data

Penampang

Interpretasi

Hasil dan Kesimpulan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

IV.1.1 Hasil Pengolahan Resistivitas 2D


Gambar 4.1 Tabel data Geolistrik 2D Konfigurasi Wenner-Schlumberger
Gambar 4.2 Hasil Penampang Geolistrik 2D Konfigurasi Wenner-Schlumberger dengan
menggunakan Ro rata2.

Gambar 4.3 Datum Point


IV.2 Pembahasan

Berdasarkan pengolahan data di Res2dinv, didapatkan hasil penampang


bawah permukan bumi dengan menggunakan konfigurasi wenner-
schlumberger. Terlihat bahwa adanya perbedaan warna menunjukkan variasi
resistivitas bawah permukaan bumi. Pada gambar 4.4 merupakan hasil inversi
data dimana dengan melakukan iterasi sebanyak 7 kali. Gambar pertama
adalah gambar dari hasil model data yang terukur di lapangan, sedangkan
gambar kedua adalah gambar dari hasil model yang dibuat software dari
perhitungan untuk men dekati model pertama (forward modeling). Gambar
ketiga adalah hasil inversi dari gambar kedua, dimana RMSE yang
ditampilkan yaitu 9.7 % merupakan perbedaan gambar pertama dan gambar
kedua.

Pada tahap selanjutnya yaitu editing data, yang dilakukan untuk


mengeliminasi data yang buruk agar hasil yang diberikan semakin maksimal.
Gambar 4.3 merupakan tampilan stacking chart dari hasil pengukuran.
Semakin lurus tampilan stacking chart maka semakin akurat datanya.

Berdasarkan pada geologi regional daerah penelitian, yaitu di Desa


Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar, dapat dilihat bahwa
yang mendominasi daerah tersebut adalah Formasi Camba dan Batuan
Gunung Api Formasi Camba, dan juga terdapat endapan aluvium, serta
batuan piroklastik. Pada Formasi Camba dapat dilihat bahwa Pegunungan
bagian Barat sebagian besar disusun oleh batuan gunungapi Formasi Camba
yang berumur Miosen Tengah – Pliosen Awal. Sebagian besar pegunungan,
baik yang di barat maupun yang di timur, berbatuan gunungapi. Di
pegunungan yang timur, batuan itu diduga berumur Miosen Awal bagian atas
yang membentuk batuan Gunungapi Kalamiseng Di lereng timur bagian utara
pegunungan yang barat, terdapat batuan Gunungapi Soppeng yang diduga
juga berumur Miosen Awal. batuan sedimen berumur Miosen Tengah sampai
Pliosen Awal berselingan dengan batuan gunungapi yang berumur antara
8,93-9,29 juta tahun. Secara bersama batuan itu menyusun Formasi Camba
yang tebalnya sekitar 5000 m. Terobosan batuan beku yang terjadi di daerah
itu semuanya berkaitan erat dengan kegiatan gunungapi tersebut. Bentuknya
berupa stok, sill dan retas, bersusunan beraneka dari basal, andesit, trakit,
diorit dan granodiorite. Berdasarkan geologi daerah penelitian, dapat
dikatakan bahwa formasi camba ini terdapat batuan sedimen piroklastik yaitu
singkapan batuan aglomerat. Ukuran fragmen menunjukkan sortasi buruk
dengan kemas terbuka menunjukkan bahwa tidak terjadi pemisahan fragmen
dengan baik yang dapat diinterpretasikan tempat terendapkannya tidak jauh
dari pusat erupsi atau pembentukannya dekat atau pada volcanic vent.
Batuan ini terklasifikasi sebagai endapan Flow Deposit merupakan mekanisme
pengendapan batuan piroklastik yang diangkut oleh media air, dimana ketika
diangkut bersama air terjadi pencampuran dari berbagai macam ukuran
butiran. Mengenai kondisi daerah penelitian, dilakukan pengukuran pada
saat cuaca cerah di pagi sampai siang sehingga kandungan air dalam tanah
berkurang konduktif sehingga alat kadang tidak dapat membaca nilai I dan V
nya. hal ini dibuktikan adanya tumbuh ubi kayu dan petai yang berakar
serabut sehingga tanah nya kurang konduktif. Akar juga mempengaruhi
pelapukan batuan lapuk sehingga banyak batuan lapuk di daerah penelitian
karena akar serabut yang lebih dalam daripada akar serabut.
Adapun interpretasi dari tiap lapisan berdasarkan resistivitasnya adalah :
1. nilai resistivitas yang berkisaran 18.4 m – 31.9 m menunjukkan
lapisannya kemungkinan terdiri dari batu pasir ( ground water) di kedalaman
antara 6-8 dan 16-22 mdpl.
2. nilai resistivitas yang berkisaran 32 m – 55.2 m menunjukkan
lapisannya kemungkinan terdiri dari alluvium di kedalaman antara 8-24 mdpl.
3. nilai resistivitas yang berkisaran 55.3 m – 100 m menunjukkan
lapisannya kemungkinan terdiri dari lempung di kedalaman antara 12-24
mdpl.
4. nilai resistivitas yang berkisaran 55.3 m – 126 m menunjukkan
lapisannya kemungkinan terdiri dari batuan piroklastik di kedalaman antara
12-24 mdpl.
5. nilai resistivitas yang berkisaran 50 m – 126 m menunjukkan
kemungkinan adalah aglomerat, di kedalaman antara 12-24 mdpl.

Gambar 4.4 Gambar penampang RO rata-rata dengan data topografi


BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
1. Dari praktikum ini, telah dilakukan pengukuran, sehingga praktikan
dapat dilakukan pengukuran metode geolistrik propiling Wenner-
Schlumberger 2-D dengan Panjang lintasan 90 meter dan spasi 5 meter
dengan mengoperasikan Resistivity meter Single Channel memperoleh nilai
dari arus dan potensialnya.
2. Melalui praktikum ini pula, dapat dilakukan pengolahan data dengan
menggunakan aplikasi Microsoft Excel untuk menghitung nilai Ro dari nilai
arus dan potensial, dan juga aplikasi Res2dinv sehingga dapat
menghasilkan tiga gambar penampang bawah permukaan berdasarkan nilai
resistivitas, yaitu gambar pertama adalah hasil data yang didapatkan di
lapangan (observasi). Gambar yang kedua adalah hasil kalkulasi yang
dilakukan oleh Res2dinv dan gambar yang ketiga adalah gambar setelah
data tadi di inversikan.
3. pada penampang bawah permukaan 2D berdasarkan hasil
interpretasi dari penampang bawah permukaan menunjukkan rentang nilai
resistivitas 18.4 m sampai dengan 126 m menandakan adanya batu
pasir (ground water), lempung (clay) Alluvium serta batuan piroklastik,
salah satunya adalah batu aglomerat.

V.2 Saran
Saran untuk kakak asisten, sebaiknya lebih tegas lagi dan asistensinya
dimaksimalkan agar bukan hanya satu atau dua orang saja yang mengerti
tetapi juga seluruh anggota praktikum.

Anda mungkin juga menyukai