Anda di halaman 1dari 11

Aplikasi Metode Magnetotellurik Untuk Optimalisasi

Eksplorasi Potensi Sumber Panas Bumi

Magnetotellurik (MT) merupakan salah satu metode geofisika


memanfaatkan gelombang elektromagnetik pasif alami berupa arus tellurik di
bawah permukaan. Metode ini bersifat pasif yaitu tidak ada energi seperti ledakan,
atau usikan yang diberikan ke bawah permukaan, sedangkan alami artinya
sumbernya tidak berasal dari objek-objek buatan manusia. Pada akuisisi data
menggunakan gelombang elektromagnetik, data bisa didapat berdasar frequency
domain atau time domain tergantung metode yang digunakan. Metode MT
menggunakan time domain dimana akuisisi didasarkan atas variasi arus
magnetotellurik terhadap waktu.

(a) (b)
Gambar 1. (a) Badai Matahari dan (b) Interaksinya Terhadap Medan Magnet Bumi.
Arus tellurik pada akuisisi MT berasal dari alam akibat interaksi badai
matahari terhadap medan magnet bumi. Interaksi tersebut akan menimbulkan
medan magnetik dan arus listrik. Medan elektromagnetik tersebut akan melawan
medan magnet bumi, menyebabkan pengurangan terhadap medan magnet bumi.
Medan EM ini akan terus-menerus melawan medan magnet hingga menuju ke
permukaan bumi. Apabila medan EM menembus permukaan bumi maka, akan
terjadi interaksi antara material bersifat konduktor di bawah permukaan bumi
sehingga timbul arus tellurik.
Pada metode Magnetotellurik terdapat asumsi untuk mempermudah
bayangan terhadap kondisi bawah permukaan sebelum akuisisi, sehingga apabila
telah dilakukan akuisisi, pengolahan, dan interpretasi data dapat menghasilkan

1
suatu perbedaan (Anomali) yang harapannya berupa target eksplorasi. Asumsi
magnetotellurik adalah sebagai berikut:
1. Bumi tidak menghasilkan energi elektromagnetik, namun merubah atau
menyerapnya.
2. Sesuai dengan persamaan elektromagnetik Maxwell.
3. Semua Medan magnetik dianggap sama dan dianalisa jauh dari sumbernya.
4. Medan sumber elektromagnetik dihasilkan oleh sistem arus ionosphere yang
jauh dari permukaan bumi dan dianggap sama.
5. Akumulasi dari tegangan bebas tidak dapat memenuhi keseluruhan lapisan
pada bumi.
6. Variasi waktu terhadap perpindahan arus di bumi diabaikan.
7. Variasi permeabilitas magnetik dan permitivitas elektrik batuan diabaikan.
Panas bumi menurut UU Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2014 pasal
1 merupakan sumber daya energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap
air, serta batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik tidak
dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi. Sumber panas bumi ini dapat
dihasilkan karena pendinginan magma, atau intrusi magma atau batuan beku dalam
proses pendinginan. Kedalaman dari sumber panas bumi ini dapat mencapai ribuan
meter di bawah permukaan bumi. Sesuai dengan gradieen geothermal maka
semakin dalam maka suhu batuan akan semakin tinggi. Peristiwa ini disebabkan
oleh penambahan tekanan dan penambahan suhu di bawah permukaan bumi.

Gambar 2. Ilustrasi Sumber Panas Bumi

2
Metode ini dikembangkan di USSR dan Prancis pada tahun 1950. Metode ini
pertama kali diperkenalkan oleh ahli geofisika dari Prancis Louis Cagniard dan ahli
Geofisika Rusia Andrey Nikolayevich Tikhonov. Seiring berkembangnya teknologi
sensor MT semakin berkembang mengikuti perkembangan teknologi elektronik
sehingga harganya semakin terjangkau dan lebih berkualitas. Perkembangan
metode ini meliputi perubahan sistem instrumentasi dari perangkat analog ke
digital, pembacaan data dapat dilakukan secara wireless, sinkronisasi lokasi dengan
GPS, dan akuisisi & pengolahan dengan hasil 3 Dimensi.
Instrumen MT terdiri sebagai berikut ini:

2
5 5
3

Gambar 3. Instrumen Metode Magnetotellurik.


1. Laptop
Laptop ini berguna untuk mengatur frekuensi yang diukur, menyimpan data
akuisisi, memberi nama titik pengukuran, memberi nama operator.
2. Sensor box
Sensor box ini berguna untuk menghubungkan data yang diterima dari elektroda
dan coil ke laptop, serta merubah data analog ke digital.
3. Coil
Coil ini berguna untuk mengukur medan magnetik yang dihasilkan seiring
perambatan arus tellurik.
4. Elektroda Porous pot
Elektroda ini berguna untuk mengukur arus listrik alami yang merambat seiring
waktu di bawah permukaan.

3
5. Kabel
Kabel ini merupakan peralatan yang berguna untuk menghubungkan dan
menyalurkan data dari elektroda dan coil ke laptop melalui sensor box.
6. Meteran dan Kompas

Gambar 4. Kompas dan Meteran.


Meteran berguna untuk mengatur jarak elektroda porous pot dari sensor box ke
jarak yang dibutuhkan, sedangkan kompas berguna untuk menentukan arah
penempatan elektroda sesuai arah porous pot.
7. GPS

Gambar 5. GPS
GPS berguna untuk mencatat koordinat dari titik sounding pada lokasi akuisisi.

4
8. Aki

Gambar 6. Accu.
Aki ini berguna untuk memberikan energi ke sensor box agar transfer data hasil
akuisisi dari coil dan porous pot terus berjalan.
Akuisisi data dengan menggunakan metode MT ini dilakukan dengan
merangkai dan menyusun elektroda, coil, sensor box, dan laptop seperti Gambar 6
Jarak untuk semua elektroda porous pot terhadap sensor box dipasang dengan jarak
yang sama ke empat penjuru mata angin yaitu Timur, Barat, Utara, dan Selatan.
Peletakan coil pada arah Utara, Timur dan di bawah permukaan tanah untuk
mendapatkan medan magnetik searah sumbu x (Timur-Barat), y (Utara-Selatan),
dan z (bawah permukaan), sedangkan eletroda digunakan untuk mengukur medan
listrik dengan vektor sumbu x dan y. Setelah pengaturan pada laptop selesai,
Instrumen MT kemudian ditinggalkan dan ditutup agar sensor dan laptop tidak
terkena gangguan.

.Gambar 7. Susunan Instrumen Metode MT di Lapangan.

Susunan elektroda porous pot dan coil pada akuisisi metode MT ini
dilakukan untuk mengukur medan listrik atau komponen listrik searah sumbu x, dan

5
y, serta mengukur medan magnetik searah sumbu x, y, dan z. Pengukuran dengan
lima parameter dilakukan seiring waktu sehingga menghasilkan fungsi berupa
frekuensi. Pengukuran medan magnetik dan medan listrik berdasar rentang waktu
tertentu maka dapat dihasilkan tahanan jenis semu berdasar persamaan Cagniard
yaitu:
|𝐸|2
𝜌𝑎 = 0.2 T|𝑍|2 =0.2 T|𝐻|2 (1)
Atau
|𝐸|2
𝜌𝑎 = 0.2 𝑍 2 /𝑓=0.2 (|𝐻|2 )/𝑓 (2)
Keterangan:
𝜌𝑎 = resistivitas semu (ohm.m)
T = periode (s)
𝑓 = frekuensi yang sedang diukur (Hz)
E = medan listrik (mV/km)
H = medan magnet (nT)

Kedalaman pada akuisisi data MT ini dipengaruhi oleh rentang frekuensi,


semakin kecil frekuensinya maka kedalamannya juga semakin jauh. Kedalaman
tiap titik dapat ditentukan menggunakan rumus skin depth yaitu:
𝜌
δ = 503√ 𝑓𝑎 (3)

Keterangan:
δ = skin depth (m)
𝜌𝑎 = resistivitas semu (ohm.m)
𝑓 = frekuensi yang sedang diukur (Hz)

6
1
2 3

4 5

Gambar 7. Grafik 1D Resistivitas Bawah Permukaan.


Hasil yang didapat dari pengolahan data magnetotellurik ini berupa grafik
sounding pada satu titik. Grafik sounding merupakan grafik satu dimensi pada MT
yaitu dimensi kedalaman (m). Grafik sounding pada hasil akuisisi data MT ini
merupakan grafik yang menunjukkan resistivitas litologi bawah permukaan pada
sumbu horizontal berdasar arus tellurik yang ditangkap sensor MT dan kedalaman
batuan pada sumbu vertikal.
Pada kelima gambar tersebut terdapat garis hijau yaitu data resistivitas semu
pada kedalaman tertentu, garis merah merupakan lapisan bawah dengan resistivitas
coba-coba dibuat dengan memperhatikan nilai error, dan garis warna kuning
merupakan hasil inversi yaitu perhitungan model resistivitas coba-coba terhadap
medan listrik dan medan magnet sehingga diperoleh resistivitas sebenarnya. Sumbu
horizontal dan vertikal pada grafik sounding ini menggunakan skala hiperbolik.
Skala hiperbolik ini artinya skala akan meningkat secara berkala berdasar kelipatan
pangkat seperti 102, 103, 104, dan seterusnya. Skala ini digunakan karena anomali

7
bawah permukaan seperti sumber panas bumi akan tampak dengan lebih jelas
berdasar skala tersebut.
1 2 3 4 5

Gambar 8. Penampang MT 2 Dimensi


Nilai-nilai yang sama pada grafik sounding ini dapat dikorelasikan sehingga
menghasilkan penampang 2 dimensi bawah permukaan dengan nilai resistivitas
sebenarnya. Pada kondisi penampang ini terlihat bahwa terdapat objek dengan nilai
resistivitas tinggi, nilai resistivitas tinggi dapat dipengaruhi berbagai macam hal
salah satunya yaitu suhu, semakin tinggi titik lebur objek maka semakin tinggi juga
resistivitasnya. Sehingga objek di bawah permukaan dengan resistivitas tinggi pada
kedalaman sampai 5000 m (5 Km) dapat diinterpretasikan sebagai sumber panas
bumi.
Pada akuisisi data MT ini data akan terganggu karena keberadaan noise.
Noise sendiri merupakan gangguan yang mengakibatkan pembacaan data menjadi
lebih susah. Noise ini dapat diumpakan seperti saat sedang menonton televisi, saat
menonton TV diharapkan mendapat tontonan yang jelas, namun karena terdapat
noise maka tampilan gambar pada TV akan menjadi tidak jelas. Noise ini menurut
Zonge dapat dibedakan menjadi 5 macam yaitu:
Kesalahan Operator
Noise seperti ini biasa disebut juga sebagai human error. Noise ini terjadi
jika saat mengoperasikan instrumen tidak sesuai dengan prosedur. Noise karena
kesalahan operator ini banyak jenisnya.
Noise Instrumen
Noise ini disebabkan oleh kesalahan pada kerusakan pada bagian-bagian
penting seperti sensor box, kabel, atau coil pada instrumen MT, sehingga saat
dipakai maka akan data yang terbaca akan terganggu.
Noise Lingkungan

8
Noise ini umumnya disebabkan oleh objek-objek buatan manusia seperti
sumber listrik tegangan tinggi, kabel listrik bawah permukaan, bangunan,
kendaraan dan lain-lain.
Noise Tellurik
Noise ini berasal dari alam dan merupakan salah satu target akuisisi, namun
apabila noise tersebut menghasilkan frekuensi terlalu besar maka akan mengganggu
pembacaan data, contohnya yaitu petir.
Metode MT ini memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:
Kelebihan
1. Mampu menunjukkan anomali dengan kedalaman lebih dari ribuan meter.
2. Low cost karena tidak menggunakan energi buatan melainkan alami.
3. Resolusi vertikal data bagus sehingga mampu menunjukkan keberadaan
anomali secara bagus pada kedalaman tertentu.
4. Ramah lingkungan karena akuisisi metode magnetotellurik tidak merusak
lingkungan sekitar.
Kelemahan
1. Kelemahan metode ini yaitu membutuhkan waktu cukup lama demi
menghasilkan resolusi data yang baik.
2. Karena akuisisi berupa sounding maka resolusi lateralnya lebih jelek daripada
resolusi vertikalnya, sehingga akuisisi MT ini kurang baik untuk menunjukkan
anomali secara datar.
3. Hasil tidak maksimal jika dilakukan dekat dengan sumber noise buatan, contoh:
SUTET.
Metode MT ini memiliki kontribusi besar dalam eksplorasi sumber daya alam
terutama sumber panas bumi. Metode ini hanya memperjelas anomali dengan
kontras konduktivitas berbeda dari sekitarnya. Kekurangan dari metode MT ini
dapat ditutupi menggunakan metode lain seperti mikroseismik, gravitasi,
geomagnetik, dan data sumur untuk eksplorasi panas bumi. Pemahaman terhadap
konsep geologi sangat diperlukan dalam akuisisi data magnetotellurik ini agar saat
interpretasi data dapat dipertanggungjawabkan secara logis.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hutomo, Priyo. 2017. Laporan Praktikum Elektromagnetik MAGNETOTELLURIC.


UPN “VETERAN” YOGYAKARTA: Yogyakarta.
L, Cagniard. 1953. Basic theory of the magnetotelluric method of geophysical
prospecting. Geophysics 18:605-635.
Naidu, G Dhanunjaya. 2012. Deep Crustal Structure of the Son-Narmada-Tapti
Lineament, Central India. https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&
esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjr6oeRs_DS
AhUCj5QKHUrpC18QFgg6MAM&url=http%3A%2F%2Fwww.springer.c
om%2Fcda%2Fcontent%2Fdocument%2Fcda_downloaddocument%2F978
3642284410-c2.pdf%3F SGW ID%3D0-0-45-1328548-p174306469&usg=
AFQjCNGuhSkL3XeOsg9sqU1Q6Qbp4rt-w&sig2=lgsOfWdq4CpDcoe9IE
roRg&bvm=bv.150729734, d.dGo. Diakses pada tanggal 8 Maret 2017.
Retno, Indrianti Palupi, S.Sc M.Sc, & Tim Asisten Laboratium Elektromagnetik.
2016. Modul Praktikum Elektromagnetik Tahun Ajaran 2016/2017. UPN
“Vetaran” Yogyakarta: DIY.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2014 Tentang Panas Bumi.
WM, Telford, Geldart LP, dan Sheriff RE. 1990. Applied Geophysics. Cambridge
University Press. Cambridge.

10
Judul : Aplikasi Metode Magnetotellurik Untuk Optimalisasi
Eksplorasi Potensi Sumber Panas Bumi
Sub-Tema : Teknologi
Nama : Priyo Hutomo
NIM : 115.140.033
Fak./ Jurusan : FTM/ Teknik Geofisika
Alamat : Jl. Perumnas Gg. Indragiri Blok B No. 22 A
TTL : Balikpapan, 18 April 1996
Organisasi : SEG UPN SC (2015-sekarang) & BEM FTM UPNVYK
(2016-Sekarang)
No. Telpon : 082350426303
Email : Priyohutomo@hotmail.com

11

Anda mungkin juga menyukai