Anda di halaman 1dari 21

SURVEI 1D DAN 2D METODE GEOLISTRIK: AKUISISI

DATA
(Laporan Praktikum Metode Geolistrik)

Oleh
Fadhil Muhammad Nizam
2115051038

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2022
Judul Praktikum : Survei 1D dan 2D Metode Geolistrik: Akuisisi Data

Tanggal Praktikum : 13 Oktober 2022

Tempat Praktikum : Ruang 3.3 Gedung Teknik Geofisika, Unversitas


Lampung

Nama : Fadhil Muhammad Nizam

NPM : 2115051038

Fakultas : Teknik

Jurusan : Teknik Geofisika

Kelompok : V (Lima)

Bandar Lampung, 20 Oktober 2022


Mengetahui,
Asisten

Asep Irwan
NPM.1915051008

ii
SURVEI 1D DAN 2D METODE GEOLISTRIK: AKUISISI
DATA

Oleh
Fadhil Muhammad Nizam

ABSTRAK

Laporan ini berisi tentang praktikum Metode Geolistrik yaitu mengenai survei 1D
dan 2D metode geolistrik: akuisisi data yang dilakukan pada Kamis, 13 Oktober
2022 di ruang 3.3 gedung teknik geofisika, Uiversitas Lampung secara tatap
muka. Metode Geolistrik juga bisa untuk menduga adanya panas bumi di bawah
permukaan. Akuisisi data dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang berfungsi
untuk mengambil, mengumpulkan dan menyiapkan data, hingga memprosesnya
untuk menghasilkan data yang dikehendaki. Pendeteksian ini meliputi pengukuran
beda potensial oleh penginjeksian arus yang telah ditetapkan dengan faktor
geometri konfigurasi tertentu seperti Schelumberger, Dipole-dipole, dan Wenner
untuk mendapatkan nilai resisitivitas bawah permukaan suatu daerah.
Pendeteksian ini meliputi pengukuran beda potensial oleh penginjeksian arus yang
telah ditetapkan dengan faktor geometri konfigurasi tertentu seperti
Schelumberger, Dipole-dipole, dan Wenner untuk mendapatkan nilai resisitivitas
bawah permukaan suatu daerah dengan rumus K=2*PI()*((1/(A2-B2)-
1/(AB/2+MN/2)-1/(AB/2+MN/2)+1/(AB/2-MN2))^(-1)). Pada konfigurasi
Dipole-dipole, kedua elektroda arus dan elektroda potensial terpisah dengan jarak
a, sedangkan elektroda arus dan elektroda potensial bagian dalam ter- pisah sejauh
na, dengan n adalah bilangan bulat dengan rumus K=
((22/7)*(6)*(n))*((1+n)*(2+n)). Konfigurasi Wenner disusun dengan 4 elektroda
dengan sejajar dan jarak antar elektroda sama dengan rumus =2*PI()*a.

iii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Tujuan Praktikum .........................................................................................1

II. TEORI DASAR

III. METODOLOGI PRAKTIKUM


A. Alat dan Bahan .............................................................................................4
B. Diagram Alir ................................................................................................5

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan .........................................................................................6
B. Pembahasan ..................................................................................................6

V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Alat Tulis ..............................................................................................4
Gambar 2. Modul Praktikum Sistem Informasi Grafis...........................................4
Gambar 3. Laptop ...................................................................................................4
Gambar 4. Software Microsoft Excel .....................................................................4
Gambar 5. Software ERsim ....................................................................................4
Gambar 6. Diagram Alir .........................................................................................5

v
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metode resistivitas dapat dibagi menjadi 2 macam diantaranya adalah Metode


pengukuran 1D dan Metode pengukuran 2D. Pemanfaatan metode geolistrik ini
didasarkan pada kenyataan bahwa material yang berbeda akan mempunyai
tahanan jenis yang berbeda apabila dialiri arus listrik. Teknik pengukuran 1D
disebut juga dengan metoda sounding, sedangkan Teknik pengukuran 2D
disebut juga dengan metoda mapping. Metode Geolistrik juga bisa untuk
menduga adanya panas bumi di bawah permukaan. Akuisisi data dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem yang berfungsi untuk mengambil,
mengumpulkan dan menyiapkan data, hingga memprosesnya untuk
menghasilkan data yang dikehendaki. Suatu sistem akuisisi data pada
umumnya dibentuk sedemikian rupa sehingga sistem tersebut berfungsi untuk
mengambil, mengumpulkan dan menyimpan data dalam bentuk yang siap
untuk diproses lebih lanjut. Mengingat besarnya sumber daya alam di
Indonesia, rasanya sangat penting untuk memahami tentang metode Geolistrik
dan langkahlangkah dalam menggunakan metode ini. Oleh karena itu
dilakukanlah praktikum tentang survei 1D dan 2D metode geolistrik: akuisisi
data. Pendeteksian ini meliputi pengukuran beda potensial oleh penginjeksian
arus yang telah ditetapkan dengan faktor geometri konfigurasi tertentu seperti
Schelumberger, Dipole-dipole, dan Wenner untuk mendapatkan nilai
resisitivitas bawah permukaan suatu daerah.

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum kali ini yaitu:

1. Mampu memahami konfigurasi Schelumberger, Dipole-dipole dan Wenner.


2. Dapat Memahami keunggulan dan kelemahan dari konfigurasi
Schelumberger, Dipole-dipole.
3. Dapat melakukan pengukuran dan pengambilan data (akuisisi data) dengan
konfigurasi elektroda Schelumberger, Dipole-dipole dan Wenner sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan
4. Dapat menghitung nilai resistivity dan dapat menggambarkan kurva
matching sederhan pada kertas millimeter block.
5. Dapat menganalisa data hasil pengukuran dilapangan (sudah sesuai atau
belum dengan apa yang diharapkan).
II. TEORI DASAR

Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran
listrik di dalam bumi dan untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan
batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC (direct
current) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Metode ini lebih
efektif jika digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya dangkal, contohnya
penentuan kedalaman batuan dasar, pencarian reservoir air, dan juga digunakan
dalam eksplorasi geothermal (Eva, 2011).

Survei resistivitas akan menghasilkan gambaran berupa distribusi resistivitas pada


bawah permukaan. Harga resistivitas sendiri juga berasosiasi dengan kondisi
geologi tertentu. Untuk dapat mengkonversi harga resistivitas ke dalam bentuk
geologi diperlukan pengetahuan tentang ciri dari harga resistivitas untuk setiap
material serta struktur daerah survei. Harga resistivitas batuan, mineral, tanah dan
juga unsur kimia secara umum telah diperoleh melalui berbagai pengukuran serta
dapat dijadikan sebgaai acuan untuk proses pengkonversian (Telford, 1990).

Metode geolistrik resistivitas atau tahanan jenis adalah salah satu dari kelompok
metode geolistrik yang digunakan untuk mempelajari keadaan bawah permukaan
dengan cara mempelajari sifat aliran listrik di dalam batuan di bawah permukaan
bumi. Prinsip dalam metode ini yaitu arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi
melalui dua elektroda arus, sedangkan beda potensial yang terjadi diukur melalud
ua elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial listrik dapat
diperoleh variasi harga resistivitas listrik pada lapisan di bawah titik ukur
(Santoso, 2002).

Survei 1D seperti yang telah diketahui adalah salah satu teknik pengukuran
geolistrik resistivitas yang banyak digunakan dalam kegiatan eksplorasi air tanah.
Teknik pengukuran ini menentukan perubahan atau distribusi tahahan jenis kearah
vertikal medium bawah permukaan dibawah suatu titik sounding. Konfigurasi
yang umum digunakan dalam pengukuran teknik sounding ini ialah konfigurasi
Schelumberger. Pada konfigurasi Schelumberger idealnya jarak MN dibuat
sekecil-kecilnya, sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena
keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar maka
jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar
dari 1/5 jarak AB. (Wilyan Pratama, 2019).
3

Metode geolistrik resistivitas konfigurasi Dipole-dipole dapat diterapkan untuk


tujuan mendapatkan gambaran bawah permukaan pada obyek yang penetrasinya
relatif lebih dalam dibandingkan dengan metode sounding lainnya seperti
konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schelumberger. Metode ini sering digunakan
dalam surveisurvei resistivitas karena rendahnya efek elektromagnetik yang
ditimbulkan antara sirkuit arus dan potensial (Loke, 1990).

Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan tegangan


pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relative besar karena elektroda
MN yang relative dekat dengan elektroda AB. Disini bias digunakan alat ukur
multimeter dengan impedansi yang relatif lebih kecil. Sedangkan kelemahannya
adalah tidak bias mendeteksi homogenitas batuan didekat permukaan yang bisa
berpengaruh terhadap hasil perhitungan. Data yang didapat dari cara konfigurasi
Wenner, sangat sulit untuk menghilangkan faktor non homogenitas batuan,
sehingga hasil perhitungan menjadi kurang akurat. (Syech, 2015)

Pola pengamatan resistivitas 2D dapat disesuaikan dengan beberapa konfigurasi


seperti Wenner, Wenner-Schelumberger, Pole-pole, Dipole-dipole, dan lainya.
Konfigurasi Wenner berdasarkan susunan jarak antar elektrodanya sama
merupakan salah satu konfigurasi yang sering digunakan dalam penelitian
eksplorasi geolistrik (Samouelian dkk, 2005).

Akuisisi data adalah sistem untuk pengambil, pengumpul, dan penyiap data yang
akan diproses, data akan diolah menggunakan komputer untuk kebutuhan tertentu
(Husein, 2010).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

Gambar 1. Alat Tulis

Gambar 2. Modul Praktikum Metode Geolistrik

Gambar 3. Laptop

Gambar 4. Software Microsoft Excel

Gambar 5. Software Ersim


5

B. Diagram Alir

Adapun diagram alir pada kegiatan praktikum ini adalah sebagai berikut.

Mulai

Menginstal aplikasi ERsim

Mendownload file excel yang berisi posisi elektroda A,


B, M, dan N

Menghitung nilai K pada Microsoft Excel

Memasukan posisi elektroda A, B, M, dan N dalam


aplikasi Ersim dengan nilai I tertentu

Nilai V

Menghitung nilai Rho pada Microsoft Excel

Nilai Rho dan Plot penampang

Selesai

Gambar 6. Diagram Alir


IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini terlampir pada lampiran.

B. Pembahasan

Pada praktikum metode geolistrik yang membahas tentang survei 1D dan 2D


metode geolistrtik: akuisisi data. Praktikum ini dilaksanakan pada 13 Oktober
2022 di ruang 3.3 gedung teknik geofisika Unversitas Lampung. Praktikum
dimulai dengan melaksanakan pretest, yang kemudian dilanjutkan dengan
pemaparan materi tentang survei 1D metode geolistrtik: akuisisi data,
konfigurasi Schelumberger, Dipole-dipole, dan Wenner oleh assisten dosen.
Konfigurasi Schelumberger memiliki jangkauan yang paling dalam
dibandingkan konfigurasi yang lain. Konfigurasi Schelumberger memiliki
keuntunngan elektroda yang potensial tidak terlalu sering dipindahkan, tidak
terlalu sensitif terhadap perubahan lateral dan referensi dan kurva-kurva lebih
banyak tetapi memiliki kelemahan elektroda arus dan pontensial harus diantara
2,5<AB/MN<50. Pada konfigurasi Dipole-dipole, kedua elektroda arus dan
elektroda potensial terpisah dengan jarak a, sedangkan elektroda arus dan
elektroda potensial bagian dalam ter- pisah sejauh na, dengan n adalah bilangan
bulat. Konfigurasi Dipole-dipole memiliki keuntungan kemampuan penetrasi
yang dalam tanpa mengurangi resolusi horizontal/lateral dan konfigurasi ini
juga memiliki jarak AB dan MN yang tetap serta masing-masing elektroda
bergerak secara berpasangan sehingga memudahkan dalam pengukuran
geometris tetapi memiliki kelemahan tidak sepraktis konfigurasi lainnya, dan
jumlah data yang cukup banyak sehinga memakan waktu yang cukup banyak.
Konfigurasi Wenner disusun dengan 4 elektroda dengan sejajar dan jarak antar
elektroda sama, dimana sepasang elektroda diluar (AB) merupakan elektroda
arus dan sepasang elektroda didalam (MN) merupakan elektroda potensial.
Konfigurasi Wenner memiliki keunggulan memiliki ketelitian pembacaan
tegangan lebih baik dengan angka relative besar tetapi memiliki kelemahan
tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan didekat permukaan. Kemudian
praktikum dilanjutkan dengan pengolahan data konfigurasi Schelumberger,
Dipole-dipole, dan Wenner yang telah diberikan dalam aplikasi Microsoft
Excel dengan bantuan aplikasi Ersim untuk mendapatkan nilai beda potensial
(V) yang kemudian akan diolah untuk mendapatkan nilai resisitivitas (Rho).
Kemudian praktikan membuat grafik plot nilai x kedalaman terhadap n.
7

Praktikum akuisisi data 1D Schelumberger dilakukan dengan tahapan, pertama


praktikan mendownload data 1D Schelumberger dan menginstal aplikasi
ERsim yang telah diberikan, lalu praktikan menghitung nilai K konfigurasi
Schelumberger dalam Microsoft Excel dengan rumus =2*PI()*((1/(A2-B2)-
1/(AB/2+MN/2)-1/(AB/2+MN/2)+1/(AB/2-MN2))^(-1)), kemudian praktikan
memasukan data posisi elektroda A, B, M, dan N pada aplikasi ERsim dengan
nilai I tertentu (nilai I diperbesar ketika nilai V yang didapat kurang dari 10V)
dengan model A untuk mendapatkan nilai V yang kemudian akan dimasukan
dan diolah dalam Microsoft Excel untuk mendapatkan nilai Rho dengan rumus
=K*V/I. Setelah itu praktikan membuat polt penampangnya dengan
menggunakan fitur Chart pada Microsoft Excel.

Adapun jalanya pelaksanaan praktikum akuisisi data 2D Dipole-dipole


dilakukan dengan, pertama praktikan mendownload data 2D Dipole-dipole dan
menginstal aplikasi Ersim yang telah diberikan, lalu praktikan menghitung
nilai K konfigurasi Dipole-dipole dalam Microsoft Excel dengan rumus
K=((22/7)*(6)*(n))*((1+n)*(2+n)), kemudian praktikan memasukan data posisi
elektroda A, B, M, dan N pada aplikasi ERsim dengan nilai I tertentu (nilai I
diperbesar ketika nilai V yang didapat kurang dari 10V) dengan model A untuk
mendapatkan nilai V yang kemudian akan dimasukan dan diolah dalam
Microsoft Excel untuk mendapatkan nilai Rho dengan rumus =K*V/I,
selanjutnya praktikan menghitung nilai x kedalaman dalam Microsoft dengan
rumus =(B+N)/2. Terakhir praktikan membuat polt penampangnya
menggunakan fitur Chart pada Microsoft Excel dengan nilai x kedalaman
sebagi variabel X dan nilai n sebagai variabel Y.

Pada pelaksanaan praktikum akuisisi data 2D Wenner tahapan-tahapan yang


dilakukan adalah pertama praktikan mendownload data 2D Wenner dan
menginstal aplikasi Ersim yang telah diberikan, lalu menghitung nilai a dengan
spasi 10 dalam Microsoft Excel dengan rumus = spasi X n, selanjutnya
praktikan menghitung nilai A dengan nilai A awal pada posisi -100 dengan
rumus =A diatasnya + a, lalu praktikan menghitung nilai B dengan rumus
=A+(3*a), kemudian praktikan meghitung nilai M dengan rumus =A+(1*a),
setelah itu praktikan meghitung nilai N dengan rumus =A+(2*a), selanjutnya
praktikan menghitung nilai K konfigurasi Wenner pada Microsoft Excel
dengan rumus =2*PI()*a. Kemudian praktikan memasukan data posisi
elektroda A, B, M, dan N yang didapat pada aplikasi ERsim dengan nilai I
tertentu (nilai I diperbesar ketika nilai V yang didapat kurang dari 10V) dengan
model B untuk mendapatkan nilai V yang kemudian akan dimasukan dan
diolah dalam Microsoft Excel untuk mendapatkan nilai Rho dengan rumus
=K*V/I, selanjutnya praktikan menghitung nilai x kedalaman dalam Microsoft
dengan rumus =(A+B)/2. Terakhir praktikan membuat polt penampangnya
menggunakan fitur Chart pada Microsoft Excel dengan nilai x kedalaman
sebagi variabel X dan nilai n sebagai variabel Y.
V. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan oleh praktikan dapat diambil kesimpulan
bahwa:

1. Akuisisi data adalah sistem untuk pengambil, pengumpul, dan penyiap data
yang akan diproses, data akan diolah menggunakan komputer untuk kebutuhan
tertentu.
2. Konfigurasi Schelumberger memiliki keuntunngan elektroda yang potensial
tidak terlalu sering dipindahkan, tidak terlalu sensitif terhadap perubahan
lateral dan referensi dan kurva-kurva lebih banyak tetapi memiliki kelemahan
elektroda arus dan pontensial harus diantara 2,5<AB/MN<50 dengan rumus K
=2*PI()*((1/(A2-B2)-1/(AB/2+MN/2)-1/(AB/2+MN/2)+1/(AB/2-MN2))^(-1)).
3. Konfigurasi Dipole-dipole memiliki keuntungan kemampuan penetrasi yang
dalam tanpa mengurangi resolusi horizontal/lateral dan konfigurasi ini juga
memiliki jarak AB dan MN yang tetap serta masing-masing elektroda bergerak
secara berpasangan sehingga memudahkan dalam pengukuran geometris tetapi
memiliki kelemahan tidak sepraktis konfigurasi lainnya, dan jumlah data yang
cukup banyak sehinga memakan waktu yang cukup banyak dengan rumus K
=((22/7)*(6)*(n))*((1+n)*(2+n)).
4. Konfigurasi Wenner memiliki keunggulan memiliki ketelitian pembacaan
tegangan lebih baik dengan angka relative besar tetapi memiliki kelemahan
tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan didekat permukaan dengan rumus K
=2*PI()*a.
DAFTAR PUSTAKA

Rolia; Eva. 2011. Penggunaan Metode Geolistrik Untuk Mendeteksi Keberadaan


Air Tanah. TAPAK Vol. 1 No. 1, hal 4.

Telford, W. M., Geldart, L. P. and Sheriff, R. E., 1990. “Applied Geophysics,


Second Edition”, Cambridge University Press, United State Of America.

Santoso, S. 2002. SPSS Versi 11.5 Cetakan Kedua: Gramedia, Jakarta.

Wilyan Pratama, R. N. 2019. Aplikasi Metode Geolistrik Resitivitas Konfigurasi


Wenner-Sclumberger Untuk Mengidentifikasi Litologi Batuan Bawah
Permukaan Dan Fluida Panas Bumi Way Ratau Di Area Manisfestasi Padok
Di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung.
Jurnal Geofisika Eksplorasi, 30-44.

Loke M.H., 2000. “Topographic Modelling in Electrical Imaging Inversion”.


abstract for the EAGE 62nd Conference and Technical Exhibition Glasgow,
Scotland, 29 May – 2 June”.

Riad Syech, J. M. 2015. Menentukan Lapisan Akuifer Das (Daerah Aliran


Sungai) Siak Dengan Membandingkan Hasil Ukur Metode Geolistrik
Resistivitas Konfigurasi Wenner Dan Konfigurasi Schlumberger . Jurnal
garuda ristekdikti, 601-611.

Samouëlian, A., Cousin, I., Tabbagh, A., Bruand, A., RichardG. 2005. “Electrical
resistivity survey in soil science”. Soil and Tillage Research, Volume 83,
Issue 2, September 2005, pp. 173-193”.

Husein, Umar. 2010. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. SUN
LAMPIRAN
AB/2 MN/2 I V K RHO
1,5 0,5 10 158,49 6,283185307 99,5822039
2,5 0,5 10 51,99 18,84955592 97,9988412
4 0,5 10 18,7 49,48008429 92,5277576
6 0,5 100 71,8 112,3119374 80,639971
6 0,5 100 71,8 112,3119374 80,639971
8 0,5 100 33,18 200,2765317 66,4517532
10 0,5 100 16,39 313,3738672 51,3619768
12 0,5 500 46,8 451,603944 42,2701292
12 0,5 500 46,8 451,603944 42,2701292
15 0,5 500 22,32 706,0729489 31,5190964
15 5 500 296,48 62,83185307 37,2567756
20 5 500 111,15 117,8097245 26,1891018
25 5 500 65,52 188,4955592 24,7004581
30 5 500 48,9 274,8893572 26,8841791
40 5 500 34,33 494,8008429 33,9730259
50 5 500 26,64 777,5441818 41,427554
60 5 500 21,63 1123,119374 48,5861441
75 5 500 16,68 1759,291886 58,6899773
75 10 500 33,5 867,8649706 58,146953
100 10 500 23,65 1555,088364 73,5556796
Tabel 1. Konfigurasi Schelumberger

Gambar 7. Plot Schelumberger


A B M N n x k I V RHO
- - - - -
, , , 1 113,14286 100 23,1 26,136
40 50 30 20 35
- - - - -
, , , 1 113,14286 100 23,1 26,136
30 40 20 10 25
- - - -
, , , 0 1 113,14286 100 23,1 26,136
20 30 10 15
- -
, , 0 , 10 1 -5 113,14286 100 23,1 26,136
10 20
-
0 , , 10 , 20 1 5 113,14286 100 23,1 26,136
10
10 , 0 , 20 , 30 1 15 113,14286 100 23,1 26,136

20 , 10 , 30 , 40 1 25 113,14286 100 23,1 26,136

30 , 20 , 40 , 50 1 35 113,14286 100 23,1 26,136


- - - - -
, , , 2 452,57143 500 12,69 11,4863
40 50 20 10 30
- - - -
, , , 0 2 452,57143 500 12,69 11,4863
30 40 10 20
- - -
, , 0 , 10 2 452,57143 500 12,69 11,4863
20 30 10
- -
, , 10 , 20 2 0 452,57143 500 12,69 11,4863
10 20
-
0 , , 20 , 30 2 10 452,57143 500 12,69 11,4863
10
10 , 0 , 30 , 40 2 20 452,57143 500 12,69 11,4863

20 , 10 , 40 , 50 2 30 452,57143 500 12,69 11,4863


- - - -
, , , 0 3 1131,4286 1000 10,12 11,4501
40 50 10 25
- - -
, , 0 , 10 3 1131,4286 1000 10,12 11,4501
30 40 15
- -
, , 10 , 20 3 -5 1131,4286 1000 10,12 11,4501
20 30
- -
, , 20 , 30 3 5 1131,4286 1000 10,12 11,4501
10 20
-
0 , , 30 , 40 3 15 1131,4286 1000 10,12 11,4501
10
10 , 0 , 40 , 50 3 25 1131,4286 1000 10,12 11,4501
- - -
, , 0 , 10 4 2262,8571 2000 12,25 13,86
40 50 20
- - -
, , 10 , 20 4 2262,8571 2000 12,25 13,86
30 40 10
- -
, , 20 , 30 4 0 2262,8571 2000 12,25 13,86
20 30
- -
, , 30 , 40 4 10 2262,8571 2000 12,25 13,86
10 20
-
0 , , 40 , 50 4 20 2262,8571 2000 12,25 13,86
10
- - -
, , 10 , 20 5 3960 2500 10,45 16,5528
40 50 15
- -
, , 20 , 30 5 -5 3960 2500 10,45 16,5528
30 40
- -
, , 30 , 40 5 5 3960 2500 10,45 16,5528
20 30
- -
, , 40 , 50 5 15 3960 2500 10,45 16,5528
10 20
- - -
, , 20 , 30 6 6336 3500 10,63 19,2433
40 50 10
- -
, , 30 , 40 6 0 6336 3500 10,63 19,2433
30 40
- -
, , 40 , 50 6 10 6336 3500 10,63 19,2433
20 30
- -
, , 30 , 40 7 -5 9504 4500 10,37 21,9014
40 50
- -
, , 40 , 50 7 5 9504 4500 10,37 21,9014
30 40
- -
, , 40 , 50 8 0 13577,143 6000 10,84 24,5294
40 50
Tabel 2. Tabel Dipole-dipole

Gambar 8. Plot Dipole-dipole


step spasi n a x A MB N k I V Rho
- - - -
1 10 1 10 -70 62,8319 100 37,78 23,7379
85 100 90 80
- - -
2 10 1 10 -90
-60 62,8319 100 38,14 23,9641
75 80 70
- - -
3 10 1 10 -80
-50 62,8319 100 39,82 25,0196
65 70 60
- - -
4 10 1 10 -70
-40 62,8319 100 48,21 30,2912
55 60 50
- - -
5 10 1 10 -60
-30 62,8319 100 48,12 30,2347
45 50 40
- - -
6 10 1 10 -50
-20 62,8319 100 47,24 29,6818
35 40 30
- - -
7 10 1 10 -40
-10 62,8319 100 40,8 25,6354
25 30 20
- - -
8 10 1 10 -30
0 62,8319 100 41,79 26,2574
15 20 10
-
9 10 1 10 -5 -20 10 0 62,8319 100 58,61 36,8257
10
10 10 1 10 5 -10 20 0 10 62,8319 100 73,55 46,2128
11 10 1 10 15 0 30 10 20 62,8319 100 90,08 56,5989
12 10 1 10 25 10 40 20 30 62,8319 100 88,37 55,5245
13 10 1 10 35 20 50 30 40 62,8319 100 89,84 56,4481
14 10 1 10 45 30 60 40 50 62,8319 100 77,15 48,4748
15 10 1 10 55 40 70 50 60 62,8319 100 69,76 43,8315
16 10 1 10 65 50 80 60 70 62,8319 100 64,39 40,4574
17 10 1 10 75 60 90 70 80 62,8319 100 57,01 35,8204
18 10 1 10 85 70 100 80 90 62,8319 100 46,29 29,0849
- - - -
19 10 2 20 -40 125,664 100 14,64 18,3972
70 100 80 60
- - -
20 10 2 20 -90 -30 125,664 100 12,68 15,9342
60 70 50
- - -
21 10 2 20 -80 -20 125,664 100 12,62 15,8588
50 60 40
- - -
22 10 2 20 -70 -10 125,664 100 15,91 19,9931
40 50 30
- - -
23 10 2 20 -60 0 125,664 100 14,68 18,4474
30 40 20
- - -
24 10 2 20 -50 10 125,664 100 15,69 19,7166
20 30 10
- -
25 10 2 20 -40 20 0 125,664 100 23,31 29,2922
10 20
-
26 10 2 20 0 -30 30 10 125,664 100 23,19 29,1414
10
27 10 2 20 10 -20 40 0 20 125,664 100 23,19 29,1414
28 10 2 20 20 -10 50 10 30 125,664 100 24,07 30,2473
29 10 2 20 30 0 60 20 40 125,664 100 29,57 37,1588
30 10 2 20 40 10 70 30 50 125,664 100 29,1 36,5681
31 10 2 20 50 20 80 40 60 125,664 100 26,46 33,2506
32 10 2 20 60 30 90 50 70 125,664 100 20,93 26,3014
33 10 2 20 70 40 100 60 80 125,664 100 15,41 19,3648
- - - -
34 10 3 30 -10 188,496 500 39,28 14,8082
55 100 70 40
- - -
35 10 3 30 -90 0 188,496 500 47,59 17,941
45 60 30
- - -
36 10 3 30 -80 10 188,496 500 50,64 19,0908
35 50 20
- - -
37 10 3 30 -70 20 188,496 500 53,31 20,0974
25 40 10
- -
38 10 3 30 -60 30 0 188,496 500 52,06 19,6262
15 30
-
39 10 3 30 -5 -50 40 10 188,496 500 45,67 17,2172
20
-
40 10 3 30 5 -40 50 20 188,496 500 48,98 18,465
10
41 10 3 30 15 -30 60 0 30 188,496 500 41,29 15,566
42 10 3 30 25 -20 70 10 40 188,496 500 31,94 12,0411
43 10 3 30 35 -10 80 20 50 188,496 500 37,34 14,0768
44 10 3 30 45 0 90 30 60 188,496 500 47,18 17,7864
45 10 3 30 55 10 100 40 70 188,496 500 43,07 16,237
- - - -
46 10 4 40 20 251,327 500 32,18 16,1754
40 100 60 20
- - -
47 10 4 40 -90 30 251,327 500 36,39 18,2916
30 50 10
- -
48 10 4 40 -80 40 0 251,327 500 35,1 17,6432
20 40
- -
49 10 4 40 -70 50 10 251,327 500 23,93 12,0285
10 30
-
50 10 4 40 0 -60 60 20 251,327 500 19,5 9,80177
20
-
51 10 4 40 10 -50 70 30 251,327 500 17,37 8,73111
10
52 10 4 40 20 -40 80 0 40 251,327 500 15,73 7,90676
53 10 4 40 30 -30 90 10 50 251,327 500 13,9 6,9869
54 10 4 40 40 -20 100 20 60 251,327 500 11,78 5,92127
- - -
55 10 5 50 50 0 314,159 500 24,49 15,3875
25 100 50
- -
56 10 5 50 -90 60 10 314,159 500 20,53 12,8994
15 40
-
57 10 5 50 -5 -80 70 20 314,159 500 12,39 7,78487
30
-
58 10 5 50 5 -70 80 30 314,159 1000 17,55 5,5135
20
59 10 5 50 15 -60 90 - 40 314,159 1000 16,43 5,16164
10
60 10 5 50 25 -50 100 0 50 314,159 1000 16,21 5,09252
- - -
61 10 6 60 80 20 376,991 1000 26,31 9,91864
10 100 40
-
62 10 6 60 0 -90 90 30 376,991 1000 15,41 5,80943
30
-
63 10 6 60 10 -80 100 40 376,991 1000 11,82 4,45604
20
Tabel 3. Tabel Wenner

Gambar 9. Plot Wenner

Anda mungkin juga menyukai