Oleh
Fadhil Muhammad Nizam
2115051038
NPM : 2115051038
Fakultas : Teknik
Kelompok : 3 (Tiga)
i
KOREKSI GAYABERAT
Oleh:
ABSTRAK
Telah dilakukan praktikum Metode Gaya Berat, pada hari Senin, 27 Maret 2023
secara offline di Ruang kuliah 3.3, Gedung Teknik Geofisika. Pada praktikum kali
ini, membahas mengenai koreksi gayaberat. Dengan tujuan agar mahasiswa dapat
memahami serta dapat melakukan pengolahan koreksi gayaberat seperti koreksi
lintang, koreksi udara bebas dan koreksi bouger. Koreksi lintang merupakan
koreksi yang dilakukan karena bentuk bumi yang tidak bulat sempurna. Koreksi
udara bebas merupakan koreksi yang dilakukan terhadap titik-titik pengukuran
yang terletak pada ketinggian h dari permukaan air laut. Anomali Bouguer pada
dasarnya adalah perbedaan antara nilai gaya berat hasil pengukuran (gobs) dengan
nilai gaya berat teoritis (g) dimana g ini dihitung berdasarkan nilai gnormal yang
kemudian dikoreksi. Konsep anomali gayaberat menekankan pada aspek
perbedaan yang merefleksikan variasi rapat massa pada suatu daerah dengan
sekitarnya baik horisontal atau vertical. Pola kontur pada peta kontur elevasi dan
peta kontur gravitasi observasi memiliki pola kontur yang hampir sama tetapi
memiliki nilai yang saling berbanding terbalik, dimana pada pada elevasi yang
tinggi nilai percepatan gravitasinya rendah
ii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Tujuan Praktikum ........................................................................................... 1
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gaya berat merupakan salah satu cara atau metode yang digunakan pada ilmu
geofisika untuk melihat atau mengambarkan struktur yang ada di bawah
permukaan tanah. Pengukuran gaya berat dapat dilakukan berdasarkan variasi
medan gravitasi bumi, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan densitas
secara lateral. Gaya berat pada umumnya digunakan untuk memahami dan
memberikan suatu informasi dan konfirmasi terkait dengan struktur geologi
yang terdapat pada tanah, baik yang terlihat atau tertutup permukaan tanah.
Penggunaan metoda gaya berat untuk eksplorasi sumber daya alam, studi
keilmuan dan maksud lainnya dilakukan dengan menerapkan Konsep Anomali
gayaberat (Anomali Bouguer) yaitu perbedaan nilai gaya berat terukur dengan
nilai gaya berat acuan, yaitu nilai gaya berat teoritis untuk suatu model teoritis
Bumi ( Spheroid, Geoid). Perbedaan tersebut merefleksikan variasi rapat massa
yang terdapat pada suatu daerah dengan daerah sekelilingnya kearah
lateral,maupun kearah vertikal. Tujuan akhir penerapan metoda gayaberat pada
eksplorasi sumber daya alam maupun studi keilmuan (geologi regional,
tektonik, dsb) adalah mendapatkan gambaran bawah permukaan anomali rapat
massa. Besar kecilnya, kedalaman, arah dari anomali rapat massa didapatkan
dari interpretasi model gaya berat dari suatu anomali gaya berat terukur. Harga
gaya berat terukur merupakan total gaya percepatan yang diderita oleh suatu
titik akibat bermacam sumber.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu agar mahasiswa dapat memahami
serta dapat melakukan pengolahan koreksi gayaberat seperti koreksi lintang,
koreksi udara bebas dan koreksi bouger.
II. TEORI DASAR
Metode gaya berat adalah salah satu metode geofisika yang dapat digunakan
untuk mengetahul kondisi geologi bawah permukaan, baik perubahan lateral
maupun vertikal yang berdasarkan parameter fisis rapat massa (densitas) batuan.
Gaya berat adalah salah satu metode geofisika yang dapat digunakan untuk
mengetahul konfigurasi cekungan, baik secara lateral maupun vertical,
berdasarkan atas parameter fisik rapat massa (densitas) batuan. Analisis data gaya
berat dilakukan dengan menggunakan metode analisis spektrum yang bertujuan
untuk memperkirakan kedalaman sumber anomali dalam dan dangkal, dan
kemudian untuk memisahkan anomali regional dan sisa (residuan) digunakan
metode moving avevage (Setiadi,2010)
Metode gaya berat (gravitasi) adalah salah satu metode yang sering digunakan
dalam survey geofisika yang didasarkan pada pengukuran variasi medan gravitasi
bumi. Adanya variasi gaya berat disebabkan oleh adanya variasi densitas (rapat
massa) dan jenis batuan bawah permukaan, perbedaan jarak permukaan bumi
sampai ke pusat bumi dan adanya perbedaan topografi di setiap titik di permukaan
bumi. Dalam metode gravitasi, pengukuran dilakukan terhadap nilai komponen
vertikal dari percepatan gravitasi di suatu tempat. Namun pada kenyataannya,
bentuk bumi tidak bulat sehingga terdapat variasi nilai percepatan gravitasi untuk
masing-masing tempat. Hal-hal yang dapat mempengaruhi nilai percepatan
gravitasi adalah perbedaan derajat garis lintang, perbedaan ketinggian (topografi),
kedudukan bumi dalam tata surya, variasi rapat massa batuan di bawah
permukaan bumi, perbedaan elevasi tempat pengukuran dan hal lain yang dapat
memberikan kontribusi nilai gravitasi, misalnya bangunan dan lain-lain (Sarkowi,
2014).
m1 dan m2 berbanding lurus dengan hasil kali kedua massanya dan berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua pusat massanya”. Pada metode
gravitasi terdapat beberapa koreksi, salah satunya yaitu koreksi penyimpangan
alat yang merupakan koreksi pada data gravitasi akibat perbedaan pembacaan
nilai gravitasi di stasiun yang sama pada waktu yang berbeda oleh gravimeter.
Perbedaan tersebut disebabkan karena terjadi guncangan pegas dan perubahan
temperatur pada alat gravimeter selama proses perjalanan dari satu stasiun ke
stasiun berikutnya. Komponen gravimeter dirancang dengan sistem keseimbangan
pegas yang dilengkapi dengan massa beban yang tergantung diujungnya. Karena
pegas yang tidak elastis sempurna, maka sistem pegas mengembang dan
menyusut perlahan sebagai fungsi waktu. Untuk menghilangkan efek tersebut,
proses akusisi data atau pengukuran dirancang dalam suatu lintasan tertutup
sehingga besar penyimpangan tersebut dapat diketahui (Reynolds, 1997).
Metode interpretasi gaya berat dilakukan setelah melakukan pengolahan data gaya
berat hasil observasi. Dilakukan analisis kontur dan anomali bouger data hasil
olahan sehingga diketahui sumber anomali menggunakan metode pemisahan peta.
Metode pemisahan peta yang di gunakan adalah upward continuation dan
menggunakan filter moving average untuk mengambil anomali regional dari
anomali gaya berat dengan menggunakan penedekatan sinyal gaya berat yang
berasal dari topografi batuan dasar (Annecchione, 2001)
Data yang yang sudah dilakukan koreksi-koreksi maka didapat nilai anomali
bouger. Anomali bouger merupakan penjumlahan dari anomali regional dan
anomali residual. Secara sederhana, jika ditinjau dari segi luas anomali regional
akan mempunyai luas anomali yang lebih besar dari anomali residual. Untuk
kedalaman anomali residual lebih dangkal dari anomali regional. kedua anomali
tersebut saling berinteraksi dan menimbulkan anomali yang tumpang tindih
(Purnomo, 2013).
Anomali Bouger di suatu titik amat merupakan penyimpangan harga gaya berat
pengamatan (Gobs) terhadap perkiraan harga gaya berat normal di titik tersebut.
Anomali Bouger di titik amat pada ketinggian h merupakan anomali kumulatif
akibat semua penyebab anomali baik yang berada dibawah permukaan maupun
yang berada diatas permukaan (Lowrie, 2007).
Anomali bouger yang didapat dari pengolahan data masih merupakan nilai
super\posisi dari anomali regional dan anomali residualnya. Mengetahui
kedalaman dari anomali regional dan residual merupakan hal yang penting karena
dari nilai kedalaman anomali tersebut dapat ditentukan posisi atau kedalaman
target. Maka dari itu, untuk memperoleh anomali residual yang merepresentasikan
benda-benda anomali di kedalaman dangkal maka perlu dilakukannya pemisahan
.
4
antara anomali regional dan anomali residual dengan cara mengurangi anomali
Bouger dengan anomali regionalnya (Sari, 2012).
Anomali Bouguer pada dasarnya adalah perbedaan antara nilai gaya berat hasil
pengukuran (gobs) dengan nilai gaya berat teoritis (g) dimana g ini dihitung
berdasarkan nilai gnormal yang kemudian dikoreksi dengan koreksi udara bebas
(free air correction), koreksi Bouguer (bouguer correction), dan koreksi medan
(terrain correction). G normal pada dasarnya merupakan aproksimasi nilai gaya
berat teoritis berdasarkan fungsi lintang (latitude) yang beracuan kepada bidang
referensi perhitungan geodesi tertentu. Persamaan gaya berat Internasional dikenal
sebagai Reference Gravity Formula 1967. Kemudian persamaan tersebut
berkembang dengan menggunakan acuan geodesi 1984 sebagai Normal Gravity.
Sedangkan gobs merupakan nilai hasil pembacaan gaya berat di lapangan yang
telah dikoreksi dengan koreksi pasang surut (tide correction) dan koreksi apungan
(drift correction) (Blakely, 1995)
Koreksi udara bebas merupakan koreksi yang disebabkan oleh pengaruh variasi
ketinggian terhadap medan gravitasi bumi. Koreksi udara bebas (Free air
Correction) tidak memperhitungkan massa batuan yang terdapat di antara stasiun
pengukuran dengan bidang geoid. Koreksi dilakukan dengan cara menambahkan
atau mengurangi nilai gravitasi terhadap besar nilai koreksi udara bebas,
tergantung kepada posisi stasiun pengukuran terhadap posisi bidang geoid
(Rahman, 2012)
Koreksi lintang merupakan koreksi yang dilakukan karena bentuk bumi yang
tidak bulat sempurna, terdapat perbedaan jari-jari bumi di kutub dengan
khatulistiwa dimana nilai gayaberat dikutub lebih besar dibandingkan dengan nilai
gayaberat di khatulistiwa. Koreksi udara bebas merupakan koreksi yang dilakukan
terhadap titik-titik pengukuran yang terletak pada ketinggian h dari permukaan air
laut. Koreksi udara bebas dilakukan dengan menghitung selisih ketinggian titik
amat dengan datum tanpa memperhitungkan adanya massa di antara titik tersebut.
Untuk itu diperlukan koreksi untuk menghilangan pengaruh adanya massa dari
dantum sampai ketinggian titik tersebut. Koreksi bouger dilakukan untuuk
menghilangkan efek gayaberat dari lempeng massa kerak siatas titik pengukuran
sehingga dengan demikian bila terdapat anomali itu merupakan anomali yang
ditimbulkan oleh rapat massa di bawah permukaan di titik tersebut. Koreksi
terrain merupakan koreksi akibat adanya efek massa disekitar titik observasi
misalnya gunung, gedung, limbah dan lain-lain. Koreksi ini diterapkan sebagai
akibat dari pendekatan koreksi Bouger dengan slab horizontal tak terhingga,
padahal dalam kenyataan bahwa permukaan bumi tidak datar, tetapi berundulasi
sesuai dengan topografinya (Sarkowi, 2021).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah
sebagai berikut :
B. Diagram Alir
Mulai
Selesai
A. Hasil Praktikum
Adapun data pengamatan pada praktikum kali ini terlampir dalam lampiran.
B. Pembahasan
Pada peta kontur gravitasi normal didapatkan peta kontur dengan kenampakan
kontur yang hampir sejajar dikarenakan peta gravitasi normal menggunakan
data koreksi lintang, dimana tiap titik pengkuran berada pada derajat lintang
yang tiak cukup jauh sehingga didapatkan nilai gravitasi yang hampir sama tiap
titik pengukuranya, sehingga menyebabkan didapatkannya peta kontur dengan
kenampkan yang hampir sejajar dengan rentang nilai kontur yang berkisar
antara 978077,274 - 978077,302 m.gal.
Pada peta kontur gravitasi observasi, dimana pada peta kontur ini
menggunakan data nilai gravitasi yang telah dikoreksi terhadap anomali pasang
surut dan juga apungan, pada peta ini didapatkan peta dengan kontur nilai
gravitasi yang masih dipengauhi oleh anomali lintang, udara bebas dan anomali
massa (Bouger), secara kenampakan peta kontur gravitasi obsevasi memiliki
kontur yang cukup berbeda dengan kontur pada peta elavasi dengan rentang
nilai kontur yang berkisar antara 9778870 – 978060 m.gal.
Untuk peta kontur FAA (Free Air Anomaly) didapatkan peta kontur dengan
kenampakan yang berbeda dari peta kontur sebelumnya, dimana pada peta ini
memiliki kerapatan kontur yang lebih jarang dari peta sebelumnya akibat
dihilangkanya pengaruh dari ketinggian titik pengukuran, peta kontur ini
memiliki rentang nilai kontur yang berkisar antara 85 - 155 m.gal.
Pada peta kontur SBA (Simple Bouger Anomaly) memiliki kenampakan kontur
yang sangat berbeda dari peta sebelumnya dimana pada peta ini bentuk kontur
peta berubah secara signifikan dari kontur elevasi. Pada peta kontur SBA ini
memiliki rentang nilai kontur yang berkisar antara 55 – 81m.gal.
9
Pola kontur pada peta kontur elevasi dan peta kontur gravitasi observasi
memiliki pola kontur yang hampir sama tetapi memiliki nilai yang saling
berbanding terbalik, dimana pada pada elevasi yang tinggi nilai percepatan
gravitasinya rendah, hal ini dikarenakan nilai percepatan gravitasi dipengaruhi
oleh jarak permukaan bumi terhadap pusat bumi dan juga massa dibawahnya,
semakin jauh jarak antara permukaan bumi terhadap pusat bumi, maka semakin
kecil nilai percepatan garvitasinya. Jarak permukaan bumi dengan pusat bumi
yang jauh juga dapat berarti semakin besar atau banyak massa dibawah
permukaan titik pengukuran yang akan mempengaruhi nilai percepatan
gravitasi, sehingga menyebabkan nilai percepatan gravitasi yang lebih kecil
pada titik pengkukuran dengan elevasi yang tinggi.
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum geologi struktur ini adalah
sebagai berikut:
1. Koreksi lintang merupakan koreksi yang dilakukan karena bentuk bumi
yang tidak bulat sempurna.
2. Koreksi udara bebas merupakan koreksi yang dilakukan terhadap titik-titik
pengukuran yang terletak pada ketinggian h dari permukaan air laut.
3. Anomali Bouguer pada dasarnya adalah perbedaan antara nilai gaya berat
hasil pengukuran (gobs) dengan nilai gaya berat teoritis (g) dimana g ini
dihitung berdasarkan nilai gnormal yang kemudian dikoreksi dengan
koreksi udara bebas (free air correction), koreksi Bouguer (bouguer
correction), dan koreksi medan (terrain correction).
4. Konsep anomali gayaberat menekankan pada aspek perbedaan gayaberat
terukur dengan nilai gayaberat acuan untuk model teoritis bumi (spheroid).
Perbedaan tersebut merefleksikan variasi rapat massa yang terdapat pada
suatu daerah dengan sekitarnya baik horisontal atau vertical.
5. Pola kontur pada peta kontur elevasi dan peta kontur gravitasi observasi
memiliki pola kontur yang hampir sama tetapi memiliki nilai yang saling
berbanding terbalik, dimana pada pada elevasi yang tinggi nilai percepatan
gravitasinya rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, R.J. 1995. Potential Theory in Gravity and Magnetic Applications. New
York: Cambridge University Press.