Anda di halaman 1dari 23

PEMODELAN INVERSI 1-DIMENSI DATA

MAGNETOTELLURIK
(Laporan Praktikum Elektromagnetik)

Oleh

Farhan Ibnu Hakim


2155051006

LABORATORIUM PENGOLAHAN DAN PEMODELAN DATA GEOFISIKA


JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
Judul Praktikum : Pemodelan Inversi 1-Dimensi Data Magnetotellurik

Tanggal Praktikum : 13 April 2023

Tempat Praktikum : Online via Google Meet

Nama : Farhan Ibnu Hakim

Npm : 2155051006

Fakultas : Teknik

Jurusan : Teknik Geofisika

Kelompok : 1 (Satu)

Bandar Lampung, 28 April 2023


Mengetahui,
Asisten

Ambrosius Hernawan Wibisono


NPM. 1915051021

i
PEMODELAN INVERSI 1-DIMENSI DATA
MAGNETOTELLURIK

Oleh

Farhan Ibnu Hakim

ABSTRAK

Telah dilaksanakan praktikum Elektromagnetik di online via google meet yang


membahas tentang “Pemodelan Inversi 1-Dimensi Data Magnetotellurik” pada
tanggal 13 April 2023. Praktikum ini adalah praktikum ketiga dalam mata kuliah
praktikum elektromagnetik pada semester 4, diawali dengan instalasi software
WinGLink. Praktikum kali ini menggunakan data praktikum (*.edi).
Magnetotellurik merupakan salah satu metode geofisika pasif yang dapat
menggambarkan struktur resistivitas di bawah permukaan. Selain itu MT juga
dapat mendukung hasil penelitian dari studi geologi dan geokimia dalam
penyusunan strategi pengembangan lapangan panas bumi. Permodelan 1D data
magnetotellurik menggunakan inversi Bostick. Inversi Bostick ini merupakan
suatu perkiraan yang digunakan untuk mendapatkan kurva tahanan jenis semu dan
juga sebagai pertimbangan pola sebaran tahanan jenis terhadap kedalaman,
dimana informasi fasa tidak ada (tidak dapat dipercaya). Dalam pemodelan
geofisika secara umum dibedakan ke dalam dua cara, yaitu pemodelan kedepan
(forward modeling) dan pemodelan inversi (inverse modelling).

ii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................i

ABSTRAK. ..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI . .........................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................iv

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang. ................................................................................1
B. Tujuan Praktikum .............................................................................1

II. TEORI DASAR

III. METODOLOGI PRAKTIKUM


A. Alat Dan Bahan ................................................................................5
B. Diagram Alir ....................................................................................6

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan .............................................................................7
B. Pembahasan ......................................................................................7

V. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Modul Praktikum Elektromagnetik..........................................................5

Gambar 2. Laptop .....................................................................................................5

Gambar 3. Alat Tulis..................................................................................................5

Gambar 4. Software WinGLink ................................................................................5

Gambar 5. Diagram Alir ............................................................................................6

iv
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Magnetotellurik merupakan metode pasif geofisika yang memanfaatkan medan
magnet dan medan listrik alamiah bumi untuk mengetahui distribusi parameter
fisis bawah permukaan. Pada magnetotellurik 1 dimensi (MT 1D), terdapat 8
asumsi dasar yaitu: 1) Persamaan elektromagnetik Maxwell, 2) Bumi tidak
menghasilkan energi electromagnet, 3) Medan dapat dikonversi dan dianalisa
dari sumbernya, 4) Medan EM alami yang dihasilkan oleh sistem ionosfer
dianggap uniform, 5) Tidak terdapat akumulasi muatan bebas pada lapisan-
lapisan Bumi, 6) Bumi sebagai medium konduktor, 7) Medan perpindahan
elektrik bersifat kuasistatik, 8) Variasi permitivitas listrik dan permeabilitas
magnet dalam batuan diasumsikan tidak ada. Kedelapan asumsi dasar inilah
yang digunakan sebagai acuan penurunan persamaan-persamaan pada MT 1D.
Metode magnetotellurik melibatkan pengukuran fluktuasi medan listrik dan
medan magnet alami yang saling tegak lurus di permukaan bumi yang
digunakan untuk mengukur nilai konduktivitas batuan di bawah permukaan
bumi dari kedalaman beberapa meter sampai kedalaman beberapa kilometer.
Pada kasus magnetotellurik (MT) 1D, resistivitas hanya bervariasi terhadap
kedalaman sehingga model dapat direpresentasikan oleh lapisan-lapisan
horisontal dengan parameter model adalah resistivitas dan ketebalan tiap-tiap
lapisan. Proses inversi bertujuan untuk mendapatkan model optimal yang
dilakukan dengan cara mencari nilai minimum suatu fungsi obyektif. Fungsi
tersebut menggambarkan perbedaan antara data teoritik sebagai respons model
yang diberikan dengan data observasi.

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat memahami inversi 1D data magnetotellurik.
2. Mahasiswa mampu menggunakan software WinGLink.
3. Mahasiswa dapat melakukan pengolahan dan pemodelan inversi 1D data
magnetotellurik.
II. TEORI DASAR

Geofisika menurut ilmu etimologi terdiri dari kata geo dan fisika. Secara garis
besar geofisika adalah ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip fisika untuk
mengetahui dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan bumi, atau
dapat pula diartikan sebagai studi yang mempelajari bumi dengan menggunakan
prinsip-prinsip fisika. Ilmu geofisika bagi kebanyakan masyarakat umum masih
sering tertukar dengan ilmu geologi. Hal tersebut merupakan hal yang wajar
dikarenakan kedua ilmu kadang sulit dibedakan secara pasti karena memiliki
objek kajian yang sama. Geofisika adalah bagian utama dari ilmu alam dan
cabang inti (core) dari geologi. Hal ini berkaitan dengan proses fisika dan sifat
fisika bumi dan di sekelilingnya yang menggunakan metode kuantitatif dalam
analisisnya (Balasubramanian, 2017 dalam Syukri, 2020).

Metode geofisika sebagai pendeteksi perbedaan tentang sifat fisis di dalam bumi.
Kemagnetan, kepadatan, kekenyalan, dan tahanan jenis adalah sifat fisis yang
paling umum digunakan untuk mengukur penelitian yang memungkinkan
perbedaan di dalam bumi untuk ditafsirkan kaitannya dengan struktur mengenal
lapisan tanah, berat jenis batuan dan rembesan isi air dan mutu air (Todd, 1959).

Salah satu metode yang banyak digunakan dalam prospek geofisika adalah
metode elektromagnetik (EM), biasanya digunakan untuk eksplorasi benda-benda
konduktif. Metode elektromagnetik merupakan metode geofisika yang
memanfaatkan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan kebawah
permukaan bumi. Sumber gelombang elektromagnetik bisa berasal dari alam
(natural source) ataupun sumber buatan (artificial source). Pada metode EM
parameter yang diukur merupakan respon terhemp radiasi elektromagnetik yang
diterima oleh sensor atau receiver. Perubahan komponen- komponen medan
magnet akibat variasi konduktivitas dimanfaatkan untuk menentukan struktur
bawah permukaan. Konsep penjalaran gelombang elektromagnetik di bumi dapat
dipahami sebagai proses induksi elektromagnetik (Jiracek, 2010).

Medan elektromagnetik alam merambat secara vertikal ke bumi. Adanya kontras


resistivity antara udara dan bumi, berdampak pada terjadinya pembelokan vertikal
3

medan magnet dan listrik yang ditransmisikan ke dalam bumi. Medan magnet H
menginduksi batuan konduktif dalam bumi. Jika terdapat benda konduktor atau
ore body dibawah permukaan bumi, medan magnetik ini menghasilkan arus listrik
yang dinamakan arus eddy atau arus tellurik. Arus ini akan menimbulkan medan
magnetik sekunder (B), maka terjadilah medan elektromagnetik sekunder. Medan
listrik dan medan magnetik sekunder ini yang akan diukur (Unsworth, 2006).

Metode magnetotellurik adalah salah satu metode geofisika pasif yang digunakan
untuk mengukur arus listrik alami dalam bumi, di mana arus litrik ini adalah hasil
respon yang dihasilkan oleh induksi magnet arus listrik di ionosfer. Metode ini
digunakan untuk menentukan sifat listrik bahan pada kedalaman yang relatif
besar. Metode ini mengukur potensi listrik pada stasiun pangkalan dan stasiun
survei dengan variasi medan magnet yang menghasilkan gelombang
elektromagnetik yang kontinyu dengan rentang frekuensi antara 104 – 10-5 Hz
(Rachman, 2016).

Adapun pada pengolahan data MT dilakukan dari data mentah berupa time series
sampai diperoleh nilai resistivitas semu dan fase. Teori yang digunakan pada
proses pengolahan data MT diantaranya adalah Fourier Transform untuk
mengubah data time series domain menjadi frequency domain, robust processing
yang berguna sebagai filter noise di awal, menghitung nilai impedansi,
menghitung nilai resistivitas semu dan fase, melakukan inverse 1 dan inverse 2
dimensi. terdapat data time series yang merupakan Salah satu time series terdiri
dari informasi tentang periode dan penetrasi kedalaman. Langkah awal dalam
pengolahan data adalah mentransformasikan dari domain waktu menjadi domain
frekuensi menggunakan transformasi fourier (Grandis, 1999).

Metode magnetotellurik memanfaatkan medan elektromagnetik dari alam. Medan


tersebut dipancarkan oleh berbagai proses yang kompleks dengan rentang
frekuensi yang lebar. Sumber medan elektromagnetik pada metode
magnetotellurik dibagi menjadi dua, yaitu sumber dengan frekuensi rendah (< 1
Hz) dan frekuensi tinggi (>1 Hz). Pada frekuensi rendah, sumber medan
elektromagnetik berasal dari solar wind. Solar wind yang mengandung partikel
bermuatan listrik, berinteraksi dengan medan magnet bumi, sehingga
mengakibatkan variasi medan elektromagnetik (Vozzof, 1991).

Pemodelan menggunakan model 1-D yaitu hanya dapat diterapkan pada data yang
memenuhi kriteria data 1-D. Akan tetapi, dengan asumsi tertentu pemodelan 1-D
dapat pula diterapkan pada data yang dianggap mewakili kecenderungan lokal
atau struktur secara garis besar, misalnya impedansi invarian dan impedansi dari
TE mode. Adapun pada pemodelan 1-D menggunakan kurva sounding TE-mode
didasarkan atas anggapan bahwa pengukuran medan listrik searah jurus tidak
terlalu dipengaruhi oleh diskontinuitas lateral tegak lurus jurus. Teknik forward
4

modelling dilakukan dengan menghitung respons dari suatu model untuk


dibandingkan dengan data impedansi (tahanan-jenis semu dan fasa) pengamatan.
Dengan cara coba-coba (trial and error) dapat diperoleh suatu model yang
responsnya paling cocok dengan data, sehingga model tersebut dapat dianggap
mewakili kondisi bawah permukaan. Teknik inverse modelling memungkinkan
kita memperoleh parameter model langsung dari data (Vozoff, 1991).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan untuk praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Modul praktikum Elektromagnetik

Gambar 2. Laptop

Gambar 3. Alat tulis

Gambar 4. Software WinGLink


6

B. Diagram Alir
Adapun diagram alir mengenai proses praktikum kali ini adalah sebagai
berikut.

Mulai

Persiapan data yang akan digunakan dan buat database


project dalam software WinGLink

Input data edi file di database pada software


WinGLink

Buat line dan proses smoothing dengan memasukkan


nilai 5 pada rh dan ph %

Lakukan inversi 1D Bostick dan Occam

Lakukan korelasi penampang 2D hasil pengolahan


inversi 1D data MT

Selesai

Gambar 5. Diagram alir


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Adapun hasil dari praktikum kali ini terdapat pada lampiran.

B. Pembahasan
Telah dilaksanakan praktikum Elektromagnetik di online via google meet yang
membahas tentang “Pemodelan Inversi 1-Dimensi Data Magnetotellurik” pada
tanggal 13 April 2023. Praktikum ini adalah praktikum ketiga dalam mata
kuliah praktikum elektromagnetik pada semester 4, diawali dengan instalasi
software WinGLink. Praktikum kali ini menggunakan data praktikum (*.edi).
Langkah awal yaitu membuat terlebih dahulu folder data tersebut, lalu setelah
itu input data yang terdiri dari 5 titik data, kemudian pilih menu sounding dan
kemudian pilih open station lalu plot semua titik data dan kemudian kita
lakukan running, setelah itu kita lakukan editing pada 5 titik data satu persatu
dengan mengubah mode data tersebut menjadi mode INV (inversi). Setelah itu
kita pilih menu 1D model dan lakukan kegiatan tersebut pada semua data
hingga selesai. serta diberikan penjelasan mengenai materi pemodelan inversi
1-dimensi data magnetotellurik dari awal hingga selesai yang dijelaskan secara
rinci oleh asisten dosen yang bertugas. Kemudian, dibarengi dengan sesi tanya
jawab antara praktikan dengan asisten mengenai materi tersebut. Terakhir
praktikan melaksanakan pengerjaan postest bab pemodelan inversi 1-dimensi
data magnetotellurik. Setelah dilakukannya praktikum ini mahasiswa
diharapkan dapat memahami inversi 1D data magnetotellurik dan mampu
menggunakan software WinGLink serta mahasiswa dapat melakukan
pengolahan dan pemodelan inversi 1D data magnetotellurik.

Magnetotellurik merupakan salah satu metode geofisika pasif yang dapat


menggambarkan struktur resistivitas di bawah permukaan. Metode ini dapat
membantu dalam penentuan zona konduktif atau mineral lempung yang
menjadi penudung bagi reservoar sistem panas bumi. Selain itu MT juga dapat
mendukung hasil penelitian dari studi geologi dan geokimia dalam
penyusunan strategi pengembangan lapangan panas bumi. MT merupakan
metode yang sering dipakai dalam penyelidikan panas bumi karena biaya yang
8

relatif murah dan teknologi pengolahan data yang semakin berkembang.


Dalam kegiatan eksplorasi panas bumi terbagi menjadi 2 bagian yaitu survei
pendahuluan dan penyelidikan rinci. Di dalam survei pendahuluan terdapat 2
buah metode eksplorasi, yaitu eksplorasi langsung dengan menggunakan
metode geokimia untuk mengetahui kandungan unsur kimia yang terdapat
pada sumber air panas dan menggunakan eksplorasi tidak langsung dengan
melakukan survei geofisika. Survei geofisika tersebut bertujuan untuk
mengetahui indikasi batuan penudung (caps rock), suhu fluida di kedalaman,
struktur permukaan bawah tanah. Untuk memastikan potensi panas bumi di
daerah tersebut maka dilakukan survei geofisika dengan menggunakan metode
magnetotellurik (MT). Metode MT diaplikasikan untuk mengetahui berbagai
komponen penting dalam sistem panas bumi seperti batuan penudung (caps
rock), reservoir dan sumber panas. Struktur bawah permukaan dapat dianalisis
dan diidentifikasi sebagai komponen panas bumi dengan mengacu pada hasil
akhir yang berupa penampang sebaran tahanan jenis semu bawah permukaan.

Metoda magnetotellurik (MT) merupakan salah satu metoda eksplorasi


geofisika yang memanfaatkan medan elektromagnetik alam. Medan EM
(elektromagnetik) tersebut ditimbulkan oleh berbagai proses fisik yang cukup
kompleks sehingga spektrum frekuensinya sangat lebar (10-5 Hz - 104 Hz).
Pada frekuensi yang cukup rendah (kurang dari 1 Hz), solar wind yang
mengandung partikel-partikel bermuatan listrik berinteraksi dengan medan
magnet permanen bumi sehingga menyebabkan variasi medan EM. Variasi
pada jangkah frekuensi audio (audio frequency band, di atas 1 Hz) terutama
disebabkan oleh aktivitas meteorologis berupa petir. Petir yang terjadi di suatu
tempat menimbulkan gelombang EM yang terperangkap antara ionosfer dan
bumi (wave guide) dan menjalar mengitari bumi. Permodelan 1D data
magnetotellurik menggunakan inversi Bostick. Inversi Bostick ini merupakan
suatu perkiraan yang digunakan untuk mendapatkan kurva tahanan jenis semu
dan juga sebagai pertimbangan pola sebaran tahanan jenis terhadap
kedalaman, dimana informasi fasa tidak ada (tidak dapat dipercaya). Untuk
dapat mempresentasikan kondisi bawah permukaan secara lebih realistis maka
digunakan model 2D dimana tahanan jenis bervariasi terhadap kedalaman (z)
dan jarak dalam arah penampang atau profil (y) sehingga r (y,z). Dalam hal ini
tahanan jenis medium tidak bervariasi dalam sumbu x yang merupakan arah
struktur (strike). Untuk permodelan 2D berupa model bawah permukaan yang
terdiri dari blok – blok dengan ukuran berbeda. Dalam hal ini parameter 2D
adalah nilai tahanan jenis tiap blok yang mempunyai dimensi lateral (x) dan
vertikal (z).

Dalam pemodelan geofisika secara umum dibedakan ke dalam dua cara, yaitu
pemodelan kedepan (forward modeling) dan pemodelan inversi (inverse
9

modelling). Inverse modelling sering dikatakan sebagai "kebalikan" dari


forward modelling karena dalam inverse modelling parameter model diperoleh
secara langsung dari data. Sistem fisika yang dimaksud adalah fenomena yang
kita tinjau, hasil observasi terhadap sistem adalah data sedangkan informasi
yang ingln diperoleh dari data adalah model atau parameter model. Forward
modelling menyatakan proses perhitungan "data" yang secara teoritis akan
teramati di permukaan bumi jika diketahui harga parameter model bawah
permukaan tertentu. Perhitungan data teoritis tersebut menggunakan
persamaan matematik yang diturunkan dari konsep fisika yang mendasari
fenomena yang ditinjau. Dalam pemodelan data geofisika, dicari suatu model
yang menghasilkan respons yang cocok atau fit dengan data pengamatan atau
data lapangan. Dengan demikian, model tersebut dapat dianggap mewakili
kondisi bawah permukaan di tempat pengukuran data.. Forward modelling
dibuat untuk memperkirakan kondisi bawah permukaan secara teoritis.
Forward modelling yang merupakan hasil proses inversi data yang didapat
dari daerah penelitian akan digunakan sebagai acuan awal dalam pembentukan
model dalam melakukan Inverse Modelling dalam penelitian ini. Sehingga
hasil forward modelling tersebut selanjutnya di bandingkan dengan inverse
modelling untuk melihat seberapa jauh kesesuaian pada kedua model tersebut.
Model dari forward modelling akan diinversikan terlebih dahulu kemudian
hasil dari inversnya akan dibandingkan dengan hasil inversi dari data
lapangan.

Langkah-langkah umtuk penyelesaian tugas pada praktikum ini yaitu pertama


dilakukan adalah melakukan import data dengan file berformat .edi.
Selanjutnya membuat line yang nantinya akan digunakan untuk membuat
penampang x-section model inversi 1D. Selanjutnya kembali ke main window
WinGLink klik sounding. Kemudian pilih open stations from list untuk
memilih stasiun yang akan diproses atau dapat memilih open stations from
map untuk membuka stasiun dari map. Selanjutnya pilih menu 1D Model
dalam pengolahan inversi 1D data MT ini ada 2 macam jenis inversi, yaitu
inversi Bostick dan Occam. Setelah dilakukan proses inversi 1D dari setiap
titik-titik stasiun selanjutnya dapat dilakukan proses pemodelan 1D dalam satu
line. Kemudian kembali ke awal proses ini dengan memilih menu X-Section
pada menu utama. Selanjutnya pilih line yang ingin kita tampilkan sebagai
penampang 2D dan kemudian akan tampil penampang model 2D, kemudian
pilih grid using default parameters untuk memberikan warna contours maka
akan muncul penampang 2D dari hasil pengolahan inversi 1D data
magnetotellurik. Untuk selanjutnya tinggal atur skala warna yang diinginkan
pada menu contours pilih grid color ranges. Dari kegiatan tersebut dapat
diketahui letak komponen penyusun sistem panas bumi seperti clay cap,
reservoir dan hot rock berada di kedalaman 0 – 15000 meter.
10

Adapun resume jurnal yang berkaitan dengan materi ini dua diantaranya
adalah sebagai berikut :

Judul : Pemodelan Inversi Data Magnetotellurik 1-D Menggunakan


Metoda Genetic Algorithm (GA) Dengan Populasi Micro
Genetic Algorithm Kasus 3 Layer dan 5 Layer
Penulis : Nia Maharani
Jurnal : Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 8, Nomor 2, Juli 2018
ISSN 2087-9016

Makalah ini membahas metoda inversi non-linier menggunakan metoda


Genetic Algorithm (GA) yang diinspirasikan oleh proses seleksi alam
(survival for the fittest) dan genetika menggunakan 20 populasi (micro genetic
algorithm). Metoda tersebut diaplikasikan pada inversi data magnetotellurik 1-
D dengan parameter model adalah resistivitas sebagai fungsi dari kedalaman.
Penelitian ini hanya menggunakan data sintetik yang didapat dari model
sintetik. Model sintetik yang digunakan adalah model bumi homogen 3 layer
dan 5 layer. Pertubasi model dilakukan hingga dicapai misfit minimum antara
data teoritik dan data pengamatan. Proses inversi tiga lapis diterapkan pada
model bumi 3 layer dan inversi lima lapis pada model bumi 5 layer dengan
hasil yang cukup memuaskan dengan kata lain dapat mereproduksi kembali
model sintetik. Penerapan metoda algoritma genetik pada pemodelan MT 1-D
dan pemilihan parameter-parameter GA memberikan hasil yang baik pada
model tiga lapis dan lima lapis.

Dengan kata lain, metoda GA mampu menghasilkan kembali model sintetik


bahkan untuk model bumi lebih dari tiga lapis, dalam hali ini model bumi lima
lapis. Namun pada inversi lima lapis untuk model sintetik-2 iterasi yang
dibutuhkan untuk mencapai konvergen lebih lama bila dibandingkan dengan
inversi tiga lapis yaitu 150. Hal ini disebabkan karena jumlah parameter model
yang digunakan lebih banyak pada inversi lima lapis yaitu 9 parameter model
yaitu ρ1, ρ2, ρ3, ρ4, ρ5 dan h1, h2, h3 serta h4. Sedangkan pada inversi tiga
lapis pada model tiga lapis hanya menggunakan 5 parameter model yaitu ρ1,
ρ2, ρ3 dan h1 dan h2. Kurva average misfit dan fitness memiliki pola yang
fluktuatif bila dibandingkan dengan best misfit dikarenakan misfit dan fitness
yang diperoleh adalah misfit dan fitness rata-rata sedangkan best misfit adalah
misfit yang terbaik dari setiap turunan yang dihasilkan dari generasi ke
generasi serta menunjukkan terjadinya proses pencarian solusi optimum
dengan pencarian global untuk menghindari solusi terjebak kedalam minimum
lokal bukan minimum global.
11

Judul : Inversi Data Magnetotellurik 1 Dimensi Menggunakan


Algoritma Multi-Objektif Dragonfly
Penulis : Pramudiana, Sungkono, Bagus Jaya Santosa
Jurnal : Jurnal Sains Dan Seni ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520
(2301-928X Print)
Instansi : Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS)

Magnetotellurik merupakan metode pasif geofisika yang memanfaatkan


medan magnet dan medan listrik alamiah bumi untuk mengetahui distribusi
parameter fisis bawah permukaan. Pada magnetotellurik 1 dimensi (MT 1D),
terdapat 8 asumsi dasar yaitu: 1) Persamaan elektromagnetik Maxwell, 2)
Bumi tidak menghasilkan energi electromagnet, 3) Medan dapat di konversi
dan dianalisa dari sumbernya, 4) Medan EM alami yang dihasilkan oleh
sistem ionosfer Dianggap uniform, 5) Tidak terdapat akumulasi muatan bebas
pada lapisan-lapisan Bumi, 6) Bumi sebagai medium konduktor, 7) Medan
perpindahan elektrik bersifat kuasistatik, 8) Variasi permitivitas listrik dan
permeabilitan magnet dalam batuan diasumsiakan tidak ada. Kedelapan
asumsi dasar inilah yang digunakan sebagai acuan penurunan persamaan-
persamaan pada MT 1D. Metode Magnetotellurik (MT) dapat digunakan
untuk mencitrakan resistivitas bawah permukaan yang dalam. Resistivitas
bawah permukaan ini didapat melalui proses inversi data MT. Pada penelitian
ini, inversi data MT untuk menghasilkan resistivitas 1D menggunakan
algoritma Multiobjektif Dragonfly untuk meminimumkan error antara data
resistivitas semu dan fase perhitungan dengan data pengukuran. Algoritma ini
telah diuji pada data sintetik dan data lapangan. Hasilnya ialah algoritma
multiobjektif dragonfly dapat digunakan untuk menentukan resistivitas bawah
permukaan dengan akurat dan sesuai kondisi litologi bawah permukaan.

Berdasarkan hasil analisa data, pembahasan dan kajian teori yang dilakukan
secara komprehensif, dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa: Algoritma
multiobjektif Dragonfly dapat digunakan untuk inversi Magnetotellurik
1Dimensi baik pada data sintetik maupun data lapangan.
V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum metode elektromagnetik


kali ini adalah sebagai berikut.
1. Magnetotellurik merupakan salah satu metode geofisika pasif yang dapat
menggambarkan struktur resistivitas di bawah permukaan. Selain itu MT juga
dapat mendukung hasil penelitian dari studi geologi dan geokimia dalam
penyusunan strategi pengembangan lapangan panas bumi.
2. Permodelan 1D data magnetotellurik menggunakan inversi Bostick. Inversi
Bostick ini merupakan suatu perkiraan yang digunakan untuk mendapatkan
kurva tahanan jenis semu dan juga sebagai pertimbangan pola sebaran tahanan
jenis terhadap kedalaman, dimana informasi fasa tidak ada (tidak dapat
dipercaya).
3. Dalam pemodelan geofisika secara umum dibedakan ke dalam dua cara, yaitu
pemodelan kedepan (forward modeling) dan pemodelan inversi (inverse
modelling).
DAFTAR PUSTAKA

Grandis, H., Menvielle, M., Roussignol, M., 1999. Bayesian inversion with
Markov chains-I. The magnetotelluric one-dimensional case. Geophysical
Journal International, vol. 138, 757-768.

Jiracek, G.R., 2010. The Magnetotelluric Method. California: Department of


Geological Sciences.

Syukri, Muhammad. 2020. Pengantar Geofisika, Aceh: Syiah Kuala University


Press.

Todd D.K. 1959. Ground Water Hidrology. John Willey & Sons Inc. London,
New York.

Unsworth. (2006). Overview of Electromagnetic Exploration Methods.


Geophysics.

Vozoff, K. (1991). The Magnetotelluric Method, Electromagnetic Method in


Applied Geophysics-Application. SEG.

.
LAMPIRAN
LAMPIRAN-1
Adapun daftar pembahasan pada praktikum Elektromagnetik kali ini adalah
sebagai berikut :
1. Jelaskan jalannya praktikum
2. Berikan penjelasan mengenai kegunaan data magnetotullerik dalam
pengukuran geofisika
3. Jelaskan mengenai invers modeling dan forward modeling, apa perbedaannya
4. Bahas tugas
5. Review 2 jurnal mengenai inversi 1D data MT
LAMPIRAN-2
LAMPIRAN-3

Anda mungkin juga menyukai