Waluyo
METODE RESISTIVITAS
PENDAHULUAN
Resistivitas atau tahanan jenis suatu bahan adalah besaran/ parameter yang
menunjukkan tingkat hambatanya terhadap arus listrik. Bahan yang mempunyai
resistivitas makin besar, berarti makin sukar untuk dilalui arus listrik. Biasanya tahanan
jenis diberi simbol . Tahanan jenis adalah kebalikan dari daya hantar jenis yang diberi
simbul .
Jadi, = 1/ . Satuan adalah ohm meter ( m).
Resistivitas batuan bervariasi menurut jenis batuan, porositas, dan kandungan fluida
(minyak, air, gas).
Jenis batuan
Resistivitas
1.7x102(dry) - 4.5x104(wet)
Slates (metamorf)
6x102 - 4x107
Marble (metamorf)
1x102 - 2.5x108
Limestone (sediment)
50 - 107
Sandstone (sediment)
1 - 6.4x108
10 - 800
4 - 800
PENGUKURAN RESISTIVITAS
Pengukuran di laboratorium
Resistivitas atau tahanan jenis dapat ditentukan dengan menggunakan hukum Ohm
I = A V / L, yang berlaku untuk arus listrik I yang melewati bahan berbentuk
silinder dengan luas penampang A dan panjang L dan diberi beda tegangan V
antara ujung-ujungnya.
Pengukuran di Lapangan
Metode pengukuran
Resistivitas batuan (di lapangan) dapat diukur secara tidak langsung dengan
memasukkan (dan juga mengukurnya) arus listrik kedalam tanah melalui 2 titik
(elektroda) dipermukaan tanah dan mengukur beda potensial antara 2 titik yang lain
dipermukaan (Gambar 1).
Konfigurasi Wenner
Jarak AM, MN, NB adalah sama dan biasanya dinamakan a.
Konfigurasi Schlumberger
Jarak AO = BO = s , MO = NO = b , Eksentrisitas b/s < 1/3.
Titik O adalah pusat konfigurasi
Konfigurasi dipol-dipol
Jarak AB = MN = a, BM = na
vertikal. Caranya: Pada titik ukur yang tetap, jarak elektroda arus dan tegangan diubah
/ divariasi. Konfigurasi elektroda yang biasanya dipakai adalah konfigurasi
Schlumberger.
TEORI DASAR
A
V1
V2
I = A V / L
V = V1 - V2
L
Gambar 2. Arus listrik merata dan sejajar dalam sebuah
silinder oleh beda potensial antara kedua ujungnya
Dengan demikian dapat ditulis relasi I = A V / L , dengan adalah daya hantar
jenis bahan yang bersangkutan. Kalau yang dipergunakan bukan daya hantar jenis,
tetapi tahanan jenis bahan , maka rumus diatas menjadi
I = A V / L ,
(1)
dengan = 1 /
> Untuk arus listrik menyebar (simetri bola)
Arus listrik yang menembus permukaan bola berongga yang luasnya A, tebalnya
dr, dan beda potensial dV antara bagian luar dan dalam adalah:
I
A dV
dr
(2)
4 r 2 d V
dr
(3)
Tanda negatip menunjukkan bahwa arus mengalir dari tempat berpotensial tinggi
ke rendah.
I
r dr
A dV
dr
(4)
2 2 dV
r
dr
atau dV
I dr
,
2 r 2
(5)
dV
I
I
d
2
2
2 r
(6)
r
r
Karena potensial adalah besaran skalar, maka potensial disebarang titik oleh
elektroda arus ganda akan merupakan jumlahan potensial oleh 2 elektroda arus
tunggal.
Oleh karena itu, dengan menggunakan persamaan (6), potensial di titik M oleh arus
yang melewati elektroda A dan B (Gambar 4) adalah:
VM
I
2
1
1
r2
r1
(7)
Tanda negatif pada persamaan (7) disebabkan oleh arus yang harus berlawanan pada
elektroda arus ganda.
Potensial di titik N adalah:
VN
1
1
r4
r3
I
2
(8)
Dengan demikian beda potensial antara titik M dan N adalah:
V V M VN
I
2
1
1
r2
r1
1
1
r4
r3
(9)
Untuk konfigurasi Wenner, r1 = r4 = a dan r2 = r3 = 2a, maka persamaan (9) menjadi:
V
I 1
1
1
I
1
2 a
2a
2
a
a
2
a
(10)
sehingga:
2 a
(11)
I 1
1
1
I 4b
1
2 s b s b
2 s 2 b 2
s b s b
(12)
Bila b a (eksentrisitasnya kecil), maka persamaan (12) dapat dituliskan sebagai:
V
sehingga:
2I b
s2
(13)
s 2 V
2b
(14)
Persamaan (11) dan (14) memberikan hubungan antara dengan (V I). Faktor
yang menghubungkan antara keduanya mempunyai harga yang hanya tergantung dari
konfigurasi atau geometri dari elektroda-elektroda arus dan tegangan. Oleh karena itu
faktor tersebut disebut faktor geometri.
Faktor geometri untuk konfigurasi Wenner adalah:
K 2 a
s2
2b
Persamaan (11) dan (14) diturunkan berdasar hukum Ohm pada medium homogen
setengah tak berhingga yang secara fisis tidak ada asumsi lain yang berlaku. Dengan
demikian pengukuran dengan konfigurasi elektroda apapun (pada medium setengah
) harus memberikan harga resistivitas yang sama, yaitu resistivitas medium yang
sebenarnya (true resistivity).
RESISTIVITAS SEMU
Dalam eksplorasi geolistrik, untuk mengukur resistivitas di lapangan digunakan
persamaan (11) atau (14), yang diturunkan dari arus listrik pada medium homogen
setengah tak berhingga. Karena jarak elektroda jauh lebih kecil dari pada jejari bumi,
maka bumi dapat dianggap sebagai medium setengah tak berhingga. Akan tetapi
karena sifat bumi yang pada umumnya berlapis (terutama di dekat permukaan)
perandaian bahwa mediumnya adalah homogen tidak dipenuhi.
Oleh karena itu resistivitas yang diperoleh dengan menggunakan persamaan (11)
atau (14) bukan merupakan resistivitas yang sebenarnya. Biasanya resistivitas yang terukur
tersebut dikenal sebagai resistivitas semu atau apparent resistivity, yang biasa dituliskan
dengan simbol a .
Resistivitas semu yang dihasilkan oleh setiap konfigurasi akan berbeda walaupun
jarak antar elektrodanya sama, maka akan dikenal aw yaitu resistivitas semu untuk
konfigurasi Wenner dan as yaitu resistivitas semu untuk konfigurasi Schlumberger. Pada
umumnya as aw .
Untuk medium berlapis, harga resistivitas semu ini akan merupakan fungsi jarak
bentangan (jarak antar elektroda arus). Untuk jarak antar elektroda arus kecil akan
memberikan a yang harganya mendekati batuan di dekat permukaan. Sedang untuk
jarak bentangan yang besar, a yang diperoleh akan mewakili harga batuan yang lebih
dalam. Gambar 5 adalah contoh-contoh grafik resistivitas semu sebagai fungsi jarak antar
elektroda arus (bentangan).
a
a
a=
a)
a
c)
b)
AB 2
AB 2
d)
AB 2
AB 2
PROSEDUR LAPANGAN
Prosedur pengukuran di lapangan tidak jauh berbeda dengan cara pengukuran
dilapangan yang telah dibahas di bagian depan modul ini. Akan tetapi khusus untuk
pengukuran sounding dengan konfigurasi Schlumberger diperlukan prosedur khusus
agar supaya data yang diperoleh lebih baik dan mudah diinterpretasi.
Prosedur sounding dengan konfigurasi Schlumberger tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Tempatkan
elektroda-elektroda
arus
dan
tegangan
dengan
konfigurasi
Catatan:
Loncatan harga a pada saat perpindahan elektroda potensial terjadi apabila ada ketidak
homoginan secara lateral terutama disekitar elektroda potensial. Oleh karena itu apabila
perpindahan elektroda arus selalu dibarengi dengan perpindahan elektroda potensial, data
yang dihasilkan akan mempunyai kemungkinan tidak smooth mengingat ketidak
homoginan secara lateral dekat permukaan hampir selalu ada (walaupun kecil). Ketidak
homoginan lateral yang cukup besar dapat terjadi bila arah strike perlapisan tanah berbeda
dengan arah bentangan.
Hal-hal lain yang perlu dihindari pada saat pengukuran di lapangan adalah: mengukur
dengan bentangan sejajar kabel listrik PLN atau pipa-pipa (baik dibawah maupun diatas
permukaan), mengukur pada saat hujan, dan sebagainya
Curva Matching
dilakukan mengingat struktur banyak lapis dapat dianggap sebagai struktur 2 lapis,
yang setiap lapisannya dapat diwakili oleh satu atau kombinasi banyak lapis. Teknik
kurva matching menggunakan kurva baku medium 2 lapis ini memerlukan 4 kurva
Bantu yang menghubungkan lengkung kurve resistivitas semu banyak lapis dengan
dua lapis. Contoh detail pelaksanaan teknik curve matching dapat dilihat pada
lampiran 1.
Inversi
Harga resistivitas dan ketebalan lapisan dapat ditentukan dari resistivitas semu
KONFIGURASI SCHLUMBERGER
A
KONFIGURASI DIPOLEDIPOLE
A
na
KONFIGURASI POLEDIPOLE
A
na
a
Gambar 6. Konfigurasi elektroda yang umum dipakai
: K 2 a
Konfigurasi Schlumberger
: K
(s 2 b2 )
atau K
Konfigurasi dipole-dipole
2b
K
n
(
n
1) ( n 2) a
:
Konfigurasi pole-dipole
: K 2 n (n 1) a
Konfigurasi pole-pole
: K 2 a
s2
2b
(bila s b)
TAMBAHAN
1. Metode Mise-a-la-Masse
Metode Mise-a-la-Masse adalah variasi sistem elektroda 3 titik (pole-dipole
configuration). Metode ini biasanya digunakan untuk memetakan penyebaran batuan yang
bersifat conduktif dibandingkan dengan batuan disekitarnya (misalnya deposit sulfida
logam). Metode ini ternyata sangat handal untuk mencari aliran sungai bawah tanah dan
memetakan batuan konduktif di lapangan panas bumi (batuan menjadi konduktif karena
alterasi geothermal).
Pada prakteknya metode mise-a-la-masse adalah sangat sederhana, yaitu cukup
dengan memetakan beda potensial yang terukur pada elektroda potensial, yang satu
diam/tetap dan yang lain berpindah-pindah. Elektroda arus keduanya diam/tetap, yang satu
ditancapkan pada medium yang konduktif (di batuan yang muncul di permukaan untuk
eksplorasi deposit, di casing untuk geothermal, dan di outlet untuk sungai bawah tanah),
sedangkan yang lain di tak berhingga (pada prakteknya asal cukup jauh, misalnya lebih
besar dari 5 km). Elektrode potensial yang tetap biasanya ditancapkan pada medium yang
konduktif, berdekatan dengan electrode arus yang dekat (Gambar 7)
Secara teoritis beda potensial yang terukur pada badan deposit yang konduktif
akan sama dengan nol. Oleh karena itu dengan memetakan harga beda potensial dibanyak
titik diatas badan deposit yang konduktif, dapat diperoleh klosur-klosur yang mempunyai
harga beda potensial rendah, yang menunjukkan bahwa deposit muncul disitu atau
dangkal. Bila mediumnya homogen, maka akan diperoleh klosur-klosur berbentuk
lingkaran konsentris dengan electrode arus dekat sebagai pusatnya. Dalam menelusuri
sungai bawah tanah akan diperoleh klosur-klosur yang secara umum akan melingkari
elektroda arus dekat dan membelok bila lewat diatas aliran sungai bawah tanah.
2. Traversing sekaligus sounding
Travershing dan sounding biasanya dilakukan secara terpisah. Namun dengan
menggunakan konfigurasi dipol-dipol, dimungkinkan untuk melakukan traversing dan
sounding secara bersama-sama. Pasangan elektroda arus AB dan pasangan elektrode
potensial MN ( jarak AB = jarak MN) dipindahkan sbb: Mula-mula dengan pasangan
electrode arus AB yang tetap, pasangan elektroda potensial MN dipindahkan ke titik-titik
dengan interval yang sama (sudah direncanakan). Pada setiap titik perpindahan akan
diperoleh satu data pengukuran (resistivitas semu). Data ini adalah data resistivitas disuatu
titik pada kedalaman tertentu yang bila dibuat garis ke pusat AB dan MN akan membentuk
sudut 450 terhadap garis vertical (gambar 8). Setelah bentangan maksimum yang
direncanakan dicapai, pasangan electrode arus AB dipindahkan kekanan satu interval
jarak, pasangan electrode potensial ditempatkan di posisi semula (pertama), kemudian
digeser ke titik-titik disebelah kanannya. Demikian seterusnya sehingga diperoleh harga
resistivitas pada semua posisi dan kedalaman (sounding dan travershing), yang berupa
penampang lintang yang disebut pseudo-depth apparent resistivity
x=0
d
(x, d)
l=1
l=2
l-1
B
l
A
l=L
n+l n+l+1
M
N
Sumbu-x
n=1
n=2
n=N
a(l,n)
Gambar 8. Sayatan untuk pseudo depth apparent resistivit