Anda di halaman 1dari 16

Tugas Eksplorasi Elektromagnetik

METODE VERY LOW FREQUENCY


(VLF)

Ahmad Amiruddin
1415051005
1. Pengertian
Metode elektromagnetik biasanya digunakan untuk eksplorasi benda-benda konduktif. Perubahan
komponen medan akibat variasi konduktivitas dimanfaatkan untuk menentukan struktur bawa
permukaan. Medan elektromagnetik yang digunakan dapat diperoleh dengan sengaja
membangkitkan medan elektromagnetik di sekitar daerah observasi. Pengukuran semacam ini
disebu tteknik pengukuran aktif. Metode ini kurang praktis dan daerah observasi dibatasi oleh
besarannya sumber yang dibuat. Teknik pengukuran lain adalah teknik pengukuran pasif. Tenik
ini memanfaatkan medan elektromagnetik yang berasal dari sumber yang tidak sengaja
dibangkitkan. Gelombang elektromagnetik seperti ini berasal dari alam dan dari pemancar
frekuensi rendah (15-30 kHz) adalah yang biasa disebut VLF (Very Low Frequency). Teknik ini
lebih praktis dan mempunyai jangkauan daerah pengamatan yang luas. Metode elektromagnetik
VLF ini bertujuan untuk mengukur harga daya konduktivitas batuan berdasarkan pengukuran
gelombang elektormagnetik skunder. Metode ini memanfaatkan gelombang hasil induksi
elektomagnetik yang berfrekuensi sangat rendah. Karena frekuensinya yang cukup rendah,
gelombang ini memiliki penetrasi yang cukup dalam. Gelombang ini juga menjalar ke seluruh
dunia dengan atenuasi yang kecil dalam pandu gelombang antara permukaan bumi dan ionosfer.

Metode VLF-EM memanfaatkan gelombang elektromagnetik (medan magnet dan medan listrik)
yang berada di bumi. Medan elektromagnetik primer dari sebuah pemancar radio memiliki
komponen medan listrik Ez dan komponen medan magnetic horizontal Hy yang tegak lurus
terhadap arah perambatan sumbu x, sehingga bila jarak sebuah anomali yang bersifat konduktif
cukup jauh dengan antena pemancar, maka komponen medan elektromagnetik primer Hy
dianggap sebagai gelombang yang berjalan secara horizontal dan akan menginduksi anomaly
sehingga akan menimbulkan arus induksi. Nilai arus induksi ini berbanding lurus dengan nilai
konduktivitas dari suatu batuan. Arus induksi ini nantinya akan menghasilkan medan magnet
sekunder dengan frekuensi yang sama namun dengan fase yang berbeda. Sedangkan, nilai medan
magnetik vertical Hz berguna untuk menentukan anomali. Gelombang ini yang digunakan untuk
mengetahui perbedaan konduktivitas bawah permukaan dengan memanfaatkan persamaan
Maxwell.

dimana:
H adalah medan magnet,
E medan listrik,
konduktivitas batuan (𝜎𝜎),
permitivitas (ε),
permeabilitas (μ).
Dengan memanfaatkan prinsip TE (Transverse Electric) dan TM (Transverse Magnetic) maka
akan didapatkan persamaan:

Sehingga dapat diketahui nilai resistivitasnya dengan menggunakan persamaan:

2. Prinsip Pengukuran VLF


Prinsip pengukuran metode VLF yaitu sumber gelombang elektromagnetik berfrekuensi rendah
yang disebut sebagai medan primer dan mempunyai frekuensi 15 kHz sampai 30 kHz, dirambatkan
di antara permukaan bumi dan ionosfer.

Dalam tubuh batuan konduktif, medan primer ini akan menginduksi arus sekunder didalamnya
yang disebut arus Eddy. Arus ini akan membangkitkan medan sekunder yang kemudian bergabung
dengan medan primer. Medan sekunder yang dibangkitkan tergantung dari besaran fisika yang
terkandung dalam batuan yaitu resistivitas atau konduktivitas. Dengan melakukan pengukuran
medan total (primer + sekunder) di permukaan bumi dapat diketahui resistivitas sebagai salah satu
sifat fisis batuan.

Ada dua jenis pengukuran VLF, yaitu mode tilt-angle dan mode resistivity. Mode tilt-angle
mengukur polarisasi komponen medan magnetik, sedangkan mode resistivity mengukur polarisasi
komponen medan magnetik dan medan listrik.

Mode Tilt-angle

Mode tilt angle digunakan untuk mengetahui struktur konduktif dan kontak geologi seperti zona
alterasi, patahan, dan dike konduktif. Dalam mode ini, arah strike target memiliki sudut ±45°
dengan lokasi pemancar. Pada konfigurasi pengukuran semacam ini, medan primer akan
memberikan fluks yang maksimum jika memotong struktur, sehingga memberikan kemungkinan
anomali yang paling besar.

Medan magnet yang memiliki komponen horisontal dan vertikal membentuk sebuah elips yang
dapat ditunjukkan dengan sudut tilt dari sumbu mayor dan sumbu horisontalnya, dan eliptisitasnya
(perbandingan sumbu minor/sumbu mayor). Alat akan mengukur dua besaran tersebut dari
pengukuran komponen in-phase dan out-of-phase medan magnetik vertikal dari medan
horisontalnya. Data tilt biasanya disajikan dalam derivative Fraser.
Mode Tilt Angle

Komponen yang diukur dalam VLF adalah tilt angle α yaitu sudut utama polarisasi ellip dari
horizontal (dalam derajat atau persen), dan eliptisitas Ɛ adalah perbandingan antara sumbu kecil
terhadap sumbu besarnya (dalam persen). Tilt angle α dan eliptisitas Ɛ, berkaitan dengan
komponen medan magnetik horizontal, vertikal dan fasanya Secara matematis dapat diperlihatkan
bahwa tilt angle α mirip dengan bagian in phase (komponen real) dari komponen vertikal dan
eliptisitas Ɛ mirip dengan bagian quadrature (komponen imaginer) dari komponen vertikal. Kedua
parameter tersebut diukur dalam prosentase terhadap medan primer horizontal.

Parameter eliptisitas kadang digunakan untuk mengetahui bahwa struktur di bawah memiliki
konduktivitas tinggi (berharga kurang dari nilai tilt tetapi bertanda terbalik) atau memiliki
konduktivitas rendah (bernilai dan bertanda sama dengan nilai tilt).

Dalam pengukuran, instrumen T-VLF akan menghitung parameter sudut tilt dan eliptisitas dari
pengukuran komponen in-phase dan out-of phase medan magnet vertikal terhadap komponen
horizontalnya. Besar sudut tilt akansama dengan perbandingan Hz/Hx dari komponen in-phase-
nya, sedang besar eliptisitas ε sama dengan perbandingan komponen kuadraturnya. Jika medan
magnet horizontal adalah Hx dan medan vertikalnya sebesar HxeiØ, maka sudut tilt diberikan
sebagai :
Skema Ellipt

Gambar dibawah ini adalah contoh grafik pengukuran VLF menggunakan metode Tilt. Grafik
tersebut terdiri dari nilai tilt, eliptisitas, dan Fraser. Jika grafik tilt berada di atas grafik ellipt, maka
dapat dikatakan zona tersebut merupakan zona konduktif. Fraser yang tinggi menunjukkan
konduktivitas yang tinggi dan grafik tersebut menunjukkan tempat sebenarnya. Berikut contoh
grafiknya (VLF Praktikum Fisika Gunung Api Bromo 2009)

Mode Resisitivity

Mode ini digunakan untuk mengetahui dike resistif dan disisi lain untuk membatasi satuan geologi
melalui pemetaan tahanan jenisnya. Mode ini sangat baik jika arah pemancar tegak lurus strike
geologinya (±45°) seperti terlihat pada gambar dibawah.
Design Survey untuk Mode Resistivity

Alat akan langsung mengukur besarnya tahanan jenis medium dan besarnya sudut fase medium.
Letak anomali secara kasar berada di bawah puncak anomali tahanan jenis. Sedangkan harga fase
> 45° menunjukkan tahanan jenis semakin dalam semakin kecil, dan fase < 45° menunjukkan
tahanan jenis semakin dalam makin besar.

Harga rapat arus terhadap kedalaman dapat ditentukan dengan menggunakan filter dari Karous dan
Hjelt (1983). Untuk dapat memperkirakan harga resistivitas dan fasanya, maka harus diketahui
hubungan dari medan listrik Ex dan medan magnetik Hy dan resistivitas semu ρa . Hubungan ini
biasa dituliskan dalam bentuk dibawah ini :

dimana:

ρa = Resistivitas semu

µ = µo = Permeabilitas magnetik di ruang hampa

z = Frekuensi sudut = 4πf

Parameter yang digunakan dalam metode VLF

1. Pemancar

Pemancar ini mulai dibangun sejak Perang Dunia I, digunakan untuk komunikasi jarak jauh karena
kemampuannya untuk komunikasi gelombang dengan pelemahan yang sangat kecil pada
gelombang bumi ionesfer.Penetrasinya cukup efektif hingga dapat menembus laut dalam.

2. Pengaruh Atmosfer
Sumber nois yang utama adalah radiasi medan elektromagnetik akibat kilat atmosfer baik di tempat
dekat atau jauh dari lokasi pengukuran. Pada frekwensi VLF radiasi medan ini cukup dapat
melemahkan sinyal yang dipancarkan oleh pemancar. Daerah yang cukup banyak badai tersebut
adalah Afrika tengah dan Asia tenggara termasuk Indonesia. Noise kedua adalah variasi diurnal
medan elektromagnetik bumi di mana terjadi pergerakan badai dari arah timur ke barat yang terjadi
mulai siang hingga sore hampir malam.

3. Rambatan Gelombang Elektromagnetik

Pada elektromagnetik VLF dengan frekuensi <100 KHz, arus pergeseran akan lebih kecil dari arus
konduksi karena permitivitas dieletrik batuan rata-rata cukup kecil dan konduktivitas target
biasanya > 10-2 S/m. Hal ini menunjukkan efek medan akibat arus konduksi memegang peranan
penting ketika terjadi perubahan konduktivitas batuan.

4. Pelemahan (Atenuasi) Medan

Pelemahan medan ini mempengaruhi kedalaman. Kedalaman pada saat amplitudo menjadi 1/e
(kira-kira 37%) dikenal sebagai skin depth atau kedalaman kulit. Kedalaman ini dalam metode
elektromagnetik disebut sebagai kedalaman penetrasi gelombang.

dimana ρ adalah resistivitas dalam ohm-meter, dan f adalah frekuensi.

3. Akuisisi Data
Peralatan yang digunakan daam pengambilan data metode VLF adalah sebagai berikut :

a. Alat VLF-EM

b. Aki charger 12 V 2,2 A

c. GPS

d. Kompas

e. Peralatan pendukung lainnya.

Peralatan utama yang diperlukaan adalan alat untuk menangkap sinyal VLF Elektromagnetik. Ada
berbagai jenis alat untuk menangkap sinyal VLFEM ini. Jenis yang sering digunakan dalam
akuisisi adalah VLF-EM ENVI SCINTREX.
Alat untuk Mengukur Metode VLF

Untuk memperoleh data VLF, yang pertama harus disiapkan adalah menyiapkan peralatan dan
menentukan lokasi penelitian yang akan diambil data VLF-nya. Setelah itu proses akuisisi
dilakukan sebagai berikut :  Data lapangan diambil menggunakan T-VLF IRIS instrumen dan
theodolit atau GPS untuk menentukan titik ukur.  Sumber gelombang EM frekuensi sangat
rendah dari stasiun pemancar gelombang. Contohnya andalah VLF NWC Australia, dimana
stasiun ini memiliki daya pancar yang mencakup hampir seluruh wilayah Indonesia.  Lintasan
survei harus memanjang dengan spasi untuk setiap stasiun. Lintasan yang dibuat diperkirakan
memotong daerah anomali. Arah pengukuran harus tegak lurus dengan pemancar atau menghadap
kepemancar.  Pengambilan data VLF menggunakan alat penangkap gelombang.  Akuisisi data
dari masing-masing titik pengukuran dilakukan dalam dua posisi, duduk dan berdiri.

Perbedaan kedua teknik ini didasarkan pada proses akusisi data pelapisan bumi yang
memanfaatkan perbedaan ketinggian (a different altitude) dari konsole VLF-EM (VLF-EM Meter
dan VLF-EM Antenna) terhadap permukaan bumi disetiap titik pengukuran
Teknik Konvensional (Berdiri) dan Gradio (Duduk)

4. Pengolahan Data
Beberapa koreksi dalam pengolahan data VLF, yaitu:

Koreksi Moving Average Filter

Dengan asumsi gelombang yang diterima oleh VLF-EM adalah frekuensi rendah dan noise
eksternal juga mempengaruhi pengukuran, maka filter moving average digunakan untuk
menghilangkan noise frekuensi tinggi. Oleh karena itu, sinyal yang disaring benar- benar
merupakan anomali bahan konduktif di bawah permukaan.
Contoh data Hasil Filter Moving Average

Filter Flaser

Filter fraser adalah perangkat lunak yang berfungsi melemahkan panjang gelombang yang terlalu
besar untuk mengurangi efek topografi dan diaplikasikan pada data tilt-angle yang merupakan
hasil polarisasi elipstik medan. Dengan menggunakan filter ini, titik potong dari anomali menjadi
optimal (mencapai puncaknya), maka hasil filter ini akan membuat proses analisis lebih mudah.
Filter Fraser diaplikasikan untuk setiap lintasan dengan menempatkan lokasi pengukuran pada (x,
y) dan anomali di (z), karena itu kontur dapat dibuat. Kontur menunjukkan anomali tersebar di
suatu daerah.

Interpretasi menggunakan data sebelum filter Fraser akan sulit, karena kesulitan untuk menentukan
titik perubahan yang tidak terfokus pada satu titik, selain itu, jika daerah tersebut memiliki banyak
bahan konduktif, titik perubahan akan lebih sulit untuk ditentukan. Setelah dilakukan filter Fraser
anomali menjadi lebih jelas. Namun untuk mendapatkan hasil interpretasi yang lebih baik dapat
dibantu menggunakan data lain seperti (quadrature, titlt-angle, atau total-field).

Filter Karous-Hjelt

Interpretasi kualitatif VLF-EM dapat dilakukan dengan menggunakan filter Karous- Hjelt.
Penerapan hasil filter ini berupa distribusi kerapatan arus yang dapat member informasi mengenai
daerah konduktif.

Filter Noise Assisted-Multivariate Empirical Mode Decomposition (NA-MEMD)

Algoritma NA-MEMD mencoba untuk mengeliminasi interferensi noise yang terjadi pada EEMD
dan mereduksi mode-mixing pada keluaran EMD dan MEMD. ini diuraikan dalam Algoritma,
dimana langkah pertama memastikan bahwa saluran noise tidak ditambahkan ke sinyal yang sudah
memenuhi kriteria IMF. Metode ini beroperasi dengan membentuk sinyal multivariate yang terdiri
dari input data dan noise pada channel yang terpisah Algoritma : NA-MEMD

Periksa apakah sinyal input memenuhi kriteria IMF. Jika tidak, lanjutkan ke langkah selanjutnya.
Sebaliknya, hentikan proses. 2) Buat gaussian white noise time series tak berkorelasi (l-channel)
yang panjangnya sama dengan panjang input, dengan l ≥ 1. 3) Tambahkan saluran noise (l-channel)
yang dibuat di langkah 2 ke sinyal masukan multivariate (nchannel) n ≥ 1, sehingga diperoleh (n
+ l)-channel sinyal multivariate. 4) Proses sinyal multivariate (n + l)-channel yang dihasilkan n +
l ≥ 2 menggunakan algoritma MEMD untuk mendapatkan IMF multivariate. 5) Dari (n + l) IMF
multivariate yang dihasilkan, buang l-channel yang bersesuaian dengan noise, sehingga
memberikan satu set n-channel IMF yang sesuai dengan sinyal asli.magnetik bawah permukaan.

Contoh Data Hasil Filter MEMD

Forward Modelling dan Inversi

Forward modelling merupakan pemodelan yang dilakukan untuk memperoleh data dari model
yang ada berdasarkan sifat-sifat fisis yang diketahui. Sedangkan, Inversi merupakan suatu
penjabaran matematis untuk memperoleh informasi sistem fisika berdasarkan data observasi
terhadap suatu sistem tersebut.

Contoh Penampang Hasil Inversi


Proses Pengolahan Data VLF

5. Interpretasi Data VLF


Setelah dilakukan pengolahan data hingga dilakukan berbagai filter-filter yang diperlukan makan
hasil yang didapatkan berupa grafik frekuensi pengukuran atau dalam bentuk kontur/citra 2D
untuk dapat dilakukan interpretasi setelah itu. Dalam melakukan interpretasi data VLF dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

Interpretasi dari Derivatif Fraser

Interpretasi yang dilakukan dari hasil derivative koreksi Fraser Filter.

Interpretasi Perkiraan Langsung

Interpretasi yang dapat dlakukan dengan memperkirakan langsung dari hasil pengukuran yang
telah didapatkan. Interpretasi cara ini dapat dikatakan tidak akurat karena masih banyak noise yang
belum dikoreksi pada data yang telah didapat.

Interpretasi dengan Filter Linier Karous Hjelt

Interpretasi yang dilakukan dengan melihat hasil filter Linier karous hjelt. Hasil yang didapatkan
lebih baik dari sebelumnya karena telah dilakukan beberapa kali pemfilteran. Interpretasi terhadap
data VLF dapat dilakukan dengan perangkat lunak
6. Aplikasi Metode VLF
1. Penerapan Metode Very Low Frequency Electromagnetic (Vlf-Em) Untuk Mendeteksi
Rekahan Pada Daerah Tanggulangin, Sidoarjo

Metode VLF-EM digunakan karena metode ini efektif untuk melakukan pemetaan kondisi bawah
permukaan seperti rekahan dan patahan dengan penetrasi kedalaman sekitar 50 meter. Berdasarkan
hasil penelitian yang sudah dilakukan, diketahui bahwa daerah pengeboran sumur gas baru milik
Lapindo terdapat banyak sekali rekahan-rekahan yang memiliki arah Barat Daya-Timur Laut.
Dengan banyaknya rekahan ini, pengeboran sumur gas baru sangat berisiko karena dapat
menyebabkan penurunan tanah di daerah sekitar dan dikhawatirkan dapat memperluas semburan
lumpur panas pada daerah tersebut. terdapat rekahan yang muncul sebagai manifestasi di
permukaan yang berada di daerah penelitian. Dengan data tersebut, sudah dapat menunjukkan
bahwa interpretasi posisi rekahan-rekahan berdasarkan penampang resistivitas data VLF-EM
sudah tepat. Untuk posisi rekahan lainnya, memang tidak terlihat di permukaan karena rata-rata
kedalaman rekahan berdasarkan hasil analisa penampang resistivitas berada pada kedalaman 20
meter. rekahan memiliki arah dari Barat Daya ke Timur Laut.

Penampang Resistivitas Lintasan 4 Bagian 3 (Atas). Rekahan yang Terlihat di Permukaan pada
Lintasan 4 Bagian 3 pada Jarak Profil Pengukuran 95-110 Meter dari Total Panjang Lintasan 4
Memiliki Arah Rekahan Barat Daya-Timur Laut (Bawah).
2. Aplikasi Metode Very Low Frequency Electromagnetic (VLF-EM) untuk Karakteristik Bawah
Permukaan di Daerah Kapur Desa Melirang Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik

Metode Very Low Frequency Electromagnetic (VLF-EM) merupakan metode geofisika yang
cepat, ramah lingkungan dan metode elektromagnetik pasif yang bekerja pada pita frekuensi 15-
30 kHz. Metode ini digunakan untuk mengkarakteristik bawah permukaan dan menentukan
sebaran dolomit di daerah kapur Desa Melirang Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik.
Pengambilan data dilakukan pada enam lintasan dengan panjang 550 m dan spasi setiap lintasan
sebesar 5 m. Hasil akuisisi data VLF-EM berupa nilai inphase, quadrature, tilt-angle, dan total
field. Data tersebut diolah dengan filter NA-MEMD dan diinterpretasikan secara kualitatif dan
kuantitatif. Analisa kualitatif menggunakan filter fraser dan karous-Hjelt untuk menentukan
bentuk, jalur, dan kedalaman dolomit dengan tepat (nilai resistivitas 100-104 Ωm), sedangkan
analisa kuantitatif dihasilkan nilai resistivitas 2-D dari hasil inversi data tripper (inphase dan
quadrature) dengan software Inv2DVLF. Analisa kuantitatif menghasilkan kedalaman dolomit
antara 0 – 30 m dan 50 – 70 m dengan nilai resitivitas antara 110 – 600 Ωm. Hasil estimasi ini
menunjukkan jalur dolomit dari arah timur laut-barat daya, timur-barat, dan barat laut-tenggara.

Gambar di atas memperlihatkan adanya adanya anomali yang berupa batuan dolomit pada jarak
240 m sampai 390 m dengan kedalaman 0 m sampai 30 m. Nilai resistivitas batuan dolomit
antara 240 Ωm sampai 600Ωm. Proses inversi dengan jumlah iterasi sebanyak 50 kali dengan
rms sebesar 7,3.
Gambar di atas memperlihatkan adanya nilai resistivitas tinggi pada jarak 0 m sampai 100 m
dengan kedalaman 0 m sampai 35 m. yang merupakan daerah padang rumput dengan sedikit
bebatuan dolomit. Nilai resistivitas batuan dolomit antara 140 Ωm sampai 340Ωm. Proses inversi
dengan jumlah iterasi sebanyak 50 kali dengan rms sebesar 0,6.

Gambar di atas memperlihatkan adanya nilai resistivitas tinggi terdapat satu lokasi yaitu pada
jarak 420m sampai 480 m dengan kedalaman 0 m sampai 30 m. Nilai resistivitasnya antara 160
Ωm sampai 270 Ωm. Proses inversi dengan jumlah iterasi sebanyak 50 kali dengan rms sebesar
0,3.

3. Karakterisasi Struktur Dangkal Pada Lapangan Panas Bumi Seulawah Agam Menggunakan
Metode Very Low Frequency (VLF)

Metode VLF dengan resistivity-mode (VLF-R) untuk pendugaan struktur dangkal di areal
manifestasi panas bumi Ie Jue Lamteba pada kawasan panasbumi Seulawah Agam bedasarkan
resistivitas batuan. Data VLF-R diukur pada 2 lintasan, dengan panjang lintasan pertama adalah
110 meter dan lintasan ke-2 190 meter. Pemodelan 2D data VLF-R dilakukan dengan
menggunakan program inversi elektromagnetik 2LAYINV (Pirttijärvi, 2006). Proses inversi
menunjukan 2 zona konduktivitas batuan, dimana lapisan resistif pada bagian bawah yang ditutupi
oleh lapisan konduktif di atasnya. Lapisan konduktif tersebut diduga sebagai lempung yang kaya
akan kandungan air dengan nilai resistivitas 10 – 100 Ωm. Lapisan resistif diduga sebagai cap rock
dengan nilai resistivitas 20000 – 40000 Ωm. Model VLF-R tersebut dapat digunakan untuk
membantu pendugaan model konseptual sistem panas bumi pada Lapangan Panas
Bumi Seulawah Agam.
Inversi data VLF-R dilakukan dengan menggunakan code 2Layinv. Perhitungan inversi data pada
Lintasan 1 dan lintasan 2 menghasilkan model resistivitas 2 lapis dengan RMS data fit antara data
pengukuran dengan data perhitungan dari respon model yang relatif kecil. Model resistivitas yang
dihasilkan berupa lapisan yang relatif resistif pada kedalaman ditutupi oleh lapisan konduktif pada
dekat permukaan. Lapisan konduktif (10 – 60 Ohm-m) tersebut umumnya berupa top soil yang
jenuh air permukaan dengan ketebalan bekisar antara 10 – 40 meter dari permukaan. Sedangkan
lapisan resistif (di atas 20000 Ohm-m) di bawahnya diduga sebagai lapisan cap rock yang
umumnya bersifat kedap air. kesesuaian antara Lintasan 1 dan Lintasan 2. Cekungan lapisan
resistif yang terdapat pada jarak 0 – 60 meter pada lintasan 1 juga ditemukan pada model Lintasan
2 pada jarak 50 – 150 meter dimana keduanya paralel. Kondisi semacam ini mengindikasikan
bahwa area manifestasi panasbumi Ie Jue Lamteuba dapat dipandang 2D. Manifestasi panasbumi
tersebut muncul ke permukaan karena adanya sesar lokal yang membelah areal penelitian seperti
yang terindikasikan pada kedua model prediksi.

Anda mungkin juga menyukai