PROPOSAL PENELITIAN
DIAJUKAN OLEH
Proposal Penelitian
Diajukan oleh:
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
A. Latar Belakang
Perseroan Terbatas (PT) Bumi Nikel Nusantara (BNN) adalah salah satu
perusahaan pertambangan yang bergerak dalam bidang penambangan bijih nikel yang
dengan cara memotong bagian sisi bukit dari puncak menuju kebawah mengikuti garis
konturnya. Luas area penambangan pada PT. Bumi Nikel Nusantara ± seluas 10 Ha,
Kestabilan pada lereng dapat ditentukan dengan menghitung nilai dari faktor
keamanan lereng dengan perbandingan antara gaya yang menahan lereng untuk tetap
dapat stabil dan gaya yang menggerakkan sehingga mengakibatkan longsoran. Untuk
di Pit paris kejadian berupa longsoran pernah terjadi sebelumnya, disebabkan karena
tidak stabilnya lereng pada penambangannya. Sebagaimana kita ketahui bahwa salah
satu aspek yang sering menimbulkan kecelakaan kerja di tambang yaitu mengenai
Fellenius pada Pit Paris PT. Bumi Nikel Nusantara, Kabupaten Konawe Utara,
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat kestabilan lereng berdasarkan nilai faktor keamanan pada Pit
2. Bagaimana tingkat kestabilan lereng berdasarkan nilai faktor keamanan pada Pit
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu diharapkan dapat menjadi referensi
bagi pihak-pihak yang ingin mengatasi longsoran khususnya di lereng area tambang.
Ukuran dari partikel tanah adalah sangat beragam dengan variasi yang cukup
besar. Tanah umumnya dapat disebut sebagai kerikil (gravel), pasir (sand), lanau (silt)
atau lempung (clay) tergantung pada ukuran partikel tanah tersebut. Kerikil (gravel)
partikel mineral quartz, feldspar dan mineral-mineral lainya. Pasir (sand) sebagian
besar terdiri dari mineral quartz dan feldspar, butiran dari mineral yang lain juga
mungkin masih ada. Untuk lanau (silt) sebagian besar merupakan fraksi mikroskopis
(berukuran sangat kecil) dari tanah yang terdiri dari butiran-butiran quartz yang sangat
pecahan dari mineral-mineral mika. dan untuk lempung (clay) sebagian besar terdiri
dari partikel mikroskopis dari submikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas bila
Dalam setiap kasus tanah yang tidak datar akan menghasilkan komponen
gravitasi dari berat yang cenderung menggerakan massa tanah dari elevasi yang lebih
tinggi ke elevasi yang lebih rendah (Pangemanaan dkk, 2014). Lereng yang didesain
akan terus dievaluasi pada periode tertentu karena apa yang didesain tidak selamanya
sesuai dengan kondisi aktual di lapangan. Hal ini disebabkan karena faktor dari luar
seperti adanya pelapukan pada dinding lereng yang setiap saat bisa menyebabkan
3
4
B. Lereng
mempunyai elevasi yang berbeda. Lereng terbentuk secara alamiah maupun dengan
bantuan manusia. Ditinjau dari jenisnya, secara umum lereng terbagi atas tiga bagian
yaitu :
1. Lereng alam, yaitu lereng yang terjadi akibat proses-proses alamiah, misalnya
2. Lereng yang dibuat dalam pada tanah asli misalnya bilamana tanah dipotong untuk
3. Lereng yang dibuat dari tanah yang dipadatkan misalnya tanggul atau
Lereng adalah bentuk yang sangat umum pada konstruksi proyek. Lereng dapat
terbentuk secara alami dan dapat juga dibuat oleh manusia. Karena dampak dari
kelongsoran. Oleh karena itu, bagaimana mendesain lereng dan bencana yang sering
(Chunge dkk, 2015). Masalah stabilitas lereng menjadi hal yang penting karena
berhubungan dengan kegiatan penambangan. Jika terdapat longsor pada lereng yang
berdekatan dengan jalan angkut utama akan menyebabkan berbagai macam gangguan
pada proses penambangan dan hal itu tentu akan membahayakan jiwa dan merusak
Gerakan tanah merupakan suatu gerakan menuruni lereng oleh massa tanah dan
atau batuan penyusun lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan
penyusun lereng tersebut. Definisi diatas menunjukkan bahwa massa yang bergerak
dapat berupa massa tanah, massa batuan atau pencampuran antara massa tanah dan
batuan penyusun lereng. Apabila massa yang bergerak ini didominasi oleh massa
tanah, dan gerakannya melalui suatu bidang pada lereng, baik berupa bidang miring
ataupun lengkung, maka proses pergerakan tersebut disebut sebagai longsoran tanah.
Analisis stabilitas tanah pada permukaan tanah ini disebut dengan analisis stabilitas
Analisis stabilitas lereng merupakan bagian area yang penting dalam rekayasa
Geoteknik. Runtuhnya suatu bidang permukaan merupakan yang paling penting dalam
menghitung faktor minimum keselamatan (FS) terhadap kegagalan geser atau geser.
rasio dari kekuatan geser utama dibagi dengan stres geser dimobilisasi pada kegagalan
gagasan. Dalam menambang desain lereng yang stabil berdampak signifikan ekonomi
bahwa risiko terhadap personil, peralatan, bangunan dan infrastruktur lainnya, terletak
dekat dengan kaki atau puncak lereng yang dikelola dengan baik. Analisis stabilitas
kemiringan dapat dilakukan dengan metode limit kesetimbangan (LEM), metode batas
elemen (BEM), metode terbatas Element (FEM) atau metode volume terbatas (FVM)
Kestabilan lereng, baik lereng alami maupun lereng buatan (buatan manusia)
serta lereng timbunan, dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dinyatakan secara
jawab terhadap kestabilan lereng tersebut. Pada kondisi gaya penahan (terhadap
longsoran) lebih besar dari gaya penggerak, lereng tersebut akan berada dalam kondisi
yang stabil (aman). Namun, apabila gaya penahan menjadi lebih kecil dari gaya
penggeraknya, lereng tersebut menjadi tidak stabil dan akan terjadi longsoran
1. Faktor-faktor yang menyebabkan naiknya tegangan yaitu naiknya berat unit tanah
lereng karena erosi alami atau penggalian dan bekerjanya beban guncangan.
kenaikan tekanan air pori, beban guncangan atau beban berulang, pengaruh
Pada kondisi gaya penahan (terhadap longsoran) lebih besar dari gaya
penggerak, lereng tersebut akan berada dalam kondisi yang stabil (aman). Namun,
apabila gaya penahan menjadi lebih kecil dari gaya penggeraknya, lereng tersebut
menjadi tidak stabil dan akan terjadi longsoran (Pane dan Anaperta, 2019).
7
faktor keamanan dari lereng tersebut. Nilai dari faktor keamanan lereng merupakan
hasil perbandingan antara kekuatan yang diperlukan dalam menahan dengan gaya
keamanan dari suatu bentuk lereng tertentu. Dengan diketahuinya faktor keamanan
lereng yang telah dibentuk mempunyai risiko longsor atau cukup stabil (Rajagukguk
dkk, 2014). Secara sistematis faktor keamanan suatu lereng dapat ditulis dengan rumus
sebagai berikut :
(1)
lereng mulai dari yang sederhana, seperti metode kesetimbangan batas, sampai dengan
yang canggih dan rumit, seperti metode finite-element dan metode discrete-element.
Dari sejumlah metode yang ada tersebut metode irisan merupakan metode yang paling
umum dan digunakan sebagai metode untuk menganalisis kestabilan lereng. Terdapat
8
sembilan metode analisis kestabilan lereng dimana sebagian besar metode tersebut
berdasarkan penyebabnya, yaitu faktor internal meliputi geometri lereng, kondisi air
tanah dan sifat geoteknik material serta faktor eksternal meliputi getaran dan gempa,
pelapukan dan erosi, ground subsidence akibat pembebanan, keadaan vegetasi dan
curah hujan ;
1. Faktor Internal :
a. Geometri Lereng. Semakin lereng tinggi, resiko yang dihadapi akan bertambah
besar. Ini disebabkan karena perubahan total tegangan (stress) yang dapat
menyebabkan konsentrasi tegangan pada kaki lereng semakin besar seiring ketinggian
lereng.
b. Kondisi Air Tanah. Keberadaan air tanah yang mengisi celah-celah pada timbunan
c. Sifat Geoteknik Material. Sifat geoteknik dapat diperoleh dari pengujian triaksial
dan data uji kuat geser. Sifat yang menentukan tersebut yaitu nilai bobot isi, sudut
2. Faktor Eksternal :
a. Getaran dan gempa. Getaran dimaksud dapat berasal dari berbagai sumber seperti
alat berat.
9
longsor.
d. Curah Hujan. Curah hujan sebagai salah satu komponen iklim, akan berpengaruh
terhadap kejenuhan (Sr%) dan kadar air (w%). Hujan dapat meningkatkan kuantitas air
dalam tanah dan lebih jauh akan menyebabkan kondisi fisik tubuh lereng berubah-
ubah.
adanya gejala keruntuhan lereng atau daerah berpotensi longsor tidak terjadi. Usaha
mengendalikan air permukaan dan juga air rembesan, penambatan serta tindakan lain
Pada sebagian besar metode analisis, gaya normal diasumsi bekerja dipusat alas
dari tiap potongan, sebab potongan tipis. Ini diterapkan pada sejumlah asumsi. Metode
Coulomb.
Lereng tambang yang tidak stabil akan mengalami longsoran sampai lereng
tersebut menemukan keseimbangan yang baru dan menjadi stabil. Longsoran dapat
terjadi pada hampir setiap kemungkinan, perlahan-lahan ataupun secara tiba-tiba dan
dengan atau tanpa adanya suatu peringatan yang nyata (Pane dan Anaperta, 2019).
tambang, sehingga pada saat melakukan perancangan tambang harus dilakukan analisa
kestabilan lereng terlebih dahulu untuk mengetahui nilai faktor keamanan dari suatu
lereng. Faktor keamanan sendiri merupakan perbandingan antara gaya penahan dan
gaya pendorong pada suatu lereng. Semakin besar gaya penahan maka lereng akan
longsoran busur, longsoran bidang, longsoran baji, dan longsoran guling (Irwandy,
2016).
1. Longsoran Busur (Circular Failure), Longsoran jenis ini banyak terjadi pada lereng
tanah dan batuan lapuk atau sangat terkekarkan dan di lereng-lereng timbunan. Bentuk
bidang gelincir pada longsoran busur, sesuai dengan namanya, akan menyerupai busur
2. Longsoran Bidang (Plane Failure), Longsoran bidang relatif jarang terjadi. Namun,
jika ada kondisi yang menunjang terjadinya longsoran bidang, longsoran yang terjadi
mungkin akan lebih besar (secara volume) daripada longsoran lain. Longsoran ini
disebabkan oleh adanya struktur geologi yang berkembang, seperti kekar (joint)
3. Longsoran Baji (Wedge Failure), merupakan jenis longsoran yang sering terjadi
di lapangan. Sama halnya dengan longsoran bidang, longsoran baji juga diakibatkan
oleh adanya struktur geologi yang berkembang. Perbedaan pada longsoran baji adalah
lereng yang terjal dan pada batuan yang keras, dimana struktur bidang lemahnya
12
berbentuk kolom. Longsoran guling ini terjadi apabila bidang-bidang lemah yang
lereng.
Keamanan (FK) ditinjau dari intensitas kelongsorannya (Bowles, 1989), seperti yang
Tabel 1. Hubungan Nilai Faktor Keamanan dan Intensitas Longsor (Bowles 1989,
dalam sumber Ali dkk, 2017)
No Nilai Faktor Keamanan Kejadian/ Intensitas Longsor
1 FK < 1,07 Longsor sering terjadi (Lereng Labil)
2 FK antara 1,07 sampai 1,25 Longsor pernah terjadi (Lereng Kritis)
3 FK > 1,25 Longsor jarang terjadi (Lereng relatif stabil)
2. Bentuk geometris penampang lereng (misalnya tinggi dan serta kemiringan lereng).
3. Penambahan kadar air pada tanah (adanya rembesan atau infiltrasi hujan).
kelongsoran. Pada prinsipnya ada dua cara yang dapat digunakan untuk menstabilkan
1. Memperkecil gaya penggerak atau momen penyebab longsor. Gaya atau momen
penyebab longsor dapat diperkecil dengan cara merubah bentuk lereng, yaitu dengan
cara: merubah lereng lebih datar atau memperkecil sudut kemiringan, memperkecil
ketinggian lereng, dan merubah lereng menjadi lereng bertingkat (multi slope).
2. Memperbesar gaya lawan atau momen penahan longsor. Gaya lawan atau momen
penahan longosr dapat diperbesar dengan beberapa cara yaitu: menggunakan counter
weight yaitu tanah timbunan pada kaki lereng. Cara ini mudah dilaksanakan asalkan
terdapat tempat dikaki lereng untuk tanah timbunan tersebut, dengan mengurangi air
pori di dalam lereng, dan dengan cara mekanis yaitu dengan memasang tiang pancang
menggunakan cara potongan dimana gaya-gaya yang bekerja pada tiap potongan.
Metode Bishop dipakai untuk menganalisis permukaan gelincir (slip surface) yang
berbentuk lingkaran. Dalam metode ini diasumsikan bahwa gaya-gaya normal total
berada/ bekerja dipusat alas potongan dan bisa ditentukan dengan menguraikan gaya-
gaya pada potongan secara vertikal atau normal (Sandra dan Anaperta, 2018). Metode
pada sisi-sisi irisan mempunyai resultan nol pada arah vertikal (Hardiyatmo, 2017).
Metode ini sangat cocok digunakan untuk pencarian secara otomatis bidang runtuh
kritis yang berbentuk busur lingkaran untuk mencari faktor keamanan minimum (Pane
kestabilan lereng. Anggapan yang dipakai pada metode ini yaitu besarnya gaya geser
antar-irisan ialah sama dengan nol (X=0) dan bidang runtuh berbentuk sebuah busur
lingkaran. Kondisi kesetimbangan yang dapat dipenuhi oleh metode ini adalah
kesetimbangan momen pada pusat lingkaran bidang keruntuhan untuk setiap irisan dan
kesetimbangan gaya dalam arah vertikal untuk setiap irisan, sedangkan kesetimbangan
gaya dalam arah horisontal tidak dapat dipenuhi (dapat dilihat pada Tabel 2).
Kesalahan metode ini apabila dibandingkan dengan metode lainnya yang memenuhi
metode Spencer, jarang lebih besar dari 5%. Metode ini sangat cocok dipakai untuk
menghitung secara otomatis bidang runtuh kritis yang bentuknya berupa busur
lingkaran untuk meperoleh harga faktor keamanan optimum (Noorchayo dkk, 2019).
(2)
Dengan :
F = Faktor aman
c’ = Kohesi tanah efektif (kN/m2 )
φ’ = Sudut gesek dalam tanah efektif (o)
bi = Lebar irisan ke-i (m)
Wi = Berat irisan tanah ke-i (kN)
θi = Sudut yang didefinisikan dalam Gambar 5 (o)
ui = Tekanan air pori pada irisan ke-i (o)
(Hardiyatmo, 2017)
bekerja pada sisi kanan kiri dari sembarang irisan mempunyai resultan nol pada arah
tegak lurus bidang longsornya (Pratama dkk, 2014). Gaya-gaya dan asumsi bidang
(a) (b)
Gambar 5. Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Irisan
(Sumber : Hardiyatmo, 2017)
16
(3)
Lengan momen dari berat massa tanah tiap irisan adalah R sin sin θ, maka :
(4)
Dengan :
R = Jari-jari lingkaran bidang longsor
N = Jumlah irisan
= Berat massa tanah irisan ke-i
= Sudut yang didefinisikan pada gambar Gambar 5. (a)
Dengan cara yang sama, momen yang, momen yang menahan tanah akan
longsor, adalah:
(5)
sehingga persamaan untuk faktor aman menjadi,
(6)
(7)
Dengan :
F = Faktor aman
c = Kohesi tanah (kN/m2)
φ = Sudut gesek dalam tanah (o)
ai = Panjang lengkung lingkaran pada irisan ke-i (m)
Wi = Berat irisan tanah ke-i (kN)
ui = Tekanan air pori pada irisan ke-i (kN/m2)
= Sudut yang didefinisikan dalam Gambar 5
(Hardiyatmo, 2017).
17
Perpindahan tanah selama gempa bumi meyebabkan momen inersia yang besar
pada lereng. Pada saat lereng mengalami pengaruh gempa dapat diasumsikan bahwa
tanah tersebut akan mengalami sedikit penurunan pada kekuatan lereng karena beban
siklis. Sampai pertengahan tahun 1960, sebagian besar dari lereng dianalisis dengan
ABC adalah lingkaran dengan pusat pada titik O, mengingat panjang lereng gaya yang
b. Inersia berlaku pada wedge, yang merupakan efek gempa bumi. Faktor
c. Menolak gaya persatuan luas (s) yang merupakan kekuatan geser tanah bertindak
Fs.
Gempa bumi dapat mengakibatkan gerakan dan keruntuhan lereng alam maupun
2. Perubahan tekanan air pori dan tegangan efektif dalam massa tanah.
3. Timbulnya retak-retak vertikal yang dapat mereduksi kuat geser tanah (Rekzyanti
dkk, 2016).
Bobot Isi Tanah. bobot isi tanah (Bulk density) menunjukkan perbandingan
antara berat tanah dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Bulk density
merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk
density, yang berarti makin sulit meneruskan air atau menembus tanah. Bobot isi tanah
pengujian Uji Geser Langsung (Direct Shear test). Pengujian ini dimaksudkan untuk
menentukan nilai kekuatan geser tanah dengan cara menggeser conto tanah yang
diberi beban normal (N). Kekuatan tanah diperoleh dari percobaan tersebut adalah
dalam kondisi drained, karena air didalam pori tanah diizinkan keluar selama
pembebanan.
Ada beberapa teori untuk menentukan kekuatan geser tanah, namun yang umum
kekuatan geser tanah merupakan fungsi dari kohesi dan sudut geser dalam tanah.
τf = c + σ tan ϕ (9)
Dengan :
τf = Kekuatan geser tanah (kN/m2)
c = Kohesi tanah (kN/m2)
σ = Tekanan normal (kN/m2)
ϕ = Sudut geser dalam (º)
Besarnya nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam (ϕ) dapat ditentukan melalui
hubungan antara tegangan normal (σ) dan tegangan geser (τ). Maka besarnya
tegangan normal (σ) dan tegangan geser (τ) dapat diperoleh dari rumus :
Apabila tanah bergerak, bidang gelincir atau bidang longsor merupakan zona
tanah dengan ketebalan tertentu yang umumnya pada bidang ini rongga pori tanah
menjadi lebih besar dari kondisi sebelum gerakan tanah terjadi. Selanjutnya, bila tanah
telah bergerak longsor, berarti tahanan tanah dalam menahan gaya geser pada zona
gelincir ini telah terlampaui, atau dengan kata lain pada kondisi tersebut faktor aman
terhadap staabilitas lereng telah kurang dari satu. Lereng akan stabil, bila gaya yang
menggeser tanah pada bagian atas lebih kecil daripada tahanan geser maksimum yang
dapat dikerahkan tanah pada bidang longsor. Beban lereng dapat berupa berat sendiri
tanah lempung atau campuran tanah yang mengandung lempung (campuran lempung,
lanau dengan sedikit butiran pasir), maka sebelum tanah runtuh, dipermukaan tanah
akan tampak retak-retak. Kondisi ini mengindikasikan telah terjadi gerakann tanah dan
mungkin keseimbangan kritis antara gaya geser yang timbul akibat beban tanah yang
akan longsor dengan tahanan geser tanah pada bidang gelincirnya telah terjadi. Saat
hujan turun, air hujan yang menggenang di permukaan atau yang berinfiltrasi ke dalam
tanah akan menambah beban yang harus didukung lereng. Selain itu, bila tanah retak
21
dan retakan tetap dibiarkan terbuka, dan kemudian terisi air hujan, maka akan semakin
menambah potensi longsornya tanah. Karena selain air hujan akan semakin menambah
licin bidang geser atau mengurangi tahanan geser tanah, juga akan menggenangi
retakan yang menimbulkan tambahan gaya lateral pada lerenng, sehingga merupakan
1. Dinding penahan konvensional. Dinding penahan tanah adalah suatu dinding yang
direncanakan untuk menahan permukaan tanah yang memiliki perbedaan tinggi pada
masing-masing sisi. Mengandalkan berat sendiri dan gesekan tanah dasar untuk
memikul gaya-gaya longsoran seperti tekanan lateral. Umumnya konstruksi ini dibuat
dari material pasangan batu kali atau beton bertulang, dan campuran dari keduanya.
mengandalkangaya gaya pasif dari tanah dasar dan kekakuan konstruksi sheet pile.
bahan-bahan sintetik dan sudah banyak digunakan sebagai solusi dalam masalah-
konstruksi perkuatan lereng/ timbunan, dan juga memberikan ketahanan yang cukup
baik terhadap gempa. Geosintetik dibagi menjadi beberapa golongan seperti geotekstil,
geogrid, geomembran, dan lain sebagainya, mempunyai beberapa fungsi utama seperti
separasi, filtrasi, perkuatan, drainase, proteksi, dan lapisan kedap. Konstruksi yang
22
4. Soil nailing (tie back). Soil Nailing adalah konstruksi perkuatan yang menggunakan
meode ini adalah dengan memasukkan/ menyuntikkan batang besi batangan ke dalam
Wilayah blok IUP Operasi Produksi seluas 10 hektar, yang terdiri atas Pit Paris dan Pit
Alaska. Luas masing-masing pit terbagi atas 5 hektar dan telah dibuka seluas 2,5
hektar untuk tiap-tiap pit nya. Lokasi ini dapat diakses menggunakan sepeda motor
dari Kendari menuju Kecamatan Andowia dengan waktu tempuh ± 2,5-3 jam. Adapun
23
24
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dan diamati secara langsung di lapangan dengan melihat
C. Tahap Penelitian
Tahapan yang akan dilakukan pada penelitian ini terdiri dari beberapa langkah
yaitu tahap studi literatur, tahap pengambilan data serta sampel, pengujian sampel
tanah, pengolahan data dan analisis data. Untuk lebih jelasnya tahapan yang dimaksud
1. Studi Literatur
analisis kestabilan lereng dengan menggunakan metode Bishop dan metode Fellenius
2. Pengambilan Data
Pengambilan data ini dilakukan dengan mengumpulkan data, berupa data primer
dan data sekunder. Kemudian akan diolah serta dianalisis untuk diperoleh hasilnya.
a. Data Primer
Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui
pengamatan langsung keadaan di lokasi penelitian. Data Primer yang dibutuhkan pada
sampel tanah yang akan diambil merupakan sampel tanah yang tidak terganggu. Selain
26
itu juga diperlukannya data berupa bobot isi tanah ( , kohesi (c dan sudut geser
dalam ( .
kestabilan lereng yakni berupa: (tinggi, lebar, dan sudut kemiringan jenjang), serta
b. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari studi literatur PT. Bumi
1. Peta IUP Daerah Penelitian, dimaksudkan untuk mengetahui batas-batas IUP daerah
penelitian.
2. Data Topografi, diperoleh dari kegiatan survei lapangan yang dilakukan dengan
3. Pengolaha Data
1. Sifat Fisik Tanah. Sifat fisik tanah yang dibutuhkan berupa nilai bobot isi tanah (γ).
Adapun prosedur pengujian sifat fisik tanah, berupa : Peralatan, Cara Uji, dan
Perhitungan.
2. Sifat Mekanik Tanah. Untuk mengetahui sifat-sifat mekanik tanah maka dilakukan
pengujian Uji Geser Langsung (Direct Shear Test). Sifat mekanik tanah yang
dibutuhkan berupa nilai kohesi tanah (c) dan nilai sudut geser dalam (ϕ). Adapun
27
prosedur pengujian sifat mekanik tanah, yaitu berupa : Peralatan, Cara Uji, dan
Perhitungan.
6.0 dengan sebagai acuan untuk Faktor Keamanan metode Bishop yaitu
lereng yang diperoleh di lapangan tiap blok yang meliputi tinggi, lebar, dan sudut
2. Menentukan titik pusat busur longsor dan bidang gelincir dengan melihat nilai
kemiringan lereng ( ) yang telah diketahui dan grafik sudut geser dalam (ϕ) maka
dapat diketahui nilai distance X (titik pusat busur longsor) dan nilai distance Y (tinggi
4. Analisis Data
Metode Fellenius
Fellenius
28
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini diperlihatkan dalam Tabel
3 berikut, yaitu :
Studi Literatur
Pengambilan Data
Pengolahan Data
1. Analisis Laboratorium Mekanika tanah
a. Penentuan Sifat fisik tanah (bobot isi tanah), menggunakan
persamaan γ =
b. Penentuan sifat mekanik tanah (Kohesi dan sudut geser
dalam) menggunakan parameter tegangan normal (σ) dengan
persamaan σ = dan tegangan geser (τ) dengan persamaan: τ =
2. Data Geometri Lereng
a. Membuat sketsa dua (2) dimensi menggunakan software Slide
6.0 dengan acuan Fk metode Bishop
,Fk metode
A
30
Analisis Data
dan
perhitungan
Hasil
Nilai Faktor Keamanan :
a.Nilai FK <1,07 dikatakan
lereng tidak stabil.
b.Nilai FK >1,25 dikatakan
lereng relatif stabil.
Selesai
Ali, R.K., Najib., Nasrudin, A. 2017. Analisis Peningkatan Faktor Keamanan Lereng
Pada Areal Bekas Tambang Pasir Dan Batu di Desa Ngablak, Kecamatan
Cluwak, Kabupaten Pati. Promine Journal. Vol. 5 (1). Hal 10 – 19
Aprilia, J., Muslim, D., Zakaria, Z., Tedy, O. 2019. Evaluasi Kestabilan Lereng
Tambang Batubara Pit ‘XY’ Menggunakan Metode Kesetimbangan Batas PT.
Bukit Asam Tbk. Padjajaran Geoscience Journal. Vol. 3. No 3. Hal 175-181.
ISSN : 2597-4033
Budi, G.S. 2011. Panduan dan Penjelasan Pengujian Tanah di Laboratorium. Graha
Ilmu. Yogyakarta. ISBN : 978-979-756—752-1
Chunge, L., Congliang, W., Xiaolan, D. 2015. Reliability Analysis Of Slope Stability
By Central Point Method. Journal Of Engineering Research And Applications.
Vol. 5. Issue 2. Hal 77-80. ISSN : 2248-9622
Irwandy, A. 2016. Geoteknik Tambang. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. ISBN :
978-602-03-2735-8
Lin, H., Zhong, W., Xiong, W., Tang, W. 2015. Slope Stability Analysis Using Limit
Equilibrium Method In Nonlinear Criterion. The Scientific World Journal,
vol. 2015. Hal 1-7
Metriani, R., Anaperta, Y.M., Saldy, T.G. 2019. Analisis Balik Kestabilan Lereng
Dengan Menggunakan Metode Bishop yang disederhanaka9n Pada Front II
Existing Tambang Quarry PT. Semen Padang, Sumatera Barat. Jurnal Bina
Tambang, Vol. 4. No. 4. Hal 49-58. ISSN: 2302- 3333
Noorchayo, A., Toha, M.T., Bochori. 2019. Stabilitas Lereng Disposal Serelo Selatan
Di Pt. Bumi Merapi Energi. Jurnal Pertambangan Vol. 3. No 4. ISSN : 2549-
1008
Nuric, A., Nuric, S., Kricak, L., Husagi, R. 2013. Numerical Methods In Analysis Of
Slope Stability. International Journal Of Science And Engineering
Investigations. Vol. 2. Issue. 14. Hal 41-48. ISSN: 2251-8843
Pane, R.A., Anaperta, Y.M. 2019. Karakterisasi Massa Batuan dan Analisis
Kestabilan Lereng Untuk Evaluasi Geometri Lereng di Pit Barat Tambang
Terbuka PT. AICJ (Allied Indo Coal Jaya) Kota Sawahlunto Provinsi
Sumatera Barat. Jurnal Bina Tambang. Vol. 4. No. 3. Hal 218-232. ISSN:
2302-3333
Pangemanan, V.G.M., Turangn, A.E., Sompie, O.B.A. 2014. Analisis Kestabilan
Lereng Dengan Metode Fellenius (Studi Kasus: Kawasan Citraland). Jurnal
Sipil Statik. Vol. 2. No.1. Hal 37-46. ISSN: 2337-6732
Pratama, R.B., Muhibbi, I.M., A, I.D & Hardiyati, S. 2014. Analisis Kestabilan Lereng
Dan Alternatif Penanganannya (Studi Kasus Longsoran Jalan Alternatif
Tawangmangu STA 3+150 – STA 3++200, Karanganyar). Vol. 3. No 3. Hal
573—585
Rajagukguk, O.C.P., A.E, T., Monintja, S., 2014. Analisis Kestabilan Lereng Dengan
Metode Bishop (Studi Kasus: Kawasan Citraland sta.1000m). Jurnal Sipil
Statik. Vol. 2. No. 3. Hal 140-147. ISSN: 2337-6732
Rekzyanti, R., Balamba, S., Manaroinsong, L. 2016. Analisa Kestabilan Lereng Akibat
Gempa (Studi Kasus : Iain Manado). Tekno Vol.14. No. 66. Hal 23-33. ISSN :
0215-9617
Sandra, H., Anaperta, Y.M. 2018. Analisis Kesetabilan Lereng Studi Kasus Area
Tambang Rakyat di Bukit Tui S0°28'43.15" E100°24'16.24"-S0°28'43.15"
E100°24'15.28" Kecamatan Padang Panjang Barat Kabupaten Padang
Panjang. Jurnal Bina Tambang. Vol. 3. No. 4. Hal 1657-1670. ISSN: 2302-
3333
Takwin, G.A., A.E, T., Rondonuwu, S.G. 2017. Analisis Kestabilan Lereng Metode
Morgenstern-Price (Studi Kasus : Diamond Hill Citraland). Tekno Vol. 15.
Hal 66-76. ISSN : 0215-9617