BAB I
PENDAHULUAN
Tengah.
6
1. Berapa besar nilai faktor keamanan (safety factor) lereng di Pit 5 PT.
1.2.1. Maksud
1.2.2. Tujuan
Persada.
1.3. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
7
2. Bagi Perusahaan
3. Bagi Pemerintah
penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
perpindahan massa tanah secara alami dari tempat yang tinggi ketempat
beban pada permukaan lereng dan berkurangnya daya ikat antara butiran
tanah relief. Karena itu, harus dibuat suatu model/desain lereng tambang
lereng yang stabil dan tepat dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pertambangan merupakan salah satu isu penting saat ini mengingat sebagian
dilakukan penggalian, maka tentunya akan semakin besar risiko yang akan
fisik dan mekanik batuan, kondisi air tanah, karakterisasi massa batuan,
serta struktur yang ada pada batuan. Makalah ini mencoba menganalisis
ditimbulkan dari suatu longsoran lereng pada studi kasus tambang mineral.
Tentunya hasil analisis risiko ini dapat memberikan suatu keputusan tentang
kelebihan yang sudah ada. Selain itu, peneliti juga mencari referensi dari
buku - buku maupun skripsi dan laporan kerja praktek dalam rangka
ilmiah.
32
lereng pada lokasi tersebut, kondisi air tanah setempat, faktor luar
landai suatu lereng untuk memastikan lereng itu akan tetap stabil.
struktur batuan, sifat fisik dan mekanik batuan serta gaya luar yang
bekerja pada lereng tersebut. Suatu cara yang umum untuk menyatakan
31
32
terjadinya longsor.
atau Bishop. Untuk suatu lereng dengan penampang yang sama, cara
Bishop.
tinggi lereng dan lebar jalan angkut atau berm pada lereng tersebut.
c. Koehesi (c)
3. Faktor Luar
31
32
belum dapat menjamin bahwa lereng tersebut dalam keadaan stabil. Hal
tinggi muka air tanah pada lereng tersebut, getaran akibat kegiatan
kondisi air tanah setempat, dan juga oleh teknik penggalian yang digunakan
dalam pembuatan lereng. Faktor pengontrol ini jelas sangat berbeda untuk
aturan yang umum untuk menentukan seberapa tinggi atau seberapa landai
31
32
geologi, kondisi air tanah dan faktor pengontrol lainnya yang terjadi pada
lereng, struktur batuan, sifat fisik dan mekanik batuan serta gaya-gaya luar
antara gaya penahan yang membuat lereng tetap stabil, dengan gaya
F = R / Fp .......................................................................................... (2.1)
Keterangan :
31
32
kekuatan massa batuan oleh tegangan yang terjadi, yang pada akhirnya
Konsentrasi tegangan
Gambar 2.1.
Ketidak Seimbangan Akibat Perubahan Tegangan
( Sumber : Pande, Beer, Williams. 1990 )
bidang lemah 1
blok penyangga
yang lepas bidang lemah 2
31
32
batuan ini, hal ini terjadi karena massa batuan bukanlah suatu massa yang
(overall slope), maka risiko kelongsoran akan semakin tinggi. Hal ini
banyak.
oleh perubahan tegangan akibat penghilangan beban pada sisi lereng yang
dimana kuat gesernya akan dilampaui yang pada akhirnya akan longsor.
1. Geometri lereng.
Makin tinggi lereng, makin besar risiko yang akan dihadapi. Hal
31
32
besar.
2. Bidang lemah
makin kuat serta bidang lemah makin sedikit dan makin kuat,
maka massa batuan akan makin kuat. Selain itu pula adanya
penentu kelongsoran.
31
32
longsor adalah bidang lemah yang searah dan lebih landai dari
muka lereng
Bidang lemah
31
32
makin lemah.
kemiringan lereng.
makin kuat.
3. Air tanah.
31
32
4. Getaran
ditemukan suatu zona campuran antara tanah dengan boulder batuan. Pada
zona ini seringkali terjadi kelongsoran yang tidak terduga, karena selain
karakteristik mekanis material pada zona ini sangat beragam, juga reaksi
lereng bukit dan tebing sungai, sedangkan lereng buatan manusia antara
lain: galian dan timbunan untuk membuat bendungan, tanggul dan kanal
31
32
a. Longsoran bidang
sepanjang bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat
3. Kemiringan bidang luncur atau lebih besar daripada sudut geser dalam
batuannya.
4. Terdapat bidang geser (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi
31
32
b. Longsoran baji
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika lebih dari
geser dalam batuannya. Bidang lemah ini dapat berupa bidang sesar,
kemiringan lereng.
31
32
c. Longsoran busur
terutama pada batuan yang lunak (tanah). Pada batuan yang keras
pada suatu tanah atau massa batuan sangat kecil dan tidak saling
31
32
e. Longsoran guling
dibuka dan lereng dibuat. Selain itu tanda-tanda gangguan alam yang dapat
31
32
Pertambangan Umum, masalah dimensi lereng dibahas pada Pasal 241. Pada
batuan/material penggalian.
a) Tertimpa batuan,
overall slope.
31
32
bidang longsor.
geser sepanjang potensi bidang longsor dan rata–rata kuat geser tanah
dengan mengasumsikan nilai dari faktor skala (l) harus terlebih dahulu.
Prinsip dari perhitungan ini adalah untuk mencari suatu nilai faktor skala
yang menghasilkan perbedaan absolut dari (FM – FF) lebih kecil dari
31
32
dan momen, pada umumnya pengaruh dari asumsi gaya geser antar irisan
adalah kecil sekali dan dapat diabaikan. Namun hal tersebut tidak berlaku
Pada umumnya untuk semua bentuk bidang runtuh, kecuali bidang runtuh
busur lingkaran, terdapat pengaruh yang cukup besar dari asumsi gaya geser
asumsi gaya geser antar-irisan yang digunakan, kecuali untuk bidang runtuh
planar.
penambangan.
31
32
belum dapat menjamin bahwa lereng tersebut dalam keadaan stabil. Hal
tinggi muka air tanah pada lereng tersebut, getaran akibat kegiatan
b. Curigai jika ada tumpukan batu disekitar toe, hal ini mengindikasikan
h. Curigai setiap retakan mendatar pada muka lereng, hal ini dapat
31
32
2.11. Tanah
terdiri dari agregat (butiran) mineral – mineral padat yang tidak tersementasi
(terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan bahan organik yang
telah melapuk disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang – ruang
mengandung bagian – bagian yang cukup berarti berasal dari pelapukan dan
sisa tanaman dan kadang kadang dari kumpulan kerangka dan kulit
kimia atau fisis. Tanah umumnya dapat berukuramn kerikil (gravel), pasir
31
32
butirnya (kecuali lempung dan lanau). Berikut adalah jenis tanah beserta
Berangkal/Boulder) > 20 cm
Kerakal/Cobble 8 –20 cm
Kerikil/Gravel 2 mm – 8 cm
31
32
Dari segi keteknikan yang disebut tanah berada pada ukuran mulai dari
kerikil kebawah. Pada tanah yang berbutir kasar (pasir halus hingga
butirnya. Sedangkan tanah yang berbutir halus (lempung dan lanau), sifat
ukuran butir tanah. Istilah pasir lempungan atau lempung pasiran akan
sifat plastisitasnya.
Salah satu parameter tanah yang penting adalah kuat geser tanah,
Tanah yang terdiri dari butir kasar dan halus yang bergerak relatif
antar butirnya akan mengalami keruntuhan geser (sher failure) jika tanah
didapatkan dari kohesi (C) antar butir dan gesekan antar butir ().
= C + ...............................(2.2)
= C + . tan
31
32
Berikut adalah illustrasi pengukuran Kuat Geser (Lihat pada gambar 2.9.)
’
tegangan normal antar butir, dan jika tegangan air pori = u, maka akan
menjadi;
= C’ + ( - u) . tan ......................................................(2.3)
Keterangan :
= tegangan normal
C’ = kohesi
( - u) = tegangan efektif = ’
31
32
paling umum digunakan ialah metode irisan yang dicetuskan oleh Fellenius
muka lereng (face failure), dan longsoran dasar lereng (base failure).
Longsoran kaki lereng umumnya terjadi pada lereng yang relatif agak curam
(>450) dan tanah penyusunnya relatif mempunyai nilai sudut geser dalam
yang besar (>300). Longsoran muka lereng biasa terjadi pada lereng yang
mempunyai lapisan keras (hard layer), dimana ketinggian lapisan keras ini
diatas lapisan keras berbahaya untuk longsor. Longsoran dasar lereng biasa
terjadi pada lereng yang tersusun oleh tanah lempung, atau bisa juga terjadi
pada lereng yang tersusun oleh beberapa lapisan lunak (soft seams).
metode ini hanya kesetimbangan momen untuk semua irisan pada pusat
beberapa irisan vertikal. Lebar setiap irisan tidak harus sama. Lebih banyak
31
32
irisan maka akan lebih ditail hasil yang dapat didapat. Mengingat satuan
(∑ 1) (𝑐)+ (∑ 3) tan ∅
𝑓𝑠 = ∑2
.............................................................(2.4)
Keterangan :
𝑐 = Kohesi
BAB III
METODE PENELITIAN
Teweh (ditarik garis lurus dari Muara Teweh – lokasi IUP ). Secara
31
32
31
32
31
32
A. Fisiografi
B. Stratigrafi regional
43
32
43
32
meter.
batubara.
C. Struktur geologi
43
32
bergelombang landai.
43
32
timurlaut-baratdaya.
Alat yang digunakan dalam kegiatan Tugas Akhir ini antara lain:
b. Alat Tulis
lapangan.
43
32
Peralatan ini meliputi safety shoes, helm, dan rompi reflector, masker,
e. Laptop
Laptop berfungsi untuk mengolah data – data yang telah diperoleh baik
f. Kalkulator
3.4.2. Metode
43
32
3.4.3. Proses
43
32
Rumusan Masalah
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Single bench
Overall bench
43
32
3.1).
2 Pengambilan Data
3 Pengolahan Data
4 Pembuatan Laporan
Konsultasi
5
Pembimbing
BAB IV
4.1. Hasil
terbuka metode strip mine, saat ini sedang menjalankan pit 5 seluas
43
32
penambangan.
Gambar 4.1.
Keadaan Lokasi Penelitian
43
Gambar 4.2.
Penulis Bersama Pembimbing Lapangan
Gambar 4.3.
Lereng Pit 5 PT Unirich Mega Persada
76
Gambar 4.4
Lereng Pit 5 PT Unirich Mega Persada Berdasarkan Slide
b. Tanah Lempung
karena tanah lempung ini tidak terbawa oleh air tidak pernah
c. Batulempung
76
Batulempung adalah jenis batuan sedimen (umumnya
namanya siltstone.
Tanah Lempung
Lapisan Tanah Lempung Batu Lempung
Pasiran
2,52 E-04
2,52 E-04 m/hari 3,6 E-5 m/hari
Permebilitas (k)
m/hari
76
19, 5 KN/m 19,5 KN/m 18,25 KN/m
Kohesi (c)
( ∑ 1) (c)+ ( ∑ 3) tan ∅
fs =
∑2
Keterangan :
ΔLn = Luas Irisan.
∑1 = ∑ ΔLn
∑1 = ∑ Wn Sin αn
∑1 = ∑ Wn Cos αn
γ = Berat volume tanah.
Wn = Berat beban irisan.
αn = Besar sudut irisan terhadap titik pusat lingkaran.
𝑐 = Kohesi
76
Gambar 4.5.
Lempung Pasiran Kering 1
Irisan
ΔLn γ Wn Sin Cos Wn Sin Wn Cos
αn
αn αn αn αn
No, (m²) (kN/m) (kN/m)
I 5,04 12,36 62,29 17 0,29 0,96 18,21 59,45
II 10,08 12,36 124,59 25 0,42 0,91 52,65 112,85
III 14,12 12,36 174,52 33 0,54 0,84 95,05 127,63
IV 16,83 12,36 208,02 43 0,68 0,73 141,86 152,13
V 17,13 12,36 211,73 55 0,82 0,57 173,43 121,44
VI 8,27 12,36 102,22 75 0,97 0,26 98,73 26,45
∑ 71,47 579,93 599,95
Keterangan :
( ∑ 1) (c)+ ( ∑ 3) tan ∅
fs =
∑2
= 2,7
76
Gambar 4.6.
Analisis Bidang Longsor Lempung Pasiran Basah 1
Keterangan :
( ∑ 1) (c)+ ( ∑ 3) tan ∅
fs =
∑2
= 2,0
76
Gambar 4.7.
Analisis Lempung Kering 1
Irisan
ΔLn Γ Wn
Sin Cos Wn Sin
No, (m²) (kN/m) (kN/m) αn αn αn αn Wn Cos αn
I 5,04 12,22 61,59 17 0,29 0,96 18 58,89
II 10,08 12,22 123,18 25 0,42 0,91 111,63 52,05
III 14,12 12,22 172,55 33 0,54 0,84 93,97 93,97
IV 16,83 12,22 205,66 43 0,68 0,73 140,25 140,25
V 17,13 12,22 209,33 55 0,82 0,57 171,47 171,47
VI 8,27 12,22 101,06 75 0,97 0,26 97,61 97,61
∑ 71,47 632,93 614,24
Keterangan :
( ∑ 1) (c)+ ( ∑ 3) tan ∅
fs =
∑2
= 2,5
76
Gambar 4.8.
Analisis Lempung Basah 1
Keterangan
( ∑ 1) (c)+ ( ∑ 3) tan ∅
fs =
∑2
= 2,0
76
Gambar 4.9.
Analisis Batu Lempung Kering 1
Keterangan : C
( ∑ 1) (c)+ ( ∑ 3) tan ∅
fs =
∑2
= 2,8
76
Gambar 4.10.
Analisis Batu Lempung Basah 1
Keterangan :
( ∑ 1) (c)+ ( ∑ 3) tan ∅
fs =
∑2
= 2,3
76
Gambar 4.11.
Analisis Lempung Pasiran Kering 2
Keterangan :
(∑ 1) (𝑐) + (∑ 3) tan ∅
𝑓𝑠 =
∑2
= 2,8
76
Gambar 4.12.
Lempung Pasiran basah 2
Keterangan :
( ∑ 1) (c)+ ( ∑ 3) tan ∅
fs =
∑2
= 2,0
76
Gambar 4.13.
Analisis Lempung Kering 2
Keterangan :
( ∑ 1) (c)+ ( ∑ 3) tan ∅
fs =
∑2
= 2,8
76
Gambar 4.14.
Analisis Lempung Basah 2
( ∑ 1) (c)+ ( ∑ 3) tan ∅
fs =
∑2
= 2,1
76
Gambar 4.15.
Analisis Batu lempung Kering 2
Keterangan :
( ∑ 1) (c)+ ( ∑ 3) tan ∅
fs =
∑2
= 2,9
76
Gambar 4.16.
Analisis Batu Lempung Basah 2
Keterangan :
( ∑ 1) (c)+ ( ∑ 3) tan ∅ 30
fs =
∑2
= 3,0
76
Gambar 4.17.
Analisis Lempung Berpasir Kering 3
Keterangan :
( ∑ 1) (c)+ ( ∑ 3) tan ∅
fs =
∑2
= 3,5
76
Gambar 4.18.
Lempung Pasiran Basah 3
( ∑ 1) (c)+ ( ∑ 3) tan ∅
fs =
∑2
= 2,7
76
Gambar 4.19.
Analisis Lempung Kering 3
Keterangan :
( ∑ 1) (c)+ ( ∑ 3) tan ∅
fs =
∑2
= 3,5
76
Gambar 4.20.
Analisis Lempung Basah 3
Tabel 4.17 Lempung Basah 3
Irisan ΔLn γ Wn Sin Wn Sin Wn Cos
αn Cos αn
No, (m²) (kN/m) (kN/m) αn αn αn
I 14,83 17,09 253,44 5 0,09 1,00 22,09 252,48
II 20,32 17,09 347,27 8 0,14 0,99 48,33 343,89
III 21,37 17,09 365,21 12 0,21 0,98 75,93 357,23
IV 27,27 17,09 466,04 18 0,31 0,95 144,02 443,23
V 32,42 17,09 554,06 24 0,41 0,91 225,36 506,16
VI 36,73 17,09 627,72 30 0,50 0,87 313,86 543,62
VII 40,03 17,09 684,11 37 0,60 0,80 411,71 546,36
VIII 42,03 17,09 718,29 45 0,71 0,71 507,91 507,91
IX 38,31 17,09 654,72 53 0,80 0,60 522,88 394,02
X 25,5 17,09 435,80 64 0,90 0,44 391,69 191,04
∑ 298,81 2663,77 4085,94
Keterangan :
( ∑ 1) (c)+ ( ∑ 3) tan ∅
fs =
∑2
= 2,7
76
Gambar 4.21.
Analisis Batu Lempung Kering 3
Irisan
ΔLn γ Wn Sin Wn Sin Wn Cos
αn Cos αn
αn αn αn
No, (m²) (kN/m) (kN/m)
I 14,83 12,27 181,96 5 0,09 1,00 15,86 181,27
II 20,32 12,27 249,33 8 0,14 0,99 34,70 246,90
III 21,37 12,27 262,21 12 0,21 0,98 54,52 256,48
IV 27,27 12,27 334,60 18 0,31 0,95 103,40 318,23
V 32,42 12,27 397,79 24 0,41 0,91 161,80 363,40
VI 36,73 12,27 450,68 30 0,50 0,87 225,34 390,30
VII 40,03 12,27 491,17 37 0,60 0,80 295,59 392,26
VIII 42,03 12,27 515,71 45 0,71 0,71 364,66 364,66
IX 38,31 12,27 470,06 53 0,80 0,60 375,41 282,89
X 25,5 12,27 312,89 64 0,90 0,44 281,22 137,16
∑ 298,81 1912,49 2933,55
Keterangan :
( ∑ 1) (c)+ ( ∑ 3) tan ∅
fs =
∑2
= 3,7
76
Gambar 4.22.
Analisis Batu Lempung Basah 3
= 3,7
76
4.3.1. Lereng Keseluruhan (Overall Slope)
Keterangan 1 2 3
Gambar 4.23.
Lereng Keseluruhan (Overall Slope)
Keterangan :
( ∑ 1) (c)+ ( ∑ 3) tan ∅
fs =
∑2
= 2,3
76
𝐻
Overall Angle (βall) = tan-1(𝐷 )
Keterangan :
H : Tinggi keseluruhan
D : Lebar keseluruhan
H = 25,5
D = 37,339
H
= 0,6748
D
β˚ = 34,001˚
4.2. Pembahasan
yaitu titik koordinat lereng dan data-data tanah lereng tersebut (c,
76
4.2.2. Hasil Perhitungan dengan Menggunakan Program Slide
341 tahun 1930. Pasal 241 Tinggi Permuka Kerja dan Lebar Teras
Kerja.
(1) Kemiringan, tinggi, dan lebar teras harus dibuat dengan baik
76
(2) Tinggi jenjang (bench) untuk pekerjaan yang dilakukan pada
manual
mekanis.
manual
Inspeksi Tambang.
76
4.2.3. Upaya Peningkatan Kestabilan Lereng
Unirich Mega Persada Analisis overall slope rata rata sebesar 2,3
standar analisis overall slop rata – rata, sehingga ultimate pit limit
kedepan.
Gambar 4.24.
FK Upaya Peningkatan Kestabilan Lereng
76
Tabel 4.21. Keterangan Geometri Lereng Upaya Peningkatan
Keterangan 1 2 3
76
Gambar 4.25.
Lereng Aktual
Gambar 4.26.
Upaya Peningkatan Kestabilan Lereng
76
= Lereng aktual
BAB V
5.1. Kesimpulan
Fellenius pada lereng di pit 5 PT. Unirich Mega Persada, maka dapat ditarik
1. Hasil nilai safety factor pada Analisis yang pertama adalah 2,3. Analisis
yang kedua adalah 2,6. Hasil nilai safety factor pada Analisis yang ketiga
76
adalah 3,3. Hasil nilai safety factor pada Analisis Overall adalah 2,3.
Dari nilai tersebut maka dapat dikatakan lereng tersebut adalah lereng
Persada Analisis overall slope rata rata sebesar 2,3 maka peneliti
overall slop rata – rata, sehingga ultimate pit limit tidak melebar serta
76
77
5.2. Saran
bench.
5. Membuat rambu / boundry dengan pita menyala atau safety line agar bisa
DAFTAR PUSTAKA
Gian Paolo Giani. 1992 “Rock Slope stability Analysis. Balkema”. diperoleh pada
Hoek, E. and Bray, 1981 “Rock Slope Engineering”’ 3rd Ed., The Institution Of
2015.
Hoek & Bray. 1981 “Rock Slope Engineering”. Third Edition. The Institution of
Pande, Beer, Williams. 1990. Numerical Methods in Rock Mechanics. John Wiley