Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS KESTABILAN LERENG (SLOPE) PADA PIT D

TAMBANG BATUBARA PT. LEMBU SWANA PERKASA, KEC.


SAMBOJA, KAB. KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR
SKRIPSI
“Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Strata - satu (S1)
Teknik Sipil”

Oleh :

Marlina Wanda Sari Rahwanto


216.010.51.032

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2021
ANALISIS KESTABILAN LERENG (SLOPE) PADA PIT D
TAMBANG BATUBARA PT. LEMBU SWANA PERKASA, KEC.
SAMBOJA, KAB. KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR
SKRIPSI
“Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Strata - satu
(S1) Teknik Sipil”

Oleh :

Marlina Wanda Sari Rahwanto


216.010.51.032

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2021
ABSTRAK
Marlina Wanda Sari Rahwanto, 216.0105.1.032. Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Islam Malang, Analisis Kestabilan Lereng (slope) pada PIT D Tambang
Batubara PT. Lembu Swana Perkasa, Kec. Samboja, Kab. Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur, Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Hj. Eko Noerhayati,MT. dan Ir.
Bambang Suprapto, M.T.

Stabilitas lereng selalu berkaitan dengan bencana longsor yang dimana terjadi
proses perpindahannmassa tanah dari permukaan yang tinggi ke permukaan yang
lebih rendah. Penelitian dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui kondisi
lereng dan menganalisa tingkat kestabilan lereng tambang pada Pit D PT. LEMBU
SWANA PERKASA yang berlokasi di Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai
Kartanegara, Provinsi KalimantannTimur. Metodeeyang digunakan adalah
metode Bishop, dan apliaksi yang digunakan dalam penelitian ini ialah rocscience
slide 6 dan autocad. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada Pit D
dalam peta geologi daerah ini masuk kedalam Formasi Balikpapanndan Formasi
KampunggBaru, dengan litologi penyusun Formasi Balikpapannterdiri batu
pasirrdan lempunggdengan sisipan lanau, batu dan batubara, sedangkan penyusun
Formasi Kampungg Baru adalah Batu pasir kurasa dengan sisispan llempung,
lanau, dan lignit. Analisa kestabilan lereng dilakukan pada lereng tambang batu
bara, pada kondisi di lapangan mendapatkan hasil kondisi lereng highwall
memiliki nilai Faktor Keamanan(FoS) rata-rata 2,3 dan lereng lowwall memiliki
Faktor Keamanan(FoS) rata-rata 1,6 yang dimana FK telah memenuhi standart
Bowles, 1989 yaitu FK>1,25.

Kata Kunci : Lereng, Slope, Software Rocscience Slide, Analisis Kestabilan Lereng.

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia kebutuhan akan energi sangat tinggi, misalnya untuk energi

listrik dan bahan bakar lainnya. Indonesia memiliki kekayaan alam yang

sangat melimpah yaitu berupa hutan, gas bumi, hasil tambang

(batubara,minyak,dll) yang dimana dapat dimanfaat dengan baik.

Hasil bumi yang melimpah salah satunya adalah sektor penambangan

batubara, setelah sektor minyak bumi atau migas. Batubara dapat digunakan

untuk bahan bakar pembangkit listrik, bahan bakar kereta api, dan beberapa

industri yang membutuhkan bahan bakar batubara. Oleh karena itu, Indonesia

dijadikan sebagai negara pengekspor batubara terbesar urutan ke-3 di dunia

dengan total cadangan kurang lebih 237.295 juta ton, setelah Cina dan

Amerika Serikat (BP Statistical Review of World Energy, 2015).

Penambangan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dimulai dari

kegiatan penyelidikan bahan galian sampai pemasaran bahan galian.

Penambangan bahan galian dilakukan dengan cara membuat suatu lubang

bukaan di permukaan hingga elevasi tertentu yang mempunyai tujuan untuk

mengambil bahan galian yang berupa mineral atau batubara. Sebagian

perusahaan melakukan upaya untuk meningkatkan jumlah cadangan batubara

yang akan ditambang, dengan cara melalukan pendalaman penggalian.

Kestabilan lereng sangat erat kaitannya dengan bencana longsor atau

pergerakan tanah yang merupakan proses perpindahan massa tanah secara

1
alami dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Pergerakan tanah

bisa terjadi karena adanya perubahan keseimbangan daya dukung tanah dan

akan berhenti setelah mencapai keseimbangan yang baru. Terjadinya longsor

umumnya terjadi karena tanah sudah tidak mampu menahan berat lapisan

tanah karena ada penambahan beban pada permukaan lereng dan sudah

berkurangnya daya ikat tanah antara butiran tanah relief. Selain itu, longsor

atau likuifikasi juga dapat terjadi karena adanya faktor alam yaitu tingginya

curah hujan yang terjadi di wilayah tersebut, adanya gempa bumi, juga bisa

dengan adanya faktor peledakan/blasting di daerah tersebut.

PT. Lembu Swana Perkasa adalah perusahaan penambangan batubara yang

berlokasi di Kalimantan Timur dan berdiri sejak 2004. Perusahaan ini

menyediakan jasa kepada pemilik batubara di Indonesia yang meliputi proses-

proses seperti; survey geologi dan perancanaan, pengangkatan lapisan,

penambangan batubara, produksi, reklamasi, dan rehabilitasi.

Proses penambangan batubara selalu diawali dengan tahapan

eksplorasi,eksploitasi, dan rehabilitasi. Yang pertama proses eksplorasi yang

merupakan tahapan pencarian lokasi dimana memiliki sumber daya yang

potensial untuk dilakukan penambangan, lalu proses eksploitasi yaitu

melakukan pengambilan sumber daya dari lokasi sumber ditemukannya

menuju lokasi pengelolaan yang nantinya akan di distribusikan ke pasar atau

industry yang membutuhkan. Proses rehabilitasi mempunyai peranan penting

yaitu untuk menjaga agar lahan bekas tambang tetap dapat berfungsi kembali

seperti sebelum dilakukan proses penambangan.

2
Tingkat kestabialn lereng tambang dapat kita ketahui setelah melakukan

penyelidikan geoteknik. Lereng dapat dikatan stabil apabila memenuhi kriteria

Bowles (1989) bahwa lereng dengan nilai FK > 1,25 berada pada kondisi yang

aman atau stabil. Namun, ada beberapa pendapat lain yaitu kestabilan lereng

tambang pada umumnya dinyatakan dengan nilai Faktor Keamanan (FK) yang

diperoleh dari Metode Kesetimbangan Batas (Limit Equilibrium Method).

Nilai FK=1 bisa dikatakan sebagai batas kritis lereng stabil. Kenyataan yang

ada, masih dapat ditemukan lereng yang tidak/kurang stabil dengan nilai FK >

1 atau lereng yang stabil dengan nilai FK < 1 (Hoek, 1974, dalam Steffen,

2008). Hal ini bisa jadi disebabkan oleh besaran ketidakpastian yang tidak

dapat ditangkap oleh nilai FK. Namun, bila menemui lereng yang memiliki

nilai FK=3, maka bukan berarti lereng tersebut dua kali lebih stabil daripada

nilai FK=1.5. Ketidakpastian atau aspek-aspek realitas akan mempengaruhi

proses pengerjaan. Faktor internal dan eksternal dapat mempengaruhi

kestabilan lereng tambang, yang dimana faktor internal dapat meliputi kondisi

massa batuan, desain tambang, dan kondisi geologi lokasi penambangan,

sedangkan faktor eskternal meliputi intensitas curah hujan dan tingkat

pelapukan.

Tujuan penelitian ini akan memberikan tentang kestabilitasan lereng di

lahan pertambangan PT. Lembu Swana Perkasa, dengan metode Bishop dari

data primer maupun sekunder. Analisa kestabilan lereng tersebut diharapakan

dapat memberikan masukkan untuk lereng penambangan yang optimal untuk

digunakan dan memberikan gambaran mengenai kondisi dari lereng dan untuk

3
mengetahui nilai faktor keamanannya telah memenuhi syarat aman, sehingga

bisa dilakukan tindakan lebih lanjut untuk meminimalkan resiko longsor atau

terjadinya likuifikasi di area tersebut.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat di identifikasi

beberapa permasalahan yang ada, yaitu.

1. Seringnya terjadi Liquifikasi atau Longsor yang terjadi pada lereng

tambang.

2. Longsor atau Liquifikasi yang disebabkan oleh adanya peledakan di

lereng tambang.

3. Longsor atau Liquifikasi yang disebabkan oleh faktor alam yaitu

adanya curah hujan yang tinggi.

1.3 Rumusan Masalah

1. Berapa besar nilai Slope atau lereng yang memenuhi untuk lereng

tambang di PT. Lembu Swana Perkasa?

2. Berapa nilai FK (Faktor Keamanan) yang memenuhi untuk lereng

tambang di PT. Lembu Swana Perkasa?

3. Bagaimana cara untuk meningkatkan kestabilan lereng tambang di

PT. Lembu Swana Perkasa?

1.4 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penelitian ini yaitu.

1. Untuk mengetahui desain Slope atau lereng tambang di PT. Lembu

Swana Perkasa.

4
2. Untuk mengetahui nilai FK (Faktor Keamanan) lereng tambang di

PT. Lembu Swana Perkasa.

3. Untuk mengetahui cara meningkatkan kestabilan pada lereng

tambang di PT. Lembu Swana Perkasa.

Manfaat dari penelitian ini yaitu.

1. Sebagai bahan refrensi untuk instansi yang terkait.

2. Sebagai bahan refrensi untuk mahasiswa dan masyarakat umum.

3. Mahasiswa dapat mengetahui nilai FK (Faktor Keamanan) lereng

tambang yang baik.

1.5 Lingkup Pembahasan

Sesuai dengan judul skripsi yaitu Analisa Kestabilan Lereng (Slope) Pada

PIT D Tambang BatuBara PT. Lembu Suwana Perkasa, Kec. Samboja, Kab.

Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur , maka lingkup pembahasannya

meliputi:

1. Mengetahui gambaran kondisi di lapangan yaitu.

a. Peta Topografi

b. Peta Geologi

c. Peta Desain

2. Menganalisa lereng untuk mengetahui nilai Faktor Keamanan

3. Menganalisis Kestabilan lereng dengan menggunakan permodelan

software Rockscience Slide 6

5
4. Penentuan nilai faktor keamanan berdasarkan dengan ketentuan

Bowles, 1989. Untuk mengetahui tingkat kestabilan lereng dinding

tambang

5. Merekomendasikan langkah untuk meningkatkan kestabilan lereng

dinding tambang.

6
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Besar nilai slope atau lereng yang memenuhi untuk lereng tambang pada

PT. Lembu Swana Perkasa ialah sayatan A-A’ pada bagian sisi kanan dan

kiri lereng mempunyai tinggi 85,43 m dan 84,06 m, yang dimana lebar

bench rata-rata adalah 5m dengan sudut rata-rata 45° dan dengan tinggi

setiap single slopenya rata-rata 10 m. Untuk sayatan B-B’ pada sisi kanan

dan kiri lereng mempunyai tinggi 68,99 m dan 80,90 m. dimana lebar bench

rata-rata 5 m, kemiringan sudut lereng 45° dan tinggi setiap single slopenya

10 m. Sedangkan, pada sayatan C-C’ sisi kanan dan kiri lereng mempunyai

tinggi masing-masing 63,66 m dan 43,14 m. mempunyai lebar bench rata-

rata 5 m, kemiringan sudut lereng rata-rata 45° memiliki tinggi setiap single

slope rata-rata 10 m.

2. Nilai FK yang memenuhi standart atau kriteria Bowles, 1989 ialah

FK>1,25. Untuk kestabilan design lereng pada lereng tambang PT. Lembu

Swana Perkasa telah memenuhi kriteria Bowles, 1989. Dimana, pada

sayatan A-A’ sisi sebelah kanan mempunyai nilai FK (Factor of Safety) 2,0

dan pada sisi sebelah kiri mempunyai nilai FK (Factor of Safety) sebesar

1,3. Sedangkan pada sayatan B-B’ sisi sebelah kanan mempunyai nilai FK

(Factor of Safety) sebesar 2,9 dan pada sisi sebelah kiri memiliki nilai FK

(Factor of Safety) sebesar 2,1. Dan pada sayatan C-C’ sisi sebelah kanan

mempunyai nilai FK (Factor of Safety) sebesar 2,0 dan pada sisi sebelah

kiri memiliki nilai FK (Factor of Safety) sebesar 1,6.

76
3. Lereng tambang pada PT. Lembu Swana Perkasa telah sesuai dengan

kriteria Bowles, 1989 yang dimana nilai FK telah memenuhi FK > 1,25.

Adapun langakah-langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai

FK dan mencegah adanya liquifikasi ialah

a. Mengubah atau mendesain lereng dengan sudut antara 30°-45°.

b. Dapat memlebarkan bench anatara 10 m-25 m.

c. Membuat parit pada sepanjang bench yang bertujuan meningkatkan

stabilitas lereng serta mengurangi intensitas rembesan air yang

terjadi pada dinding lereng tambang dari air hujan.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan analisa dengan metode lainnya seperti dengan metode

Janbu.

2. Adanya perbandingan analisa permodelan lereng dengan menggunakan

aplikasi atau dengan software lainnya seperti software geostudio

ataupun aplikasi lainnya

77
78
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Abdul. About SR, Density, Tonase. 03 Desember 2020.


https://www.scribd.com/doc/67977189/About-SR-DensityTonase.
Azizi, M.A. 2012. Analisis Resiko Kestabilan Lereng Tambang Terbuka (Studi
Kasus Tambang Mineral X). Prosiding Simposium dan Seminar
Geomekanika ke-1: Jakarta.
Bowles, J.E. 1984. Physical and Geotechnical Properties of Soil: Second Edition.
McGraw-Hill: New York, USA.
De Coster, G. L., 1974, The Geology of the Central and South Sumatra
Basin,Proceedings 3rd Annual Convention IPA, Juni 1974, Jakarta.
Febrian, D. F. Yuliadi, dan Dono G. (2015). Rancangan Desain Pit Batubara di PT
Cakra Persada Mandiri Mining (PT CPMM) Desa Panaan, Kec. Bintan
Arakabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah. Prosiding
Penelitian SPeSIA
Gautama, R. S dan Pramono, Y. B. Tri, (1991), “Kemantapan Lereng di
Pertambangan Indonesia”, ITB, Bandung.
Gautama, R. S dan Pramono, Y. B. Tri, (1991), “Kemantapan Lereng di
Pertambangan Indonesia”, ITB, Bandung. Gulhati, Shashi K. and Datta,
Manoj. (2005). Geotechnical Engineering, Tata McGraw-Hill Publishing
Company : New Delhi
Hartoyo, Wijaya. 1997. Studi Perbandingan Berbagai Metode Analisa Kestabilan
Lereng. Fakultas Teknik Universitas Kristen Petra: Surabaya
Hartoyo, Wijaya. 1997. Studi Perbandingan Berbagai Metode Analisa Kestabilan
Lereng. Fakultas Teknik Universitas Kristen Petra: Surabaya
Hoek, E and Brown, E.T. 1980. Empirical Strength Criterion for Rock Masses.
Journal of the Geotechnical Engineering Division: Proceedings of
American Society of Civil Engineers, Vol. 106.
Hoek, E and Brown, E.T. 1997. Technical Note Practical Estimates of Rock Mass
Strength. Elsevier: International Journal Rock Mechanics and Mining
Sciences Vol 34, No 8 pages 1165-1186.
Hoek, E and Marinos, P. 2000. GSI: Geologically Friendly Tool for Rock Mass
Strength Estimation. Proceeding of the International Conference
Geotechnical and Geological Engineering: Melbourne.
Hoek, E. and Bray, J. W. 1981.Rock Slope Engineering.3rd edition. Institution of
Mining and Metallurgy, London.
Hoek, E., Carter, T.G., Diedrichs, M.S. 2013. Quantification of Geological Strength
Index Chart. Proceedings of 47th Geomechanic Symposium: San
Fransisco.
Hoek, E., Read, J., Karzulovic, A., Chen, Z.Y. 2000. Rock Slopes for Civil and
Mining Engineering. Proceeding of the International Conference
Geotechnical and Geological Engineering: Melbourne.
Hoek,E., Torres, C.C., Corkum, B. 2002. Hoek Brown Criteria Failure Criteria
2002. NARMS-TAC Conference: Toronto.
Huticson, C.S,.1996. South-East Asian Oil, Gas, Coal, and Mineral Deposits.
Clarendon press: Oxford
Koesoemadinata, R. P,. (1978). "Sedimentary Framework of Tertiary Coal Basins
of Indonesia", Proceeding of the 3rd Regional Confrencee on Geology and
Mineral Resource of Southeast Asia (Bangkok), pp. 621 - 39.
M. Das, Braja. (2002).Principles of Geotechnical Engineering, Edisi ke7,
Wadswoth Group : USA.
Pulungono, A. 1983. Sistem sesar utama dan Pembentukan Cekungan Palembang
(Main Fault System and the Formation of The Palembang Arc). Doctoral
Dissetation, ITB
Read, John and Peter Stacey, (2010). OPEN PIT SLOPE DESIGN. CSIRO:
Australia
Sabdono, Agus Sabar, (2017). Analisi Kestabilan Lereng PIT 7 West B Tambang
BatuBara PT. BUMA SITE BINUNGAN, BERAU, KALIMANTAN
TIMUR. Skripsi. Fakultas Teknik Geologi Universitas Diponegoro,
Semarang
Suardi, Ujang. (2012). Identifikasi Penyebaran dan Analisis Stripping Ratio (SR)
Seam Batubara Dengan Menggunakan Data Geofisika Logging Pada Area
PIT-3 Konsensi Tambang Batubara di Kohong-Kalimantang Tengah.
Skripsi Sarjana pada Teknik Geofisika FT UNILA.
Van Bemmelen, R.W..1970. The Geology of Indonesia, volume 1. A.Haque.
Netherlands
Wisnu & Nazirman. 1997. Geologi Regional Sumatera Selatan. Pusat
SurveiGeologi Badan Geologi Kementrian ESDM
Wylie, Duncan C and Christoper W Mah. (2003). Rock Slope Engineering, Edisi
ke-4. Spon Press: London and New york

Anda mungkin juga menyukai