Oleh :
Oleh :
Stabilitas lereng selalu berkaitan dengan bencana longsor yang dimana terjadi
proses perpindahannmassa tanah dari permukaan yang tinggi ke permukaan yang
lebih rendah. Penelitian dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui kondisi
lereng dan menganalisa tingkat kestabilan lereng tambang pada Pit D PT. LEMBU
SWANA PERKASA yang berlokasi di Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai
Kartanegara, Provinsi KalimantannTimur. Metodeeyang digunakan adalah
metode Bishop, dan apliaksi yang digunakan dalam penelitian ini ialah rocscience
slide 6 dan autocad. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada Pit D
dalam peta geologi daerah ini masuk kedalam Formasi Balikpapanndan Formasi
KampunggBaru, dengan litologi penyusun Formasi Balikpapannterdiri batu
pasirrdan lempunggdengan sisipan lanau, batu dan batubara, sedangkan penyusun
Formasi Kampungg Baru adalah Batu pasir kurasa dengan sisispan llempung,
lanau, dan lignit. Analisa kestabilan lereng dilakukan pada lereng tambang batu
bara, pada kondisi di lapangan mendapatkan hasil kondisi lereng highwall
memiliki nilai Faktor Keamanan(FoS) rata-rata 2,3 dan lereng lowwall memiliki
Faktor Keamanan(FoS) rata-rata 1,6 yang dimana FK telah memenuhi standart
Bowles, 1989 yaitu FK>1,25.
Kata Kunci : Lereng, Slope, Software Rocscience Slide, Analisis Kestabilan Lereng.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
listrik dan bahan bakar lainnya. Indonesia memiliki kekayaan alam yang
batubara, setelah sektor minyak bumi atau migas. Batubara dapat digunakan
untuk bahan bakar pembangkit listrik, bahan bakar kereta api, dan beberapa
industri yang membutuhkan bahan bakar batubara. Oleh karena itu, Indonesia
dengan total cadangan kurang lebih 237.295 juta ton, setelah Cina dan
1
alami dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Pergerakan tanah
bisa terjadi karena adanya perubahan keseimbangan daya dukung tanah dan
umumnya terjadi karena tanah sudah tidak mampu menahan berat lapisan
tanah karena ada penambahan beban pada permukaan lereng dan sudah
berkurangnya daya ikat tanah antara butiran tanah relief. Selain itu, longsor
atau likuifikasi juga dapat terjadi karena adanya faktor alam yaitu tingginya
curah hujan yang terjadi di wilayah tersebut, adanya gempa bumi, juga bisa
yaitu untuk menjaga agar lahan bekas tambang tetap dapat berfungsi kembali
2
Tingkat kestabialn lereng tambang dapat kita ketahui setelah melakukan
Bowles (1989) bahwa lereng dengan nilai FK > 1,25 berada pada kondisi yang
aman atau stabil. Namun, ada beberapa pendapat lain yaitu kestabilan lereng
tambang pada umumnya dinyatakan dengan nilai Faktor Keamanan (FK) yang
Nilai FK=1 bisa dikatakan sebagai batas kritis lereng stabil. Kenyataan yang
ada, masih dapat ditemukan lereng yang tidak/kurang stabil dengan nilai FK >
1 atau lereng yang stabil dengan nilai FK < 1 (Hoek, 1974, dalam Steffen,
2008). Hal ini bisa jadi disebabkan oleh besaran ketidakpastian yang tidak
dapat ditangkap oleh nilai FK. Namun, bila menemui lereng yang memiliki
nilai FK=3, maka bukan berarti lereng tersebut dua kali lebih stabil daripada
kestabilan lereng tambang, yang dimana faktor internal dapat meliputi kondisi
pelapukan.
lahan pertambangan PT. Lembu Swana Perkasa, dengan metode Bishop dari
digunakan dan memberikan gambaran mengenai kondisi dari lereng dan untuk
3
mengetahui nilai faktor keamanannya telah memenuhi syarat aman, sehingga
bisa dilakukan tindakan lebih lanjut untuk meminimalkan resiko longsor atau
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat di identifikasi
tambang.
lereng tambang.
1. Berapa besar nilai Slope atau lereng yang memenuhi untuk lereng
Swana Perkasa.
4
2. Untuk mengetahui nilai FK (Faktor Keamanan) lereng tambang di
Sesuai dengan judul skripsi yaitu Analisa Kestabilan Lereng (Slope) Pada
PIT D Tambang BatuBara PT. Lembu Suwana Perkasa, Kec. Samboja, Kab.
meliputi:
a. Peta Topografi
b. Peta Geologi
c. Peta Desain
5
4. Penentuan nilai faktor keamanan berdasarkan dengan ketentuan
tambang
dinding tambang.
6
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Besar nilai slope atau lereng yang memenuhi untuk lereng tambang pada
PT. Lembu Swana Perkasa ialah sayatan A-A’ pada bagian sisi kanan dan
kiri lereng mempunyai tinggi 85,43 m dan 84,06 m, yang dimana lebar
bench rata-rata adalah 5m dengan sudut rata-rata 45° dan dengan tinggi
setiap single slopenya rata-rata 10 m. Untuk sayatan B-B’ pada sisi kanan
dan kiri lereng mempunyai tinggi 68,99 m dan 80,90 m. dimana lebar bench
rata-rata 5 m, kemiringan sudut lereng 45° dan tinggi setiap single slopenya
10 m. Sedangkan, pada sayatan C-C’ sisi kanan dan kiri lereng mempunyai
rata 5 m, kemiringan sudut lereng rata-rata 45° memiliki tinggi setiap single
slope rata-rata 10 m.
FK>1,25. Untuk kestabilan design lereng pada lereng tambang PT. Lembu
sayatan A-A’ sisi sebelah kanan mempunyai nilai FK (Factor of Safety) 2,0
dan pada sisi sebelah kiri mempunyai nilai FK (Factor of Safety) sebesar
1,3. Sedangkan pada sayatan B-B’ sisi sebelah kanan mempunyai nilai FK
(Factor of Safety) sebesar 2,9 dan pada sisi sebelah kiri memiliki nilai FK
(Factor of Safety) sebesar 2,1. Dan pada sayatan C-C’ sisi sebelah kanan
mempunyai nilai FK (Factor of Safety) sebesar 2,0 dan pada sisi sebelah
76
3. Lereng tambang pada PT. Lembu Swana Perkasa telah sesuai dengan
kriteria Bowles, 1989 yang dimana nilai FK telah memenuhi FK > 1,25.
5.2 Saran
Janbu.
77
78
DAFTAR PUSTAKA