MAKALAH
“OBSERVASI PASIEN TRAUMA VULNUS PUNCTUM di IGD RSMP”
Kelompok 1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Tugas Pengenalan Profesi (TPP)
mengenai “Makalah Observasi Trauma (Vulnus Punctum) di IGD RSMP” sebagai
tugas kompetensi pada blok XX. Salawat beriring salam selalu tercurah kepada
junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan
pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Kami menyadari bahwa laporan Tugas Pengenalan Profesi (TPP) ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan di masa mendatang. Dalam penyelesaian laporan
Tugas Pengenalan Profesi (TPP) ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih kepada:
1) Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.
2) Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual.
3) dr. Ratika Febriani, M.Biomed. selaku pembimbing TPP kelompok 1.
4) Teman-teman sejawat.
5) Semua pihak yang membantu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan
Tugas Pengenalan Profesi (TPP) ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
(demam, radang dan pembentukan nanah) sehingga dalam kasus tersebut
butuh segera ditangani (Mansjoer, 2010).
Oleh karena itu, pada Tugas Pengenalan Profesi (TPP) blok XX
“Traumatologi dan Kegawatdaruratan Medik” penulis merasa perlu
untuk membahas mengenai “Observasi Pasien Trauma Vulnus Punctum
(Luka Tusuk) di IGD RSMP”
1.3 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pelaksanaan Tugas Pengenalan
Profesi ini adalah agar mahasiswa dapat melihat langsung keadaan
pasien Vulnus Punctum di IGD RSMP.
2
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pelaksanaan Tugas Pengenalan Profesi ini adalah:
1. Menambah ilmu pengetahuan tentang Vulnus Punctum.
2. Menambah pengalaman dalam mengidentifikasi kasus
kegawatdaruratan Vulnus Punctum di IGD RSMP.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler.
Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung
sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis
berbeda-beda padaberbagai tempat di tubuh. Ketebalan
epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit.
Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas
lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam):
1. Stratum Korneum
Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan
bergantti.
2. Stratum Lusidum
Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit
tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak
pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum
Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang
intinya ditengah dansitoplasma terisi oleh granula
basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin
yang mengandung protein kaya akan
histidine.terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum
Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan
tonofibril, dianggap filamenfilame tersebut
memegang peranan penting untuk mempertahankan
kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.
5. Stratum Basale (Stratum germinativum)
Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan
bertanggung jawab dalam pembaharuan sel
epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui
setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini
5
tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan
satu lapis sel yang mengandung melanosit.
b. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang
sering dianggap sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan
ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya
dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling
tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
1. Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat
jarang.
2. Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat
padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen
berkurang dengan bertambahnya usia.Serabut elastin
jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan elastin
kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai
dewasa. Dermis juga mengandung beberapa derivat
epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat
epidermis di dalam dermis. Fungsi Dermis: struktur
penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan
shearing forces dan respon inflamasi.
c. Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis
yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan
ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan
jaringan di bawahnya.Jumlah dan ukurannya berbeda-beda
menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi
individu.Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk
regenerasi. Fungsi Subkutis / hipodermis :melekat ke struktur
6
dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh
dan mechanical shock absorber reseptor yang cepat
beradaptasi di kulit yaitu reseptor taktil (sentuh) dikulit yang
memberitahu mengenai perubahan tekanan pada permukaan
kulit. Karena reseptor ini cepat beradaptasi maka seseorang
tidak menyadari sedang memakai jam tangan, cincin dan
sebagainya. Sewaktu memakai sesuatu maka akan terbiasa
karena adanya adaptasi cepat reseptor tersebut. Sewaktu
mencopotnya maka akan menyadarinya karena adanya off
response. Mekanisme adaptasi untuk korpus atau badan
Pacini (Pacinian corpuscle) suatu reseptor kulit yang
mendeteksi tekanan dan getaran diketahui dari sifat-sifat
fisiknya.
Korpus Pacini adalah suatu ujung reseptor khusus yang
terdiri dari lapisan-lapisan konsentrik jaringan ikat mirip
kulit bawang yang membungkus ujung perifer suatu neuron
aferen. Setiap neuron sensorik berespons terhadap informasi
sensorik hanya dalam daerah terbatas dipermukaan kulit
sekitarnya, daerah ini dikenal sebagai lapangan reseptif
(receptive field). Ukuran lapangan reseptif bervariasi
berbanding terbalik dengan kepadatan reseptor didaerah
tersebut. Semakin dekat penempatan reseptor jenis tertentu,
maka semakin kecil daerah kulit yang terpantau oleh reseptor
tersebut. Semakin kecil lapangan reseptif di suatu daerah
maka semakin besar ketajaman (acuity) atau kemampuan
diskriminatif. Arteri yang memberi nutrisi pada kulit
membentuk pleksus terletak antara lapisan papiler dan
retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan
subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini
memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu
arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak
7
terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis
melalui membran epidermis. (Ganong, 2008).
Fungsi kulit terbagi sebagai berikut:
a. Pelindung atau proteksi
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi
jaringanjaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh
dari pengaruhpengaruh luar seperti luka dan serangan kuman.
Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan lapisan
tipis lemak, yang menjadikan kulit tahan air. Kulit dapat
menahan suhu tubuh, menahan luka-luka kecil, mencegah zat
kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh serta menghalau
rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari.
b. Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang
berhubungan dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan,
rabaan, dan getaran. Kulit sebagai alat perasa dirasakan
melalui ujung-ujung saraf sensasi.
c. Pengatur panas atau termoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi
pembuluh kapiler serta melalui respirasi yang keduanya
dipengaruhi saraf otonom. Tubuh yang sehat memiliki suhu
tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit atau sekitar 36,50C.
Ketika terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar
keringat kulit mengadakan penyesuaian seperlunya dalam
fungsinya masing-masing. Pengatur panas adalah salah satu
fungsi kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas
akan hilang dengan penguapan keringat.
d. Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari
kelenjar-kelenjar keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori
keringat dengan membawa garam, yodium dan zat kimia
8
lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja
disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air
transepidermis sebagai pembentukan keringat yang tidak
disadari.
e. Penyimpanan.
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
f. Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang
larut dalam lemak dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang
terdapat pada krim muka dapat masuk melalui kulit dan
mempengaruhi lapisan kulit pada tingkatan yang sangat tipis.
Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut dan masuk
ke dalam saluran kelenjar palit, merembes melalui dinding
pembuluh darah ke dalam peredaran darah kemudian ke
berbagai organ tubuh lainnya.
g. Penunjang penampilan
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit
yang tampak halus, putih dan bersih akan dapat menunjang
penampilan Fungsi lain dari kulit yaitu kulit dapat
mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah,
pucat maupun konstraksi otot penegak rambut. (Guyton,
2014).
9
Luka tusuk merupakan bagian dari trauma tajam yang mana luka
tusuk masuk ke dalam jaringan tubuh dengan luka sayatan yang sering
sangat kecil pada kulit, misalnya luka tusuk pisau. (Mansjoer, 2010).
Jadi, definisi Vulnus Ictum (punctum) adalah luka kecil dengan dasar
yang sukar dilihat. Disebabkan oleh tertususuk paku atau benda yang
runcing, lukanya kecil, dasar sukar dilihat, tetapi pada luka ini kuman
tetanus gampang masuk. Penyebab adalah benda runcing tajam atau
sesuatu yang masuk ke dalam kulit, merupakan luka terbuka dari luar
tampak kecil tapi didalam mungkin rusak berat, jika yang mengenai
abdomen/thorax disebut vulnus penetrosum (luka tembus).
10
3. Respon stress simpatis.
4. Perdarahan dan pembekuan darah.
5. Kontaminasi bakteri dan kematian sel.
Apabila seseorang terkena luka maka dapat terjadi gejala setempat
(lokal) dan gejala umum (mengenai seluruh tubuh) (Mansjoer, 2010).
a. Gejala Lokal :
1. Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf sensoris.
Intensitas atau derajat rasa nyeri berbeda-beda tergantung
pada berat/luas kerusakan ujung-ujung saraf dan lokasi
luka
2. Perdarahan, hebatnya perdarahan tergantung pada lokasi
luka, jenis pembuluh darah yang rusak.
3. Diastase yaitu luka yang menganga atau tepinya saling
melebar
4. Ganguan fungsi, fungsi anggota badan akan terganggu
baik oleh karena rasa nyeri atau kerusakan tendon.
b. Gejala umum :
Gejala/tanda umum pada perlukaan dapat terjadi akibat
penyulit/komplikasi yang terjadi seperti syok akibat nyeri dan atau
perdarahan yang hebat.
11
lalim, trombosam, bahan kimia tertentu dan asam amoni tertentu
yang mempengaruhi pembekuan darah, mengatur tonus dinding
pembuluh darah dan khemotaksis terhadap leukosit. Terjadi fase
kontriksi dan proses penghentian pendarahan. Sel radang keluar
dari pembuluh darah secara diapedisis dan menuju dareh luka
secara khemotaksis. Sel mast mengeluarkan serotonin dan
histamine yang meninggalkan peruseabilitas kapiler, terjadi
eksudasi cairan edema. Dengan demikian timbul tanda-tanda
radang leukosit, limfosit dan monosit menghancurkan dan
menahan kotoran dan kuman.
b. Fase proliferasi atau fase fibroflasia.
Berlangsung dari hari ke 6-3 minggu. Tersifat oleh proses
proliferasi dan pembentukan fibrosa yang berasal dari sel-sel
masenkim. Serat-serat baru dibentuk, diatur, mengkerut yang
tidak perlu dihancurkan dengan demikian luka
mengkerut/mengecil. Pada fase ini luka diisi oleh sel radang,
fibrolas, serat-serat kolagen, kapiler-kapiler baru yang
membentuk jaringan kemerahan dengan permukaan tidak rata,
disebut jaringan granulasi. Epitel sel basal ditepi luka lepas dari
dasarnya dan pindah menututpi dasar luka. Proses migrasi epitel
hanya berjalan kepermukaan yang rata dan lebih rendah, tak
dapat naik, pembentukan jaringan granulasi berhenti setelah
seluruh permukaan tertutup epitel dan mulailah proses
pendewasaan penyembuhan luka.
c. Fase remodeling
Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan. Dikatakan berahir bila
tanda-tanda radang sudah hilang. Parut dan sekitarnya berwarna
pucat, tipis, lemas, tidak ada rasa sakit maupun gatal.
12
Gambar 2.1 Pathway Vulnus Ictum/Punctum
13
terdapat fraktur atau dicurigai terdapat benda asing (Roberts JR, et al.
2013). Berikut pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan:
a. Hitung darah lengkap
Peningkatan Hematokrit awal menunjukan hemokonsentrasi
sehubungan dengan perpindahan/kehilangna cairan. Selanjutnya
penurunan Hematokrit dan Sel Darah Merah dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan oleh panas tehadap endothelium
pembuluh darah.
b. GDA (Gas Darah Arteri)
Penurunan PaO2/peningkatan PaCo2 mungkin terjadi pada
retensi karbon monoksida. Asidosis dapat terjadi sehubungan
dengan penurunana ginjal dan kehilangan mekanisme kompensasi
pernapasan.
c. Elektrolit serum
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cidera
jaringan/kerusakan Sel Darah Merah dan penurunan fungsi ginjal,
hipokalemi dapat terjadi bila mulai dieresis, magnesium mungkin
menurun.
d. BUN (Blood Urea Nitrogen)/ keratin
Peninggian menunjukan penurunan perfusi ginjal, namun keratin
dapat meningkat karena cidera jaringan.
e. Urin
Adanya albumin, Hb, dan immunoglobulin menunjukan
kerusakan jaringan dalam dan kehilangan protein. Warna hitam
kemerahan pada urin sehubungan dengan mioglobulin.
f. Bronkoskopi
Berguna dalam diagnose luas cidera inhalasi, hasil dapat meliputi
edema, pendarahan, dan tukak pada saluran pernapasan
g. EKG
Tanda iskemia miokardial/ disritmia dapat terjadi pada luka bakar
listrik.
14
2.7. Tatalaksana Luka Tusuk
1. Perbekalan
a. Bahan Pembalut
Bahan terbaik untuk membalut adalah kasa katun. Hanya
diperlukan untuk menutup luka. Bentangkan kasa sepenuhnya
untuk menghemat.
b. Teknik steril vs Teknik bersih
Teknik steril memakai peralatan dan bahan yang telah
disterilkan sehingga tidak ada bakteri atau partikel virus yang
menempel di permukaannya. Teknik bersih memakai
beralatan dan bahan yang tidak memerlukan perlakukan yang
seksama seperti memperlakukan instrument steril.
c. Larutan Pembersih Luka
Berbagai larutan dapat digunakan untuk perawatan luka.
Berikut adalah beberapa larutan yang dapat digunakan untuk
membersihkan luka:
- Normal salin
- Saviodil
- Air steril
- Hidrogen peroksida
d. Salep antibiotik
Beberapa luka, misalnya luka bakar, paling baik diberikan
salep antibiotik topikal. Salep dapat membuat luka tetap
lembab dan mengurangi nyeri yang berkaitan dengan luka
yang telah mengering. Salep antibiotik dapat menembus luka
dan mencegah infeksi.
2. Teknik Membalut
a. Basah ke kering
Indikasi : untuk membersihkan kotoran atau luka terinfeksi.
Teknik : lembabkan selembar kasa dengan larutan dan peras
15
untuk mengeluarkan cairan yang berlebih. Kasa harus lembab,
bukan basah. Buka kasa dan letakkan diatas luka untuk
menutupinya. Anda tidak memerlukan banyak lapisan kasa
basah. Letakkan kasa kering di atasnya. Biarkan pembalut
mengering dan ketika balutan diangkat akan ikut menarik
kotoran. Bila balutan lengket dapat dilembabkan untuk
mempermudah pengangkatan balutan.
Frekuensi : 3-4 kali per hari. Dapat lebih sering pada luka yang
memerlukan debridemen, sedikit lebih jarang pada luka bersih.
Jika luka sudah bersih, ganti teknik balutan menjadi basah ke
basah atau salep antibiotik.
b. Basah ke basah
Indikasi: untuk menjaga luka bersih tetap bersih dan mencegah
pembentukan eksudat Teknik: Basahi selembar kasa dengan
larutan dan peras hingga tidak terlalu basah. Buka kasa dan
letakkan di atas luka untuk menutupinya. Letakkan kasa kering
di atasnya. Kasa dijaga jangan sampai menjadi kering atau
lengket terhadap luka. Frekuensi: idealnya 2-3 kali per hari. Jika
balutan menjadi terlalu kering, tuangkan larutan salin di atas
kasa untuk menjaganya tetap lembab.
16
nekrotik tanpa merusak jaringan sehat, yang kemudian terserap ke
dalam struktur gel dan terbuang bersama pembalut (debridemen
autolitik alami). Balutan dapat diaplikasikan selama tiga sampai
lima hari, sehingga tidak sering menimbulkan trauma dan nyeri
pada saat penggantian balutan.
Penggunaan jenis modern dressing disesuaikan dengan jenis
luka. Untuk luka yang banyak eksudatnya dipilih bahan balutan
yang menyerap cairan seperti foam, sedangkan pada luka yang
sudah mulai tumbuh granulasi, diberi gel untuk membuat suasana
lembap yang akan membantu mempercepat penyembuhan luka.
5. Tindakan
a. Sebelum mulai:
1) Perhatikan keadaan umum
2) Cari kemungkinan cedera lain
b. Penanganan hari pertama:
1) Anastesia local/umum
2) Pembilasan luka
3) Sterilisasi kulit sekitar luka
4) Luka dikelilingi dengan kain steril
17
5) Pembersihan luka (debrideman: kotoran, benda
asing, eksisi jaringan mati)
6) Jahitan primer jika diharapkan penyembuhan
primer
7) Biarkan luka terbuka jika diharapkan sanatio
primer terbuka
8) Pembalut
c. Amati luka pada hari kedua, ketiga, atau keempat untuk
pertimbangkan:
1) Pemasangan penjahitan kulit primer tertunda jika
ternyata tidak ada infeksi dan ternyata timbul
jaringan granulasi sehat di dasar luka untuk
mencapai penyembuhan primer tertunda
2) Biarkan luka terbuka jika ada infeksi atau jaringan
granulasi yang tidak kelihatan baik
3) Tunggu epitelisasi permukaan luka dari pinggir
(penyembuhan luka sekunder)
6. Lain-lain
Pemberian tetagam diindikasikan untuk profilaksis pada
individu dengan cedera yang baru saja terjadi dan individu dengan
riwayat vaksinasi tidak komplit atau tidak diketahui. Dosis yang
diberikan adalah 1 ampul (250iu). Antibiotika juga bisa diberikan
sebagai profilaksis pada penderita yang dicurigai kemungkinan
infeksi (Roberts JR, et al. 2013).
18
hanya untuk mengenali dan memerangi antigen baru dari luka,
tetapi juga untuk proses regenerasi sel.
2. Kadar gula darah: Peningkatan gula darah akibat hambatan
sekresi insulin, seperti pada penderita diabetes melitus, juga
menyebabkan nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel, akibatnya
terjadi penurunan protein dan kalori tubuh.
3. Rehidrasi dan pencucian luka: Dengan dilakukan rehidrasi dan
pencucian luka, jumlah bakteri di dalam luka akan berkurang,
sehingga jumlah eksudat yang dihasilkan bakteri akan berkurang.
4. Nutrisi: Nutrisi memainkan peran tertentu dalam penyembuhan
luka. Misalnya, vitamin C sangat penting untuk sintesis kolagen,
vitamin A meningkatkan epitelisasi, dan seng (zinc) diperlukan
untuk mitosis sel dan proliferasi sel. Semua nutrisi, termasuk
protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral, baik melalui
dukungan parenteral maupun enteral, sangat dibutuhkan.
Malnutrisi menyebabkan berbagai perubahan metabolik yang
mempengaruhi penyembuhan luka.
5. Kadar albumin darah: Albumin sangat berperan untuk mencegah
edema, albumin berperan besar dalam penentuan tekanan onkotik
plasma darah. Target albumin dalam penyembuhan luka adalah
3,5-5,5 g/dl.
6. Suplai oksigen dan vaskulerisasi: Oksigen merupakan prasyarat
untuk proses reparatif, seperti proliferasi sel, pertahanan bakteri,
angiogenesis, dan sintesis kolagen. Penyembuhan luka akan
terhambat bila terjadi hipoksia jaringan.
7. Nyeri: Rasa nyeri merupakan salah satu pencetus peningkatan
hormon glukokortikoid yang menghambat proses penyembuhan
luka.
8. Kortikosteroid: Steroid memiliki efek antagonis terhadap faktor-
faktor pertumbuhan dan deposisi kolagen dalam penyembuhan
luka. Steroid juga menekan sistem kekebalan tubuh/sistem imun
19
yang sangat dibutuhkan dalam penyembuhan luka (Bluestein D,
et al. 2008).
20
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Keluhan Utama
Luka di lengan kanan.
21
Riwayat Trauma : (-)
Riwayat Perawatan : (-)
Riwayat DM : (-)
Riwayat Hipertensi : (-)
Riwayat Penyakit Jantung : (-)
Riwayat Alergi : (-)
F. Riwayat Kebiasaan
Kebiasaan makan : teratur dengan gizi seimbang
Riwayat Merokok : (+) sejak 10 tahun lalu
Riwayat Minum Alkohol : (+)
Riwayat olahraga : Pasien jarang berolahraga
2. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum
Keadaan umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran: CM, E4V5M6,
Vital sign : TD : 120/70 mmHg
22
Nadi : 80 x/menit, regular, simetris, isi dan
tegangan cukup
RR : 18 x/menit
S : 36,70 C per aksilar
B. Status Generalis
Kepala : mesocephal, jejas (-)
Mata : konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (3mm/3mm), reflek cahaya (+/+),
hematom periorbita (-/-)
Telinga : secret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-)
Hidung : simetris, nafas cuping hidung (-), secret (-),
darah (-)
Mulut : gusi berdarah (-), lidah kotor (-), jejas (-),
mukosa basah (+), maxilla goyang (-), mandibula
goyang (-), pelo (-)
Leher : pembesaran tiroid (-), pembesaran KGB (-), nyeri
tekan (-), JVP tidak meningkat
Thoraks : bentuk normochest, simetris, gerak pernafasan
simetris statis-dinamis
Jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat.
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar.
Auskultasi : bunyi jantung I-II intenstas
normal, regular, bising (-)
Pulmo :Inspeksi : pengembangan dada kanan sama
dengan kiri.
Palpasi : fremitus raba tidak meningkat
Perkusi : sonor/sonor pada seluruh lapang
paru.
23
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+)
normal, suara tambahan (-/-)
Abdomen :Inspeksi : distended (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), defance
muscular(-)
Ekstremitas: akral hangat
C. Status Lokalis
Look : Tampak luka tusuk regio antebrachii dextra
dengan ukuran 4x3x3 cm, berlubang, berwarna
merah, pus (-), darah (+).
Feel : Pasien merasakan nyeri.
Move : Pasien kesulitan menggerakkan ektremitas
superior dextra.
3. Assesment
Vulnus punctum regio antebrachii dextra.
Teknik:
a. Cuci tangan
b. Kenakan sarung tangan
c. Desinfeksi luka menggunakan povidone-iodine 10%
d. Anestesi local menggunakan lidocain 2%
e. Tutup sekitar luka dengan kain steril
24
f. Bilas dengan NaCl 0.9%
g. Debridement
h. Irigasi dengan NaCl 0.9%
i. Keringkan dengan kasa steril
j. Penjahitan luka
k. Dressing luka
5. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
25
mengalami perdarahan untuk segera dilakukan penatalaksanaan
komprehensif guna menghindari komplikasi syok hemoragik, hal ini
berkaitan dengan teori Ciliers G, et al. (2014) yang menyebutkan salah
satu komplikasi dari luka tusuk dan terbuka adalah syok. Syok terjadi
karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler
yang dapat menyebabkan menurunnya oksigenasi.
Pada kasus dilakukan penatatalaksanaan komprehensif yaitu dengan
debridement dan penjahitan. Hal ini sesuai dengan teori Roberts JR, et al.
(2013) yang mengatakan bahwa penatalaksanaan luka dilakukan secara
modern dressing. Perawatan luka modern harus tetap memperhatikan tiga
tahap, yakni mencuci luka, membuang jaringan mati, dan memilih
balutan. Mencuci luka bertujuan menurunkan jumlah bakteri dan
membersihkan sisa balutan lama, debridement jaringan nekrotik atau
membuang jaringan dan sel mati dari permukaan luka. Penggunaan jenis
modern dressing disesuaikan dengan jenis luka. Untuk luka yang banyak
eksudatnya dipilih bahan balutan yang menyerap cairan seperti foam,
sedangkan pada luka yang sudah mulai tumbuh granulasi, diberi gel
untuk membuat suasana lembap yang akan membantu mempercepat
penyembuhan luka. Setelah dilakukan debridement, maka dilakukan
penjahitan. Setelah itu, menurut Roberts JR, et al. (2013) pasien dapat
diberikan tetagam. Pemberian tetagam diindikasikan untuk profilaksis
pada individu dengan cedera yang baru saja terjadi dan individu dengan
riwayat vaksinasi tidak komplit atau tidak diketahui. Dosis yang
diberikan adalah 1 ampul (250iu). Antibiotika juga bisa diberikan
sebagai profilaksis pada penderita yang dicurigai kemungkinan infeksi.
Namun, pada kasus ini hal tersebut tidak atau belum dilakukan.
26
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan pada laporan Tugas Pengenalan Profesi terkait Vulnus
Punctum adalah sebagai berikut:
1. Pada kasus manifestasi klinis yang dialami pasien yaitu tampak luka
tusuk regio antebrachii dextra dengan ukuran 4x3x3cm disertai nyeri
dan perdarahan pada lengan kanan. Pasien juga mengalami
penurunan kesadaran dan kesulitan untuk menggerakan lengan
kanan. Luka tusuk pasien disebabkan oleh trauma mekanik benda
tajam (serpihan kaca).
2. Pada kasus ini, pemeriksaan penunjang tidak atau belum dilakukan.
3. Penatalaksanaan kegawatdaruratan yang diberikan kepada pasien
dengan prinsip perawatan luka yaitu debridement dan penjahitan.
4.2. Saran
Diharapkan bagi penulis selanjutnya dapat melakukan observasi secara
langsung pada pasien Vulnus Punctum.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
LAMPIRAN
29