Anda di halaman 1dari 32

TUGAS PENGENALAN PROFESI BLOK XX

MAKALAH
“OBSERVASI PASIEN TRAUMA VULNUS PUNCTUM di IGD RSMP”

Kelompok 1

Pembimbing: dr. Ratika Febriani, M.Biomed

Nama: Abu Hanan Hammasin


NIM: 702017018

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................... ii


KATA PENGANTAR .......................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................2
1.3 Tujuan ...................................................................................2
1.4 Manfaat .................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................3
2.1 Anatomi dan Kulit .................................................................3
2.2 Definisi Luka Tusuk ..............................................................9
2.3 Etiologi Luka Tusuk ............................................................10
2.4 Manifestasi Klinis Luka Tusuk ............................................10
2.5 Patofisiologi Luka Tusuk ..................................................... 11
2.6 Pemeriksaan Penunjang Luka Tusuk.................................... 14
2.7 Tatalaksana Luka Tusuk ...................................................... 15
2.8.Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka ....18
2.9. Komplikasi Luka Tusuk...................................................... 20
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 21
3.1 Hasil Case Report ................................................................21
3.2 Pembahasan Case Report ..................................................... 25
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................27
4.1 Kesimpulan .........................................................................27
4.2 Saran ................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 28
LAMPIRAN ......................................................................................... 29

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Tugas Pengenalan Profesi (TPP)
mengenai “Makalah Observasi Trauma (Vulnus Punctum) di IGD RSMP” sebagai
tugas kompetensi pada blok XX. Salawat beriring salam selalu tercurah kepada
junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan
pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Kami menyadari bahwa laporan Tugas Pengenalan Profesi (TPP) ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan di masa mendatang. Dalam penyelesaian laporan
Tugas Pengenalan Profesi (TPP) ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih kepada:
1) Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.
2) Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual.
3) dr. Ratika Febriani, M.Biomed. selaku pembimbing TPP kelompok 1.
4) Teman-teman sejawat.
5) Semua pihak yang membantu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan
Tugas Pengenalan Profesi (TPP) ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.

Palembang, Mei 2020

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka merupakan bagian dari cedera yang terjadi akibat suatu
kecelakaan, baik ringan maupun berat. Cedera dapat menyebabkan
kematian dan setiap tahun angka kejadiannya semakin meningkat. Pada
penelitian tersebut juga didapatkan bahwa kematian akibat cedera
meningkat dari 5,1 juta hingga mencapai 8,4 juta. Selain itu, didapatkan
juga penelitian bahwa dari 972.317 pasien, terdapat 77.248 orang yang
mengalami cedera selama kurun waktu 1 tahun terakhir. Proporsi pada
cedera-cedera tersebut ialah 59,6% cedera akibat jatuh, 77% akibat
kecelakaan, dan 18.3% akibat terluka benda tajam (WHO, 2014). Luka
dapat dialami semua orang tanpa memandang usia, ras maupun jenis
kelamin. Segala aktivitas dalam kehidupan sehari-hari dapat
menimbulkan risiko timbulnya luka pada tubuh (Franz et al., 2008)
Ada berbagai jenis luka, salah satu diantaranya yaitu luka tusuk.
Luka Tusuk (Vulnus Ictum/Punctum) yang disebabkan oleh tertusuk paku
atau benda yang runcing, lukanya kecil, dasar sukar dilihat yang masuk
ke dalam kulit. Luka ini merupakan luka terbuka dari luar tampak kecil
tapi didalam mungkin rusak berat, jika yang mengenai abdomen/thorax
disebut vulnus penetrosum (luka tembus). Vulnus Ictum sudah menjadi
masalah kesehatan bagi masyarakat. Penyebab terjadinya vulnus ictum
meliputi penyebab yang di sengaja intentional injury dan penyebab tidak
disengaja unintentional injury dan penyebab yang tidak dapat ditentukan
Undetermineted intent (World Health Organization, 2009).
Penyebab cedera akibat tertusuk benda tajam baik disengaja, tidak
disengaja maupun yang tidak dapat ditentukan merupakan salah satu
penyebab terjadinya vulnus ictum. Komplikasi dari luka tersebut adalah
luka terbuka yang dapat menyebabkan banyak terjadi perdarahan bila
menganai pembuluh darah besar (arteri atau vena), infeksi bakteri

1
(demam, radang dan pembentukan nanah) sehingga dalam kasus tersebut
butuh segera ditangani (Mansjoer, 2010).
Oleh karena itu, pada Tugas Pengenalan Profesi (TPP) blok XX
“Traumatologi dan Kegawatdaruratan Medik” penulis merasa perlu
untuk membahas mengenai “Observasi Pasien Trauma Vulnus Punctum
(Luka Tusuk) di IGD RSMP”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apa saja gejala klinis pada kasus luka tusuk?
2. Bagaimana penatalaksanaan luka tusuk?
3. Bagaimana pemeriksaan penunjang luka tusuk?

1.3 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pelaksanaan Tugas Pengenalan
Profesi ini adalah agar mahasiswa dapat melihat langsung keadaan
pasien Vulnus Punctum di IGD RSMP.

1.2.2. Tujuan Khusus


Adapun tujuan khusus dari pelaksanaan Tugas Pengenalan
Profesi ini adalah :
1. Untuk mengetahui gejala dan tanda pada pasien luka tusuk.
2. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan
kepada pasien luka tusuk.
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan kegawatdaruratan yang
diberikan pada pasien luka tusuk.

2
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pelaksanaan Tugas Pengenalan Profesi ini adalah:
1. Menambah ilmu pengetahuan tentang Vulnus Punctum.
2. Menambah pengalaman dalam mengidentifikasi kasus
kegawatdaruratan Vulnus Punctum di IGD RSMP.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi, Fisiologi, dan Histologi Kulit

Gambar 2.1 Anatomi kulit


Sumber : Ganong (2008)

Menurut Ganong (2008) kulit adalah suatu organ pembungkus


seluruh permukaan luar tubuh,merupakan organ terberat dan terbesar dari
tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang
dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi.
Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari
letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata,
penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit
tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan
bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda,
lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari
ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah
dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
Secara histologis kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu :
a. Epidermis

4
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler.
Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung
sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis
berbeda-beda padaberbagai tempat di tubuh. Ketebalan
epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit.
Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas
lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam):
1. Stratum Korneum
Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan
bergantti.
2. Stratum Lusidum
Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit
tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak
pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum
Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang
intinya ditengah dansitoplasma terisi oleh granula
basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin
yang mengandung protein kaya akan
histidine.terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum
Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan
tonofibril, dianggap filamenfilame tersebut
memegang peranan penting untuk mempertahankan
kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.
5. Stratum Basale (Stratum germinativum)
Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan
bertanggung jawab dalam pembaharuan sel
epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui
setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini

5
tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan
satu lapis sel yang mengandung melanosit.
b. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang
sering dianggap sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan
ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya
dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling
tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
1. Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat
jarang.
2. Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat
padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen
berkurang dengan bertambahnya usia.Serabut elastin
jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan elastin
kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai
dewasa. Dermis juga mengandung beberapa derivat
epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat
epidermis di dalam dermis. Fungsi Dermis: struktur
penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan
shearing forces dan respon inflamasi.
c. Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis
yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan
ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan
jaringan di bawahnya.Jumlah dan ukurannya berbeda-beda
menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi
individu.Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk
regenerasi. Fungsi Subkutis / hipodermis :melekat ke struktur

6
dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh
dan mechanical shock absorber reseptor yang cepat
beradaptasi di kulit yaitu reseptor taktil (sentuh) dikulit yang
memberitahu mengenai perubahan tekanan pada permukaan
kulit. Karena reseptor ini cepat beradaptasi maka seseorang
tidak menyadari sedang memakai jam tangan, cincin dan
sebagainya. Sewaktu memakai sesuatu maka akan terbiasa
karena adanya adaptasi cepat reseptor tersebut. Sewaktu
mencopotnya maka akan menyadarinya karena adanya off
response. Mekanisme adaptasi untuk korpus atau badan
Pacini (Pacinian corpuscle) suatu reseptor kulit yang
mendeteksi tekanan dan getaran diketahui dari sifat-sifat
fisiknya.
Korpus Pacini adalah suatu ujung reseptor khusus yang
terdiri dari lapisan-lapisan konsentrik jaringan ikat mirip
kulit bawang yang membungkus ujung perifer suatu neuron
aferen. Setiap neuron sensorik berespons terhadap informasi
sensorik hanya dalam daerah terbatas dipermukaan kulit
sekitarnya, daerah ini dikenal sebagai lapangan reseptif
(receptive field). Ukuran lapangan reseptif bervariasi
berbanding terbalik dengan kepadatan reseptor didaerah
tersebut. Semakin dekat penempatan reseptor jenis tertentu,
maka semakin kecil daerah kulit yang terpantau oleh reseptor
tersebut. Semakin kecil lapangan reseptif di suatu daerah
maka semakin besar ketajaman (acuity) atau kemampuan
diskriminatif. Arteri yang memberi nutrisi pada kulit
membentuk pleksus terletak antara lapisan papiler dan
retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan
subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini
memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu
arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak

7
terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis
melalui membran epidermis. (Ganong, 2008).
Fungsi kulit terbagi sebagai berikut:
a. Pelindung atau proteksi
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi
jaringanjaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh
dari pengaruhpengaruh luar seperti luka dan serangan kuman.
Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan lapisan
tipis lemak, yang menjadikan kulit tahan air. Kulit dapat
menahan suhu tubuh, menahan luka-luka kecil, mencegah zat
kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh serta menghalau
rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari.
b. Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang
berhubungan dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan,
rabaan, dan getaran. Kulit sebagai alat perasa dirasakan
melalui ujung-ujung saraf sensasi.
c. Pengatur panas atau termoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi
pembuluh kapiler serta melalui respirasi yang keduanya
dipengaruhi saraf otonom. Tubuh yang sehat memiliki suhu
tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit atau sekitar 36,50C.
Ketika terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar
keringat kulit mengadakan penyesuaian seperlunya dalam
fungsinya masing-masing. Pengatur panas adalah salah satu
fungsi kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas
akan hilang dengan penguapan keringat.
d. Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari
kelenjar-kelenjar keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori
keringat dengan membawa garam, yodium dan zat kimia

8
lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja
disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air
transepidermis sebagai pembentukan keringat yang tidak
disadari.
e. Penyimpanan.
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
f. Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang
larut dalam lemak dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang
terdapat pada krim muka dapat masuk melalui kulit dan
mempengaruhi lapisan kulit pada tingkatan yang sangat tipis.
Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut dan masuk
ke dalam saluran kelenjar palit, merembes melalui dinding
pembuluh darah ke dalam peredaran darah kemudian ke
berbagai organ tubuh lainnya.
g. Penunjang penampilan
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit
yang tampak halus, putih dan bersih akan dapat menunjang
penampilan Fungsi lain dari kulit yaitu kulit dapat
mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah,
pucat maupun konstraksi otot penegak rambut. (Guyton,
2014).

2.2.Definisi Luka Tusuk


Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Penyebab
luka dapat berasal dari tusukan/goresan benda tajam, benturan benda
tumpul, kecelakaan, terkena tembakan, gigitan hewan, bahan kimia, air
panas, uap air, terkena api atau terbakar, listrik dan petir (Abdurrahmat,
A.S. 2014).

9
Luka tusuk merupakan bagian dari trauma tajam yang mana luka
tusuk masuk ke dalam jaringan tubuh dengan luka sayatan yang sering
sangat kecil pada kulit, misalnya luka tusuk pisau. (Mansjoer, 2010).
Jadi, definisi Vulnus Ictum (punctum) adalah luka kecil dengan dasar
yang sukar dilihat. Disebabkan oleh tertususuk paku atau benda yang
runcing, lukanya kecil, dasar sukar dilihat, tetapi pada luka ini kuman
tetanus gampang masuk. Penyebab adalah benda runcing tajam atau
sesuatu yang masuk ke dalam kulit, merupakan luka terbuka dari luar
tampak kecil tapi didalam mungkin rusak berat, jika yang mengenai
abdomen/thorax disebut vulnus penetrosum (luka tembus).

2.3. Etiologi Luka Tusuk


Menurut Mansjoer (2010), Vulnus disebabkan oleh 2 faktor,
yaitu :
a. Mekanik : benda tajam, benda tumpul,
tembakan/ledakan, gigitan binatang.
b. Non Mekanik : bahan kima, suhu tinggi, radiasi.
Menurut Mansjoer (2010), luka tusuk dapat disebabkan oleh :
a. Benda tajam dengan arah lurus pada kulit.
b. Suatu gerakan aktif maju yang cepat atau dorongan pada tubuh
dengan suatu alat yang ujungnya panjang.
Berat ringannya luka tusuk tergantung dari dua faktor yaitu:
a. Lokasi anatomi injury
b. Kekuatan tusukan, perlu dipertimbangkan panjangnya benda yang
digunakan.

2.4. Manifestasi Klinis Luka Tusuk


Manifestasi klinis menurut (American College of Surgeons, 2010):
1. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah) yang disebabkan
oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragik.
2. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ.

10
3. Respon stress simpatis.
4. Perdarahan dan pembekuan darah.
5. Kontaminasi bakteri dan kematian sel.
Apabila seseorang terkena luka maka dapat terjadi gejala setempat
(lokal) dan gejala umum (mengenai seluruh tubuh) (Mansjoer, 2010).
a. Gejala Lokal :
1. Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf sensoris.
Intensitas atau derajat rasa nyeri berbeda-beda tergantung
pada berat/luas kerusakan ujung-ujung saraf dan lokasi
luka
2. Perdarahan, hebatnya perdarahan tergantung pada lokasi
luka, jenis pembuluh darah yang rusak.
3. Diastase yaitu luka yang menganga atau tepinya saling
melebar
4. Ganguan fungsi, fungsi anggota badan akan terganggu
baik oleh karena rasa nyeri atau kerusakan tendon.
b. Gejala umum :
Gejala/tanda umum pada perlukaan dapat terjadi akibat
penyulit/komplikasi yang terjadi seperti syok akibat nyeri dan atau
perdarahan yang hebat.

2.5. Patofisiologi Luka Tusuk


Menurut Reksoprodjo et al, 2011, Vulnus punctum terjadi akibat
penusukan benda tajam, sehingga menyebabkan kontuinitas jaringan
terputus. Pada umumya respon tubuh terhadap trauma akan terjadi proses
peradangan atau inflamasi. Dalam hal ini ada peluang besar terjadinya
infeksi hebat. proses yang terjadi secara alamiah bila terjadi luka dibagi
menjadi 3 fase :
a. Fase inflamasi atau lagphase
Berlangsung sampai 5 hari. Akibat luka terjadi pendarahan, ikut
keluar sel-sel trombosit radang. Trombosit mengeluarkan prosig

11
lalim, trombosam, bahan kimia tertentu dan asam amoni tertentu
yang mempengaruhi pembekuan darah, mengatur tonus dinding
pembuluh darah dan khemotaksis terhadap leukosit. Terjadi fase
kontriksi dan proses penghentian pendarahan. Sel radang keluar
dari pembuluh darah secara diapedisis dan menuju dareh luka
secara khemotaksis. Sel mast mengeluarkan serotonin dan
histamine yang meninggalkan peruseabilitas kapiler, terjadi
eksudasi cairan edema. Dengan demikian timbul tanda-tanda
radang leukosit, limfosit dan monosit menghancurkan dan
menahan kotoran dan kuman.
b. Fase proliferasi atau fase fibroflasia.
Berlangsung dari hari ke 6-3 minggu. Tersifat oleh proses
proliferasi dan pembentukan fibrosa yang berasal dari sel-sel
masenkim. Serat-serat baru dibentuk, diatur, mengkerut yang
tidak perlu dihancurkan dengan demikian luka
mengkerut/mengecil. Pada fase ini luka diisi oleh sel radang,
fibrolas, serat-serat kolagen, kapiler-kapiler baru yang
membentuk jaringan kemerahan dengan permukaan tidak rata,
disebut jaringan granulasi. Epitel sel basal ditepi luka lepas dari
dasarnya dan pindah menututpi dasar luka. Proses migrasi epitel
hanya berjalan kepermukaan yang rata dan lebih rendah, tak
dapat naik, pembentukan jaringan granulasi berhenti setelah
seluruh permukaan tertutup epitel dan mulailah proses
pendewasaan penyembuhan luka.
c. Fase remodeling
Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan. Dikatakan berahir bila
tanda-tanda radang sudah hilang. Parut dan sekitarnya berwarna
pucat, tipis, lemas, tidak ada rasa sakit maupun gatal.

12
Gambar 2.1 Pathway Vulnus Ictum/Punctum

2.6. Pemeriksaan Penunjang Luka Tusuk


Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan terutama jenis tes darah
lengkap untuk mengetahui terjadinya infeksi. Pemerksaan X-ray jika

13
terdapat fraktur atau dicurigai terdapat benda asing (Roberts JR, et al.
2013). Berikut pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan:
a. Hitung darah lengkap
Peningkatan Hematokrit awal menunjukan hemokonsentrasi
sehubungan dengan perpindahan/kehilangna cairan. Selanjutnya
penurunan Hematokrit dan Sel Darah Merah dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan oleh panas tehadap endothelium
pembuluh darah.
b. GDA (Gas Darah Arteri)
Penurunan PaO2/peningkatan PaCo2 mungkin terjadi pada
retensi karbon monoksida. Asidosis dapat terjadi sehubungan
dengan penurunana ginjal dan kehilangan mekanisme kompensasi
pernapasan.
c. Elektrolit serum
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cidera
jaringan/kerusakan Sel Darah Merah dan penurunan fungsi ginjal,
hipokalemi dapat terjadi bila mulai dieresis, magnesium mungkin
menurun.
d. BUN (Blood Urea Nitrogen)/ keratin
Peninggian menunjukan penurunan perfusi ginjal, namun keratin
dapat meningkat karena cidera jaringan.
e. Urin
Adanya albumin, Hb, dan immunoglobulin menunjukan
kerusakan jaringan dalam dan kehilangan protein. Warna hitam
kemerahan pada urin sehubungan dengan mioglobulin.
f. Bronkoskopi
Berguna dalam diagnose luas cidera inhalasi, hasil dapat meliputi
edema, pendarahan, dan tukak pada saluran pernapasan
g. EKG
Tanda iskemia miokardial/ disritmia dapat terjadi pada luka bakar
listrik.

14
2.7. Tatalaksana Luka Tusuk
1. Perbekalan
a. Bahan Pembalut
Bahan terbaik untuk membalut adalah kasa katun. Hanya
diperlukan untuk menutup luka. Bentangkan kasa sepenuhnya
untuk menghemat.
b. Teknik steril vs Teknik bersih
Teknik steril memakai peralatan dan bahan yang telah
disterilkan sehingga tidak ada bakteri atau partikel virus yang
menempel di permukaannya. Teknik bersih memakai
beralatan dan bahan yang tidak memerlukan perlakukan yang
seksama seperti memperlakukan instrument steril.
c. Larutan Pembersih Luka
Berbagai larutan dapat digunakan untuk perawatan luka.
Berikut adalah beberapa larutan yang dapat digunakan untuk
membersihkan luka:
- Normal salin
- Saviodil
- Air steril
- Hidrogen peroksida
d. Salep antibiotik
Beberapa luka, misalnya luka bakar, paling baik diberikan
salep antibiotik topikal. Salep dapat membuat luka tetap
lembab dan mengurangi nyeri yang berkaitan dengan luka
yang telah mengering. Salep antibiotik dapat menembus luka
dan mencegah infeksi.

2. Teknik Membalut
a. Basah ke kering
Indikasi : untuk membersihkan kotoran atau luka terinfeksi.
Teknik : lembabkan selembar kasa dengan larutan dan peras

15
untuk mengeluarkan cairan yang berlebih. Kasa harus lembab,
bukan basah. Buka kasa dan letakkan diatas luka untuk
menutupinya. Anda tidak memerlukan banyak lapisan kasa
basah. Letakkan kasa kering di atasnya. Biarkan pembalut
mengering dan ketika balutan diangkat akan ikut menarik
kotoran. Bila balutan lengket dapat dilembabkan untuk
mempermudah pengangkatan balutan.
Frekuensi : 3-4 kali per hari. Dapat lebih sering pada luka yang
memerlukan debridemen, sedikit lebih jarang pada luka bersih.
Jika luka sudah bersih, ganti teknik balutan menjadi basah ke
basah atau salep antibiotik.
b. Basah ke basah
Indikasi: untuk menjaga luka bersih tetap bersih dan mencegah
pembentukan eksudat Teknik: Basahi selembar kasa dengan
larutan dan peras hingga tidak terlalu basah. Buka kasa dan
letakkan di atas luka untuk menutupinya. Letakkan kasa kering
di atasnya. Kasa dijaga jangan sampai menjadi kering atau
lengket terhadap luka. Frekuensi: idealnya 2-3 kali per hari. Jika
balutan menjadi terlalu kering, tuangkan larutan salin di atas
kasa untuk menjaganya tetap lembab.

3. Cara Perawatan Luka Dengan Modern Dressing


Perawatan luka modern harus tetap memperhatikan tiga tahap,
yakni mencuci luka, membuang jaringan mati, dan memilih
balutan. Mencuci luka bertujuan menurunkan jumlah bakteri dan
membersihkan sisa balutan lama, debridement jaringan nekrotik
atau membuang jaringan dan sel mati dari permukaan luka.
Perawatan luka konvensional harus sering mengganti kain
kasa pembalut luka, sedangkan perawatan luka modern me-miliki
prinsip menjaga kelembapan luka dengan menggunakan bahan
seperti hydrogel. Hydrogel berfungsi menciptakan lingkungan
luka tetap lembap, melunakkan serta menghancurkan jaringan

16
nekrotik tanpa merusak jaringan sehat, yang kemudian terserap ke
dalam struktur gel dan terbuang bersama pembalut (debridemen
autolitik alami). Balutan dapat diaplikasikan selama tiga sampai
lima hari, sehingga tidak sering menimbulkan trauma dan nyeri
pada saat penggantian balutan.
Penggunaan jenis modern dressing disesuaikan dengan jenis
luka. Untuk luka yang banyak eksudatnya dipilih bahan balutan
yang menyerap cairan seperti foam, sedangkan pada luka yang
sudah mulai tumbuh granulasi, diberi gel untuk membuat suasana
lembap yang akan membantu mempercepat penyembuhan luka.

4. Pemilihan Balutan Luka


Saat ini, lebih dari 500 jenis modern wound dressing dapat
dilaporkan tersedia untuk menangani luka kronis. Bahannya dapat
berupa:
a. Hidrogel
b. Film dressing
c. Hidrokoloid
d. Calcium alginate
e. Foam dressing
f. Antimicrobial hydrophobic

5. Tindakan
a. Sebelum mulai:
1) Perhatikan keadaan umum
2) Cari kemungkinan cedera lain
b. Penanganan hari pertama:
1) Anastesia local/umum
2) Pembilasan luka
3) Sterilisasi kulit sekitar luka
4) Luka dikelilingi dengan kain steril

17
5) Pembersihan luka (debrideman: kotoran, benda
asing, eksisi jaringan mati)
6) Jahitan primer jika diharapkan penyembuhan
primer
7) Biarkan luka terbuka jika diharapkan sanatio
primer terbuka
8) Pembalut
c. Amati luka pada hari kedua, ketiga, atau keempat untuk
pertimbangkan:
1) Pemasangan penjahitan kulit primer tertunda jika
ternyata tidak ada infeksi dan ternyata timbul
jaringan granulasi sehat di dasar luka untuk
mencapai penyembuhan primer tertunda
2) Biarkan luka terbuka jika ada infeksi atau jaringan
granulasi yang tidak kelihatan baik
3) Tunggu epitelisasi permukaan luka dari pinggir
(penyembuhan luka sekunder)

6. Lain-lain
Pemberian tetagam diindikasikan untuk profilaksis pada
individu dengan cedera yang baru saja terjadi dan individu dengan
riwayat vaksinasi tidak komplit atau tidak diketahui. Dosis yang
diberikan adalah 1 ampul (250iu). Antibiotika juga bisa diberikan
sebagai profilaksis pada penderita yang dicurigai kemungkinan
infeksi (Roberts JR, et al. 2013).

2.8. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka


1. Status imunologi atau kekebalan tubuh: Penyembuhan luka
adalah proses biologis yang kompleks, terdiri dari serangkaian
peristiwa berurutan bertujuan untuk memperbaiki jaringan yang
terluka. Peran sistem kekebalan tubuh dalam proses ini tidak

18
hanya untuk mengenali dan memerangi antigen baru dari luka,
tetapi juga untuk proses regenerasi sel.
2. Kadar gula darah: Peningkatan gula darah akibat hambatan
sekresi insulin, seperti pada penderita diabetes melitus, juga
menyebabkan nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel, akibatnya
terjadi penurunan protein dan kalori tubuh.
3. Rehidrasi dan pencucian luka: Dengan dilakukan rehidrasi dan
pencucian luka, jumlah bakteri di dalam luka akan berkurang,
sehingga jumlah eksudat yang dihasilkan bakteri akan berkurang.
4. Nutrisi: Nutrisi memainkan peran tertentu dalam penyembuhan
luka. Misalnya, vitamin C sangat penting untuk sintesis kolagen,
vitamin A meningkatkan epitelisasi, dan seng (zinc) diperlukan
untuk mitosis sel dan proliferasi sel. Semua nutrisi, termasuk
protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral, baik melalui
dukungan parenteral maupun enteral, sangat dibutuhkan.
Malnutrisi menyebabkan berbagai perubahan metabolik yang
mempengaruhi penyembuhan luka.
5. Kadar albumin darah: Albumin sangat berperan untuk mencegah
edema, albumin berperan besar dalam penentuan tekanan onkotik
plasma darah. Target albumin dalam penyembuhan luka adalah
3,5-5,5 g/dl.
6. Suplai oksigen dan vaskulerisasi: Oksigen merupakan prasyarat
untuk proses reparatif, seperti proliferasi sel, pertahanan bakteri,
angiogenesis, dan sintesis kolagen. Penyembuhan luka akan
terhambat bila terjadi hipoksia jaringan.
7. Nyeri: Rasa nyeri merupakan salah satu pencetus peningkatan
hormon glukokortikoid yang menghambat proses penyembuhan
luka.
8. Kortikosteroid: Steroid memiliki efek antagonis terhadap faktor-
faktor pertumbuhan dan deposisi kolagen dalam penyembuhan
luka. Steroid juga menekan sistem kekebalan tubuh/sistem imun

19
yang sangat dibutuhkan dalam penyembuhan luka (Bluestein D,
et al. 2008).

2.9. KOMPLIKASI LUKA TUSUK


Berikut komplikasi yang dapat terjadi pada kondisi vulnus
ictum/punctum:
a. Kerusakan Arteri: Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai
dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal,
hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan
oleh tindakan emergensi splinting/letak miring, perubahan posisi
pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom: Kompartement Syndrom merupakan
komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang,
saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan
oleh edema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan
pembuluh darah.
c. Infeksi: System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada
jaringan.
d. Shock: Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan
menurunnya oksigenasi (Ciliers G, et al. 2014).

20
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Case Report


1. Anamnesa
A. Identitas Pasien
Nama : DL
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Manado
No RM : 510796
Masuk IRDB : 21 September 2017
Tanggal Periksa : 21 September 2017

B. Keluhan Utama
Luka di lengan kanan.

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke RS diantar teman kos dengan kondisi tidak
sadarkan diri akibat pengaruh alkohol. Terdapat luka pada
lengan kanan pasien akibat tertusuk serpihan kaca.
Sebelumnya pasien dengan teman-temannya mabuk-mabukkan
kemudian pasien dengan pengaruh alcohol memecahkan salah
satu kaca kamar teman kosnya dengan menggunakan tangan
kanan. Setelah memecahkan kaca korban tak sadarkan diri dan
dilarikan ke RS akibat terdapat tusukan serpihan kaca di
lengan kanan pasien.

D. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Penyakit Serupa : (-)
Riwayat Operasi : (-)

21
Riwayat Trauma : (-)
Riwayat Perawatan : (-)
Riwayat DM : (-)
Riwayat Hipertensi : (-)
Riwayat Penyakit Jantung : (-)
Riwayat Alergi : (-)

E. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga : (-)
Riwayat DM : (-)
Riwayat Hipertensi : (-)
Riwayat Penyakit Jantung : (-)
Riwayat Alergi : (-)

F. Riwayat Kebiasaan
Kebiasaan makan : teratur dengan gizi seimbang
Riwayat Merokok : (+) sejak 10 tahun lalu
Riwayat Minum Alkohol : (+)
Riwayat olahraga : Pasien jarang berolahraga

G. Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan


Pasien tinggal di rumah kos-kosan 1 tingkat berlantai tehel
berdinding beton, beratap seng. Pasien bekeja sebagai
mahasiswa.

2. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum
Keadaan umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran: CM, E4V5M6,
Vital sign : TD : 120/70 mmHg

22
Nadi : 80 x/menit, regular, simetris, isi dan
tegangan cukup
RR : 18 x/menit
S : 36,70 C per aksilar

B. Status Generalis
Kepala : mesocephal, jejas (-)
Mata : konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (3mm/3mm), reflek cahaya (+/+),
hematom periorbita (-/-)
Telinga : secret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-)
Hidung : simetris, nafas cuping hidung (-), secret (-),
darah (-)
Mulut : gusi berdarah (-), lidah kotor (-), jejas (-),
mukosa basah (+), maxilla goyang (-), mandibula
goyang (-), pelo (-)
Leher : pembesaran tiroid (-), pembesaran KGB (-), nyeri
tekan (-), JVP tidak meningkat
Thoraks : bentuk normochest, simetris, gerak pernafasan
simetris statis-dinamis
Jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat.
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar.
Auskultasi : bunyi jantung I-II intenstas
normal, regular, bising (-)
Pulmo :Inspeksi : pengembangan dada kanan sama
dengan kiri.
Palpasi : fremitus raba tidak meningkat
Perkusi : sonor/sonor pada seluruh lapang
paru.

23
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+)
normal, suara tambahan (-/-)
Abdomen :Inspeksi : distended (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), defance
muscular(-)
Ekstremitas: akral hangat

C. Status Lokalis
Look : Tampak luka tusuk regio antebrachii dextra
dengan ukuran 4x3x3 cm, berlubang, berwarna
merah, pus (-), darah (+).
Feel : Pasien merasakan nyeri.
Move : Pasien kesulitan menggerakkan ektremitas
superior dextra.

3. Assesment
Vulnus punctum regio antebrachii dextra.

4. Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


Rawat luka:
- Debridement
- Penjahitan

Teknik:
a. Cuci tangan
b. Kenakan sarung tangan
c. Desinfeksi luka menggunakan povidone-iodine 10%
d. Anestesi local menggunakan lidocain 2%
e. Tutup sekitar luka dengan kain steril

24
f. Bilas dengan NaCl 0.9%
g. Debridement
h. Irigasi dengan NaCl 0.9%
i. Keringkan dengan kasa steril
j. Penjahitan luka
k. Dressing luka

5. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

3.2. Pembahasan Case Report


Tn. DL usia 25 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan utama luka
terbuka sebesar 4x3x3cm, perdarahan dan nyeri pada lengan kanan sejak
kurang lebih 2 jam yang lalu karena terkena serpihan kaca setelah
terpengaruh alkohol. Hal ini sesuai dengan teori Mansjoer (2010) yang
mengatakan bahwa penyebab dari luka tusuk yaitu trauma mekanik yang
disebabkan oleh benda tajam, dalam hal ini serpihan kaca. Luka yang
terbuka sebesar 4x3x3cm juga sejalan dengan teori Abdurrahmat, A.S.
(2014) bahwa luka tusuk yang terbuka terjadi karena terputusnya
kontinuitas jaringan. Pasien diketahui dalam kondisi tidak sadarkan diri
setelah tertusuk serpihan kaca, hal ini sesuai dengan teori American
College of Surgeons (2010) bahwa salah satu manifestasi klinis dari luka
tusuk adalah penurunan kesadaran yang disebabkan oleh kehilangan
darah dan tanda-tanda awal syok hemoragik. Pasien juga mengeluhkan
nyeri hebat dan kesulitan bergerak pada lengan kanan yang terluka, hal
ini sesuai dengan teori Mansjoer (2010) yang menyebutkan pada pasien
dengan luka tusuk yang terbuka dapat terjadi gangguan fungsi. Fungsi
anggota badan akan terganggu baik oleh karena rasa nyeri atau kerusakan
tendon yang terjadi saat menerima trauma.
Pada kasus tidak atau belum dilakukan pemeriksaan penunjang, hal
ini mungkin disebabkan oleh prioritas kegawatdaruratan pasien yang

25
mengalami perdarahan untuk segera dilakukan penatalaksanaan
komprehensif guna menghindari komplikasi syok hemoragik, hal ini
berkaitan dengan teori Ciliers G, et al. (2014) yang menyebutkan salah
satu komplikasi dari luka tusuk dan terbuka adalah syok. Syok terjadi
karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler
yang dapat menyebabkan menurunnya oksigenasi.
Pada kasus dilakukan penatatalaksanaan komprehensif yaitu dengan
debridement dan penjahitan. Hal ini sesuai dengan teori Roberts JR, et al.
(2013) yang mengatakan bahwa penatalaksanaan luka dilakukan secara
modern dressing. Perawatan luka modern harus tetap memperhatikan tiga
tahap, yakni mencuci luka, membuang jaringan mati, dan memilih
balutan. Mencuci luka bertujuan menurunkan jumlah bakteri dan
membersihkan sisa balutan lama, debridement jaringan nekrotik atau
membuang jaringan dan sel mati dari permukaan luka. Penggunaan jenis
modern dressing disesuaikan dengan jenis luka. Untuk luka yang banyak
eksudatnya dipilih bahan balutan yang menyerap cairan seperti foam,
sedangkan pada luka yang sudah mulai tumbuh granulasi, diberi gel
untuk membuat suasana lembap yang akan membantu mempercepat
penyembuhan luka. Setelah dilakukan debridement, maka dilakukan
penjahitan. Setelah itu, menurut Roberts JR, et al. (2013) pasien dapat
diberikan tetagam. Pemberian tetagam diindikasikan untuk profilaksis
pada individu dengan cedera yang baru saja terjadi dan individu dengan
riwayat vaksinasi tidak komplit atau tidak diketahui. Dosis yang
diberikan adalah 1 ampul (250iu). Antibiotika juga bisa diberikan
sebagai profilaksis pada penderita yang dicurigai kemungkinan infeksi.
Namun, pada kasus ini hal tersebut tidak atau belum dilakukan.

26
BAB IV
KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan
Kesimpulan pada laporan Tugas Pengenalan Profesi terkait Vulnus
Punctum adalah sebagai berikut:
1. Pada kasus manifestasi klinis yang dialami pasien yaitu tampak luka
tusuk regio antebrachii dextra dengan ukuran 4x3x3cm disertai nyeri
dan perdarahan pada lengan kanan. Pasien juga mengalami
penurunan kesadaran dan kesulitan untuk menggerakan lengan
kanan. Luka tusuk pasien disebabkan oleh trauma mekanik benda
tajam (serpihan kaca).
2. Pada kasus ini, pemeriksaan penunjang tidak atau belum dilakukan.
3. Penatalaksanaan kegawatdaruratan yang diberikan kepada pasien
dengan prinsip perawatan luka yaitu debridement dan penjahitan.

4.2. Saran
Diharapkan bagi penulis selanjutnya dapat melakukan observasi secara
langsung pada pasien Vulnus Punctum.

27
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahmat, A.S. 2014. Luka, Peradangan dan Pemulihan. Jurnal Entropi,


Vol.9, No.1.
American College of Surgeons. 2010. Advanced Trauma Life Support (ATLS,
2010) Untuk Dokter Edisi 7. Jakarta : IKABI
Bluestein D, et al. 2008. Pressure Ulcers: Prevention, Evaluation, and
Management. American Academy of Family Physicians 78(10): 1186-
1194
Ciliers G, et al. 2014. Pressure Ulcers: Surgical Intervention. Wound Healing
Southern Africa 7 (2): 45-52
Franz, M. G. et al. 2008. ‘Guidelines to aid healing of acute wounds by
decreasing impediments of healing’, Wound Repair and Regeneration,
16(6), pp. 723–748. doi: 10.1111/j.1524-475X.2008.00427.x
Ganong, W. F., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta : EGC.
Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta : EGC.
Mansjoer, A. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Media.
Pangemanan, A. 2017. Case Report: Perawatan Luka Pada Pasien Vulnus
Punctum di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Universitas Sam
Ratulangi.
Reksoprodjo, S. et al. 2010. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Tangerang: Balai
Penerbit FKUI
Roberts JR, et al. 2013. Clinical Procedures in Emergency Medicine. 6th ed.
Philadelphia, Pa: Saunders.
World Health Organization. 2014. Global Status Report on Violence Prevention.
Luxembourg: WHO.

28
LAMPIRAN

29

Anda mungkin juga menyukai