Anda di halaman 1dari 22

ASKEP TETANUS

DI
S
U
S
U
N
OLEH :
MUHAMMAD ILHAM ALQUDRI
MUHAMMAD ZULFIKAR
ANNISA SITI SALSABILA

UNIVERSITAS SAINS CUT NYAK DHIEN LANGSA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas kehadiran ALLAH SWT,


karena berkat Rahmat dan hidayahnya,kami dapat menyelesaikan penulisan laporan
kewirausahaan yang berjudul "Askep Tetanus"
Laporan pendahuluan ini kami susun atas, utamanya dari dorongan diri sendiri
dan bantuan dari dosen pengampu mata kuliah.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan "Askep Tetanus" ini tidak luput
dari kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya. Kami berharap dengan
segala kerendahan hati atas saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak guna
pembenahan laporan-laporan kami selanjutnya.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca
dan khusunya memberikan manfaat serta pengalaman bagi kami sebagai penulis.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 1
1.3 Tujuan .............................................................................................. 1
1.3.1 Tujuan Umum...........................................................................1
1.3.2 Tujuan Khusus..........................................................................1
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................... 3
2.1 Definisi............................................................................................. 3
2.2 Klasifikasi......................................................................................... 3
2.3 Etiologi............................................................................................. 4
2.4 Patofisiologi...................................................................................... 4
2.5 Manifestasi Klinis............................................................................. 5
2.6 Penata Laksanaan Tetanus................................................................ 6
2.7 Pemeriksaan Penunjang.................................................................... 8
2.8 Komplikasi pada klien Tetanus........................................................ 8
BAB III PROSES KEPERAWATAN............................................................. 9
3.1 Pengkajian........................................................................................ 9
3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................... 14
3.3 Diagnosa Keperawatan................................................................... 14
3.4 Intervensi........................................................................................ 15
3.5 Implementasi.................................................................................. 17
3.6 Evaluasi.......................................................................................... 17
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 18
4.1 Kesimpulan..................................................................................... 18
4.2 Saran............................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 19

ii
ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) TETANUS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa
disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium
tetani, tetapi akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman. Tetanus adalah
penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa disertai
gangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman closteridium tetani.
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, terutama pada daerah resiko tinggi
dengan cakupan imunisasi DPT yang rendah. Reservoir utama kuman ini adalah
tanah yang mengandung kotoran ternak sehingga resiko penyakit ini di daerah
peternakan sangat tinggi. Spora kuman Clostridium tetani yang tahan kering dapat
bertebaran di mana-mana.
Kuman C. tetani tersebar luas ditanah, terutama tanah garapan, dan dijumpai
pula pada tinja manusia dan hewan. Perawatan luka yang kurang baik di samping
penggunaan jarum suntik yang tidak steril (misalnya pada pecandu narkotik),
merupakan beberapa faktor yang sering dijumpai sebagai pencetus timbulnya tetanus.
Tetanus dapat menyerang semua golongan umur, mulai dari bayi (tetanus
neonatorum), dewasa muda (biasanya pecandu narkotik) sampai orang-orang tua.
Dari Program Nasional Surveillance Tetanus di Amerika serikat diketahui rata-rata
usia pasien tetanus dewasa berkisar antara 50-57 tahun.
Berdasar tingkat kejadian (epidemiologi) tersebut maka kelompok tertarik
untuk membahas tentang ASKEP pada tetanus.

1.2  Rumusan Masalah

1
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka dapat dirumuskan
masalah dari makalah ini adalah:
1.2.1 Apakah definisi dari tetanus?
1.2.2 Bagaimana klasifikasi tetanus?
1.2.3 Apakah etiologi dari tetanus?
1.2.4 Bagaimanakah patofisiologi dari tetanus?
1.2.5 Bagaimanakah manifestasi klinis dari klien dengan tetanus?
1.2.6 Bagaimanakah penatalaksanaan dari tetanus?
1.2.7 Apa saja pemeriksaan penunjang untuk klien dengan tetanus?
1.2.8 Apa saja komplikasi dari tetanus?
1.2.9 Bagaimana proses keperawatan untuk klien dengan tetanus?

1.3  Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memahami asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada klien dengan tetanus.
1.3.2  Tujuan Khusus
1.3.2.1 Memahami definisi dari tetanus.
1.3.2.2 Mengetahui klasifikasi dari tetanus.
1.3.2.3 Mengetahui etiologi dari tetanus.
1.3.2.4 Memahami patofisiologi dari tetanus.
1.3.2.5 Mengetahui manifestasi kinis dari klien dengan tetanus..
1.3.2.6 Mengetahui penatalaksanaan yang harus diberikan pada kien dengan tetanus.
1.3.2.7 Mengetahui pemeriksaan penunjang pada klien dengan tetanus.
1.3.2.8 Mengetahui komplikasi dari tetanus.
1.3.2.9 Memahami proses keperawatan pada klien dengan tetanus.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa
disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium
tetani, tetapi akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman. Tetanus
adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani,
bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh badan.
Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masseter dan otot-otot rangka.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tetanus adalah penyakit
infeksi yang diakibatkan oleh toksin kuman Clostridium tetani,yang ditandai dengan
gejala kekakuan dan kejang otot (Ritharwan, 2004).

2.2 Klasifikasi
Tetanus berdasarkan bentuk klinis dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Tetanus local: biasanya ditandai dengan otot terasa sakit, lalu timbul rebiditas
dan spasme pada bagian paroksimal luar. Gejala itu dapat menetap dalam
beberapa minggu dan menghilang.
2. Tetanus general: yang merupakan bentuk paling sering, biasanya timbul
mendadak dengan kaku kuduk, trismus, gelisah, mudah tersinggung dan sakit
kepala merupakan manifestasi awal. Dalam waktu singkat kontraksi otot
somatic meluas. Timbul kejang tetanik bermacam grup otot, menimbulkan
aduksi lengan dan ekstensi ekstremitas bagian bawah. Pada mulanya, spasme
berlangsung beberapa detik sampai beberapa menit dan terpisah oleh periode
relaksasi.
3. Tetanus segal: varian tetanus lokal yang jarang terjadi. Masa inkubasi 1-2 hari
terjadi sesudah otitis media atau luka kepala dan muka. Paling menonjol
adalah disfungsi saraf III, IV, VII, IX, dan XI tersering saraf otak VII diikuti
tetanus umum.

3
Berdasarkan berat gejala dapat dibedakan menjadi 3 stadium, yaitu:
1. Trismus (3cm) tanpa kejang torik umum meskipun dirangsang.
2. Trismus (3cm atau lebih kecil) dengan kejang torik umum bila dirangsang.
3. Trismus (1cm) dengan kejang torik umum spontan.
 
2.3 Etiologi
            Penyakit tetanus disebabkan oleh toksin kuman Clostridium tetani yang dapat
masuk melalui luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar, luka operasi yang tidak
dirawat dan tidak dibersihkan dengan baik, caries gigi, pemotongan tali pusat yang
tidak steril, dan penjahitan luka robek yang tidak steril. Penginfeksian kuman
Clostridium tetani lebih mudah bila klien belum terimunisasi.
 
2.4 Patofisiologi
Tetanus disebabkan oleh toksin kuman Clostridium tetani yang masuk melalui
luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar, luka operasi yang tida dirawat dan tidak
dibersihkan dengan baik, caries gigi, pemotongan tali pusat yang tidak steril, dan
penjahitan luka robek yang tidak steril yang lebih beresiko bagi orang-orang yang
belum terimunisasi.
Toksin kuman C. tetani berbentuk spora. Clostridium menghasilkan 2 toksin:
1. Toksin tetanolisinàmampu secara local merusak jaringan yang masih hidup yang
mengelilingi sumber infeksi dan mengoptimalkan kondisi yang memungkinkan
multifikasi bakteri, akan tetapi reaksi radang non-spesifik.
2. Toksin tetanospasminà bersifat neurotoxic yang dapat mengakibatkan kejang.
Ada 2 cara tetanospasmin mencapai saraf:
1. Secara local: diabsorbsi melalui mioneural junction pada ujung-ujung saraf perifer
atau motorik melalui axis silindrik ke corno anterior susunan saraf pusat dan susunan
saraf perifer.
2. Toksin diabsorbsi melalui pembuluh limfe lalu kesirkulasi darah untuk seterusnya
susunann saraf pusat.

4
Toksin dalam darah sangat mudah dinetralisasi, tetapi jika terdapat di saraf
maka bersifat ireversibel.

Luka

Kerusakan jaringan lokal

Terkontaminasi

Clostridium tetani

Berproliferasi

Mengeluarkan toksin

Diabsorbsi ujung saraf

Masuk kesirkulasi

Susunan saraf pusat

Ketegangan otot terutama pada rahang dan leher

2.5 Manifestasi Klinis


Secara umum tanda dan gejala yang akan muncul:
a. Spasme dan kaku otot rahang (massester) menyebabkan kesukaran membuka mulut
(trismus)
b. Pembengkakan, rasa sakit dan kaku dari berbagai otot:
 Otot leher

5
 Otot dada
 Merambat ke otot perut
 Otot lengan dan paha
 Otot punggung, seringnya epistotonus
c. Tetanik seizures (nyeri, kontraksi otot yang kuat)
d. Iritabilitas
e. Demam
Gejala penyerta lainnya:
a. Keringat berlebihan
b. Sakit menelan
c. Spasme tangan dan kaki
d. Produksi air liur
e. BAB dan BAK tidak terkontrol
f. Terganggunya pernapasan karena otot laring terserang

2.6 Penata Laksanaan Tetanus


a. Netralisasi toksin dengan tetanus antitoksin (TAT)
1. Hiperimun globulin (paling baik)
 Dosis: 3.000-6.000 unit IM
 Waktu paruh: 24 hari, jadi dosis ulang tidak diperlukan
 Tidak berefek pada toksin yang terikat di jaringan saraf; tidak dapat
menembus barier darah-otak
2. Antitoksin kuda
 Serum anti tetanus (ATS) menetralisir toksin yang masih beredtes
 Dosis: 100.000 unit, dibagi dalam 50.000 unit IM dan 50.000 unit IV, pelan
setelah dilakukan skin test

b. Perawatan luka

6
1. Bersihkan, kalau perlu didebridemen, buang benda asing, biarkan terbuka (jaringan
nekrosis atau pus membuat kondisis baik C. Tetani untuk berkembang biak)
2. Penicillin G 100.000 U/kg BB/6 jam (atau 2.000.000 U/kg BB/24 jam IV) selama
10 hari
3. Alternatif
 Tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hari (max 2 gr) terbagi dalam 3 atau 4 dosis
 Metronidazol yang merupakan agent anti mikribial.
 Kuman penyebab tetanus terus memproduksi eksotoksin yang hanya dapat
dihentikan dengan membasmi kuman tersebut.

c. Berantas kejang
1. Hindari rangsang, kamar terang/silau, suasana tenang
2. Preparat anti kejang
3. Barbiturat dan Phenotiazim
 Sekobarbital/Pentobarbital 6-10 mg/kg BB IM jika perlu tiap 2 jam untuk
optimum level, yaitu pasien tenag setengah tidur tetapi berespon segera bila
dirangsang
 Chlorpromazim efektif terhadap kejang pada tetanus
 Diazepam 0,1-0,2 mg/kg BB/3-6 jam IV kalau perlu 10-15 mg/kg BB/24
jam: mungkin 2-6 minggu

d. Terapi suportif
1. Hindari rangsang suara, cahaya, manipulasi yang merangsang
2. Perawatan umum, oksigen
3. Bebas jalan napas dari lendir, bila perlu trakeostomi
4. Diet TKTP yang tidak merangsang, bila perlu nutrisi parenteral, hindari dehidrasi.
Selama pasase usus baik, nutrisi interal merupakan pilihan selain berfungsi untuk
mencegah atropi saluran cerna
5. Kebersihan mulut, kulit, hindari obstipasi, retensi urin
2.7  Pemeriksaan Penunjang

7
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan tetanus meliputi:
1. Darah
Glukosa darah: hipoglikemia merupakan predisposisi kejang.
BUN: peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro
toksik akibat dari pemberian obat.
Elektrolit (K, Na): ketidakseimbangan elektroit merupakan predisposisi kejang
kalium (normal 3,80-5,00 meq/dl).
1. Skull Ray: untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi.
2. EEG: teknik untuk menekan aktifitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh
untuk mengetahui fokus aktifitas kejang, hasil biasanya normal.
 
2.7 Komplikasi pada klien Tetanus
1. Spasme otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saliva) di rongga
mulut. Hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat terjadi
pneumonia aspirasi.
2. Asfiksia.
3. Atelektasis karena obstruksi secret.

8
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistemik untuk mengumpulkan data dan
menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut.
(Santosa. NI, 1989, 154)
Langkah-langkah dalam pengkajian meliputi: pengumpulan data, analisa dan
sintesa data serta perumusan diagnosa keperawatan. Pengumpulan data akan
menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan atau keperawatan yang meliputi
kebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan pasien. Sumber data didapatkan dari
pasien, keluarga, teman, team kesehatan lain, catatan pasien dan hasil pemeriksaan
laboratorium.
Metode pengumpulan data melalui observasi (yaitu dengan cara inspeksi,
palpasi, auskultasi, perkusi), wawancara (yaitu berupa percakapan untuk memperoleh
data yang diperlukan), catatan (berupa catatan klinik, dokumen yang baru maupun
yang lama), literatur (mencakup semua materi, buku-buku, masalah dan suratkabar).
Pengumpulan data pada kasus tetanus ini meliputi:
A. Data subyektif
1. Biodata/Identitas
 Biodata klien mencakup nama, umur, jenis kelamin.
 Biodata dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama,
umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
2. Keluhan utama kejang
3. Riwayat Penyakit (Darto Suharso, 2000)
 Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan:
 Apakah disertai demam?
 Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, maka
diketahui apakah infeksi infeksi memegang peranan dalam terjadinya
bangkitan kejang. Jarak antara timbulnya kejang dengan demam.

9
 Lama serangan
 Pola serangan apakah bersifat umum, fokal, tonik, klonik?
 Apakah serangan berupa kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran seperti
epilepsi mioklonik?
 Apakah serangan berupa tonus otot hilang sejenak disertai gangguan
kesadaran seperti epilepsi akinetik?
 Apakah serangan dengan kepala dan tubuh mengadakan flexi sementara
tangan naik sepanjang kepala, seperti pada spasme infantile?
 Pada kejang demam sederhana kejang ini bersifat umum
 Frekuensi serangan
 Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang terjadi
untuk pertama kali, dan berapa frekuensi kejang per tahun. Prognosa makin
kurang baik apabila kejang timbul pertama kali pada umur muda dan
bangkitan kejang sering timbul
 Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan
 Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah rangsangan tertentu yang dapat
menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-
lain. Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya. Sesudah kejang
perlu ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran menurun,
ada paralise, dan sebagainya
4. Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
 Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita
epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-
lain.
5. Riwayat Penyakit Dahulu
 Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah
penderita pernah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang
terjadi untuk pertama kali ?

10
 Apakah ada riwayat trauma kepala, luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing
dalam luka yang menyembuh, otitis media, dan cairies gigi, menunjang
berkembang biaknya kuman yang menghasilkan endotoksin.
6. Riwayat kesehatankeluarga.
 Kebiasaan perawatan luka dengan menggunakan bahan yang kurang aseptik.
Riwayatsosial
 Hubungan interaksi dengan keluarga dan pekrjaannya
7. Pola kebiasaan dan fungsikesehatan
 Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana?
 Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :
 Pola persepsi dan tatalaksanaan hidupsehat
 Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan,
pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan medis?
 Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan kesehatan
yang diberikan, tindakan apabila ada anggota keluarga yang sakit, penggunaan
obat-obatan pertolonganpertama.
8. Pola Nutrisi
 Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi Ditanyakan bagaimana kualitas dan
kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh klien?
 Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak? Bagaimana selera makan
anak? Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari?
9. Pola Eliminasi:
 BAK: ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis ditanyakan
bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah? Serta ditanyakan apakah
disertai nyeri saat kencing.
 BAB: ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak? Bagaimana
konsistensinya lunak,keras,cair atau berlendir ?

11
10. Pola aktivitas dan latihan
 Pola tidur/istirahat
 Berapa jam sehari tidur? Berangkat tidur jam berapa? Bangun tidur jam
berapa? Kebiasaan sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang?
B. DataObyektif
1. Pemeriksaan Umum (Corry S, 2000 hal :36)
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah,
nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu tinggi
sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum kejang
tanpa kelainan neurologi.
2. PemeriksaanFisik
 Kepala
 Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien
dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti
rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.
 Muka/ Wajah.
Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus? Apakah ada gangguan
nervus cranial?
 Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan
ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva?
 Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi
seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga,
berkurangnya pendengaran.
 Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas?
Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya?

12
 Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah?
Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi?
 Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil? Adakah tanda-tanda infeksi faring,
cairan eksudat?
 Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid? Adakah
pembesaran vena jugulans?
 Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekwensinya, irama, kedalaman, adakahretraksi
Intercostale? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan?
 Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya? Adakah bunyi
tambahan? Adakah bradicardi atau tachycardia?
 Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen? Bagaimana
turgor kulit dan peristaltikusus? Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien
dan hepar?
 Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah
terdapat oedema, hemangioma? Bagaimana keadaan turgor kulit?
 Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang?
Bagaimana suhunya pada daerah akral?
 Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi?

13
3.2 Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan tetanus antara
lain:
 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi
neuromuskuler dan sekresi yang tertahan
 Pola nafas tidak efektif b.d. canggung neurologi gangguan kejang
 Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
 Hipertermia b.d proses penyakit infeksi
 Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi)
 Resiko apirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran, gangguan menelan
 Perfusi jaringan tidak efektif b/d kerusakan transport oksigen melalui alveolar
dan atau membran kapiler
 Risiko trauma/injuri berhubungan dengan peningkatan koordinasi otot
(kejang), irritabilitas
 Risiko infeksi b/d imunitas tubuh primer, prosedur invasive
 Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan kerusakan sensori motor
 Sindrome defisit self care b/d kelemahan, penyakitnya
 Defisit pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang paparan
terhadap sumber informasi.
 Kerusakan komunikasi verval b/d penurunan sirkulasi darah keotak
 
 
3.4  Intervensi
Tujuan dan kriteria hasil
Diagnosa (sdki) Intervensi (siki)
(slki)
1 Bersihan jalan nafas Bersihan jalan nafas Observasi:
tidak efektif b.d. ekspektasi: meningkat a.monitor adanya

14
disfungsi neuro Denga Kriteria hasil: retnsi sputum
muskuler dan sekresi a.Batuk produktif 5 b.monitor bunyi
yang tertahan (meningkat) nafas tambahan
b.Produksi sputum 5 (wezhing)
(menurun) c.identifikasi
c.Sulit bicara 5 kemampuan batuk
(membaik)
d.Gelisah 5 (membaik) teraupetik
e. (menurun) a.atur posisi semi
fawler atau fowler
b.berikan minuman
hangat

edukasi
a.ajarkan teknik
batuk efektif
2 Pola nafas tidak Pola nafas Observasi
efektif b.d. canggung Ekspektasi : membaik a.monitor pola nafas
neurologi gangguan Dengan kriteria hasil
kejang a.tekanan ekspirasi 5 teraupetik
(meningkat) a.atur interval
b.tekanan inspirasi 5 pemantauan respirasi
(meningkat) sesuai kondisi pasien
c.dipsnea 5 (menurun)
d.penggunaan otot edukasi
bantu nafas 5 a.jelaskan tujuan dan
(menurun) prosedur pemantauan

e.frekuensi nafas 5
(membaik)
f.kedalaman nafas 5

15
(membaik)
3 defisit nutrisi b.d Status nutrisi: Observasi
ketidakmampuan Ekspektasi : membaik a.monitor asupan
menelan makanan Kriteria hasil makanan
a.kekuatan otot b.monitor berat
pengunyah 5 badan
(meningkat) c.identifikasi
b.kekuatan otot makanan yang
menelan s (meningkat) disukai
c.berat badan 5 d.identifikasi
(membaik) perlunya
d.porsi makan yang penggunaan selang
dihabiskan 5 nesogustrik
(meningkat)
4 hipertermia b.d Termoregulasi a.monitor suhu
proses penyakit Ekspektasi : membaik tubuh
infeksi Dengan Kriteria hasil b.monitor
a.kejang 5 (menurun) komplikasi akibat
b.suhu tubuh 5 hipertemia
(membaik) c.sediakan
d.suhu kulit 5 lingkungan yang
(membaik) dingin
e.tekanan darah 5 d.berikan cairan oral
(membaik)

3.5 Implementasi
Implementasi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup melakukan,

16
membantu, atau mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan
asuhan perawatan untuk tujuan yang berpusat pada klien Pelaksanaan keperawatan
merupakan tahapan pemberian tindakan keperawatan untuk mengatasi permasalahan
penderita secara terarah dan komprehensif, berdasarkan rencana tindakan yang telah
ditetapkan sebelumnya.

 3.6  Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Penilaian keberhasilan
adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.

 
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa
disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium
tetani, tetapi akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman.Tetanus adalah
penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa disertai
gangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman closteridium tetani.
Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium
tetani, bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh
badan. Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masseter dan otot-otot
rangka.

4.2 Saran

17
Dengan makalah ini, kita sebagai mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan
memahami konsep tentang tatanus karena sangat bermanfaat bagi kita dalam dunia
kerja

DAFTAR PUSTAKA

Suharso Darto, 1994,Pedoman Diagnosis dan Terapi, F.K. Universitas Airlangga,


Surabaya.

Santosa NI, 1989, Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan), Depkes RI, Jakarta.


http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/05/asuhan-keperawatan-dengan-
tetanus.html

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-
prosesPenyakit. Edisi 4. : EGC

Brunner dan Suddart, Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, EGC, Jakarta, 2002

18
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I,II. Jakarta.:
BalaiPenerbit FKUI

19

Anda mungkin juga menyukai