TETANUS
DISUSUN OLEH :
Tri Rizki Ananda Pelawi (71220891010)
Sadewa Shandika Mukti (71220891005)
PEMBIMBING
dr. Indra Wahyudi Tanjung, Sp. A
Nilai :
Dokter Pembimbing
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II .....................................................................................................................2
A. Definisi.........................................................................................2
B. Etiologi.........................................................................................2
C. Patogenesis...................................................................................2
E. Tatalaksana ..................................................................................4
F. Pencegahan ..................................................................................5
LAPORAN KASUS................................................................................................6
PENUTUP .............................................................................................................14
LAMPIRAN ..........................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tetanus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di seluruh
dunia. Diperkirakan angka kejadian pertahunnya sekitar satu juta kasus
dengan tingkat mortalitas yang berkisar dari 6% hingga 60%. Selama 30
tahun terakhir, hanya terdapat sembilan penelitian RCT (randomized
controlled trials) mengenai pencegahan dan tata laksana tetanus. Pada tahun
2000, hanya 18.833 kasus tetanus yang dilaporkan ke World Health
Organization (WHO). Sekitar 76 negara, termasuk di dalamnya negara yang
berisiko tinggi, tidak memiliki data serta seringkali tidak memiliki informasi
yang lengkap.(1)
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Tetanus atau lockjaw adalah penyakit akut yang menyerang sistem saraf
pusat yang ditandai dengan kontraksi otot berkepanjangan. Gejala klinis utama
disebabkan oleh tetanospasmin, suatu neurotoksin yang diproduksi oleh spore-
forming bakteri gram positif obligat anaerob Clostridium tetani. Infeksi seringkali
timbul melalui luka yang terkontaminasi bakteri dan infeksi lain seperti otitis
media. Apabila penyakit berlanjut maka akan terjadi pula spasme otot pada daerah
mulut (trismus atau lockjaw), yang akan diikuti dengan kekakuan dan spasme
pada seluruh otot di bagian tubuh yang lain. Pasien dalam keadaan sadar penuh
dan menampakkan ekspresi wajah kaku dan ketakutan akan timbul kembali
spasme berulang. Masa inkubasi tetanus 3-21 hari.(4) Tetanus merupakan kondisi
gawat darurat, yang jika tidak segera diobati dapat menyebar ke seluruh tubuh dan
memnbahayakan jiwa. Meski tergolong berbahaya, tetanus tidak menular dan
dapat dicegah melalui pemebrian vaksin.(5)
B. Etiologi
Penyebab tetanus adalah bakteri anaerob pembentuk spora bernama
Clostridium tetani. Basil Gram positif ini ditemukan dalam feses manusia dan
hewan, serta di tanah. Spora dapat dorman selama bertahun-tahun, tetapi jika
terkena luka, spora akan berubah menjadi bentuk vegetative yang menghasilkan
toksin.(6)
C. Patogenesis
Tetanospasmin adalah toksin yang menyebabkan spasme, bekerja pada
beberapa level dari susunan syaraf pusat, dengan cara:
2
c. Kejang pada tetanus, mungkin disebabkan pengikatan dari toksin oleh
cerebral ganglioside.
d. Beberapa penderita mengalami gangguan dari Autonomik Nervous System
(ANS) dengan gejala: berkeringat, hipertensi yang fluktuasi, periodisiti
takikhardia, aritmia jantung, peninggian cathecholamine dalam urine. Kerja
dari tetanospamin analog dengan strychninee, dimana ia mengintervensi
fungsi dari arcus refleks yaitu dengan cara menekan neuron spinal dan
menginhibisi terhadap batang otak.
Timbulnya kegagalan mekanisme inhibisi yang normal, yang menyebabkan
meningkatnya aktifitas dari neuron Yang mensarafi otot masetter sehingga terjadi
trismus. Oleh karena otot masetter adalah otot yang paling sensitif terhadap toksin
tetanus tersebut. Stimuli terhadap afferen tidak hanya menimbulkan kontraksi
yang kuat, tetapi juga dihilangkannya kontraksi agonis dan antagonis sehingga
timbul spasme otot yang khas.(7)
D. Manifestasi Klinis
Berdasarkan manifestasi klinis, tetanus dapat diklasifikasikan menjadi
tetanus generalista, lokal, atau sefalik.
1. Tetanus generalista
Tetanus generalista merupakan bentuk yang paling sering dijumpai.
Awalnya dapat berupa tetanus lokal yang berkembang luas setelah
beberapa hari. Gejala yang sering muncul:
a. Hipertonus
b. Spasme
c. Trismus: perasaan kaku pada rahang dan leher, biasanya penderita
sulit membuka mulutnya.
d. Kaku di leher, bahu, serta ekstremitas (biasanya terekstensi)
e. Abdomen papan (abdomen terasa keras dan rata)
f. Risus sardonicus kontraksi pada otot wajah (otot bibir mengalami
rektraksi, mata tertutup parsial karena kontraksi M. orbicularis
occuli, alis terelevasi karena spasme otot frontalis).
3
g. Opistotonus: kontaksi pada otot punggung sehingga menyebabkan
perubahan bentuk menjadi melengkung
h. Spasme pada otot-otot pernapasan.
2. Tetanus lokal
Tetanus lokal merupakan yang paling ringan dibandingkan tetanus
lainnya. Biasanya gejala yang muncul berupa rasa kaku, kencang, dan
nyeri pada otot disekitar luka. Seringkali terjadi spasme dan twicting
dari otot yang terkena.
3. Tetanus sefalik
Tetanus sefslik biasanya terjadi setelah adanya luka pada kepala atau
wajah. Periode inkubasi biasanya pendek, hanya sekitar 1-2 hari. Terjadi
kelemahan dan paralisis otot-otot wajah. Pada periode spasme, otot
wajah biasanya berkontraksi. Spasme dapat melibatkan lidah dan
tenggorokan sehingga terjadi disartria, disfonia, dan disfagia. Seringkali
tetanus sefalik berkembang menjadi tetanus generalisata.
E. Tatalaksana
Penatalaksanaan pasien tetanus secara garis besar terdiri atas tatalaksana
umum dan khusus. Pada penatalaksanaan umum, hal-hal yang harus diperhatikan
adalah sebagai berikut:
4
Pada penelitian yang dilakukan di Indonesia, metronidazol telah menjadi
terapi pilihan yang digunakan di beberapa pelayanan kesehatan. Metronidazol
diberikan secara IV dengan dosis inisial 15 mg/kgBB dilanjutkan dosis 30
mg/kgBB/hari dengan interval setiap 6 jam selama 7-10 hari. Metronidazol efektif
untuk mengurangi jumlah kuman C. tetani bentuk vegetative.(1)
F. Pencegahan
Pencegahan sangat penting, mengingat perawatan kasus tetanus sulit dan
mahal. Untuk pencegahan, perlu dilakukan:
1. Imunisasi aktif
Imunisasi dengan toksoid tetanus (TT) merupakan salah satu pencegahan
yang sangat efektif. Angka kegagalannya relatif rendah.
2. Perawatan luka
Perawatan luka harus segera dilakukan terutama pada luka tusuk, luka
kotor atau luka yang diduga tercemar dengan spora tetanus. Perawatan
luka dilakukan guna mencegah timbulnya jaringan anaerob. Jaringan
nekrotik dan benda asing harus dibuang.
3. Pemberian ATS dan HTIG profilaksis
Profilaksis dengan pemberian ATS hanya efektif pada luka baru (< 6 jam)
dan harus segera dilanjutkan dengan imunisasi aktif. Dosis ATS
profilaksis 3000 IU. HTIG juga dapat diberikan sebagai profilaksis luka.
Dosis untuk anak < 7 tahun: 4 IU/kg IM dosis tunggal, sedangkan dosis
untuk anak ≥ 7 tahun: 250 IU IM dosis tunggal.
5
LAPORAN KASUS
I. Anamnesa Pribadi OS
Nama : Khairul Akbar
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tanggal lahir : 15 Mei 2014
Agama : Islam
Suku bangsa : Karo/Indonesia
Alamat : Jl. Jamin Ginting pjde scre Gg. Aritra No.12
Nama ayah : alm. Ramadhan
Nama ibu : Nadila Veronika Cinta Pertiwi Br. Sitepu
Tanggal masuk : 11/01/2023
No. RM : 01.19.75.37
Berat badan : 25 kg
Panjang badan : 126 cm
Status gizi : Baik
6
IV. Riwayat Nutrisi
ASI : Selama 1 bulan, >5 kali/hari
Susu formula : Sejak Umur 2 bulan, >5 kali/hari
Bubur susu : Sejak Umur 2 bulan, 3 kali sehari
Bubur nasi : Sejak Umur 4 bulan, 3 kali Sehari
Makanan dewasa : Sejak Umur 5 bulan, 3 kali Sehari
V. Riwayat Imunisasi
Hepatitis B :-
Polio :-
BCG :-
DPT :-
Campak :-
Lainnya :-
7
mulut. Pasien sebelumnya memiliki riwayat luka yang terkena dari pecahan
kaca dan di jahit yang sudah dialami pasien kurang dari 2 bulan yang lalu.
Pasien dirawat di Rumah Sakit USU selama 8 hari, lalu orang tua pasien
membawa pasien ke IGD Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan. Pasien
juga merasa sesak, sulit menelan air dan makanan. Demam di jumpai, nyeri
perut di jumpai dan kejang di jumpai. Belum BAB kurang lebih 5 hari dan
buang angin. BAK terkesan normal. Tidak pernah memiliki riwayat
imunisasi sebelumnya.
Status Lokalisata
a. Kepala : Normocephali, bentuk simetris
Rambut : Hitam dan lebat
Mata : Tidak di lakukan pemeriksaan
Hidung : pernapasan cuping hidung (-), sekret (-)
Telinga : sekret (-), hiperemis (-)
Mulut : Trismus (+) 2 jari, air liur keluar (+)
b. Leher : Tidak ada benjolan, Trakea simetris,
Kaku kuduk (-)
c. Thorax
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
8
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1 dan S2 normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru
Inspeksi : Simetris pada saat inspirasi dan ekspirasi
Palpasi : Stem fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : suara pernapasan vesikuler, suara tambahan:
ronkhi (-), wheezing (-)
d. Abdomen
Inspeksi : Abdomen datar dan keras
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar dan lien tidak teraba.
e. Extremitas
Atas : Akral hangat, Oedem (-), Sianosis (-), CRT < 2
detik, tangan kanan dan kiri sulit digerakkan.
Bawah : Akral hangat, Sianosis (-), CRT < 2 detik, kaki
kanan dan kiri sulit digerakkan.
f. Genitalis : Tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks Patologis
Kaku Kuduk : (-/-)
Brudzinski I : (-/-)
9
Brudzinski II : (-/-)
Kernig : (-/-)
Laseq : (-/-)
TIK : (-/-)
X. Status Gizi
a. BB/U : 92.5 %
b. TB/U : 95,4 %
c. BB/TB : 100%
10
P-LCR 20.8 [%] 15.0 – 25.0
PCT 0.41 [%] 0.2 – 0.5
Diferential
NEUT 6.93 [10^3/uL] 5.0 – 7.0
LYMP 1.98 [10^3/uL] 1.0 – 4.0
MONO 0.95 [10^3/uL] 0.10 – 0.80
EO 0.11 [10^3/uL] 0.00 – 0,50
BASO 0.07 [10^3/uL] 0.0 – 0.10
NEUT% 6.90 [%] 50 – 70
LYMP% 19.7 [%] 20.0 – 40.0
MONO% 9.5 [%] 2.0 – 8.0
EO% 1.1 [%] 0.0 – 5.0
BASO% 0.7 [%] 0.0 – 1.0
Pemeriksaan Radiologi
Tanggal : 12/01/2023
THORAX (AP/PA)
Pemeriksaan Elektrolit
Tanggal : 11/01/2023
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
KIMIA KLINIK
Glukosa Adrandom 113 mg/dl <140 mg/dl
NATRIUM, KALIUM, CHLORIDA
Natrium 141.00 136.00 – 155.00
11
mmol/L
Kalium 3.10 mmol/L 3.50 – 5.50
Chlorida 110.00 95.00 – 103.00
mmol/L
XIV. Prognosa
Quo ad vitam : Dubia
Quo functionam : Dubia
Quo sanationam : Dubia
Follow Up Pasien
12/01/23 S : Kejang rangsang (+), Mulut sulit • IVFD RL 43 gtt/I
dibuka (+) makro
O : Sens: Compos mentis • Inj.Metronidazole 187
Akral Hangat mg/6jam
Mulut Trismus 0,5 cm • Diazepam 10 mg/4jam
Badan opistotonus (+)
Tangan kiri phlebitis (+)
HR : 98x/i
12
RR : 22 x/i
T : 37,0 0C
BB 20 Kg TB: 109 cm
A : Tetanus generalisata
13/01/23 S : Kejang rangsang (+), Mulut sulit • IVFD RL 43 gtt/I
dibuka (+) makro
O : Sens: Compos Mentis • Inj.Metronidazole 187
Akral Hangat mg/6jam
Mulut Trismus 0,5 cm • Diazepam 10 mg/4jam
Badan opistotonus (+)
Tangan kiri phlebitis (+)
HR : 150 x/i
RR : 23 x/i
T : 37,8 0C
BB 21 Kg TB: 109 cm
A : Tetanus generalisata
13
BAB III
PENUTUP
14
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
16