Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

TETANUS

Laporan kasus ini dibuat untuk melengkapi persyaratan kepaniteraan klinik


senior di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Pirngadi Medan

DISUSUN OLEH :
Tri Rizki Ananda Pelawi (71220891010)
Sadewa Shandika Mukti (71220891005)

PEMBIMBING
dr. Indra Wahyudi Tanjung, Sp. A

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD Dr. PIRNGADI
KOTA MEDAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dibacakan tanggal :

Nilai :

Dokter Pembimbing

dr. Indra Wahyudi Tanjung, Sp. A


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Laporan Kasus” ini guna
memenuhi persyaratan mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu
Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dengan judul
“Tetanus”.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
dr. Indra Wahyudi Tanjung, Sp.A atas segala bimbingan dan arahannya dalam
menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dan dalam pembuatan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangannya,
oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna memperbaiki laporan kasus ini di kemudian hari.
Harapan penulis semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi kita semua serta dapat menjadi arahan dalam
mengimplementasikan ilmu kedokteran dalam praktik di masyarakat.

Medan, 17 Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

BAB I .......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1. Latar Belakang .............................................................................1

BAB II .....................................................................................................................2

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................................2

A. Definisi.........................................................................................2

B. Etiologi.........................................................................................2

C. Patogenesis...................................................................................2

D. Manifestasi Klinis ........................................................................3

E. Tatalaksana ..................................................................................4

F. Pencegahan ..................................................................................5
LAPORAN KASUS................................................................................................6

BAB III ..................................................................................................................14

PENUTUP .............................................................................................................14

LAMPIRAN ..........................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tetanus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di seluruh
dunia. Diperkirakan angka kejadian pertahunnya sekitar satu juta kasus
dengan tingkat mortalitas yang berkisar dari 6% hingga 60%. Selama 30
tahun terakhir, hanya terdapat sembilan penelitian RCT (randomized
controlled trials) mengenai pencegahan dan tata laksana tetanus. Pada tahun
2000, hanya 18.833 kasus tetanus yang dilaporkan ke World Health
Organization (WHO). Sekitar 76 negara, termasuk di dalamnya negara yang
berisiko tinggi, tidak memiliki data serta seringkali tidak memiliki informasi
yang lengkap.(1)

Di negara berkembang, mortalitas tetanus melebihi 50% dengan perkiraan


jumlah kematian 800.000−1.000.000 orang pertahun. Di bagian Neurologi RS
Hasan Sadikin Bandung, dilaporkan 156 kasus tetanus pada tahun 1999−2000
dengan mortalitas 35,2%.(2) Pada Rumah Sakit Sanglah Bali pada tahun
2003- Oktober 2004 didapatkan 54 kasus tetanus dengan angka kematian
berkisar 47%.(3)

Tetanus merupakan penyakit yang dapat dicegah melalui program


imunisasi. Imunitas terhadap tetanus pada diri seseorang tidak berlangsung
seumur hidup sehingga dibutuhkan booster apabila seseorang mengalami luka
yang rentan terinfeksi kuman tetanus. Akses terhadap program imunisasi
yang masih buruk dilaporkan menjadi salah satu penyebab tingginya
prevalensi penyakit ini diberbagai negara berkembang.(3)

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Tetanus atau lockjaw adalah penyakit akut yang menyerang sistem saraf
pusat yang ditandai dengan kontraksi otot berkepanjangan. Gejala klinis utama
disebabkan oleh tetanospasmin, suatu neurotoksin yang diproduksi oleh spore-
forming bakteri gram positif obligat anaerob Clostridium tetani. Infeksi seringkali
timbul melalui luka yang terkontaminasi bakteri dan infeksi lain seperti otitis
media. Apabila penyakit berlanjut maka akan terjadi pula spasme otot pada daerah
mulut (trismus atau lockjaw), yang akan diikuti dengan kekakuan dan spasme
pada seluruh otot di bagian tubuh yang lain. Pasien dalam keadaan sadar penuh
dan menampakkan ekspresi wajah kaku dan ketakutan akan timbul kembali
spasme berulang. Masa inkubasi tetanus 3-21 hari.(4) Tetanus merupakan kondisi
gawat darurat, yang jika tidak segera diobati dapat menyebar ke seluruh tubuh dan
memnbahayakan jiwa. Meski tergolong berbahaya, tetanus tidak menular dan
dapat dicegah melalui pemebrian vaksin.(5)
B. Etiologi
Penyebab tetanus adalah bakteri anaerob pembentuk spora bernama
Clostridium tetani. Basil Gram positif ini ditemukan dalam feses manusia dan
hewan, serta di tanah. Spora dapat dorman selama bertahun-tahun, tetapi jika
terkena luka, spora akan berubah menjadi bentuk vegetative yang menghasilkan
toksin.(6)

C. Patogenesis
Tetanospasmin adalah toksin yang menyebabkan spasme, bekerja pada
beberapa level dari susunan syaraf pusat, dengan cara:

a. Tobin menghalangi neuromuscular transmission dengan cara menghambat


pelepasan acethyl-choline dari terminal nerve di otot.
b. Kharekteristik spasme dari tetanus (seperti strichmine) terjadi karena toksin
mengganggu fungsi dari refleks synaptik di spinal cord.

2
c. Kejang pada tetanus, mungkin disebabkan pengikatan dari toksin oleh
cerebral ganglioside.
d. Beberapa penderita mengalami gangguan dari Autonomik Nervous System
(ANS) dengan gejala: berkeringat, hipertensi yang fluktuasi, periodisiti
takikhardia, aritmia jantung, peninggian cathecholamine dalam urine. Kerja
dari tetanospamin analog dengan strychninee, dimana ia mengintervensi
fungsi dari arcus refleks yaitu dengan cara menekan neuron spinal dan
menginhibisi terhadap batang otak.
Timbulnya kegagalan mekanisme inhibisi yang normal, yang menyebabkan
meningkatnya aktifitas dari neuron Yang mensarafi otot masetter sehingga terjadi
trismus. Oleh karena otot masetter adalah otot yang paling sensitif terhadap toksin
tetanus tersebut. Stimuli terhadap afferen tidak hanya menimbulkan kontraksi
yang kuat, tetapi juga dihilangkannya kontraksi agonis dan antagonis sehingga
timbul spasme otot yang khas.(7)

D. Manifestasi Klinis
Berdasarkan manifestasi klinis, tetanus dapat diklasifikasikan menjadi
tetanus generalista, lokal, atau sefalik.
1. Tetanus generalista
Tetanus generalista merupakan bentuk yang paling sering dijumpai.
Awalnya dapat berupa tetanus lokal yang berkembang luas setelah
beberapa hari. Gejala yang sering muncul:
a. Hipertonus
b. Spasme
c. Trismus: perasaan kaku pada rahang dan leher, biasanya penderita
sulit membuka mulutnya.
d. Kaku di leher, bahu, serta ekstremitas (biasanya terekstensi)
e. Abdomen papan (abdomen terasa keras dan rata)
f. Risus sardonicus kontraksi pada otot wajah (otot bibir mengalami
rektraksi, mata tertutup parsial karena kontraksi M. orbicularis
occuli, alis terelevasi karena spasme otot frontalis).

3
g. Opistotonus: kontaksi pada otot punggung sehingga menyebabkan
perubahan bentuk menjadi melengkung
h. Spasme pada otot-otot pernapasan.
2. Tetanus lokal
Tetanus lokal merupakan yang paling ringan dibandingkan tetanus
lainnya. Biasanya gejala yang muncul berupa rasa kaku, kencang, dan
nyeri pada otot disekitar luka. Seringkali terjadi spasme dan twicting
dari otot yang terkena.
3. Tetanus sefalik
Tetanus sefslik biasanya terjadi setelah adanya luka pada kepala atau
wajah. Periode inkubasi biasanya pendek, hanya sekitar 1-2 hari. Terjadi
kelemahan dan paralisis otot-otot wajah. Pada periode spasme, otot
wajah biasanya berkontraksi. Spasme dapat melibatkan lidah dan
tenggorokan sehingga terjadi disartria, disfonia, dan disfagia. Seringkali
tetanus sefalik berkembang menjadi tetanus generalisata.
E. Tatalaksana
Penatalaksanaan pasien tetanus secara garis besar terdiri atas tatalaksana
umum dan khusus. Pada penatalaksanaan umum, hal-hal yang harus diperhatikan
adalah sebagai berikut:

1. Tercukupinya kebutuhan cairan dan nutrisi.


2. Menjaga saluran napas agar tetap bebas.
3. Penanganan spasme, diazepam 10mg/4jam menjadi pilihan pertama.
4. Mencari port d’entree.

Penatalaksanaan khusus tetanus terdiri dari pemberian ATS, dengan dosis


100.000 IU dengan 50.000 IU intramuscular (IM) dan 50.000 IU intravena (IV),
atau Human tetanus Imunoglobulin (HTIG), dengan dosis 3.000-6.000 IU secara
IM dengan dosis tunggal, dan antibiotika. Tujuan pemberian ATS dan HTIG
adalah untuk menetralisasi toksin yang beredar di dalam darah dan dapat juga
diberikan sebagai profilaksis.

4
Pada penelitian yang dilakukan di Indonesia, metronidazol telah menjadi
terapi pilihan yang digunakan di beberapa pelayanan kesehatan. Metronidazol
diberikan secara IV dengan dosis inisial 15 mg/kgBB dilanjutkan dosis 30
mg/kgBB/hari dengan interval setiap 6 jam selama 7-10 hari. Metronidazol efektif
untuk mengurangi jumlah kuman C. tetani bentuk vegetative.(1)

F. Pencegahan
Pencegahan sangat penting, mengingat perawatan kasus tetanus sulit dan
mahal. Untuk pencegahan, perlu dilakukan:
1. Imunisasi aktif
Imunisasi dengan toksoid tetanus (TT) merupakan salah satu pencegahan
yang sangat efektif. Angka kegagalannya relatif rendah.
2. Perawatan luka
Perawatan luka harus segera dilakukan terutama pada luka tusuk, luka
kotor atau luka yang diduga tercemar dengan spora tetanus. Perawatan
luka dilakukan guna mencegah timbulnya jaringan anaerob. Jaringan
nekrotik dan benda asing harus dibuang.
3. Pemberian ATS dan HTIG profilaksis
Profilaksis dengan pemberian ATS hanya efektif pada luka baru (< 6 jam)
dan harus segera dilanjutkan dengan imunisasi aktif. Dosis ATS
profilaksis 3000 IU. HTIG juga dapat diberikan sebagai profilaksis luka.
Dosis untuk anak < 7 tahun: 4 IU/kg IM dosis tunggal, sedangkan dosis
untuk anak ≥ 7 tahun: 250 IU IM dosis tunggal.

5
LAPORAN KASUS
I. Anamnesa Pribadi OS
Nama : Khairul Akbar
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tanggal lahir : 15 Mei 2014
Agama : Islam
Suku bangsa : Karo/Indonesia
Alamat : Jl. Jamin Ginting pjde scre Gg. Aritra No.12
Nama ayah : alm. Ramadhan
Nama ibu : Nadila Veronika Cinta Pertiwi Br. Sitepu
Tanggal masuk : 11/01/2023
No. RM : 01.19.75.37
Berat badan : 25 kg
Panjang badan : 126 cm
Status gizi : Baik

II. Anamnesa Mengenai Orang Tua OS


Identitas Ayah Ibu
Nama Alm. Ramadhan Nadila
Umur - 28 tahun
Suku/Bangsa Aceh Karo
Agama Islam Islam
Pendidikan SLTA SLTA
Pekerjaan - IRT

III. Riwayat Kelahiran OS


Pasien lahir pada tanggal 15 Mei 2014 dengan prosedur persalinan normal,
posisi anak sungsang. Persalinan dilakukan di klinik bidan dan dibantu oleh bidan.
Berat Badan lahir anak 2500 gram dan panjang badan 45 cm. Lingkar kepala tidak
diingat oleh ibu. Bayi segera menangis ketika dilahirkan dan tidak ada kelainan
kongenital

6
IV. Riwayat Nutrisi
ASI : Selama 1 bulan, >5 kali/hari
Susu formula : Sejak Umur 2 bulan, >5 kali/hari
Bubur susu : Sejak Umur 2 bulan, 3 kali sehari
Bubur nasi : Sejak Umur 4 bulan, 3 kali Sehari
Makanan dewasa : Sejak Umur 5 bulan, 3 kali Sehari

V. Riwayat Imunisasi
Hepatitis B :-
Polio :-
BCG :-
DPT :-
Campak :-
Lainnya :-

VI. Riwayat Tumbuh Kembang


Menegakkan kepala : 2 bulan
Membalik badan : 3 bulan
Merangkak : 3,5 bulan
Duduk : 4 bulan
Berdiri : 7 bulan
Berjalan : 13 bulan
Berbicara : 6 bulan
VII. Anamnesa Mengenai Penyakit OS
(Keterangan didapat dari keluarga pasien/aloanamnesa)
Keluhan Utama : badan sulit digerakkan
Telaah :
Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun 8 bulan datang dengan
keluhan badan sulit digerakkan sejak tanggal 02 januari 2023. Ibu pasien
membawa pasien dengan keadaan badan pasien kaku dan sulit membuka

7
mulut. Pasien sebelumnya memiliki riwayat luka yang terkena dari pecahan
kaca dan di jahit yang sudah dialami pasien kurang dari 2 bulan yang lalu.
Pasien dirawat di Rumah Sakit USU selama 8 hari, lalu orang tua pasien
membawa pasien ke IGD Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan. Pasien
juga merasa sesak, sulit menelan air dan makanan. Demam di jumpai, nyeri
perut di jumpai dan kejang di jumpai. Belum BAB kurang lebih 5 hari dan
buang angin. BAK terkesan normal. Tidak pernah memiliki riwayat
imunisasi sebelumnya.

VIII. Pemeriksaan Jasmani


Pemeriksaan Umum
Kesan Umum
SKG : E4 V5 M6
Frekuensi nadi : x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 37,6 oC
Berat badan : 21 kg
Panjang badan : 109 cm

Status Lokalisata
a. Kepala : Normocephali, bentuk simetris
Rambut : Hitam dan lebat
Mata : Tidak di lakukan pemeriksaan
Hidung : pernapasan cuping hidung (-), sekret (-)
Telinga : sekret (-), hiperemis (-)
Mulut : Trismus (+) 2 jari, air liur keluar (+)
b. Leher : Tidak ada benjolan, Trakea simetris,
Kaku kuduk (-)
c. Thorax
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

8
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1 dan S2 normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru
Inspeksi : Simetris pada saat inspirasi dan ekspirasi
Palpasi : Stem fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : suara pernapasan vesikuler, suara tambahan:
ronkhi (-), wheezing (-)
d. Abdomen
Inspeksi : Abdomen datar dan keras
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar dan lien tidak teraba.
e. Extremitas
Atas : Akral hangat, Oedem (-), Sianosis (-), CRT < 2
detik, tangan kanan dan kiri sulit digerakkan.
Bawah : Akral hangat, Sianosis (-), CRT < 2 detik, kaki
kanan dan kiri sulit digerakkan.
f. Genitalis : Tidak dilakukan pemeriksaan

IX. Pemeriksaan Refleks Fisiologi dan Patologis


Refleks Fisiologi
Refleks Biceps : (-/-)
Refleks Triceps : (-/-)
Refleks Patella : (-/-)
Refleks Achiles : (-/-)

Refleks Patologis
Kaku Kuduk : (-/-)
Brudzinski I : (-/-)

9
Brudzinski II : (-/-)
Kernig : (-/-)
Laseq : (-/-)
TIK : (-/-)

Peningkatan Tekanan Intra Kranial


Penurunan kesadaran : (-)
Muntah Proyektil : (-)
Sakit kepala : (-)
Edema Papil : Tidak dilakukan pemeriksan

X. Status Gizi
a. BB/U : 92.5 %
b. TB/U : 95,4 %
c. BB/TB : 100%

Pemeriksaan Darah Rutin


Tanggal : 11/01/2023
PARAMETER NILAI RUJUKAN
WBC 10.4 [10^3/uL] 4.0 – 11.0
HGB 11.8 [g/dL] 11 – 16
RBC 4.56 [10^6/uL] 4.0 – 5.40
HCT 36.0 [%] 37.0 – 54.0
MCV 78.9 [fL] 80.0 – 97.0
MCH 25.9 [pg] 27.0 – 33.7
MCHC 32.8 [g/dL] 31.5 – 35.0
PLT 428 [10^3/uL] 150 – 400
RDW-CV 13.2 [%] 10.0 – 15.0
RDW-SD 37.2 [fL] 35 – 47
PDW 9.9 [fL] 10.0 – 18.0
MPV 9.6 [fL] 6.5 – 11.0

10
P-LCR 20.8 [%] 15.0 – 25.0
PCT 0.41 [%] 0.2 – 0.5
Diferential
NEUT 6.93 [10^3/uL] 5.0 – 7.0
LYMP 1.98 [10^3/uL] 1.0 – 4.0
MONO 0.95 [10^3/uL] 0.10 – 0.80
EO 0.11 [10^3/uL] 0.00 – 0,50
BASO 0.07 [10^3/uL] 0.0 – 0.10
NEUT% 6.90 [%] 50 – 70
LYMP% 19.7 [%] 20.0 – 40.0
MONO% 9.5 [%] 2.0 – 8.0
EO% 1.1 [%] 0.0 – 5.0
BASO% 0.7 [%] 0.0 – 1.0

Pemeriksaan Radiologi
Tanggal : 12/01/2023
THORAX (AP/PA)

Sinus Costofrenikus kanan/kiri lancip, Diafragma kanan/kiri baik


Jantung bentuk dan ukuran baik, CTR <50%
Tidak tampak infiltrat, konsolidasi, dan modul opaque di paru-paru kanan/kiri,
tulang costa kanan/kiri intact
Kesan : Tidak tampak kelainan radiologis pada cor dan pulmo

Pemeriksaan Elektrolit
Tanggal : 11/01/2023
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
KIMIA KLINIK
Glukosa Adrandom 113 mg/dl <140 mg/dl
NATRIUM, KALIUM, CHLORIDA
Natrium 141.00 136.00 – 155.00

11
mmol/L
Kalium 3.10 mmol/L 3.50 – 5.50
Chlorida 110.00 95.00 – 103.00
mmol/L

XI. Diagnosis Awal


• Susp. Tetanus
XII. Terapi Awal
• IVFD RL 43 gtt/I
• Inj Metronidazole 375 mg
• Paracetamol 3x250 mg

XIII. Diagnosa Kerja


Tetanus generalisata

XIV. Prognosa
Quo ad vitam : Dubia
Quo functionam : Dubia
Quo sanationam : Dubia

Follow Up Pasien
12/01/23 S : Kejang rangsang (+), Mulut sulit • IVFD RL 43 gtt/I
dibuka (+) makro
O : Sens: Compos mentis • Inj.Metronidazole 187
Akral Hangat mg/6jam
Mulut Trismus 0,5 cm • Diazepam 10 mg/4jam
Badan opistotonus (+)
Tangan kiri phlebitis (+)
HR : 98x/i

12
RR : 22 x/i
T : 37,0 0C
BB 20 Kg TB: 109 cm
A : Tetanus generalisata
13/01/23 S : Kejang rangsang (+), Mulut sulit • IVFD RL 43 gtt/I
dibuka (+) makro
O : Sens: Compos Mentis • Inj.Metronidazole 187
Akral Hangat mg/6jam
Mulut Trismus 0,5 cm • Diazepam 10 mg/4jam
Badan opistotonus (+)
Tangan kiri phlebitis (+)
HR : 150 x/i
RR : 23 x/i
T : 37,8 0C
BB 21 Kg TB: 109 cm
A : Tetanus generalisata

13
BAB III

PENUTUP

Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, dapat


disimpulkan bahwa pasien atas nama Khairul Akbar, berusia 8 tahun 8 bulan,
berjenis kelamin laki-laki didiagnosa Tetanus generalisata. Kaku otot dan sulit
membuka mulut, pasien juga merasa sesak, sulit menelan air dan makanan.
Demam di jumpai, nyeri perut di jumpai dan kejang di jumpai, Pada pasien ini
sudah diberikan obat metronidazole, diazepam, ceftriaxone, ranitidine.
Pasien masih di rawat di RSUD Pirngadi dan sudah dapat membuka mulut
dan menggerakkan badan.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Simanjuntak P. Penatalaksanaan Tetanus Pada Pasien Anak. Medula


[Internet]. 2013;1(4):85–93. Available from:
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/download/134/
132
2. Jaya HL, Aditya R. Pengelolaan Pasien Tetanus di Intensive Care Unit. Maj
Anest dan Crit Care [Internet]. 2018;36(3):114–21. Available from:
http://journal.perdatin.org
3. Maryanti Y. Laporan Kasus: Diagnosis dan Tatalaksana Tetanus
Generalisata. J Ilmu Kedokt (Journal Med Sci. 2022;16(2):134.
4. Rampengan NH, Pangestu Y, Tatura SN., Rampengan T. Profil Kasus
Tetanus Pada Anajk di RS PROF.Dr.R.D. Kandou Manado. Sari Pediatr.
2012;14(3):173–8.
5. tetanus @ yankes.kemkes.go.id [Internet]. Available from:
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1760/tetanus
6. Tanto C, Estiasari R. Kapita Selekta Kedokteran. 4th ed. Tanto C, Liwang
F, Hanifati S, Adip E, editors. Jakarta: Penerbit Media Aesculapius; 2014.
982–984 p.
7. Ritarwan K. Tetanus. 2022;(1):1–7. Available from:
https://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/3456/penysaraf-
kiking2.pdf?sequence=1&isAllowed=y
8. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia: Jilid 1. 2010. 58–61 p.

15
LAMPIRAN

16

Anda mungkin juga menyukai