TETANUS
Oleh :
Kelompok 3
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas ilmu
dasar keperawatan. Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu kamu selama pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat
terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat
kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
1. Latar Belakang..............................................................................................................................4
2. Rumusan Masalah.........................................................................................................................5
3. Tujuan............................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
1. Pengertian Tetanus........................................................................................................................6
2. Etiologi Tetanus.............................................................................................................................6
3. Epidemiologi Tetanus....................................................................................................................7
4. Patofisiologi Tetanus.....................................................................................................................7
5. Penyebab Tetanus..........................................................................................................................8
6. Gejala Tetanus...............................................................................................................................9
7. Stadium Tetanus..........................................................................................................................12
8. Penularan Tetanus di dalam Tubuh...........................................................................................13
9. Pencegahan Tetanus....................................................................................................................14
10. Pengobatan Penyakit Tetanus.................................................................................................15
11. Penatalaksanaan Penyakit Tetanus........................................................................................16
12. Penatalaksanaan Medis...........................................................................................................18
13. Komplikasi Tetanus.................................................................................................................19
BAB III......................................................................................................................................................21
PENUTUP.................................................................................................................................................21
1. Kesimpulan..................................................................................................................................21
2. Saran.............................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian tetanus?
b. Apa etiologi tetanus?
c. Apa epidemiologi tetanus?
d. Apa patofisiologi tetanus?
e. Apa penyebab tetanus?
f. Apa gejala tetanus?
g. Apa stadium tetanus?
h. Bagaimana penularan tetanus di dalam tubuh?
i. Bagaimana pencegahan tetanus?
j. Bagimana pengobatan penyakit tetanus?
k. Bagaimana penatalaksanaan penyakit tetanus?
l. Bagaimana penatalaksanaan medik tetanus?
m. Apa komplikasi penyakit tetanus?
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian tetanus
b. Untuk mengetahui etiologi tetanus
c. Untuk mengetahui epidemiologi tetanus
d. Untuk Mengetahui patofisiologi tetanus
e. Untuk mengetahui penyebab tetanus
f. Untuk mengetahui gejala tetanus
g. Untuk Mengetahui stadium tetanus
h. Untuk Mengetahui penularan tetanus di dalam tubuh
i. Untuk mengetahui pencegahan tetanus
j. Untuk mengetahui pengobatan penyakit tetanus
k. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit tetanus
l. Untuk mengetahui penatalaksanaan medik tetanus
m. Untuk mengetahui komplikasi penyakit tetanus
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Tetanus
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang
dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang periodic dan berat.
Tetanus ini biasanya akut dan menimbulkan paralitik spastic yang disebabkan
tetanospasmin tetani. Tetanus disebut juga dengan “seven day disease” (Ritarwan, 2004)
Tetanus (lockjaw) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh racun yang
dihasilkan oleh bakteri Clostridium tetani. Disebut juga lockjaw karena terjadi kejang
pada otot rahang. Tetanus banyak ditemukan di negara-negara berkembang.
Tetanus atau Lockjaw merupakan penyakit akut yang menyerang susunan saraf
pusat yang disebabkan oleh racun tetanospasmin yang dihasilkan oleh Clostridium
Tetani. Penyakit ini timbul jika kuman tetanus masuk ke dalam tubuh melalui luka,
gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi telinga, bekas suntikan dan pemotongan tali pusat.
Dalam tubuh kuman ini akan berkembang biak dan menghasilkan eksotoksin antara lain
tetanospasmin yang secara umum menyebabkan kekakuan, spasme dari otot bergaris.
Di negara sedang berkembang seperti Indonesia, insiden dan angka kematian dari
penyakit tetanus masih cukup tinggi. Oleh karena itu tetanus masih merupakan masalah
kesehatan. Akhir–akhir ini dengan adanya penyebarluasan program imunisasi di seluruh
dunia, maka angka kesakitan dan angka kematian telah menurun secara drastis.
2. Etiologi Tetanus
C . tetani adalah balteri gram positif anaerob yang ditemukan di tanah dan kotoran
binatang. Bakteri iniberbentuk batang dan membentuk spora, memberikan gambaran
klasik seperti stik drum, meski tidak selalu terlihat. Spora ini bisa tahan beberapa bulan
bahkan beberapa tahun. C. tetani merupakan bakteri yang motil karena memiliki flagella ,
dimana menurut antigen flagellanya, dibagi menjadi 11 strain dan memproduksi
neurotoksin yang sama. Spora yang diproduksi oleh bakteri ini tahan terhadap banyak
agen desinfektan baik agen fisik maupun kimia. Spora C. tetani dapatbertahan dari air
mendidih selama beberapa menit (meski hancur dengan autoclave pada suhu 1210 selama
15- 20 menit . JIka penyakit ini menginfeksi luka seseorang atau bersamaan dengan
benda lain, bakteri ini akan memasuki tubuh penderita tersebut, lalu mengeluarkan toksin
yang bernama tetanospasmin.
Spora atau bakteri masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka.ketika menempati
tembat yang cocok (anaerob) bakteri akan berkembang dan melepaskan toksin tetanus.
Dengan konsentrasi sangat rendah, toksin ini dapat mengakibatkan penyakit tetanus
(dosis letal minimum adalah 2,5 ng/kg)
3. Epidemiologi Tetanus
4. Patofisiologi Tetanus
Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif, Cloastridium Tetani. Bakteri ini
berspora dan dijumpai pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa pada manusia dan
tanah yang terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut. Spora ini bisa tahan beberapa
bulan bahkan beberapa tahun, jika ia menginfeksi luka seseorang atau bersamaan dengan
benda daging atau bakteri lain, ia akan memasuki tubuh penderita tersebut, lalu
mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin (Novie, 2012).
Bentuk spora dalam suasana anaerob dapat berubah menjadi kuman vegetatif
yang menghasilkan eksotoksin. Eksotoksin yang dihasilkan akan mencapai pada sistem
saraf pusat dengan melewati akson neuron atau sistem vaskuler. Kuman ini menjadi
terikat pada satu saraf atau jaringan saraf dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin
spesifik. Namun toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh
antititoksin. Toksin yang menjalar intrakasonal sampai ganglin/simpul saraf dan
menyebabkan hilangnya keseimbangan tonus otot sehingga terjadi kekakuan otot baik
lokal maupun menyeluruh
Pada negara belum berkembang, tetanus sering dijumpai pada neonatus, bakteri
masuk melalui tali pusat sewaktu persalinan yang tidak baik, tetanus ini dikenal dengan
nama tetanus neonatorum. Apabila penyakit berlanjut maka akan terjadi pula spasme otot
pada daerah mulut (trismus atau lockjaw). Yang akan diikuti dengan kekakuan dan
spasma pada seluruh otot di bagiam tubuh yang lain (Kiking, 2004).
5. Penyebab Tetanus
Sejarah tetanus diawali karena penyebab tetanus oleh neurotoksin yang kuat, yaitu
tetanospasmin yang dihasilkan sebagai protein protoplasmik oleh bentuk vegetatif C.
Pembentukan toksin ini dikendalikan oleh plasmid. Tetanospasmin dapat terikat secara
kuat pada gangliosida neural, dan tempat masuk yang terpenting adalah ke susunan saraf
yaitu myoneural junction pada neuron motorik alfa. Toksin ini akan masuk dan menjalar
ke dalam neuron dan tidak dapat lagi dinetralkan. Tetanospasmin dibawa melalui transpor
aksonal retograd ke neuroaksis dan mulailah toksin tersebut akan bermigrasi secara
transinaptik ke neuron lainnya, akibat dari hal tersebut sel penghambat presinaptik pada
neuroaksis mencegah pelepasan transmiter. Karena tidak ada hambatan tersebut, maka
neuron motorik yang lebih bawah akan meningkatkan tonus otot sehingga timbul
kekakuan otot. Hal ini dapat memungkinkan timbulnya spasme otot agonis secara
simultan yang merupakan ciri khas terjadinya tetanus. Tetospasmin dapat pula
memudahkan kontraksi otot spontan pada tetanus yang berat tanpa potensial aksi pada
saraf eren (Ritarwan K, 2004)
Tetanus merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh tetanospasmin, yaitu
sejenis neurotoksin atau racun yang diproduksi oleh Clostridium tetani. Mycrobacterium
ini berbentuk spora dan biasanya masuk ke dalam luka yang terbuka, berkembangbiak
secara anaerobik, dan akan membentuk toksin. Kuman tetanus ini membentuk spora yang
berbentuk lonjong dengan ujung yang butat, khas seperti batang korek api (drum stick).
Sifat spora ini tahan dalam air mendidih selama 4 jam, obat antiseptik tetapi mati dalam
autoclaf bila dipanaskan selama 15–20 menit pada suhu 121°C. Bila tidak kena cahaya,
maka spora dapat hidup di tanah berbulan–bulan bahkan sampai tahunan. Juga dapat
merupakanflora usus normal dari kuda, sapi, babi, domba, anjing, kucing, tikus, ayam
dan manusia. Spora akan berubah menjadi bentuk vegetatif dalam anaerob dan kemudian
berkembang biak. Kuman tetanus tidak invasif. tetapi kuman ini memproduksi 2 macam
eksotoksin yaitu tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanospasmis merupakan protein dengan
berat molekul 150.000 Dalton, larut dalam air labil pada panas dan cahaya, rusak dengan
enzim proteolitik. tetapi stabil dalam bentuk murni dan kering. Tetanospasmin disebut
juga neurotoksin karena toksin ini melalui beberapa jalan dapat mencapai susunan saraf
pusat dan menimbulkan gejala berupa kekakuan (rigiditas), spasme otot dan kejang–
kejang. Tetanolisin menyebabkan lisis dari sel–sel darah merah (SPS Sumarmo dkk,
2008).
6. Gejala Tetanus
Masa inkubasi tetanus umumnya 3 – 21 hari, tetapi bisa lebih pendek (1 hari atau
hingga beberapa bulan). Hal ini secara langsug disebabkan karena jarak dari tempat
masuknya kuman C. Tetani seperti dari tempat luka ke susunan saraf pusat. Secara
umum, semakin besar jarak antara tempat luka dengan susunan saraf pusat maka masa
inkubasi akan semakin lama. Sebaliknya, semakin pendek masa inkubasi, makan akan
semakin tinggi kemungkinan terjadinya kematian (SPS Sumarmo dkk, 2008).
Karakteristik Tetanus secara umum antara lain:
a. Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama, dan menetap selama 5 -7 hari.
b. Setelah 10 hari kejang mulai berkurang frekuensinya
c. Setelah 2 minggu kejang mulai hilang.
d. Biasanya didahului dengan ketegangaan otot terutama pada rahang dari leher.
Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus, lockjaw) karena
spasmeOtot masetter.
e. Kejang otot berlanjut ke kaku kuduk (opistotonus , nuchal rigidity)
f. Risus sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik
keatas, sudut mulut tertarik keluar dan ke bawah, bibir tertekan kuat .
g. Gambaran Umum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus, tungkai
denga
h. Eksistensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik.
i. Karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asfiksia dan sianosis,
retensi urin, bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak)
4. Tetanus neonatorum
Bentuk tetanus ini terjadi pada neonatus, dan pada negara yang belum
berkembang telah menyumbang sekitar setengah kematian neonatus. Penyebab
yang sering adalah akibat dari penggunaan alat – alat yang terkontaminasi untuk
memotong tali pusat ibu yang belum diimunisasi. Masa inkubasi sekita 3 – 10
hari. Gejala pada neonatus ini biasanya gelisah, rewel, sulit minum ASI, mulut
mecucu, dan spasme berat. Angka mortalitas dapat melebihi 70% (SPS Sumarmo
dkk, 2008).
Tanda dan gejala yang timbul ketika terjadi tetanus :
7. Stadium Tetanus
Berdasarkan gejala klinisnya maka stadium klinis tetanus dibagi menjadi stadium
klinis pada anak dan stadium klinis pada orang dewasa.
Stadium klinis pada anak. Terdiri dari :
Stadium 1, dengan gejala klinis berupa trisnus (3 cm) belum ada kejang
rangsang, dan belum ada kejang spontan.
Stadium 2, dengan gejala klinis berupa trismus (3 cm), kejang rangsang,
dan belum ada kejang spontan.
Stadium 3, dengan gejala klinis berupa trismus (1 cm), kejang rangsang,
dan kejang spontan.
Stadium 1 : trisnus
Stadium 2 : opisthotonus
Stadium 3 : kejang rangsang
Stadium 4 : kejang spontan
Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif yaitu Clostridium tetani dan bakteri
ini berspora. Spora ini bisa tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun, jika ia
menginfeksi luka seseorang atau bersamaan dengan benda daging atau bakteri lain, ia
akan memasuki tubuh pendertita tersebut lalu mengeluarkan toksin yang bernama
tetanospasmin(Adams, et al. 1997). Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh manusia
melalui luka, misalnya luka tusuk, luka robek, luka tembak, luka bakar, luka gigit, luka
suntikan, infeksi telinga, rahim sesudah persalinan atau keguguran, pemotongan tali pusat
yang tidak steril (penyebab utama Tetanus neonatarum). (Cahyono, dkk, 2010).
1. Toksin diabsorbsi pada ujung syaraf motorik dari melalui sumbu silindrik dibawa
ke kormu anterior susunan syaraf pusat.
2. Toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk ke dalam sirkulasi darah arteri
kemudian masuk ke dalam susunan syaraf pusat.
9. Pencegahan Tetanus
Seorang penderita yang terkena tetanus tidak imun terhadap serangan ulangan
artinya dia mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapat tetanus bila terjadi luka
sama seperti orang lainnya yang tidak pernah di imunisasi. Tidak terbentuknya kekebalan
pada penderita setelah ianya sembuh dikarenakan toksin yang masuk kedalam tubuh tidak
sanggup untuk merangsang pembentukkan antitoksin ( kaena tetanospamin sangat poten
dan toksisitasnya bisa sangat cepat, walaupun dalam konsentrasi yang minimal, yang
mana hal ini tidak dalam konsentrasi yang adekuat untuk merangsang pembentukan
kekebalan).
Ada beberapa kejadian dimana dijumpai natural imunitas. Hal ini diketahui sejak C.
tetani dapat diisolasi dari tinja manusia. Mungkin organisme yang berada didalam lumen
usus melepaskan imunogenic quantity dari toksin. Ini diketahui dari toksin dijumpai anti
toksin pada serum seseorang dalam riwayatnya belum pernah di imunisasi, dan
dijumpai/adanya peninggian titer antibodi dalam serum yang karakteristik merupakan
reaksi secondary imune response pada beberapa orang yang diberikan imunisasi dengan
tetanus toksoid untuk pertama kali.
Dengan dijumpai natural imunitas ini, hal ini mungkin dapat menjelaskan mengapa
insiden tetanus tidak tinggi, seperti yang semestinya terjadi pada beberapa negara dimana
pemberian imunisasi tidak lengkap/ tidak terlaksana dengan baik.
Sampai pada saat ini pemberian imunisasi dengan tetanus toksoid merupakan satu-
satunya cara dalam pencegahan terjadinya tetanus. Pencegahan dengan pemberian
imunisasi telah dapat dimulai sejak anak berusia 2 bulan, dengan cara pemberian
imunisasi aktif ( DPT atau DT )
B. Obat- obatan
1. Antibiotika :
Diberikan parenteral Peniciline 1,2juta unit / hari selama 10 hari, IM.
Sedangkan tetanus pada anak dapat diberikan Peniciline dosis 50.000 Unit /
KgBB/ 12 jam secafa IM diberikan selama 7-10 hari. Bila sensitif terhadap
peniciline, obat dapat diganti dengan preparat lain seperti tetrasiklin dosis 30-40
mg/kgBB/ 24 jam, tetapi dosis tidak melebihi 2 gram dan diberikan dalam dosis
terbagi ( 4 dosis ). Bila tersedia Peniciline intravena, dapat digunakan dengan
dosis 200.000 unit /kgBB/ 24 jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari. Antibiotika ini
hanya bertujuan membunuh bentuk vegetatif dari C.tetani, bukan untuk toksin
yang dihasilkannya. Bila dijumpai adanya komplikasi pemberian antibiotika
broad spektrum dapat dilakukan.
2. Antitoksin
Antitoksin dapat digunakan Human Tetanus Immunoglobulin ( TIG)
dengan dosis 3000-6000 U, satu kali pemberian saja, secara IM tidak boleh
diberikan secara intravena karena TIG mengandung "anti complementary
aggregates of globulin ", yang mana ini dapat mencetuskan reaksi allergi yang
serius. Bila TIG tidak ada, dianjurkan untuk menggunakan tetanus antitoksin,
yang berawal dari hewan, dengan dosis 40.000 U, dengan cara pemberiannya
adalah : 20.000 U dari antitoksin dimasukkan kedalam 200 cc cairan NaC1
fisiologis dan diberikan secara intravena, pemberian harus sudah diselesaikan
dalam waktu 30-45 menit. Setengah dosis yang tersisa (20.000 U) diberikan
secara IM pada daerah pada sebelah luar.
3. Tetanus Toksoid
Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama,dilakukan bersamaan
dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda dengan alat suntik
yang berbeda. Pemberian dilakukan secara I.M. Pemberian TT harus dilanjutkan
sampai imunisasi dasar terhadap tetanus selesai.
3. Pengobatan suportif
Penatalaksanaan lebih lanjut terdiri dari terapi suportif sampai efek toksin yang
telah terikat habis. Semua pasien yang dicurigai tetanus sebaiknya ditangani di ICU
agar bisa diobservasi secara kontinu. Untuk meminimalkan risiko spasme paroksismal
yang dipresipitasi stimulus ekstrinsik, pasien sebaiknya dirawat di ruangan gelap dan
tenang.
12. Penatalaksanaan Medis
A. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada
rahang.
2. Pemeriksaan darah (kalsium dan fosfat).
3. Diagnosa didasarkan pada riwayat perlukaan disertai keadaan klinis kekakuan
otot rahang.
4. Laboratorium ; leukositosis ringan, peninggian tekanan otak, deteksi kuman sulit
5. Pemeriksaan Ecg dapat terlihat gambaran aritmia ventrikuler
B. Penatalaksanaan Terapeutik
1. Di rawat dalam ruang yang intensif
2. Pemberian ATS (anti tetanus serum) 20.000 U secara IM di dahului oleh uji kulit
dan mata.
3. Anti kejang dan penenang (fenobarbital bila kejang hebat, diazepam, largaktil).
4. Antibiotik PP(penasilin 50.000 U/kgbb/hari)
5. Diit tinggi kalori dan protein.
6. Perawatan isolasi.
7. Pembarian oksigen, pemasangan NGT bila perlu intubasi dan trakeostomi bila
indikasi.
8. Pemberian terapi intravena bila indikasi.
C. Pembedahan
1. Problema pernafasan ; Trakeostomi (k/p) dipertahankan beberapa minggu;
intubasi trakeostomi atau laringostomi untuk bantuan nafas.
2. Debridemen atau amputasi pada lokasi infeksi yang tidak terdeteksi.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Tetanus (lockjaw) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh racun yang
dihasilkan oleh bakteri Clostridium tetani. Disebut juga lockjaw karena terjadi kejang
pada otot rahang. Tetanus banyak ditemukan di negara-negara berkembang.
Masa inkubasi tetanus umumnya antara 3–21 hari, namun dapat singkat hanya 1–
2 hari dan kadang–kadang lebih dari 1 bulan. Makin pendek masa inkubasi makin jelek
prognosanya. Terdapat hubungan antara jarak tempat invasi Clostridium Tetani dengan
susunan saraf pusat dan interval antara luka dan permulaan penyakit, dimana makin jauh
tempat invasi maka inkubasi makin panjang.
Secara klinis tetanus ada 3 macam :
1. Tetanus umum
2. Tetanus lokal
3. Tetanus cephalic.
2. Saran
Saran dan kritik untuk perbaikan makalah ini sangat penulis harapkan dari semua
pihak khususnya rekan-rekan mahasiswa dan dosen mata kuliah ini. Hal tersebut
bertujuan untuk memberikan masukan untuk penulisan makalah-makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, J.B. Suharyo, dkk. 2010. Vaksinasi : Cara Ampuh Cegah Penyakit
Hendarwanto. 2001. llmu Penyakit Dalam, jilid 1. Balai Penerbit FK UI: Jakarta