Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Diagnosa
Tetanus” dapat terselesaikan. Makalah ini di susun guna memenuhi syarat pembuatan DUPAK
serta untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan Tetanus, serta mengetahui
lebih jauh hal-hal yang terdapat dalam konsep dasar medis dan konsep dasar keperawatan yang
berhubungan langsung dengan Tetanus.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat kesulitan dan masalah. Namun
berkat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, penulis akhirnya dapat menyelesaikan
makalah ini. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan  ucapan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada Kepala Puskesmas lanjas Kassubbag TU Puskesmas Lanjas dan
kepada teman-teman yang telah mendukung dan telah memberikan banyak masukan untuk
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih kurang
sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan tujuan untuk
penyempurnaan makalah ini dan dalam pembuatan makalah berikutnya.
Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik itu
bagi diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Muara Teweh, Juni 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................................... 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 3
A. Latar Belakang ........................................................................................... 3
B. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 4

A. KONSEP DASAR PENYAKIT................................................................. 4


1. Pengertian .................................................................................... 4
2. Etiologi ............................................................................................... 4
3. Patofisiologis ...................................................................................... 5
4. Manifestasiklinis ............................................................................... 5
5. Komplikasi Dan Diagnosa banding..................................................... 6
6. Pencegahan Dan Faktor resiko ........................................................... 6
7. Penatalaksanaan................................................................................... 7
B. PROSES PENGKAJIAN............................................................................ 8
1. Pengkajian .......................................................................................... 9
2. Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 10
3. Implementasi Keperawatan .............................................................. 13
4. Evaluasi Keperawatan ....................................................................... 15
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ................................................................................................ 17
B. Saran .......................................................................................................... 17
Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 18

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani,
bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan
tonus otot ini selalu tampak pada otot masseter dan otot-otot rangka.
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostiridium tetani yang
dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan seluruh badan.
Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot masester dan otot rangka.
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostiridium tetani yang
dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan seluruh badan.
Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot masester dan otot rangka
Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2-5 x 0,4 – 0,5
milimikron. Kuman ini berspora termasuk golongan Gram positif dan hidupnya anaerob. Spora
dewasa mempunyai bagian yang ber bentuk bulat yang letaknya di ujung, penabuh genderang
(drum stick). Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini (tetanospasmin)
mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Toksin mi labil pada
pemaanasan, pada suhu 650C akan hancur dalam 5 menit.  Di samping itu dikenai pula
tetanolisin yang bersifat hemolisis, yang perannya kurang berarti dalam proses penyakit.

B. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan malah ini adalah:
1) Tujuan Umum
Sebagai syarat untuk Pembuatan DUPAK
2) Tujuan Khusus
a. Mengetahui Pengertian dari Tetanus
b. Mengetahui Etiologi dari Tetanus
c. Mengetahui Patofisiologi dari Tetanus
d. Mengetahui Tanda dan gejala dari Tetanus
e. Mengetahui Gambaran Umum yang Khas pada Tetanus
f. Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik pada Tetanus
g. Mengetahui Komplikasi pada Tetanus
h. Mengetahui Prognosa dari Tetanus
i. Mengetahui Pencegahan dari Tetanus
j. Mengetahui Penatalaksanaan pada Tetanus
k. Mengetahui Askep pada pasien dengan Tetanus

C. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang kami angkat dalam makalah ini adalah “Apakah yang dimaksud
dengan Tetanus dan Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Tetanus?”

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium
tetani, bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan otot seluruh
badan. Kekakuan tonus otot massater dan otot-otot rangka
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi
sistem urat saraf dan otot. Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein
yang berarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan
hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung
(opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan.
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan oleh kuman Cloctradium tetani
yang dimanifestasikan berupa kejang otot proksimal, diikuti oleh kekuatan otot seluruh tubuh.
Kekuatan tonos otot ini selalu tampak pada otot maseter dan otot – otot rangka.

2. Etiologi
Clostiridium tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti penabuh genderang
berspora, golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman ini mengeluarkan toksin yang bersifat
neurotoksik (tetanus spasmin), yang mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer
setempat. Timbulnya tetanus ini terutama oleh clostiridium tetani yang didukung oleh adanya
luka yang dalam dengan perawatan yang salah.Faktor predisposisi :
a. Umur tua atau anak-anak
b. Luka yang dalam dan kotor
c. Belum terimunisasi
Clostiridium tetani adalah kuman berbentuk batang, rangping berukuran 2-5x0,4-0-0,5
milimikron. Kuman ini berspora termasuk dalam golongan gram positif dan hidup anaerob.
Spora dewasamempunyai bagian yang bergenderang ( drum stick). Kuman mengeluarkan toksin
yang bersifat neorotoksik. Toksik ini (tetanuspasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot
daqn syaraf ferefer setempat. Toksin labil pada pemanasan pada suhu 65 derajat celcius akan
hancur dalamwaktu5 menit. Disamping itu dikenal juga tetanolisin yang bersifat hemolisis yang
perannya kurang berani dalam proses hemolisis.

4
3. Patofisiologis
Suasana yang memungkinkan organisme anaerob berploriferasi dapat disebabkan
berbagai keadaan antara lain :
a) Luka tusuk dalam, misalnya luka tusuk karena paku, kuku, pecahan kaleng, pisau,
cangkul dan lain-lain.
b) Luka karena kecelakaan kerja (kena parang, kecelakaan lalu lintas)
c) Luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga dan tonsil.
Cara kerja toksin
Toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui sumbu limbik masuk ke sirkulasi
darah dan masuk ke Susunan Saraf Pusat (SSP). Toksin bersifak antigen , sangat mudah diikat
jaringan syaraf dan bila dalam keadaan terikat tidak dapat lagi dinetralkan oleh toksin spesifik.
Toksin yang bebas dalam darah sangat mudah dinetrakan oleh antitoksin spesifik.
Tetanus disebabkan neurotoksin (tetanospasmin) dari bakteri Gram positif anaerob,
Clostridium tetani, dengan mula-mula 1 hingga 2 minggu setelah inokulasi bentuk spora ke
dalam darah tubuh yang mengalami cedera (periode inkubasi). Penyakit ini merupakan 1 dari 4
penyakit penting yang manifestasi klinis utamanya adalah hasil dari pengaruh kekuatan
eksotoksin (tetanus, gas ganggren, dipteri, botulisme).
Bakteri Clostridium tetani ini banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia dan hewan
peliharaan dan di daerah pertanian. Tempat masuknya kuman penyakit ini bisa berupa luka yang
dalam yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lokal, tertanamnya benda asing atau sepsis
dengan kontaminasi tanah, lecet yang dangkal dan kecil atau luka geser yang terkontaminasi
tanah, trauma pada jari tangan atau jari kaki yang berhubungan dengan patah tulang jari dan luka
pada pembedahan.

4. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari. Timbulnya gejala klinis biasanya
mendadak yang didahului oleh ketegangan otot pada rahang dan leher. Timbul kesukaran
membuka mulut, (trismus) karena spasmus otot masseter. Kejang ototini akan berlanjut kekuduk
dinding perut dan sepanjang tulang belakang. Bila serangan toksik sedang sering tampak rimus
sardonikus karena spasmus otot muka dengan gambaran alis tertarik keatasdan sudut mulut
tertarik keluar dankebawah , bibir tertekan kuat pada gigi .
Gambaran umum yang khas pada tetanus adalah berupa badan kaku dengan
epistotonus ,tungkaidalam keadaan ektensi, lengan kaku dan tangan mengapel, biasanya
kesadaran tetap baik.
Secara umumdalam kurun waktu kurang lebih 48 jam penyakit tetanus menjadi nyata
terlihat dengan gambaran klinis sebagai berikut :
a. Tetanus : karena spasmus otot-otot matikatoris ( otot pengunyah).
b. Kaku kuduk sampai epistotonus ( karena ketegangan otot-otot erector tungkai).
5
c. Ketegangan otot dinding perut (perut kaku seperti papan).
d. Kejang tonis teritama bila dirangsang karena toksin yang tendapat di komus anterior.
e. Resus sardonikos karena spasme otot muka ( alis tertarik keatas,sudut muka tertarik
keluar dan kebawah, bibir tertekan kuat pada gigi)
f. Kerusakan menelan, gelisah ,mudah terrangsang, nyeri kepala, nyeri anggota badan
g. Spasme yang khas yaitu badan kaku dengan epitotonus, ektrimitas inferior dalam keadaan
ektensi, lengan kaku dan tangan mengepal kuat .
h. Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada otot pernapasan dan laring.
i. Panas biasanya tidak terlalu tinggi.
j. Biasanya terdapat leukositisis ringan dan kadang-kadang peninggian tekanan cairan otak.
Menurut beratnya gejala dapat dibedakan dalam 3 stadium :
1) Trismus ( 3cm) tampa kejang tonik umum meskipun dirangsang.
2) Trismus (3 cm atau lebih kecil) dengan kejang tonik umum bila dirangsang.
3) Trismus ( 1 cm) dengan kejang tonik umum spontan

5. Komplikasi Dan Diagnosa Banding


Komplikasi tetanus terjdi akibat penyakitnya seperti :
a. Spasme otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saliva) didalam rongga
mulut dan hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat terjadi pnemonia
aspirasi.
b. Asfiksia ini terjadi karena adanya kekakuaan otot-otot pernafasan sehingg pengembangan
paru tidak dapat maksimal
c. Atelektasis karena obstruksi oleh secret hal ini karena seseorang dengan tetanus akan
mengalami trismus (mulut terkunci) sehingga klien tidak dapat mengeluarkan sekret yang
menumpuk di tenggorokan, atau pun menelannya.
d. Fraktura kompresi ini dapat terjadi bila saat kejang klien difiksasi kuat sehingga tubuh
tidak dapat menahan kekuatan luar.

6. Pencegahan Dan Faktor Resiko


Pencegahan penyakit tetanus meliputi :
a) Anak mendapatkan imunisasi DPT diusia 3-11 Bulan
b) Ibu hamil mendapatkan suntikan TT minimal 2 X
c) Pencegahan terjadinya luka & merawat luka secara adekuat
d) Pemberian anti tetanus serum.

6
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada Tetanus
1. Penatalaksanaan Medis
Empat pokok dasar tata laksana medik : debridement, pemberian antibiotik,
menghentikan kejang, serta imunisasi pasif dan aktif, yang dapat dijabarkan sebagai
berikut :
a) Diberikan cairan intravena dengan larutan glukosa 5% dan NaCl fisiologis dalam
perbandingan 4 : 1 selama 48-72 jam selanjutnya IVFD hanya untuk memasukan
obat. Jika pasien telah dirawat lebih dari 24 jam atau pasien sering kejang atau apnea,
diberikan larutan glukosa 10% dan natrium bikarbonat 1,5% dalam perbandingan 4 :
1 (jika fasilitas ada lebih baik periksa analisa gas darah dahulu). Bila setelah 72 jam
bayi belum mungkin diberi minum peroral/sonde, melalui infus diberikan tambahan
protein dan kalium.
b) Diazepam dosis awal 2,5 mg intravena perlahan-lahan selama 2-3 menit,
kemudian diberikan dosis rumat 8-10 mg/kgBB/hari melalui IVFD (diazepam
dimasukan ke dalam cairan infus dan diganti setiap 6 jam). Bila kejang masih sering
timbul, boleh ditambah diazepam lagi 2,5 mg secara intravena perlahan-lahan dan
dalam 24 jam berikutnya boleh diberikan tembahan diazepam 5 mg/kgBB/hari
sehingga dosis diazepam keseluruhannya menjadi 15 mg/kgBB/hari. Setelah keadaan
klinis membaik, diazepam diberikan peroral dan diurunkan secara bertahap. Pada
pasien dengan hiperbilirubinemia berat atau bila makin berat, diazepam diberikan
per oral dan setelah bilirubin turun boleh diberikan secara intravena.
c). ATS 10.000 U/hari, diberikan selama 2 hari berturut-turut dengan IM. Perinfus
diberikan 20.000 U sekaligus.
d). Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis, intravena selama 10 hari. Bila
pasien menjadi sepsis pengobatan seperti pasien lainnya. Bila pungsi lumbal tidak
dapat dilakukan pengobatan seperti yang diberikan pada pasien meningitis
bakterialis.
e). Tali pusat dibersihkan/kompres dengan alcohol 70%/Betadine 10%.
f). Perhatikan jalan napas, diuresis, dan tanda vital. Lendir sering dihisap.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Perawatan intensif terutama ditujukan untuk mencukupi kebutuhan cairan dan
nutrisi, menjaga saluran nafas tetap bebas, mempertahankan oksignasi yang adekuat,
dan mencegah hipotermi. Perawatan puntung tali pusat sangat penting untuk
membuang jaringan yang telah tercemar spora dan mengubah keadaan anaerob
jaringan yang rusak, agar oksigenasi bertambah dan pertumbuhan bentuk
vegetatif maupun spora dapat dihambat. setelah puntung tali pusat dibersihkan

7
dengan perhydrol, dibutuhkan povidon 10% dan dirawat secara terbuka. Perawatan
puntung tali pusat dilakukan minimal 3 kali sehari.
B. PROSES PENGKAJIAN
1. PENGKAJIAN
A. Identitas
Nama : Tn. S
Umur : 48 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku/bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh bangunan
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Beringin Gg. Bunga Rt 02 Rw 001 Kel. Lanjas
Tgl pengkajian : 05 Juni 2017

B. RIWAYAT KEPERAWATAN

1) Keluhan utama : badan kaku

2) Riwayat penyakit sekarang:


Badan kaku sudah 2 hari,kejang (+), awalnya ada luka kecil di telapak kaki
kiri akibat panas saat menyemen bangunan saat bekerja tanpa alas kaki, ± 1
bulan terakhir lama kelamaan luka membesar,berlubang, berair dan mulai
terasa sakit, pada sela-sela jari kaki kiri.1 minggu yang lalu Mulut susah
membuka, terasa kaku, paha kiri keras seperti papan,telapak kaki odem .Bekas
Luka sudah kering namun masih terasa sakit.Pasien datang ke Puskesmas
Lanjas tanggal 05 Juni 2017 pkl 08.00 WIB.

3) Riwayat penyakit sebelumnya


Pasien belum pernah mengalami sakit yang harus dirawat di rumah sakit.
Hanya batuk pilek biasa, nyeri-nyeri sendi dan di periksakan di
Puskesmas, Mantri dan sembuh.

4) Riwayat kesehatan keluarga


Pasien dan keluarga belum pernah mengalami sakit seperti ini
sebelumnya.Persepsi terhadap kondisi penyakit yang dialami pasien diperlukan
perawatan yang baik supaya cepat sembuh.Keluarga menyetujui
terhadap tindakan apa saja yang akan dilakukan yang berhubungan dengan
pengobatan pasien demi kesembuhan pasien setelah pasien dan keluarga
mendapatkan penjelasan dari petugas.Selama dalam perawatan keluarga
menyadari dan menerima proses pengobatan.

C. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

1) Sistem pernafasan
Dada simetris,retraksi (+), RR 18 x/mnt,pernafasan vesikuler,suara tambahan
(+),ronchi (+).whezing (-)inspirasi ekspirasi simetris,secret/lender (+),

2) Sistem cardiovaskuler
Tekanan darah 130/100 mmHg, nadi 88 x/mnt, suhu 37°C,anemis (-)suara
jantung gallop dan murmur (-),

3) Sistem persarafan
GCS 15 , kejang (+),reflek mata (+)

8
Persepsi sensori:pendengaran (+),pengecapan (-) lidah kaku,sulit buka
mulut,reflek penglihatan (+)opistotonus kaku kuduk (+)perabaan peka
rangsangan (rangsangan eksternal)
4) Sistem perkemihan
Warna kuning pekat,bau khas.Infeksi saluran kencing (-),oedem (-),scrotum (+),
pubis (+)

5) Sistem pencernaan
Trismus (+), makan sedikit sedikit, masih susah untuk menelan, otot perut terasa
kencang
6) Sistem muskuloskeletal
Tonus otot kaku, pada sela jari kaki kiri dan ditelapak kaki kiri terdapat bekas
luka,oedema ekstremitas atas (+),turgor kulit (elastis),kulit sawo matang,sianosis
(-) pasien berjalan menggunakan tongkat.

7) Psikososial
Waktu sehat pasien biasa beraktifitas bekerja sebagai buruh bangunan, kadang
bekerja di ladang. Dalam kondisi sehat pasien termasuk orang yang jarang
berdiam diri di rumah karena berbagai kesibukan. Hubungan pasien dan
keluarga baik begitu juga dengan tetangga sekitar.

8) Spiritual
Pasien beraga islam,keluarga yakin bahwa semua yang telah terjadi sudah ada
yang mengatur kita hanya berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi
semua kesulitan. Keluarga yakin dengan berdoa kepada Tuhan YME bisa
membantu proses kesembuhan pasien.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium tgl 05/06/2017


Al : 11,7 /m3
Erytrosit :5,14/m3
Hb :16,1 gr%
Ht :47,4 vol%
Mcv :92,2 %
Mch :31,3%
Mcac : 34,4%
Trombosit :316 %
Gol darah : B
GDS : 103 mg/dl

E. ANALISA DATA

1) DS : Pasien mengatakana kadang batuk, dahak susah keluar


DO : kaku kuduk(opistotonus),otot pernafasan kaku.secret (+),ronchi (+)
pernafasan dengan cuping hidung
Etiologi : kaku otot pernafasan
Masalah: jalan nafas tidak efektif
Diagnose keperawatan : jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme
otot pernafasan,penumpukan secret

2) DS: Pasien mengatakan kadang susah untuk bernafas


DO: otot pernafasan kaku (spasme otot pernafasan),kejang 1x,kontraksi otot
pernafasan
Etiologi: kejang berulang,spasme otot pernafasan
Masalah: pola nafas tidak efektif
9
Diagnose keperawatan : pola nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme
otot pernafasan

3) DS:Pasien mengatakan daerah sekitar paha kaku,terasa kencang


DO: kejang ,kaku seluruh badan,paha kiri keras seperti papan
etiologi: kejang berulang
masalah : resiko injury
diagnose keperawatan : resiko injury berhubungan dengan kejang berulang

4) DS: -
DO: tampak kesulitan mengucapkan kata-kata,suara mendesah
etiologi: kaku otot mulut
masalah : gangguan komunikasi verbal
diagnose keperawatan : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
kaku otot maseter
5) DS:
DO: sulit menelan,otot perut keras,rahang mengatup kuat
etiologi: kekakuan otot mengunyah
masalah : Potensial gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
Diagnose keperawatan : Potensial gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan kekakuan otot mengunyah

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tanggal 06 Juni 2017 pkl 15.30 WIB
1) Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan otot-otot pernafasan kaku
Tujuan : jalan nafas efektif
Kriteria hasil:
a. tidak sesak nafas
b. tidak ada lendir/riak
c. tidak ada ronchi
d. tidak tampak pernafasan dengan cuping hidung
e. tidak menggunakan otot-otot tambahan pernafasan
Intervensi:
1. Bebaskan jalan nafas dengan mengatur posisi kepala ekstensi
R/ Secara anatomi posisi kepala ekstensi merupakan cara untuk meluruskan
rongga pernafasan sehingga proses respiransi tetap berjalan lancar dengan
menyingkirkan pembuntuan jalan nafas.
2. Pemeriksaan fisik dengan cara auskultasi mendengarkan suara nafas (adakah
ronchi) tiap 2-4 jam sekali
R/ Ronchi menunjukkan adanya gangguan pernafasan akibat atas cairan atau
sekret yang menutupi sebagian dari saluran pernafasan sehingga perlu dikeluarkan
untuk mengoptimalkan jalan nafas.
3. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
R/ Dyspneu, sianosis merupakan tanda terjadinya gangguan nafas disertai dengan
kerja jantung yang menurun timbul takikardia dan capilary refill time yang
memanjang/lama.
4. Observasi timbulnya gagal nafas.
R/ Ketidakmampuan tubuh dalam proses respirasi diperlukan intervensi yang
kritis dengan menggunakan alat bantu pernafasan (mekanical ventilation).
5. Kolaborasi dalam pemberian obat pengencer sekresi(mukolitik)
R/ Obat mukolitik dapat mengencerkan sekret yang kental sehingga
mempermudah pengeluaran dan memcegah kekentalan.
10
Tanggal 06 Juni 2017 pkl 15.33 WIB
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kaku otot pernafasan,timbulnya kejang
berulang

Tujuan : pola nafas efektif

Kriteria hasil :
a. Tidak ada secret
b. Tidak ada pernafasan dengan cuping hidung
c. Tidak ada ronchi
d. Tidak ada sianosis

Intervensi :
1. Monitor irama pernafasan dan respirasi rate
R/:indikasi adanya penyimpangan atau kelainan dari pernafasan dapat dilihat
dari frekuensi,jenis pernafasan,kemampuan dan irama nafas
2. Atur posisi dan luruskan jalan nafas
R/:jalan nafas yang longgar dan tidak ada sumbatan proses respirasi dapat
berjalan dengan lancar
3. Observasi tanda dan gejala sianosis
R/:sianosis merupakan salah satu tanda menifestasi ketidak adekuatnya supply O2
pada jaringan tubuh perifer
4. Observasi tanda vital tiap 2 jam
R/:dyspnea,sianosis merupakan tanda terjadinya gangguan nafas disertai dengan
kerja jantung yang menurun timbul takikardia dan capillary refill time yang
memanjang/lama
5. Observasi timbulnya gagal nafas
R/:ketidakmampuan tubuh dalam proses respirasi diperlukan intervensi yang
kritis dengan menggunakan alat bantu pernafasan (mechanical ventilation)

Tanggal 06 Juni 2017 pkl 15.36 wib


3) Resiko terjadi injury berhubungan dengan kejang berulang
Tujuan : tidak terjadi injuri

Kriteria hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda luka di ekstremitas /tubuh pasien
b. Tidak terjadi kejang
Intervensi :
1. Beri pengaman di sekitar tempat tidur
R/: agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur bila terjadi kejang
2. Jauhkan dari benda-benda berbahaya
R/: supaya tidak melukai pasien
3. Bantu pemenuhan kebutuhan ADL
R/: pemenuhan kebutuhan pasien tetap terpenuhi
4. Kaji terhadap tanda-tanda memar atau bekas trauma pada kulit
R/: adanya luka berarti harus dihilangkan factor penyebab terjadinya luka
5. Pasang bantalan pada tempat tidur
R/: supaya apabila terjadi kejang tidak menghantam benda keras
6. Pasang restrain halus pada pergelangan tangan
R/: supaya tangan tidak terluka
7. Hindari mengikat pasien saat kejang
11
R/: pengikatan pada pasien akan lebih menyiksa pasien dan melukai pasien
8. Hindari kegaduhan
R/:rangsang suara bisa menyebabkan kegaduhan
4) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kaku otot mulut
Tujuan : kebutuhan komunikasi terpenuhi

Kriteria hasil :
a. Menunjukkan perasaan puas dan tenang
b. Kebutuhan ADL terpenuhi

Intervensi:
1. Kaji tingkat kemampuan pasien dalam berkomunikasi
R/:untuk mengetahui sejauh mana kemampuan untuk berkomunikasi
2. Sediakan media tulis untuk pengganti komunikasi
R/:sarana untuk berkomunikasi sebagai pengganti bicara secara lesan
3. Libatkan keluarga/orang terdekat
R/:membantu petugas dalam mengkaji pasien
4. Gunakan bahasa isyarat
R/: media komunikasi praktis
5. Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah
R/:memudahkan untuk dipahami dalam berkomunikasi

Tanggal 06 Juni 2017 pkl 15.39 wib


5) Potensial Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan
otot mengunyah
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
a. BB optimal
b. Intake adekuat
c. Turgor baik
d. Pasien tampak segar tidak pucat

Intervensi :

1. Jelaskan factor yang mempengaruhi kesulitan dalam makan dan pentingnya


makanan bagi tubuh
R/:dampak tetanus adalah kekakuan pada otot mengunyah sehingga pasien
menjadi sulit mengunyah dan menelan dan kadang timbul efek balik atau
tersedak.dengan tingkat pengetahuan yang adekuat diharapkan pasien dapat
berpartisipasi dan kooperatif dalam program diit.
2. Menganjurkan kepada keluarga pasien agar makanan dibuat dalam betuk bubur
R/: Tekstur yang lembut memudahkan pasien untuk makan dan dapat membantu
memenuhi kebutuhan makan pasien

12
3. IMPLEMENTASI

DIAGNOSA IMPLEMENTASI RESPON


Tanggal 06/06/2017
pkl 15.42 wib
Jalan nafas tidak efektif 1.      membebaskan jalan nafas dengan 1.pasien tampak nyaman,nafas tidak
berhubungan dengan memberi posisi ekstensi,leher tampak berat
penumpukan secret, kaku belakang diganjal botol infus
otot pernafasan 2.
3.      auskultasi paru,mendengarkan
adanya ronchi 2. terdengar ronchi,wheezing (-)
4.      membersihkan secret di mulut 3. pasien kooperatif saat mulut di
dengan tissue bersihkan dengan tissue
5.      mengobservasi adanya sianosis 4. tidak tampak adanya sianosis
6.      kolaborasi pemberian obat
pengencer dahak

Tanggal 06/06/2017
Pkl 15.45 wib
Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan mengukur frekuensi 1. RR 16 x/mnt
kaku otot pernafasan den pernafasan,16x/mnt
potensi kejang berulang 3.      meluruskan posisi leher pasien 2. pasien kooperatif,tidak timbul
kejang

Tanggal 06/06/2017
Pkl 15.45 wib
Resiko injury
berhubungan dengan 1. 1.tidak ada bagian tubuh yg luka
kejang berulang mencari tempat/bagian tubuh karena trauma
pasien yang mungkin telah terjadi
perlukaan 2.pakaian pasien longgar,tidak
3.      melonggarkan pakaian pasien tampak menekan
4.      memberi bantal di pinggir tempat 3.bantal terpasang di samping pasien
tidur 4. keluarga memahami,pasien hanya
6.      menganjurkan pada keluarga ditunggu 1 orang
untuk menunggu secara
bergantian

Tanggal 06/06/2017
pkl 15.47 wib.
Gangguan komunikasi
verbal berhubungan 1.pasien ditunggu istrinya
dengan kaku otot mulut, 1. menganjurkan istri/orang
rahang mengatup terdekat untuk selalu
rapat,sulit membuka mendampingi pasien 2.pasien menggunakan gerakan
2. menganjurkan untuk seadanya sekuat gerakan tangannya
menggunakan bahasa isyarat saja
bila ingin menyampaikan sesuatu 3.pasien belum kuat menulis
3. Menyediakan alat tulis di
Tanggal 06/06/2017 tempat tidur pasien
Pkl 16.00 wib
Potensial gangguan
nutrisi kurang dari 1.keluarga memahami penyakit yang
13
kebutuhan berhubungan menjelaskan pada keluarga dialami pasien
dengan kaku otot penyebab mulut menjadi kaku
mengunyah sehingga pasien tidak bisa makan 2.turgor baik,tidak lembek,tampak
2.      mengkaji turgor kulit pasien elastis
3.      mengkaji pengeluaran urin 3.urine keluar 100cc
4.      palpasi otot perut 4.otot perut keras seperti papan
memberi terapi sesuai program
terapi sesuai program 5. infus terpasang di tangan kiri,20
Mngganti cairan infuse tpm drip 2 ap diazepam
mengukur vital sign dan 6. TD:90/70 mmhg
membantu memandikan pasien S:36,7 0C
dan ganti baju N:80 x/mnt
RR:22x/mnt

memberi terapi injeksi 7.pasien kooperatif,tampak segar dan


metro inf 500mg bersih
ampicillin 1gr
hipnoz 2,5mg
diazepam 2ap drip

membantu membersihkan mulut 8. mulut pasien masih sedikit kaku


pasien dengan kassa dan bethadin namun masih bias membuka pelan-
kumur pelan tetapi tidak dapat membuka
lebar

mengukur urin tampung pasien 9.urin pasien 750 cc buang


mengukur vital sign 10.TD:130/80 mmhg
S:36,5 0C
N:80 x/mnt
RR:22x/mnt
Injeksi ampicillin 1gr
Metro inf 500 mg
Pasien kejang diberi hipnoz 2,5 11. Pasien berangsur-angsur tenang
mg
memberi terapi injeksi

14
4. EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal Evaluasi
06/06/2017 Pkl 16.30 WIB

Diagnosa 1 S:-
O:Dada simetris,retraksi (+),RR 18 x/mnt,pernafasan vesikuler,ronchi
(+),wheezing (-),sianosis (-).inspirasi ekspirasi simetris,riak (+)
A : Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan implementasi

Diagnosa 2 Pkl 16.33 WIB


S:-
O: pasien tampak tenang,otot-otot leher, mulut, hidung masih tampak tegang,
RR 18 x/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Implementasi

Diagnosa 3 Pkl 16.36 WIB


S:-
O: pasien tampak tertidur
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan implementasi

Diagnosa 4 Pkl 16.39 WIB


S:-
O: pasien di tunggu istrinya.belum bisa menggunakan media tulis karena
tangan kaku
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

Diagnosa 5 Pkl 16.43 WIB


S:-
O: turgor kulit baik, klien mampu makan bubur sedikit demi sedikit, minum
dengan menggunakan sedotan
A:masalah teratasi sebagian
P:lanjutkan intervensi

Tanggal 07/06/2017

15.20 WIB S: Pasien mengatakan kaku di perut mulai berkurang


O: pasien mulai bisa bicara sedikit sedikit, KU mulai membaik, mobilisasi
(-), perut teraba sedikit lunak
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjtkan intervensi
Awasi adanya kejang berulang,beri terapi sesuai program
Anjurkan untuk tidak memaksakan bicara

15.40 WIB S:-

15
O: KU mulai membaik,perut lunak, terapi (+), infuse (+).
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi,awasi kejang berulang,pastikan pengaman tempat
tidur tetap terpasang

15.55 WIB S:-


O: kejang (- )
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi

20.00 wib S:-


O: perut lunak, mulut sudssh mulai bisa membuka, makan sedikit demi
sedikit, infuse (+) terapi (+) KU baik, urine buang 750 cc,panas (-)
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi

S;-
O:perut lunak kejang berkurang, terapi (+), mobilisasi pelan pelan ke
dapur/wc dengan di bimbing istri, diit(+) terapi(+) KU mulai
membaik ,panas (-)
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi

S:-
O: terapi (+), latihan mobilisasi miring kanan/kiri pelan pelan (+), infuse (+)
turgor baik, panas (-)
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi

16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostiridium tetani
yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan seluruh badan.
Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot masester dan otot rangka
Tetanus disebabkan neurotoksin (tetanospasmin) dari bakteri Gram positif anaerob, Clostridium
tetani, dengan mula-mula 1 hingga 2 minggu setelah inokulasi bentuk spora ke dalam darah
tubuh yang mengalami cedera (periode inkubasi). Penyakit ini merupakan 1 dari 4 penyakit
penting yang manifestasi klinis utamanya adalah hasil dari pengaruh kekuatan eksotoksin
(tetanus, gas ganggren, dipteri, botulisme).
Bakteri Clostridium tetani ini banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia dan hewan
peliharaan dan di daerah pertanian. Tempat masuknya kuman penyakit ini bisa berupa luka yang
dalam yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lokal, tertanamnya benda asing atau sepsis
dengan kontaminasi tanah, lecet yang dangkal dan kecil atau luka geser yang terkontaminasi
tanah, trauma pada jari tangan atau jari kaki yang berhubungan dengan patah tulang jari dan luka
pada pembedahan.

B. SARAN
Saya selaku penulis, menyadari bahwa resume ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu,
saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi
kesempurnaan resume yang akan dibuat dimasa mendatang.

17
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi.3.Jakarta: EGC


http:// likalikuluke.multiply.com/journal/item/9+pengertian+Tetanus
A.K. Muda, Ahmad, (2003). Kamus Lengkap Kedokteran.Edisi Revisi. Jakarta : Gitamedia
Press.
Juall Carpenito, lynda RN,(1999).Diagnosa dan Rencana Keperawatan. Ed 3. Jakarta : Media
Aesculappius.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Penerbit
Kedokteran (EGC)

18
19

Anda mungkin juga menyukai