Disusun oleh :
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahanRahmat dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya Makalah ini membahas asuhan
keperawatan tetanus dasarnya makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan
dan pemahaman kepada mahasiswa tentang tetanus .Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………………...……………..……………………1
Kata Pengantar…………………………………………...…………………………..……………2
Daftar Isi………………………………………...………………………………..……………….3
BAB I : Pendahuan………………………………………………………………..……………..4
Latar Belakang………………………………………………………………………..…………...4
Identifikasi Masalah…………………………………………………………………..…………...4
Batasan Masalah…………………...…………………………………………………..………….5
Rumusan Masalah………………………………………………………………………..………..5
Tujuan Masalah…………………………………………………………………………..………..5
BAB II : Pembahasan……………………………………………………………………..……..6
Definisi tetanus………...…………………………………………………………………….……6
Klasifikasi tetanus……….…………………………………………………………………….…..7
Patofisiologi tetanus………….……………………………………………………………………8
Penatalaksanaan tetanus……………..…………………..……………………………………….11
Kesimpulan…………………………………………………………………………..…………..15
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………15
BAB I
PENDAHULUAN
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan
kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium tetani, tetapi akibat toksin
(tetanospasmin) yang dihasilkan kuman.Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh
kekakuan dan kejang otot, tanpa disertai gangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman
closteridium tetani.
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, terutama pada daerah resiko tinggi dengan cakupan
imunisasi DPT yang rendah. Reservoir utama kuman ini adalah tanah yang mengandung kotoran
ternak sehingga resiko penyakit ini di daerah peternakan sangat tinggi. Spora kuman Clostridium
tetani yang tahan kering dapat bertebaran di mana-mana.
Kuman C. tetani tersebar luas ditanah, terutama tanah garapan, dan dijumpai pula pada tinja
manusia dan hewan. Perawatan luka yang kurang baik di samping penggunaan jarum suntik yang
tidak steril (misalnya pada pecandu narkotik).merupakan beberapa faktor yang sering dijumpai
sebagai pencetus tirribulnya tetanus. Tetanus dapat menyerang semua golongan umur, mulai dari
bayi (tetanus neonatorum), dewasa muda (biasanya pecandu narkotik) sampai orang-orang tua.
Dari Program Nasional Surveillance Tetanus di Amerika serikat diketahui rata-rata usia pasien
tetanus dewasa berkisar antara 50-57 tahun.
Berdasar tingkat kejadian ( epidemiologi ) tersebut maka kelompok tertarik untuk membahas
tentang ASKEP pada tetanus .
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka dapat dirumuskan masalah dari makalah ini
adalah:
1.3 Tujuan
Memahami asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada klien dengan tetanus.
1.3.2.7 Mengetahui penatalaksanaan yang harus diberikan pada kien dengan tetanus.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan
kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium tetani, tetapi akibat toksin
(tetanospasmin) yang dihasilkan kuman. Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin
kuman Clostridium tetani, bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot
seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masseter dan otot-otot rangka.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tetanus adalah penyakit infeksi yang
diakibatkan oleh toksin kuman Clostridium tetani,yang ditandai dengan gejala kekakuan dan
kejang otot.(Ritharwan,2004)
2.1 Klasifikasi
1. Tetanus local: biasanya ditandai dengan otot terasa sakit, lalu timbul rebiditas dan spasme
pada bagian paroksimal luar. Gejala itu dapat menetap dalam beberapa minggu dan
menghilang.
2. Tetanus general: yang merupakan bentuk paling sering, biasanya timbul mendadak
dengan kaku kuduk, trismus, gelisah, mudah tersinggung daan sakit kepala merupakan
manifestasi awal. Dalam waktu singkat kontraksi otot somatic meluas. Timbul kejang
tetanik bermacam grup otot, menimbulkan aduksi lengan dan ekstensi ekstremitas bagian
bawah. Pada mulanya, spasme berlangsung beberapa detik sampai beberapa menit dan
terpisah oleh periode relaksasi.
3. Tetanus segal: varian tetanus local yang jarang terjadi. Masa inkubasi 1-2 hari terjadi
sesudah otitis media atau luka kepala dan muka. Paling menonjol adalah disfungsi saraf
III, IV, VII, IX, dan XI tersering saraf otak VII diikuti tetanus umum.
2.2 Etiologi
Penyakit tetanus disebabkan oleh toksin kuman Clostridium tetani yang dapat masuk
melalui luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar, luka operasi yang tidak dirawat dan tidak
dibersihkan dengan baik, caries gigi, pemotongan tali pusat yang tidak steril, dan penjahitan luka
robek yang tidak steril. Penginfeksian kuman Clostridium tetani lebih mudah bila klien belum
terimunisasi.
2.3 Patofisiologi
Tetanus disebabkan oleh toksin kuman Clostridium tetani yang masuk melalui luka tusuk,
gigitan binatang, luka bakar, luka operasi yang tida dirawat dan tidak dibersihkan dengan baik,
caries gigi, pemotongan tali pusat yang tidak steril, dan penjahitan luka robek yang tidak steril
yang lebih beresiko bagi orang-orang yang belum terimunisasi.
Toksin kuman C. tetani berbentuk spora. Bentuk spora dalam suasana anaerob dapat berubah
menjadi kuman vegetatif yang menghasilkan eksotoksin. Toksin ini menjalar intrakasonal
sampai ganglin/simpul saraf dan menyebabkan hilangnya keseimbanngan tonus otot sehingga
terjadi kekakuan otot baik lokal maupun mnyeluruh. Bila toksin banyak, selain otot bergaris, otot
polos dan saraf otak juga terpengaruh.
Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin bertambah terutama
pada rahang dan leher. Dalam waktu 48 jam penyakit ini menjadi nyata dengan gejala umum:
10. Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang peninggian tekanan cairan otak.
Penatalaksanaan pada klien dengan tetanus ada 2 macam yaitu farmakologi dan non-
farmakologi.
1. Farmakologi
1. Antitoksin: antitoksin 20.000 1u/ 1.M/5 hari. pemberian baru diberikan setelah
dipastikan tidak ada reaksi hipersensitivitas.
2. Anti kejang (antikonvulsan)
1. Darah
BUN: peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik akibat
dari pemberian obat.
Elektrolit (K, Na): ketidakseimbangan elektroit merupakan predisposisi kejang kalium (normal
3,80-5,00 meq/dl).
1. Skull Ray: untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi.
2. EEG: teknik untuk menekan aktifitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh untuk
mengetahui focus aktifitas kejang, hasil biasanya normal.
2.9 Komplikasi pada klien Tetanus
1. Spasme otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saliva) di rongga mulut.
Hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat terjadi pneumonia aspirasi.
2. Asfiksia.
3. Atelektasis karena obstruksi secret.
3.1 Pengkajian
Nama : Ny. F
Umur : 56 tahun
Agama : islam
Penanggung jawab
Nama : Tn.H
Ny. F datang ke rumah sakit dengan keluhan kejang. Keluarga klien mengatakan pasien kejang
sejak 2 bulan yang lalu. Kejang dirasakan semakin hebat sejak seminggu terakhir. Berdasarkan
keterangan dari keluarga, 3 tahun yang lalu pasien pernah mengalami luka robek di kakinya
karena terkena patahan kayu yang tajam.
Keluarga pasien mengatakan bahwa 3 tahun yang lalu pasien pernah mempunyai luka robek
akibat terkena patahan kayu.
1. Keadaan Lingkungan
3.2 Observasi
1. Keadaan Umum
Suhu : 38oC
RR : 26 x/menit
BB : 52 kg
TB : 160 cm
No Data Etiologi MK
.
Toksin dari
clostridium tetani
menyebar ke
system saraf di
otak melalui
pembuluh darah
Toksin
menimbulkan
reaksi di system
saraf di otak dan
menyebabkan
kejang
Suhu
tubuh
meningk
at
DO: pasien
kesulitan Kesulitan berbicara
berbicara.
Kurang bisa
memenuhi
kebutuhan shari-
hari
keseimbangan
cairan elektrolit
terganggu
Jarang BAB
Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Kejang berhubungan dengan penyebaran toksic clostridium tetani di system saraf di otak
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sputum.
3. Pola nafas tidak teratur berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot
pernafasan.
4. Hipertermi berhubungan dengan efek toksin (bakterimia).
5. Gangguan rasa percaya diri berhubungan dengan kesulitan berbicara.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi lemah.
7. Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang kurang
daan oliguria.
8. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gerak peristaltic usus.
9. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan spasme otot pengunyah.
Intervensi:
N Intervensi Rasional
o.
1. Mandiri
1. Diagnose: bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumlasi sputum.
Criteria hasil: AGD normal, tidak ada suara nafas ronkhi, tidak ada sputum.
Intervensi:
No Intervensi Rasional
.
1. Mandiri:
1. Diagnose: pola nafas tidak teratur berhubungan dengan jalan nafas tergaggu akibat
spasme otot pernafasan.
Criteria hasil: tidak sesak nafas, RR dalam rentang normal, tidak ada retraksi dinding dada, dan
tidak ada pernafasan cuping hidung.
Intervensi:
No Intervensi Rasional
.
1. Mandiri:
Kolaborasi:
1. Berikan oksigenasi.
Criteria hasil: suhu tubuh dalam rentang normal, hasil lab sel darah putih dalam rentang normal
(5.000-10.000 mm3).
Intervensi:
No Intervensi Rasional
.
1. Mandiri:
2. Kolaborasi:
Tujuan: pasien tidak lagi malu untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Criteria hasil: pasien menunjukkan sikap kooperatif saat diperiksa atau diajak bicara.
Intervensi:
No Intervensi Rasional
.
1. Mandiri:
Intervensi:
No Intervensi Rasional
.
1. Mandiri:
Criteria hasil: turgor kulit baik, pasien bisa BAK, output normal.
Intervensi:
No Intervensi Rasional
.
1. Mandiri:
Criteria hasil: pasien tidak mengeluh sakit saat BAB, konsistensi BAB lunak.
Intervensi:
No Intervensi Rasional
.
1. Mandiri:
2. Kolaborasi:
1. Diagnose: perubahan nutris kurang dari kebutuhan berhubungan dengan spasme otot
pengunyah.
Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Intervensi:
No Intervensi Rasional
.
1. Mandiri:
2. Kolaborasi:
3.6 Evaluasi
BAB III
penutup
4.1 Kesimpulan
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai
gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium tetani, tetapi
akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman.Tetanus adalah penyakit infeksi yang
ditandai oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa disertai gangguan kesadaran, sebagai akibat
dari toksin kuman closteridium tetani.
Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani,
bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh badan.
Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masseter dan otot-otot rangka.
4.2 Saran
Dengan makalah ini, kita sebagai mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan memahami
konsep tentang tatanus karena sangat bermanfaat bagi kita dalam dunia kerja
Daftar Pustaka
https://123dok.com/document/z1e3g1vy-asuhan-keperawatan-askep-tetanus-dan.html
https://www.google.com/search?
q=makalah+askep+tetanus&oq=makalah+askep+tetanus&aqs=chrome..69i57.17566j0j7&sourc
eid=chrome&ie=UTF-8
http://eprints.ums.ac.id/22239/20/2._Naskah_Publikasi_Ilmiah.pdf