Anda di halaman 1dari 18

TETANUS

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Ilmu Dasar Keperawatan”

Dosen Pengampu :
Ns. Sofia Rhosma Dewi, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :

Ananda Riskiyatul Maulidiyah (2111011094)


Meritania Nurittama (2111011099)
Hermawan Prasetyo (2111011110)
Putri Wulandari (2111011118)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
Maret, 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Tetanus" dengan
tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Ilmu Dasar Keperawatan.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang tetanus bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................1
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................2
1.1 Latar Belakang.............................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................3
1.4 Manfaat........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................4
2.1 Definisi.........................................................................................................4
2.2 Etiologi.........................................................................................................5
2.3 Patofisiologi.................................................................................................5
2.4 Pathway........................................................................................................8
2.5 Manifestasi Klinis........................................................................................9
2.6 Penatalaksanaan...........................................................................................10
2.7 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................13
BAB III PENUTUP.............................................................................................14
3.1 Kesimpulan..................................................................................................14
3.2 Saran.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................15

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul makalah : Tetanus


Disusun Oleh : Ananda Riskiyatul Maulidiyah
Meritania Nurittama
Hermawan Prasetyo
Putri Wulandari
Kelas/Semester : 2/C

Makalah ini
Telah disetujui oleh dosen pengampu untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Dasar Keperawatan Prodi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jember.

Jember, 2022
Menyetujui,
Dosen Pengampu

Ns. Sofia Rhosma Dewi, Kep., M.Kep


NPK. 1984122411103586

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tetanus berasal dari kata Yunani “tetanus” yang berarti
“berkontraksi”, merupakan penyakit bersifat akut yang ditandai oleh
kekakuan otot dan spasme, akibat toksin yang dihasilkan Clostiridium
Tetani yang mengakibatkan nyeri biasanya pada rahang bawah dan leher
(IPD PAPDI, 2014). Clostridium tetani menghasilkan toksin tetanus yang
mengakibatkan kekakuan otot dan spasme. Pada Bakteri dewasa dihasilkan
dua eksotoksin yaitu tetanolysin dan tetanospasmin. Tetanospasmin inilah
yang merupakan toksin neuro dan menyebabkan timbulnya gejala pada
pasien dengan tetanus. Infeksi oleh bakteri ini masuk melalui luka yang
terkontaminasi, dimana luka tersebut menjadi hipaerob sampai anaerob
disertai terdapatnya jaringan nekrotis dimana spora akan berubah menjadi
vegetative dan berkembang (Bjernar, 2013).
Masa inkubasi tetanus adalah 3 sampai 21 hari, biasanya 8 hari.
Semakin jauh letak luka dari system saraf pusat maka akan semakin lama
masa inkubasinya. Periode inkubasi juga dapat mempengaruhi prognosis
pasien, semakin pendek periode inkubasi maka akan semakin tinggi tingkat
kematiannya (CDC, 2015). Tetanus merupakan hal yang dapat dicegah.
Tetanus lebih umum didapatkan pada masyarakat dengan pemasukan
ekonomi rendah, terutama negara berkembang, tapi tidak menutup
kemungkinan tetanus ada di negara maju. (Lam & Louise, 2019).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan tetanus?
2. Apa saja etiologi terjadinya tetanus?
3. Bagaimana patofisiologi terjadinya tetanus?
4. Bagaimana pathway terhadap pasien tetanus?
5. Apa saja manifestasi klinis terjadinya tetanus?

2
6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien
tetanus?
7. Apa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien tetanus?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi tetanus.
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya tetanus.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara tetanus memengaruhi tubuh
manusia.
4. Untuk mengetahui tahapan dan langkah yang harus diberikan pada
pasien tetanus.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada pasien tetanus.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan apa saja yang akan diberikan pada
pasien tetanus.
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaannya.

1.4 Manfaat
1. Agar kita dapat mengetahui bagaimana suatu virus atau bakteri
memengaruhi tubuh manusia.
2. Agar para pembaca dapat mengetahui tahap dan langkah penanganan
yang harus diberikan pada pasien tetanus.
3. Agar para pembaca dapat mengetahui tentang manifestasi klinis pada
pasien tetanus.
4. Agar para pembaca paham tentang pemeriksaan yang akan diberikan
pada pasien tetanus.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya
karena mempengaruhi sistem urat saraf dan otot. Kata tetanus diambil dari
bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang. Penyakit
ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperrefleksia
menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya
punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis
pernapasan.
Tetanus atau lockjaw adalah penyakit akut yang menyerang sistem
saraf pusat yang ditandai dengan kontraksi otot berkepanjangan. Tetanus
yaitu suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang
dilepaskan oleh Clostridium tetani yang merupakan bakteri anaerob.
Tetanus juga dapat didefinisikan sebagai keadaan hypertonia akut atau
kontraksi otot yang menimbulkan rasa nyeri dan spasme otot menyeluruh.
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot
(spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan
kuman secara langsung, tetapi sebagai dampak eksotoksin (tetanoplasmin)
yang dihasilkan oleh kuman pada sinaps ganglion sambungan sumsum
tulang belakang, sambungan neuro muscular (neuro muscular jungtion) dan
saraf autonom. (Smarmo 2002). Tetanus dapat di simpulkan sebagai
penyakit infeksi yang berbahaya disebabkan oleh toksin yang
mempengaruhi system urat saraf dan otot.

4
2.2 Etiologi
Tetanus disebabkan oleh Clostridium tetani yang masuk kedalam
tubuh lewat luka yang terkontaminasi. Toksin yang di produksi akan
menyebar luas melalui saluran limfe dan aliran darah. toksin yang
dihasilkan kemudian akan berikatan dengan sistem nervus sentral dan
mengganggu sistemnya, termasuk motorik perifer, sumsum tulang belakang,
otak dan system nervus simpatik (CDC, 2015).
Spora bacterium clostridium tetani (C. Tetani). Kuman ini
mengeluarkan toxin yang bersifat neurotoksik (tetanospasmin). Bentuk:
batang. Terdapat: di tanah, kotoran manusia dan binatang (khususnya
kuda) sebagai spora, debu, instrument lain. Spora bersifat dorman dapat
bertahan bertahun-tahun (> 40 tahun).
Penyebabnya tidak dapat diketahui dengan pasti, namun dapat diduga
melalui:
a. Luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar
b. Luka operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik
c. OMP, caries gigi
d. Pemotongan tali pusat yang tidak steril.
e. Penjahitan luka robek yang tidak steril.

2.3 Patofisiologi
Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh manusia biasanya
melalui luka dalam bentuk spora. Penyakit akan muncul bila spora tumbuh
menjadi bentuk vegetatif yang menghasilkan tetanospasmin pada keadaan
tekanan oksigen rendah, nekrosis jaringan atau berkurangnya potensi
oksigen.
Masa inkubasi dan beratnya penyakit terutama ditentukan oleh
kondisi luka. Beratnya penyakit terutama berhubungan dengan jumlah dan
kecepatan produksi toksin serta jumlah toksin yang mencapai susunan saraf
pusat. Faktor-faktor tersebut selain ditentukan oleh kondisi luka, mungkin
juga ditentukan oleh strain Clostridium tetani. Pengetahuan tentang
patofisiologi penyakit tetanus telah menarik perhatian para ahli dalam 20

5
tahun terakhir ini, namun kebanyakan penelitian berdasarkan atas percobaan
pada hewan. Toksin yang dikeluarkan oleh Clostridium tetani menyebar
dengan berbagai cara, sebagai berikut :
1. Masuk ke dalam otot
Toksin masuk ke dalam otot yang terletak dibawah atau
sekitar luka, kemudian ke otot-otot sekitarnya dan seterusnya secara
ascenden melalui sinap ke dalam susunan saraf pusat.
2. Penyebaran melalui sistem limfatik
Toksin yang berada dalam jaringan akan secara cepat masuk
ke dalam nodus limfatikus, selanjutnya melalui sistem limfatik masuk
ke peredaran darah sistemik.
3. Penyebaran ke dalam pembuluh darah.
Toksin masuk ke dalam pembuluh darah terutama melalui
sistem limfatik, namun dapat pula melalui sistem kapiler di sekitar
luka. Penyebaran melalui pembuluh darah merupakan cara yang
penting sekalipun tidak menentukan beratnya penyakit. Pada manusia
sebagian besar toksin diabsorbsi ke dalam pembuluh darah, sehingga
memungkinkan untuk dinetralisasi atau ditahan dengan pemberian
antitoksin dengan dosis optimal yang diberikan secara intravena.
Toksin tidak masuk ke dalam susunan saraf pusat melalui peredaran
darah karena sulit untuk menembus sawar otak. Sesuatu hal yang
sangat penting adalah toksin bisa menyebar ke otot-otot lain bahkan ke
organ lain melalui peredaran darah, sehingga secara tidak langsung
meningkatkan transport toksin ke dalam susunan saraf pusat.
4. Toksin masuk ke susunan saraf pusat (SSP)
Toksin masuk kedalam SSP dengan penyebaran melalui
serabut saraf, secara retrograd toksin mencapai SSP melalui sistem
saraf motorik, sensorik dan autonom. Toksin yang mencapai kornu
anterior medula spinalis atau nukleus motorik batang otak kemudian
bergabung dengan reseptor presinaptik dan saraf inhibitor. (Parry CM,
dkk. 2013).

6
Pemeriksaan fisik (Sumarmo, 2002)
1. Trismus adalah kekakuan otot mengunyah sehingga sukar
membuka mulut.
2. Risus sardonicus, terjadi sebagai kekakuan otot mimic, sehingga
tampak dahi mengkerut, mata agak tertutup, dan sudut mulut
tertarik keluar kebawah.
3. Opistotonus adalah kekakuan otot yang menunjang tubuh seperti:
otot punggung, otot leher, otot badan, dan trunk muscle.
Kekakuan yang sangat berat dapat menyebabkan tubuh
melengkung seperti busur.
4. Otot dinding perut kaku sehingga dinding perut seperti papan
5. Bila kekakuan semakin berat, akan timbul kejang umum yang
awalnya hanya terjadi setelah dirangsang misalnya dicubit,
digerakkan secara kasar, atau terkena sinar yang kuat.
6. Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernapasan akibat
kejang yang terus-menerus atau oleh kekakuan otot laring yang
dapat menimbulkan anoksia dan kematian.

7
2.1 Pathway

Faktor predisposisi (Luka tusuk dalam dan kotor serta belum


terimunisasi,luka karena lalu lintas, luka bakar, luka tembak, tusuk gigi,

Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh dan berpoliferasi

Clostridium tetani mengeluarkan toksik yang bersifat neurotoksik


(tetanospasmin)

Tetanu

Menempel pada cerebral ganglion Respon inflamasi pada jaringan otak

Kekakuan dan kejang Dirangsang oleh Suhu tubuh


otot yang khas pada cahaya, suara meningkat

Kejang berulang Hipertermi

Resiko

Kekakuan dan kejang otot yang khas pada tetanus

Otot Otot-otot erector Otot pernapasan dan


mastikatoriu pada batang laring

Trismus Kaku
kuduk Penurunan Sulit Suplai
kemampua bernapas O2
Sulit
menelan Gangguan
mobilitas Penumpuka Sesak Hipoksia
n sekret napas berat
Intake nutrisi
tidak adekuat
Bersihan jalan Pola Kesadara
napas tidak napas n
efektif tidak menurun
Kebutuhan
Nutrisi kurang
dari kebutuhan Gangguan
tubuh perfusi
jaringan

8
2.4 Manifestasi Klinis
Periode inkubasi (rentang waktu antara trauma dengan gejala
pertama) rata- rata 7-10 hari dengan rentang 1-60 hari. Onset (rentang waktu
antara gejala pertama dengan spasme pertama) bervariasi antara 1-7 hari.
Minggu pertama: regiditas, spasme otot. Gangguan ototnomik biasanya
dimulai beberapa hari setelah spasme dan bertahan sampai 1-2 minggu
tetapi kekakuan tetap bertahan lebih lama. Pemulihan bisa memerlukan
waktu 4 minggu. (Sudoyo, Aru 2009).
Secara umum tanda dan gejala yang akan muncul:
1. Spasme dan kaku otot rahang (massester) menyebabkan kesukaran
membuka mulut (trismus).
2. Pembengkakan, rasa sakit dan kaku dari berbagai otot:
a. Otot leher.
b. Otot dada.
c. Merambat ke otot perut.
d. Otot lengan dan paha.
e. Otot punggung, seringnya epistotonus.
3. Tetanik seizures (nyeri, kontraksi otot yang kuat).
4. Iritabilitas.
5. Demam.
Gejala penyerta lainnya:
1. Keringat berlebihan.
2. Sakit menelan.
3. Spasme tangan dan kaki.
4. Produksi air liur.
5. BAB dan BAK tidak terkontrol.
6. Terganggunya pernapasan karena otot laring terserang.
Klasifikasi tetanus berdasarkan bentuk klinis yaitu: (Sudoyo Aru, 2011)
1. Tetanus local: Biasanya ditandai dengan otot terasa sakit, lalu timbul
rebiditas dan spasme pada bagian proksimal luar. Gejala itu dapat
menetap dalam beberapa minggu dan menghilang.
2. Tetanus sefalik: Varian tetanus local yang jarang terjadi. Masa

9
inkubasi 1-2 hari terjadi sesudah otitis media atau luka kepala dan
muka. Paling menonjol adalah disfungsi saraf III, IV, VII, IX, dan XI
tersering saraf otak VII diikuti tetanus umum.
3. Tetanus general: yang merupakan bentuk paling sering. Spasme otot,
kaku kuduk, nyeri tenggorokan, kesulitan membuka mulut, rahang
terkunci (trismus), disfagia. Timbul kejang menimbulkan aduksi
lengan dan ekstensi ekstremitas bagian bawah. Pada mulanya, spasme
berlangsung beberapa detik sampai beberapa menit dan terpisah oleh
periode relaksasi.
4. Tetanus neonatorum: biasa terjadi dalam bentuk general dan fatal
apabila tidak ditanggani, terjadi pada anak-anak yang dilahirkan dari
ibu yang tidak imunisasi secara adekuat, rigiditas, sulit menelan ASI,
iritabilitas, spasme.
Klasifikasi beratnya tetanus oleh albert (Sudoyo Aru, 2011):
1. Derajat I (ringan): trismus (kekakuan otot mengunyah) ringan sampai
sedang, spasitas general, tanpa gangguan pernafasan, tanpa spasme,
sedikit atau tanpa disfagia.
2. Derajat II (sedang): trismus sedang, rigiditas yang nampak jelas,
spasme singkat ringan sampai sedang, gangguan pernapasan sedang
RR ≥ 30x/ menit, disfagia ringan.
3. Derajat III (berat): trismus berat, spastisitas generaisata, spasme reflek
berkepanjangan, RR ≥ 40x/ menit, serangan apnea, disfagia berat,
takikardia ≥ 120.
4. Derajat IV (sangat berat): derajat tiga dengan otomik berat melibatkan
sistem kardiovaskuler. Hipotensi berat dan takikardia terjadi
perselingan dengan hipotensi dan bradikardia, salah satunya dapat
menetap.

10
2.5 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Netralisasi toksin dengan tetanus antitoksin (TAT)
1) Hiperimun globulin (paling baik) Dosis: 3.000-6.000 unit IM.
Waktu paruh: 24 hari, jadi dosis ulang tidak diperlukan.
Tidak berefek pada toksin yang terikat di jaringan saraf; tidak
dapat menembus barier darah-otak.
2) Pemberian ATS (anti tetanus)
ATS profilaksis diberikan untuk (luka yang
kemungkinan terdapat clostridium: luka paku berkarat), luka
yang besar, luka yang terlambat dirawat, luka tembak, luka
yang terdapat diregio leher dan muka, dan luka-luka tusuk
atau gigitan yang dalam) yaitu sebanyak 1500 IU – 4500 IU.
ATS terapi sebanyak > 1000 IU, ATS ini tidak
berfungsi membunuh kuman tetanus tetapi untuk menetralisir
eksotoksin yang dikeluarkan clostridium tetani disekitar luka
yang kemudian menyebar melalui sirkulasi menuju otak.
Untuk terapi, pemberian ATS melelui 3 cara yaitu:
a) Di suntik disekitar luka 10.000 IU (1 ampul).
b) IV 200.000 IU (10 ampul lengan kanan dan 10 ampul
lengan kiri).
c) IM di region gluteal 10.000 IU.
b. Perawatan luka
1) Penicillin G 100.000 U/kg BB/6 jam (atau 2.000.000 U/kg
BB/24 jam IV) selama 10 hari.
2) Tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hari (max 2 gr) terbagi dalam 3
atau 4 dosis.
3) Metronidazol yang merupakan agent anti mikribial.

11
c. Berantas kejang
a) Barbiturat dan Phenotiazim.
b) Sekobarbital/Pentobarbital 6-10 mg/kg BB IM jika perlu tiap
2 jam untuk optimum level, yaitu pasien tenang setengah
tidur tetapi berespon segera bila dirangsang.
c) Chlorpromazim efektif terhadap kejang pada tetanus.
d) Diazepam 0,1-0,2 mg/kg BB/3-6 jam IV kalau perlu 10-15
mg/kg BB/24 jam: mungkin 2-6 minggu.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Perawatan luka
Bersihkan, kalau perlu didebridemen, buang benda asing, biarkan
terbuka (jaringan nekrosis atau pus membuat kondisis baik C.
Tetani untuk berkembang biak).
b. Berantas kejang
Hindari rangsang, kamar terang/silau, suasana tenang, preparat
anti kejang.
c. Terapi suportif
1) Hindari rangsang suara, cahaya, manipulasi yang
merangsang.
2) Perawatan umum, oksigen.
3) Bebas jalan napas dari lendir, bila perlu trakeostomi.
4) Diet TKTP yang tidak merangsang, bila perlu nutrisi
parenteral, hindari dehidrasi. Selama pasase usus baik, nutrisi
interal merupakan pilihan selain berfungsi untuk mencegah
atropi saluran cerna.
5) Kebersihan mulut, kulit, hindari obstipasi, retensi urin.

12
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium ; leukositosis ringan, peninggian tekanan otak, deteksi
kuman suli
2. EKG: interval CT memanjang karena segment ST. Bentuk takikardi
ventrikuler (Torsaderde pointters).
3. Pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas
terutama pada rahang.
4. Pada tetanus kadar serum 5-6 mg/al atau 1,2-1,5 mmol/L atau lebih
rendah kadar fosfat dalam serum meningkat.
5. Sinar X tulang tampak peningkatan denitas foto Rontgen pada jaringan
subkutan atau basas ganglia otak menunjukkan klasifikasi.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik
dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum,
melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme
dan paralisis pernapasan. Tetanus disebabkan oleh Clostridium tetani yang
masuk kedalam tubuh lewat luka yang terkontaminasi. Toksin yang di
produksi akan menyebar luas melalui saluran limfe dan aliran darah. toksin
yang dihasilkan kemudian akan berikatan dengan sistem nervus sentral dan
mengganggu sistemnya, termasuk motorik perifer, sumsum tulang belakang,
otak dan system nervus simpatik (CDC, 2015).

3.2 Saran
Dalam melakukan penanganan keperawatan agar mempersiapkan
diri dengan membaca literatur tentang penyakitnya tetanus sehingga
penatalaksanaan nya bisa sesuai dengan teori dan berkesinambung baik
dalam pendokumentasian maupun dalam pelaksanaan keperawatan serta
meningkatkan komunikasi antar tim kesehatan lainnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dwi, Linora. 2020. LP Tetanus.


https://id.scribd.com/document/447630863/289983744-LP-Tetanus-
doc. Di Akses pada tanggal 15 Maret 2022 pukul 08.18 AM.
Hidayahtullah, Arif. 2015. Laporan Pendahuluan Tetanus.
https://id.scribd.com/doc/288377034/ Laporan-Pendahuluan-Tetanus.
Di Akses pada tanggal 15 Maret 2022 pukul 11.13 AM.
Nurkasim, Ismail. 2020. LAPORAN_PENDAHULUAN_TETANUS.
https://www.academia.edu/10146822/LAPORAN_PENDAHULUAN
_TETANUS?show_app_store_popup=true. Di Akses pada tanggal 14
Maret 2022 pukul 10.06 AM.
Putri, S. R. 2020. Prevention of Tetanus. Jurnal Penelitian Perawat
Profesional, 2(4), 443-450
Sakurai, Sawitri. 2013. Pathway Tetanus.
https://id.scribd.com/doc/191682494/pathway-tetanus-doc. Di Akses
pada tanggal 15 Maret 2022 pukul 08.17 AM.
Tjung, H., & Aryabiantara, I. W. 2021. Perawatan pasien dengan penyakit
Tetanus yang menjalani perawatan di ruang
Intensif. MEDICINA, 52(1), 36-38.

15

Anda mungkin juga menyukai