TETANUS
Disusun oleh :
Kelompok 4
Fikri Ahmad Hakim P20620222013
Jamal Abdul Ghofar P20620222018
Meysa Mushaffa P20620222121
2A – Keperawatan
Dosen Pembimbing :
Agus Nurdin, S.Kp.,M.Kep
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN CIREBON
POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA
Jl. Pemuda Raya No. 38 Sunyaragi, Kec. Kesambi, Kota Cirebon Jawa Barat 45132
2024/2025
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Tetanus”. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pelayanan Prima Dalam Keperawatan.
Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan pada makalah ini, baik dari segi
pengolahan bahasa maupun substansinya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi perbaikan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI.................................................................................................................3
A. Definisi tetanus...........................................................................................................................3
B. Klasifikasi Tetanus....................................................................................................................3
C. Etiologic tetanus.........................................................................................................................4
D. Patogenesis tetanus....................................................................................................................4
E. Patofisiologi tetanus...................................................................................................................4
F. Gejala Klinis...............................................................................................................................7
G. ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................................................7
BAB III....................................................................................................................................20
PENUTUP...............................................................................................................................20
A. Kesimpulan...............................................................................................................................20
B. Saran.........................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tetanus adalah penyakit akut yang menyebabkan paralisis spasmodik karena
adanya neurotoksin yang diproduksi oleh bakteri Clostridium tetani. Bakteri ini
termasuk dalam kategori kuman anaerobik gram negatif dan memiliki bentuk obligat
berupa spora. Spora tersebut secara alami hidup di tanah, debu, dan traktus
alimentarius beberapa hewan. Keberadaan spora Clostridium tetani sangat tahan
terhadap panas, bahan kimia, dan antibiotik, walaupun dapat dimatikan dengan
autoclave. Sehingga, dalam bentuk spora, bakteri ini dapat bertahan bertahun-tahun di
debu atau tanah.
Clostridium tetani tidak bersifat invasif terhadap jaringan, melainkan dapat
menyebabkan penyakit karena toksin yang dihasilkannya. Pada kondisi anaerobik dan
dalam bentuk vegetatif, bakteri ini menghasilkan dua bentuk toksin, yaitu
tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanus merupakan permasalahan kesehatan
masyarakat yang tersebar hampir di seluruh negara di dunia. Penyakit ini bersifat akut
dan menyerang susunan saraf pusat, mengakibatkan paralisis spasmodik yang
disebabkan oleh neurotoksin bernama tetanospasmin. Toksin ini dihasilkan oleh
bakteri Clostridium tetani. (Febrian & Lestari, 2023)
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana Konsep Teori penyakit Tetanus?
2. Bagaimana konsep Asuhan keperawatan Tetanus
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi tetanus
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani,
dengan gejala utama berupa spasme otot tanpa gangguan kesadaran. Gejala ini dipicu
oleh tetanospasmin, sebuah eksotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani.
Manifestasi klinis terjadi sebagai akibat dari eksotoksin yang mempengaruhi sinaps
ganglion spinal, neuromuscular junction, dan saraf otonom.
B. Klasifikasi Tetanus
Menurut (hastuti, 2020)terdapat 4 klasifikasi tetanus yaitu:
1. Ringan: trismus ringan sampai sedang, spastisitas umum, tidak ada gangguan
pernapasan, tidak ada spasme, tidak ada disfagia
2. Moderat: trismus sedang, rigiditas terlihat jelas, spasme ringan sampai sedang
namun singkat,disfagia ringan, gangguan respirasi ringan dengan tachypnea
(RR>30 kali/menit)
3. Berat: trismus berat, spastisitas menyeluruh, refleks spasme dan seringkali
spasme spontan yang memanjang, gangguan napas dengan sesak dan terengah-
engah (apnoetic spell
3
4. Sangat berat: seperti grade III ditambah gangguan otonom hebat yang
menyebabkan badai otonom
C. Etiologic tetanus
Penyebab Tetanus adalah bakteri Clostridium tetani (C.tetani). Bakteri ini
membentuk spora, dan bersifat obligat anaerob. Spora mampu melindungi dirinya
selama berada di lingkungan terutama tanah yang lembab dan hangat yang berasal
dari kotoran manusia dan hewan. Tanah yang ditaburi pupuk kandang sangat mungkin
mengandung banyak spora bakteri ini. C.tetani masuk ke jaringan host manusia
melalui luka trauma, jaringan nekrosis, dan jaringan yang kurang vaskularisasi,
namun 15-25% kasus tetanus tidak didapatkan riwayat adanya luka. Dalam kondisi
anaerobik seperti jaringan yang mengalami devitalisasi, nekrosis, atau tertutup
kotoran, spora dapat menjadi basil tetanus yang menghasilkan eksotoksin aktif yaitu
tetanolisin dan tetanospasmin. Toksin aktif yang utama dari basil ini adalah
tetanospasmin yang menghambat neurotransmitter inhibitor seperti GABA, glisin,
dopamine, dan noradrenalin dalam sistem saraf pusat. Berkurangnya jumlah
neurotransmitter inhibitor tersebut akan mencegah inhibisi impuls saraf eksitasi
sehingga muncul gejala tetanus (hastuti, 2020)
D. Patogenesis tetanus
Clostridium tetani merupakan basil berbentuk batang yang bersifat anacrob,
membentuk spora (tahan panas), gram-positif, mengeluarkan eksotokun yang bersifat
neurotoksin (yang efeknya mengurangi aktivitas kendali SSP), patogenesis
bersimbiosis dengan mikroorganisme piogenik (pyogenic).
Basil ini banyak ditemukan pada kotoran kuda, usus kuda, dan tanah yang dipupuk
kotoran kuda. Penyakit tetanus banyak terdapat pada luka dalam, luka tusuk, luka
dengan jaringan mati (corpus alienum) karena merupakan kondisi yang baik untuk
proliferasi kuman anaerob. Luka dengan infeksi piogenik di mana bakteri piogenik
mengonsumsi eksogen pada luka sehingga suasana menjadi anaerob yang penting
bagi tumbuhnya basil tetanus. (Fransisca, 2012)
E. Patofisiologi tetanus
Tetanus disebabkan oleh eksotoksin Clostridium tetani, bakteri bersifat obligat
anaerob. Bakteri ini terdapat di mana-mana, mampu bertahan di berbagai lingkungan
ekstrim dalam periode lama karena sporanya sangat kuat. Clostridium tetani telah
4
diisolasi dari tanah, debu jalan, feses manusia dan binatang. Bakteri tersebut biasanya
memasuki tubuh setelah kontaminasi pada abrasi kulit, luka tusuk minor, atau ujung
potongan umbilikus pada neonatus; pada 20% kasus, mungkin tidak ditemukan
tempat masuknya. Bakteri juga dapat masuk melalui ulkus kulit, abses, gangren, luka
bakar, infeksi gigi, tindik telinga, injeksi atau setelah pembedahan abdominal/pelvis,
persalinan dan aborsi. Jika organisme ini berada pada lingkungan anaerob yang sesuai
untuk pertumbuhan sporanya, akan berkembang biak dan menghasilkan toksin
tetanospasmin dan tetanolysin. Tetanospasmin adalah neurotoksin poten yang
bertanggungjawab terhadap manifestasi klinis tetanus, sedangkan tetanolysin sedikit
memiliki efek klinis.
Terdapat dua mekanisme yang dapat menerangkan penyebaran toksin ke
susunan saraf pusat: Toksin diabsorpsi di neuromuscular junction, kemudian
bermigrasi melalui jaringan perineural ke susunan saraf pusat, Toksin melalui
pembuluh limfe dan darah ke susunan saraf pusat. Masih belum jelas mana yang lebih
penting, mungkin keduanya terlibat.
5
Pathway
6
F. Gejala Klinis
1. Menurut (Fransisca, 2012) Masa inkubasi Clostridnom tetani adalah 4-21 hari.
Semakin lama masa inkubasi, maka prognosisnya semakin baik. Masa inkubasi
tergantung dari jumlah bakteri, violenti, dan jarak tempat masuknya kuman (port
d'entre) dengan SSP. Semakin dekat luka dengan SSP maka prognosisnya akan
semakin serius dan semakin jelek. Misalnya, luka di telapak kaki dan leher bila
sama-sama terserang hasil tetanus, yang lebih baik prognosisаyа adalah luka
yang di kaki.
2. Timbulnya gejala biasanya mendadak, didahului dengan ketegangan otot
terutama pada rahang dan leher.
3. Sulit membuka mulut (trismus). Kaku kuduk.
4. Badan kaku dengan epistotonus, tungkai dalam mengalami ekstensi, lengan
kaku, dan mengepal.
5. Kejang tonik.
6. Kesadaran biasanya tetap baik.
7. Asfiksia dan sianosis akibat kontraksi otot, retensi urine bahkan dapat terjadi
fraktur kolumna vertebralis (pada anak) akibat kontraksi otot yang sangat kuat.
8. Demam ringan (biasanya pada stadium akhir).
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Biodata/Identitas
b. Keluhan utama
kejang
7
c. Riwayat Penyakit
4) Frekuensi serangan
8
f) Pada kejang demam sederhana kejang ini bersifat umum.
6) Frekuensi serangan
9
e. Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak ? Bagaimana selera makan
anak ? Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari ?
3) Pola Eliminasi :
5) Pola tidur/istirahat
Berapa jam sehari tidur ? Berangkat tidur jam berapa ? Bangun tidur jam
berapa ? Kebiasaan sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang ?
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
10
kejang akan kembali normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan
neurologi.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
a) Rambut
g) Tenggorokan
11
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-
tanda infeksi faring, cairan eksudat ?
2) Leher
c) Thorax
12
b) Adakah pembesaran vena jugulans ?
c) Thorax
c) Thorax
13
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak
pernapasan, frekwensinya, irama, kedalaman, adakah
retraksi
Intercostale ? Pada auskultasi, adakah suara napas
tambahan?
14) Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah
bunyi tambahan ? Adakah bradicardi atau tachycardia
15) Abdomen
14
selama 3 x 24 jam. Tindakan
Maka diharapkan
Observasi :
Bersihan Jalan
Napas (01001) 1. Identifikasi
Meningkat. Dengan kemampuan batuk
1. Untuk mengetahui
kriteria hasil : 2. Monitor tanda dan kemampuan batuk
gejala infeksi
1. Produksi sputum 2. Untuk mengetahui
saluran nafas adanya tanda dan
menurun
gejala infeksi
2. Mengi menurun Terapeutik saluran nafas
3. Wheezing 1. Atur posisi semi-
menurun Fowler atau
4. Frekuensi napas Fowler
membaik 2. Pasang perlak dan
5. Pola napas bengkok di
membaik pangkuan pasien
3. Buang sekret pada
tempat sputum
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur 1. Agar dapat
batuk efektif melakukan batuk
2. Anjurkan tarik efektif sesuai
nafas dalam prosedur.
melalui hidung 2. Untuk
selama 4 detik, merilekskan
ditahan selama 2 pernafasan
detik, kemudian 3. Agar produksi
keluarkan dari sekret di jalan
mulut dengan bibir pernafasan
mencucu berkurang.
(dibulatkan)
selama 8 detik
3. Anjurkan
mengulangi tarik
15
napas dalam
hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik napas dalam
yang ke-3
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
16
dengan alat bantu aktivitas sehari-
(mis. tongkat, hari dengan
kruk) menggunakan alat
2. Libatkan keluarga bantu
untuk membantu 2. Untuk membantu
pasien dalam pasien dalam
meningkatkan melakukan
Ambulasi ambulasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
1. Agar dapat
dan prosedur
melakukan
ambulasi
ambulasi sesuai
2. Anjurkan
dengan prosedur
melakukan
2. Agar terbiasa
Ambulasi dini
dalam melakukan
3. Ajarkan ambulasi
ambulasi untuk
sederhana yang
aktivitas sehari-
harus dilakukan
hari
(mis. Berjalan dari
tempat tidur ke
kursi roda,
1.
berjalan dari
tempat tidur ke
kamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi)
17
Dengan kriteria hasil: Status Nutrisi nutrisi
2. Identifikasi 2. Untuk mengetahui
1. Pengetahuan
alergi dan adanya alergi dan
tentang pilihan
intoleransi
makanan yang intoleransi
makanan
sehat Meningkat makanan
3. Untuk melihat
2. Pengetahuan 3. Identifikasi
apakah perlu
tentang standar perlunya
menggunakan
asuan nutrisi penggunaan selang nasogatrik
meningkat
selang atau tidak.
3. Frekuensi makan
nasogastrik
membaik
4. Bising usus Terapeutik
1. Agar
membaik
1. Lakukan oral kuman/bakteri
hygiene sebelum tidak masuk dalam
makan, jika perlu mulut
2. Fasilitasi 2. Untuk
menentukan
menentukan
program diet yang
pedoman diet
sesuai dengan
(mis. Piramida
penyakit yang
makanan)
dialaminya.
3. Berikan makanan 3. Agar mendapatkan
tinggi serat dan asupan makanan
protein yang tinggi serat
4. Hentikan dan protein
pemberian 4. Agar tidak
Edukasi
18
Kolaborasi jumlah nutrien yang
Kolaborasi dengan dibutuhkan dalam
ahli gizi untuk pemberian asupan gizi
menentukan jumlah
kalori dan jumlah
nutrien yang
dibutuhkan, Jika perlu
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman
Clostridium tetani, bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti
kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot massater dan otot-otot rangka.
Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti luka tertusuk
paku, pecahan kaca, atau kaleng, luka tembak, luka bakar, luka yang kototr dan pada
bayi dapat melalui tali pusat. Organisme multipel membentuk 2 toksin yaitu
tetanuspasmin yang merupakan toksin kuat dan atau neurotropik yang dapat
menyebabkan ketegangan dan spasme otot, dan mempngaruhi sistem saraf pusat.
B. Saran
Dengan terselesaikannya makalah yang kami buat ini, maka kami sebagai
penulis menyadari bahwa banyaknya kesalahan dalam pembuatan makalah ini.Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari para pembaca
sekalian, agar dalam pembuatan makalah kami selanjutnya dapat lebih baik dari
sebelumnya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Leman, M. M., & Tumbelaka, A. R. (2016). Penggunaan Anti Tetanus Serum dan Human
Tetanus Immunoglobulin pada Tetanus Anak. Sari Pediatri, 12(4), 283-8.
Febrian, F., & Lestari, Y. D. (2023). ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA
NYAMAN : NYERI AKUT PADA TN. T DENGAN TETANUS DI RUANG TULIP RSUD
KABUPATEN BEKASI.
Fransisca. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Sistem Persarafan (1st ed.). salemba
media.
hastuti. (2020). Modul Dasar Penguatan Kompetensi Dokter di Tingkat Pelayanan Primer.
21