Anda di halaman 1dari 3

Terdapat lima nilai profesionalisme sebagai identitas bagi perawat dan dapat mencerminkan

perawat yang profesional menurut American Association of Colleges of Nursing (AACN, 2008),
yaitu altruism, autonomy, human dignity, integrity, dan social justice.

Altruism, yaitu perawat memberikan perhatian dan bersikap baik kepada klien, teman
sejawat, dan tenaga kesehatan lainnya, serta adanya advokasi perawat kepada kebutuhan dan
kesejahteraan klien dalam pemberian asuhan keperawatan. Altruism adalah kepedulian
terhadap kesejahteraan orang lain (Berman, Snyder, Kozier, & Erb, 2008). Nilai ini dapat
diterapkan melalui beberapa sikap dan perilaku seperti caring, komitmen, compassion (kasih),
genorasity (murah hati), perseverance (tekun), dan sabar. Contoh penerapannya seperti
mengesampingkan kepentingan atau kebutuhan pribadi dan mendahului kepentingan atau
kebutuhan klien. Hal ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang maksimal dan
memberikan kesejahteraan bagi klien.

Autonomy, yaitu perawat mampu memberikan atau menunjukkan sikap menghargai


kepada klien ketika ia sedang membuat keputusan terkait dengan perawatan kesehatan dan
kondisinya. Autonomy adalah hak untuk menentukan pilihan atau nasibnya sendiri (Berman,
Snyder, Kozier, & Erb, 2008). Perawat juga mampu untuk melakukan tindakan yang tepat untuk
klien melalui pertimbangan yang baik dan benar. Contoh penerapannya, yaitu bersikap terbuka
dan percaya diri, menyerahkan keputusan yang baik kepada klien, memberikan informasi
sehingga pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi, dan menghargai keputusan
klien. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya klien kepada perawat, dan perawat
juga mampu memberikan rasa nyaman kepada klien

LIHAT KE HALAMAN ASLI


Daula Gina Fabila
Mahasiswa

Mahasiswa S1 Reguler Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

FOLLOW
Nilai Profesionalisme Keperawatan dan Penerapannya dalam Pemberian Asuhan Keperawatan

18 Mei 2020 19:38 |Diperbarui: 18 Mei 2020 19:52

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik
Tidak bisa dipungkiri bahwa profesi perawat berjalan seiringan dengan stigma negatif dan
kesalahpahaman dari masyarakat, dimana hal ini merupakan tantangan bagi perawat.
Tantangan tersebut merupakan tuntutan bagi perawat untuk terus mengembangkan
profesionalismenya dalam memberikan asuhan keperawatan yang baik dan berkualitas. Maka
dari itu, penting untuk mengetahui apa saja nilai profesionalisme keperawatan, karena perawat
yang profesional dapat menjadi role model yang baik di mata masyarakat. Tulisan ini bertujuan
untuk memberikan pemahaman, informasi, dan penjelasan mengenai apa saja nilai
profesionalisme keperawatan, tujuan, dan contoh penerapannya dalam pemberian asuhan
keperawatan. Penulisan ini berdasarkan hasil literatur dari jurnal, artikel, e-book, dan berita.
Pada akhir penulisan ini, perawat harus menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai
profesionalisme dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga perawat dapat
menunjukkan kepada masyarakat bahwa stigma negatif dan kesalahpahamannya tidak benar.

Kata Kunci: contoh penerapan; nilai profesionalisme; tujuan

Perawat merupakan sebuah profesi yang sangat mulia. Namun, masih banyak stigma
negatif dan kesalahpahaman masyarakat terhadap profesi perawat ini. Dalam memberikan
asuhan keperawatan, seorang perawat harus dapat bertindak secara profesional. Maka dari itu,
penting untuk mengetahui nilai profesionalisme keperawatan, tujuannya, dan cara
penerapannya dalam pemberian asuhan keperawatan. Nilai-nilai profesional dalam
keperawatan didapatkan dari kode etik, pengalaman keperawatan, pembimbing, dan teman
sejawat (Berman & Snyder, 2012). Terdapat lima nilai profesionalisme sebagai identitas bagi
perawat dan dapat mencerminkan perawat yang profesional menurut American Association of
Colleges of Nursing (AACN, 2008), yaitu altruism, autonomy, human dignity, integrity, dan social
justice.

Altruism, yaitu perawat memberikan perhatian dan bersikap baik kepada klien, teman
sejawat, dan tenaga kesehatan lainnya, serta adanya advokasi perawat kepada kebutuhan dan
kesejahteraan klien dalam pemberian asuhan keperawatan. Altruism adalah kepedulian
terhadap kesejahteraan orang lain (Berman, Snyder, Kozier, & Erb, 2008). Nilai ini dapat
diterapkan melalui beberapa sikap dan perilaku seperti caring, komitmen, compassion (kasih),
genorasity (murah hati), perseverance (tekun), dan sabar. Contoh penerapannya seperti
mengesampingkan kepentingan atau kebutuhan pribadi dan mendahului kepentingan atau
kebutuhan klien. Hal ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang maksimal dan
memberikan kesejahteraan bagi klien.

Autonomy, yaitu perawat mampu memberikan atau menunjukkan sikap menghargai


kepada klien ketika ia sedang membuat keputusan terkait dengan perawatan kesehatan dan
kondisinya. Autonomy adalah hak untuk menentukan pilihan atau nasibnya sendiri (Berman,
Snyder, Kozier, & Erb, 2008). Perawat juga mampu untuk melakukan tindakan yang tepat untuk
klien melalui pertimbangan yang baik dan benar. Contoh penerapannya, yaitu bersikap terbuka
dan percaya diri, menyerahkan keputusan yang baik kepada klien, memberikan informasi
sehingga pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi, dan menghargai keputusan
klien. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya klien kepada perawat, dan perawat
juga mampu memberikan rasa nyaman kepada klien

Human dignity (martabat manusia), yaitu perawat harus dapat menghormati martabat
klien dan rekan kerjanya dari segala nilai dan keunikan yang dimilikinya. Human dignity
(martabat manusia) adalah penghormatan kepada nilai dan keunikan yang ada pada seseorang
(Berman, Snyder, Kozier, & Erb, 2008). Ketika melakukan tindakan atau asuhan keperawatan,
perawat juga harus menempatkan klien pada posisi yang dihormati sebagai manusia. Contoh
penerapannya, yaitu ketika melakukan pemeriksaan fisik genitalia kepada klien perempuan,
perawat harus menjaga privasinya dengan cara menutup tirai atau dilakukan di ruangan yang
tertutup. Hal ini bertujuan agar terciptanya rasa nyaman dan aman bagi klien.

Integrity (integritas), yaitu perawat harus bekerja dan memberikan asuhan keperawatan
yang sesuai dengan kode etik dan standar praktik. Integrity (integritas) adalah bertindak sesuai
dengan kode etik dan standar praktik (Berman, Snyder, Kozier, & Erb, 2008). Hal yang muncul
di nilai ini adalah kejujuran yang ditunjukkan oleh perawat melalui sikap dan perilakunya, serta
memberikan tindakan dan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik. Contoh
penerapannya, yaitu mematuhi aturan dan hukum yang berlaku, serta memberikan informasi
yang jujur kepada klien dan masyarakat. Hal ini bertujuan agar terciptanya rasa kepercayaan
antara klien dan masyarakat dengan perawat, serta memberikan asuhan keperawatan yang
baik dan berkualitas kepada klien.

Social justice (keadilan sosial), yaitu perawat harus menjunjung tinggi prinsip moral,
prinsip legal, dan prinsip kemanusiaan dalam melakukan tindakan atau asuhan keperawatan.
Social justice (keadilan sosial) adalah menegakkan prinsip-prinsip moral, hukum, dan
humanistik (Berman, Snyder, Kozier, & Erb, 2008). Dengan adanya nilai ini, perawat tidak
membeda-bedakan klien berdasarkan ras, suku, etnis, negara, status sosial, dan lainnya dalam
memberikan asuhan keperawatan. Perawat harus memperlakukan klien dengan setara dan adil
antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga semua kliennya memiliki hak yang sama
dalam menerima asuhan keperawatan. Contoh penerapannya seperti tidak mebedakan-
bedakan pasien dan bersikap baik kepada siapa saja tanpa memandang ras, suku, etnis, dan
status sosial. Hal ini bertujuan agar terciptanya rasa nyaman, rasa percaya kepada perawat,
dan meningkatkan citra profesi perawat.

Anda mungkin juga menyukai