KASUS 3
Disusun oleh :
YOGYAKARTA
2020
1. Prinsip Moral dan Etika
Menurut KBBI, prinsip adalah asas kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir,
bertindak, dan sebagainya. Sedangkan moral adalah ajaran tentang baik buruk yang
diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya.
Dapat disimpulkan bahwa prinsip moral adalah hal-hal yang mendasari cara
berpikir dan bertindak seseorang ketika akan melakukan sebuah perbuatan.
Dalam keperawatan, prinsip moral mengatur perawat dalam bertindak ketika berhadapan
dengan klien dan melakukan asuhan keperawatan. Prinsip moral diterima secara luas dan
umumnya didasarkan pada aspek kemanusiaan dari masyarakat (DeLaune & Ladner,
2011).
a. autonomy,
Autonomy mengacu pada hak untuk membuat keputusan sendiri. Perawat yang
mengikuti prinsip ini mengakui bahwa setiap klien adalah unik, memiliki hak
untuk menjadi dirinya sendiri, dan memiliki hak untuk memilih tujuan pribadinya
masing-masing (Registered Nursing, n.d.).
Contoh tindakan perawat yang melaksanakan prinsip autonomy adalah perawat
yang melakukan informed consent, yaitu meminta persetujuan klien ketika akan
melakukan suatu tindakan. Dengan melakukan informed consent, perawat berarti
telah memberi kesempatan kepada klien untuk membuat keputusan sendiri
dimana klien tersebut setuju atau tidak dengan tindakan yang akan dilakukan
(DeLaune & Ladner, 2011).
b. beneficence,
“Berbuat baik” dimana perawat wajib menerapkan tindakan yang menguntungkan
klien dan menghindari tindakan yang merugikan klien. Kesepakatan mengenai
prinsip beneficence adalah bahwa kepentingan terbaik pasien tetap lebih penting
daripada kepentingan diri sendiri (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013).
Salah satu perbuatan beneficence yang kurang disarankan adalah sikap
paternalistik, dimana seseorang memperlakukan orang dewasa yang kompeten
seolah-olah mereka adalah anak-anak yang membutuhkan perlindungan.
Contohnya adalah ketika seorang perawat memutuskan apa yang terbaik untuk
klien dan memaksa atau mendorong klien untuk memilih tindakan tersebut
(Berman, Synder, & Frandsen, 2016).
Meski begitu, terkadang sikap paternalistik disarankan untuk dilakukan.
Misalnya, ketika kemampuan seorang klien untuk memilih tindakan dibatasi oleh
ketidakmampuan klien tersebut, paternalisme dapat dibenarkan (DeLaune &
Ladner, 2011).
c. nonmaleficence,
tindakan untuk "tidak membahayakan" atau "tidak merugikan". Membahayakan
dapat berarti dengan sengaja menyebabkan kerusakan, menempatkan seseorang
dalam bahaya, ataupun secara tidak sengaja menyebabkan kerusakan (Berman,
Synder, & Frandsen, 2016)
Dalam melakukan asuhan keperawatan, penting untuk mempertimbangkan
tindakan dengan pertanyaan "Akankah tindakan ini menyebabkan lebih banyak
bahaya atau kebaikan bagi klien?". Perawat harus bertindak bijaksana dan hati-
hati, serta menimbang potensi risiko dan manfaat penelitian atau perwatan.
Contoh tindakan yang melaksanakan prinsip nonmaleficence diantaranya
mencegah kesalahan pengobatan, menyadari risiko yang berpotensi akibat
modalitas pengobatan, dan menghilangkan bahaya (DeLaune & Ladner, 2011).
d. justice,
Melibatkan perlakuan yang sama dan adil terhadap setiap individu, kecuali jika
ada pembenaran atas perlakuan yang tidak setara.
Contoh tindakan yang tidak sesuai dengan prinsip justice adalah melakukan
dikriminasi atau perlakuan sewenang-wenang yang tidak adil, memanfaatkan atau
mengambil keuntungan secara tidak adil dari orang lain, dan membuat pernyataan
yang tidak adil tentang orang lain.
e. Fidelity
Fidelity berarti setia pada janji. Tentunya klien mempunyai harapan kepada
perawat untuk bertindak demi kepentingan baik mereka. Dengan begitu, perawat
sebagai advokat klien harus menjunjung tinggi prinsip kesetiaan dan menepati
janji untuk memberikan perawatan yang terbaik untuk kliennya (Berman, Synder,
& Frandsen, 2016).
Contoh tindakan perawat yang melaksanakan prinsip fidelity diantaranya
mewakili sudut pandang klien kepada anggota tim kesehatan lain, menghindari
pengaruhnya nilai-nilai pribadi perawat terhadap advokasi mereka untuk klien,
dan mendukung keputusan klien bahkan ketika itu bertentangan dengan preferensi
atau pilihan perawat (DeLaune & Ladner, 2011).
f. Veracity.
Mengatakan hal yang sebenarnya atau berkata jujur. Perawat tidak boleh
menyembunyikan suatu kebenaran dari klien, bahkan ketika hal tersebut dapat
menyebabkan klien menjadi stres (Registered Nursing, n.d.).
Prinsip ini penting karena klien membutuhkan informasi yang lengkap dan
relevan untuk membuat pilihan yang sepenuhnya rasional. Selain itu, klien juga
mempunyai hak untuk mengetahui informasi-informasi yang terkait dengan
kondisinya.
Tindakan-tindakan yang bertentangan dengan prinsip veracity adalah berbohong,
pertukaran informasi yang salah dengan disengaja, ataupun terjadinya
misinterpretasi oleh klien ketika menerima informasi.
Ketika dilema moral terjadi, perawat harus membuat pilihan antara dua alternatif
yang keduanya tidak memuaskan. Keputusan yang diambil oleh perawat juga
tidak menutup kemungkinan adanya prinsip moral yang "dikorbankan" atau tidak
dilaksanakan demi tercapainya prinsip moral yang lain yang dianggap lebih
menguntungkan bagi klien (DeLaune & Ladner, 2011).
g. Confidentiality
Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.
Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan
pengobatan, upaya peningkatan kesehatan klien dan atau atas permintaan
pengadilan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.
h. Accountability
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional
dapat dinilai dalam berbagai kondisi tanpa terkecuali.
Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman
sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat
kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang
memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan
professional.
2. Ethic of Care
Etika kepedulian adalah teori etika normatif yang sering dianggap sebagai jenis etika
kebajikan. Teori etika tradisional yang dominan seperti utilitarianisme dan etika
deontologis Kantian mengembangkan teori etika berdasarkan pemahaman masyarakat
sebagai kumpulan individu yang otonom dan rasional dengan penekanan pada aturan,
tugas, keadilan, hak, ketidakberpihakan, universalitas, utilitas, dan kepuasan preferensi;
etika perawatan, di sisi lain, dikembangkan berdasarkan pemahaman individu sebagai
makhluk relasional yang saling bergantung dan menekankan pentingnya hubungan
manusia dan kebajikan berbasis emosi seperti kebajikan, belas kasihan, perhatian,
persahabatan, rekonsiliasi, dan kepekaan. Dalam etika perawatan, keluarga merupakan
ranah utama moralitas di mana seseorang dapat mengembangkan karakternya.
a. Karakteristik
5. Advokasi
sulit untuk diputuskan, dimana tidak ada alternative yang memuaskan atau suatu situasi dimana
alternative yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang
benar atau salah. Dan untuk membuat keputusan etis, seseorang harus bergantung pada
pemikiran yang rasional dan bukan emosional. Kerangka pemecahan dilema etik banyak
diutarakan oleh beberapa ahli yang pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan