Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PROBLEM BASED LEARNING

KASUS 3

Disusun oleh :

ARVID BENNET SESARIO (2002015)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA YAKKUM

YOGYAKARTA

2020
1. Prinsip Moral dan Etika
Menurut KBBI, prinsip adalah asas kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir,
bertindak, dan sebagainya. Sedangkan moral adalah ajaran tentang baik buruk yang
diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya.
Dapat disimpulkan bahwa prinsip moral adalah hal-hal yang mendasari cara
berpikir dan bertindak seseorang ketika akan melakukan sebuah perbuatan.
Dalam keperawatan, prinsip moral mengatur perawat dalam bertindak ketika berhadapan
dengan klien dan melakukan asuhan keperawatan. Prinsip moral diterima secara luas dan
umumnya didasarkan pada aspek kemanusiaan dari masyarakat (DeLaune & Ladner,
2011).

Prinsip-prinsip moral ada delapan, yaitu  :

a. autonomy,
 Autonomy mengacu pada hak untuk membuat keputusan sendiri. Perawat yang
mengikuti prinsip ini mengakui bahwa setiap klien adalah unik, memiliki hak
untuk menjadi dirinya sendiri, dan memiliki hak untuk memilih tujuan pribadinya
masing-masing (Registered Nursing, n.d.).
 Contoh tindakan perawat yang melaksanakan prinsip autonomy adalah perawat
yang melakukan informed consent, yaitu meminta persetujuan klien ketika akan
melakukan suatu tindakan. Dengan melakukan informed consent, perawat berarti
telah memberi kesempatan kepada klien untuk membuat keputusan sendiri
dimana klien tersebut setuju atau tidak dengan tindakan yang akan dilakukan
(DeLaune & Ladner, 2011).
b. beneficence,
 “Berbuat baik” dimana perawat wajib menerapkan tindakan yang menguntungkan
klien dan menghindari tindakan yang merugikan klien. Kesepakatan mengenai
prinsip beneficence adalah bahwa kepentingan terbaik pasien tetap lebih penting
daripada kepentingan diri sendiri (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013).
 Salah satu perbuatan beneficence yang kurang disarankan adalah sikap
paternalistik, dimana seseorang memperlakukan orang dewasa yang kompeten
seolah-olah mereka adalah anak-anak yang membutuhkan perlindungan.
Contohnya adalah ketika seorang perawat memutuskan apa yang terbaik untuk
klien dan memaksa atau mendorong klien untuk memilih tindakan tersebut
(Berman, Synder, & Frandsen, 2016).
 Meski begitu, terkadang sikap paternalistik disarankan untuk dilakukan.
Misalnya, ketika kemampuan seorang klien untuk memilih tindakan dibatasi oleh
ketidakmampuan klien tersebut, paternalisme dapat dibenarkan (DeLaune &
Ladner, 2011).
c. nonmaleficence,
 tindakan untuk "tidak membahayakan" atau "tidak merugikan". Membahayakan
dapat berarti dengan sengaja menyebabkan kerusakan, menempatkan seseorang
dalam bahaya, ataupun secara tidak sengaja menyebabkan kerusakan (Berman,
Synder, & Frandsen, 2016)
 Dalam melakukan asuhan keperawatan, penting untuk mempertimbangkan
tindakan dengan pertanyaan "Akankah tindakan ini menyebabkan lebih banyak
bahaya atau kebaikan bagi klien?". Perawat harus bertindak bijaksana dan hati-
hati, serta menimbang potensi risiko dan manfaat penelitian atau perwatan.
 Contoh tindakan yang melaksanakan prinsip nonmaleficence diantaranya
mencegah kesalahan pengobatan, menyadari risiko yang berpotensi akibat
modalitas pengobatan, dan menghilangkan bahaya (DeLaune & Ladner, 2011).
d. justice,
 Melibatkan perlakuan yang sama dan adil terhadap setiap individu, kecuali jika
ada pembenaran atas perlakuan yang tidak setara.
 Contoh tindakan yang tidak sesuai dengan prinsip justice adalah melakukan
dikriminasi atau perlakuan sewenang-wenang yang tidak adil, memanfaatkan atau
mengambil keuntungan secara tidak adil dari orang lain, dan membuat pernyataan
yang tidak adil tentang orang lain.
e. Fidelity
 Fidelity berarti setia pada janji. Tentunya klien mempunyai harapan kepada
perawat untuk bertindak demi kepentingan baik mereka. Dengan begitu, perawat
sebagai advokat klien harus menjunjung tinggi prinsip kesetiaan dan menepati
janji untuk memberikan perawatan yang terbaik untuk kliennya (Berman, Synder,
& Frandsen, 2016).
 Contoh tindakan perawat yang melaksanakan prinsip fidelity diantaranya
mewakili sudut pandang klien kepada anggota tim kesehatan lain, menghindari
pengaruhnya nilai-nilai pribadi perawat terhadap advokasi mereka untuk klien,
dan mendukung keputusan klien bahkan ketika itu bertentangan dengan preferensi
atau pilihan perawat (DeLaune & Ladner, 2011).
f. Veracity.
 Mengatakan hal yang sebenarnya atau berkata jujur. Perawat tidak boleh
menyembunyikan suatu kebenaran dari klien, bahkan ketika hal tersebut dapat
menyebabkan klien menjadi stres (Registered Nursing, n.d.).
 Prinsip ini penting karena klien membutuhkan informasi yang lengkap dan
relevan untuk membuat pilihan yang sepenuhnya rasional. Selain itu, klien juga
mempunyai hak untuk mengetahui informasi-informasi yang terkait dengan
kondisinya.
 Tindakan-tindakan yang bertentangan dengan prinsip veracity adalah berbohong,
pertukaran informasi yang salah dengan disengaja, ataupun terjadinya
misinterpretasi oleh klien ketika menerima informasi.
 Ketika dilema moral terjadi, perawat harus membuat pilihan antara dua alternatif
yang keduanya tidak memuaskan. Keputusan yang diambil oleh perawat juga
tidak menutup kemungkinan adanya prinsip moral yang "dikorbankan" atau tidak
dilaksanakan demi tercapainya prinsip moral yang lain yang dianggap lebih
menguntungkan bagi klien (DeLaune & Ladner, 2011).
g. Confidentiality
 Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.
Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan
pengobatan, upaya peningkatan kesehatan klien dan atau atas permintaan
pengadilan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.
h. Accountability
 Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional
dapat dinilai dalam berbagai kondisi tanpa terkecuali.
 Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman
sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat
kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang
memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan
professional.

2. Ethic of Care
Etika kepedulian adalah teori etika normatif yang sering dianggap sebagai jenis etika
kebajikan. Teori etika tradisional yang dominan seperti utilitarianisme dan etika
deontologis Kantian mengembangkan teori etika berdasarkan pemahaman masyarakat
sebagai kumpulan individu yang otonom dan rasional dengan penekanan pada aturan,
tugas, keadilan, hak, ketidakberpihakan, universalitas, utilitas, dan kepuasan preferensi;
etika perawatan, di sisi lain, dikembangkan berdasarkan pemahaman individu sebagai
makhluk relasional yang saling bergantung dan menekankan pentingnya hubungan
manusia dan kebajikan berbasis emosi seperti kebajikan, belas kasihan, perhatian,
persahabatan, rekonsiliasi, dan kepekaan. Dalam etika perawatan, keluarga merupakan
ranah utama moralitas di mana seseorang dapat mengembangkan karakternya.
a. Karakteristik

3. Kode Etik Keperawatan


Kode etik Adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman
perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang berlaku
untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode
etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh
terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan. Kode etik
keperawatan Indonesia :
a. Perawat dan Klien
1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan
martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan,
kesukuan, warnakulit, umur, jeniskelamin, aliran politik dan agama yang dianutserta
kedudukan sosial.
2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan
hidup beragama klien.
3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan
asuhan keperawatan.
4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

b. Perawat dan praktek


1) Perawat memlihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan
melalui belajar terus-menerus
2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta ketrampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan
mempertimbangkan kemampuan sertakualifikasi seseorang bilamelakukan konsultasi,
menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain
4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
selalu menunjukkan perilaku profesional.
c. Perawat dan masyarakat
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai
dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan
masyarakat.
d. Perawat dan teman sejawat
1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesame perawat maupun
dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan
kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.
e. Perawat dan Profesi
1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan
keperawatan
2) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi
keperawatan
3) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang
bermutu tinggi.

4. Isu Etik Dalam Praktik Keperawatan


Masalah etika keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etika kesehatan,
dimana telah terjadi perkembangan-perkembangan sesuai kemajuan ilmu dan teknologi
(revolusi biomedis).
Kaidah-kaidah dasar moral (asas etika) Beneficence dan non maleficence
(berbuat baik dan tidak , merugikan pasien ) sudah harus mengalami perubahan sistem
nilai. Daqlam banyak kasus asas otonomi, beneficence dan non maleficence justice
dan asas-asas derivative belum, cukup sebagai acuan untuk pemecahan masalah yang
dapat diterima.
Isu Etik Dalam Keperawatan Meliputi :
a. Euthanasia
b. Aborsi
c. Pemberian pelayan kesehatan
d. Penolakan dan penghentian pelayanan kesehatan
e. Informed consent
f. Konfidensialitas (kerahasiaan)
g. Advance directives and living will
h. Awal hidup (konsepsi kehamilan, kelahiran )
i. Peningkatan mutu kehidupan dengan rekayasa genetic
j. Operasi penggantian kelamin
k. Eksperimen pada manusia : obat baru, cara pengobatan baru, alat medis baru .
l. Menunda proses kematian ( transplantasi organ, respirator, pacu jantung,
hemodialisis)
m. Mengakhiri hidup (aborsi, euthanasia)
n. Kelangkaan sumber daya kesehatan (tenaga kesehatan, dana teknologi, obat, dan
sebagainya) yang cenderung tidak mencukupi kerena jumlah pendudukl yang
meningkat.

5. Advokasi

Advokasi adalah suatu tindakan yang digunakan untuk mengubah kebijakan ,


posisi, atau program dari berbagai macam insitusi atau lembaga mengajukan definisi
bahwa advokasi adalah bekerja dengan orang lain untuk membuat perubahan atau
perbedaan  (Advokasi konsep, tekhnik dan aplikasi di bidang kesehatan di Indonesia, Prof
Hadi Pratomo, 2015).
Advokasi adalah keikutsertaan orang orang dalam pembuatan keputusan yang
dapat mempengaruhi hidup mereka  (Advokasi konsep, tekhnik dan aplikasi di bidang
kesehatan di Indonesia, Prof Hadi Pratomo, 2015).

Peran Advokasi  Dalam Praktik Etik Keperawatan :


Dalam Pedoman Etik keperawatan hasil Munas PPNI tahun 2010, secara garis besar
merumuskan etik perawat, antara lain, Hubungan Perawat dan Klien (pasien) :
a)      Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan
martabat manusia, keunikan, klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan,
kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik,   dan agama yang dianut, serta
kedudukan sosial.
b)      Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai nilai budaya, adat istiadat dan kelagsungan
hidup beragama dan klien.
c)      Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan
asuhan keperawatan
d)     Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan  tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang
berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku etentuan hukum yang berlaku.

Peran advokasi perawat menurut Undang Undang No 38/2014 Tentang


Keperawatan, Pasal 38, tertulis :
Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berkewajiban :
a.       Melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai dengan standar
pelayanan keperawatan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b.      Memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan keperawatan, standar operasional prosedur, kode etik, dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c.       Menghormati hak Klien.
d.      Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani, yang meliputi:
1.      Dalam aspek pelayanan/asuhan keperawatan merujuk ke anggota perawat
lain yang lebih tinggi kemampuan atau pendidikannya; atau
2.      Dalam aspek masalah kesehatan lainnya merujuk ke tenaga kesehatan lain.
e.       Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang Klien.
f.       Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan berdasarkan standar pelayanan
keperawatan.
g.      Memberikan informasi yang lengkap, jujur, jelas dan mudah dimengerti mengenai
tindakan keperawatan kepada Klien dan/atau keluarganya sesuai dengan batas
kewenangannya.
h.      Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain yang
sesuai dengan kompetensi Perawat; dan
i.        Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Peran Advokasi Perawat Menurut UU No.44 Tentang Rumah Sakit.
Peran perawat dan tenaga kesehatan di dalam penanggulangan Penderita Gawat
Darurat (PPGD) terdapat, “Undang undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 Pasal 32
Ayat (1) “Dalam keadaan darurat fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan  bagi penyelamatan nyawa
pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu”. Ayat (2) “Dalam keadaan darurat
Fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta dilarang   menolak pasien
dan/atau meminta uang muka”. Perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit wajib memberikan pertolongan terlebih dahulu, tidak boleh menolak atau minta
uang muka., dalam pasal ini perawat dan tenaga ksehatan lainnya dilarang menolak
pasien dan meminta uang muka dan perawat yang bertugas di bagian pelayanan gawat
darurat wajib memberikan pertolongan awal.
Peran advokasi dari keterangan tersebut diatas adalah jangan sampai ada
penolakan atau permintaan uang muka sebelum dilakukan tindakan untuk keselamatan
pasien, karena perawat adalah profesi yang profesional bagian dari pelayanan kesehatan
di rumah sakit.

Peran advokasi perawat dalam Undang undang no 36/2009 tentang kesehatan.


Dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada
pembukaan poin (b) bahwa “setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya dilaksanakan
berdasarkan prinsip prinsip non diskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam
rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia serta peningkatan ketahanan dan
daya saing bangsa bagi pembangunan nasional”. Disini perawat sebagai tenaga keshatan
yang profesional juga bertindak sebagai advokasi pasien di Unit/Instalasi Gawat
Dauratagar tidak ada pelayanan yang bersifat diskriminatif yang dapat merugikan pasien.
Peran Advokasi perawat gawat darurat sangat penting, agar pasien terlindungi
dari pelayanan yang tidak bermutu, perawat harus memahami peran advokasi adalah
peran yang sangat penting  karena asuhan keperawatan yang bersifat bio, psiko, sosial
dan spritual.   
a. Perawat harus menjadi advokasi melindungi pasien dari perbuatan tindak kekerasan,
pelecehan seksual.
b. Perawat harus menjadi advokasi pasien dari lingkungan yang memperburuk keadaan
pasien.  
c. Perawat harus melindungi pasien dari tindakan perawatan dan pengobatan yang tidak
rasional

Perawat di dalam melaksanakan advokasi juga harus :


1. Perawat harus memahami konsep pelayanan gawat darurat terkait keselamatan pasien,
agar keselamatan pasien terjamin.
2. Perawat harus tahu standar  sarana dan pra sarana, aturan dan sistem  pelayanan
gawat darurat yang ditetapkan peraturan dan undang undang.
3. Perawat harus memahami kompetensi semua petugas yang bertugas di Unit/Instalasi
Gawat darurat
6. Pengambilan Keputusan Etik
Menurut Thompson dan Thompson (1985). dilema etik merupakan suatu masalah yang

sulit untuk diputuskan, dimana tidak ada alternative yang memuaskan atau suatu situasi dimana

alternative yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang

benar atau salah. Dan untuk membuat keputusan etis, seseorang harus bergantung pada

pemikiran yang rasional dan bukan emosional. Kerangka pemecahan dilema etik banyak

diutarakan oleh beberapa ahli yang pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan

dengan pemecahan masalah secara ilmiah.(sigman, 1986; lih. Kozier, erb, 1991).

Langkah pembuatan keputusan etik Langkah pembuatan keputusan etik


Tujuan : Menetapkan benar dari salah dalam situasi dimana batas jelas tidak ada atau
atau tidak tampak.
• Identifikasi dilema etik jelas Identifikasi dilema etik jelas-jelasnya, gunakan
jelasnya, gunakan semua data yang tersedia semua data yang tersedia
• Kaji nilai Kaji nilai-nilai personal secermat mungkin nilai personal secermat
mungkin
• Identifikasi prinsip etik yang terlibat dalam dilema tsb Identifikasi prinsip etik
yang terlibat dalam dilema tsb
• Kaji semua solusi yang mungkin diambil, dengan Kaji semua solusi yang
mungkin diambil, dengan tidak mempertimbangkan prinsip etik tidak
mempertimbangkan prinsip etik
• Evaluasi hasil/ dampak yang mungkin terjadi dari Evaluasi hasil/ dampak yang
mungkin terjadi dari semua solusi tadi semua solusi tadi
• Pilih solusi yang memiliki hasil paling besar dan Pilih solusi yang memiliki hasil
paling besar dan sesuai dengan nilai personal dan prinsip etik
       
Masih kurang
       

Anda mungkin juga menyukai