Anda di halaman 1dari 4

ETHIC OF CARE

konsep etika adalah cabang filsafat yang membahas nilai dan norma, moral yang mengatur interaksi
perilaku manusia baik sebagai individu maupun sebagai kelompok (Purba, et al., 2020). Filosofi etika
merupakan refleksi dari analisis dan evaluasi dari kualitas perilaku seseorang.

Etika didefinisikan sebagai filosofi moral, yaitu ilmu yang menilai atau mengevaluasi suatu hubungan
yang bermakna untuk tujuan manusia, penilaian ini akan melibatkan konflik, pilihan, dan suara hati.
Etika lebih menekankan pada cara manusia harus berperilaku, bukan pada keadaan manusia. Perilaku
manusia ditentukan oleh bermacam-macam norma, diantaranya norma hukum, norma moral, norma
agama dan norma sopan santun (Utami, Agustine, & Happy, 2016).

Seiring berjalannya waktu, etika telah berkembang menjadi bidang studi yang kompleks, lebih
fleksibel, diisi dengan perbedaan pendapat dan sebagai bentuk upaya untuk memahami interaksi
manusia. Terdapat berbagai filosofi yang dapat ditemukan dalam etika dalam pengaturan perawatan
kesehatan, yaitu etika konvensional, etika feminis, dan etika kepedulian (ethics of care) (Potter, Perry,
Stockert, & Hall, 2013).

Etika kepedulian adalah teori etika normatif yang menyatakan bahwa perilaku yang bermoral
didasarkan pada hubungan interpersonal dan nilai-nilai seperti kepedulian atau cinta. Etika kepedulian
memiliki kaitan yang erat dengan etika feminis sehingga penting untuk mengetahui filosofi etika
feminis terlebih dahulu. Etika feminis merupakan etika dengan konsep dasar yang mengutamakan
kepedulian, cinta, koneksi, dan relasi (Green, 2012). Etika feminis melihat sifat hubungan untuk
membimbing seseorang dalam membuat keputusan sulit, terutama hubungan di mana kekuasaan
tidak setara atau sudut pandang telah diabaikan. Seseorang yang menganut filosofi etika feminis
cenderung lebih berkonsentrasi pada solusi praktis daripada teori (Potter, Perry, Stockert, & Hall,
2013).

Etika kepedulian dan etika feminis mempromosikan filosofi yang berfokus pada pemahaman
hubungan dan menekankan pada peran perasaan. Pendukung awal ethics of care, Nel Noddings (1984)
yang merupakan ahli filsafat pendidikan dari Amerika, menggunakan istilah one-caring untuk
mengidentifikasi seseorang yang memberikan perawatan, dan cared-for untuk merujuk pada pasien.
Nel Noddings menjelaskan etika kepedulian secara lebih luas dengan mengutamakan nilai-nilai yang
berkaitan dengan perempuan. “Care” yang dimaksud tidak hanya memberikan cinta dan kasih sayang
kepada semua orang, tetapi juga membutuhkan menjalin hubungan dengan orang-orang tertentu.
Noddings berpikir bahwa etika yang lebih kuat dan lebih mendasar dapat dibangun di atas fondasi
kepedulian yang didasarkan pada penerimaan, hubungan, dan respons timbal balik. Virginia Held
(2005) terus membangun teori Noddings dan menunjukkan sifat dasar hubungan ketika memahami
masalah etika (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013).

Kepentingan moralitas dalam aspek-aspek yang penting bagi kehidupan manusia yang saling
ketergantungan diimplikasikan oleh etika kepedulian. Dalam pengertian normatif, etika kepedulian
adalah upaya mencari cara untuk menjaga pentingnya hubungan sesama manusia dengan
mengontekstualisasikan dan mendukung kesejahteraan antara subjek dan objek dalam jaringan
hubungan sosial. Sering kali, situasi itu dipandang hanya sebagai kebaikan, daripada memasukkan
gagasan teori seperti kepedulian yang memenuhi kebutuhan antara diri kita dan orang lain (Mi'rojah,
2012). Teori ini didasarkan pada gagasan bahwa:

Semua orang saling bergantung untuk memperoleh hal yang mereka inginkan;

Keadaan ini sangat rentan terhadap pilihan-pilihan yang dimiliki seseorang, dan hal yang pantas
mereka dapatkan seharusnya dipertimbangkan, dengan pertimbangan berdasarkan: Tingkat
ketergantungan mereka pada pilihan orang lain; dan Sejauh mana mereka dipengaruhi oleh pilihan
seseorang daripada pilihan orang lain;

Sangat penting untuk membahas secara spesifik setiap situasi. Hal ini dilakukan dalam rangka menjaga
dan mewujudkan keinginan dan kepentingan yang sebenarnya dari semua pihak yang terkait.

Gilligan, seorang ahli teori etika kepedulian, berpendapat bahwa hanya karena wanita 'lebih
emosional' daripada pria dan lebih berfokus pada hubungan daripada hukum tidak berarti mereka
kurang etis, tetapi mereka memiliki nilai berbeda yang sama berharganya. Contohnya ketika
menyelesaikan dilema klasik 'Heinz', yaitu haruskah seorang agen moral mencuri obat yang diperlukan
yang tidak mampu dia beli untuk diberikan kepada istrinya yang sakit parah, atau tetap berpegang
pada aturan 'jangan mencuri', terlepas dari keadaan. Jika dilihat dari prinsip ethics of care, orang yang
peduli akan menempatkan hubungan dengan pasangannya di atas hubungan apa pun dan nilai
perhatian atau kasih sayang akan melebihi aturan atau hukum. Sehingga dalam kasus ini,
kesimpulannya adalah bahwa hal yang benar untuk dilakukan adalah mencuri obatnya. Di sisi lain,
etika utilitarianisme juga mengklaim bahwa agen moral harus mencuri obat-obatan karena dapat
menyelamatkan hidup istri adalah tujuan yang lebih besar daripada konsekuensi buruk dari mencuri.
Namun, utilitarianisme memberi alasan yang mengarah pada kesimpulan ini didasarkan pada analisis
biaya dan keuntungan yang dingin dan rasional serta bukan mempertimbangkan hubungan dan hal
yang bisa dituntut oleh cinta (D’olimpio, 2019).

Etika kepedulian telah berpengaruh di berbagai bidang seperti pendidikan, keperawatan dan
kedokteran. Meskipun etika kepedulian berkaitan erat dengan kata “feminis”, bukan berarti hanya
perempuan yang peduli atau yang mengambil peran sebagai agen moral namun profesi yang
memberikan empati, seperti perawat, masih didominasi oleh perempuan. Noddings juga mengklaim
bahwa agen moral, seperti perawat, juga perlu merawat diri sendiri terlebih dahulu supaya mereka
lebih mampu untuk merawat orang lain secara terus-menerus (D’olimpio, 2019). Etika kepedulian juga
dapat mengatasi masalah yang melampaui hubungan interpersonal, seperti masalah etika tentang
struktur di mana kepedulian individu terjadi seperti fasilitas perawatan kesehatan (Potter, Perry,
Stockert, & Hall, 2013).

Saat menjalankan praktik keperawatan, perawat harus mengambil suatu keputusan dan berusaha
memberikan pelayanan keperawatan terbaik kepada klien. Saat ini, masih terdapat perawat yang
menyelesaikan masalah dengan hanya mempertimbangkan salah satu filosofi etik sehingga keputusan
yang diambil bukanlah yang terbaik untuk klien. Oleh sebab itu, ketika menyelesaikan masalah dilema
etik, seorang perawat juga harus mempertimbangkan filosofi ethics of care selain etika konvensional,
seperti etika deontologi dan etika utilitarianisme supaya keputusan yang diambil adalah yang terbaik
dan dapat menguntungkan bagi klien dengan mempertimbangkan segala aspek.

Prinsip-prinsip etik yang harus dimiliki oleh seorang perawat, meliputi:

a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu
membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat
sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain.
Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian
dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan
otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
dirinya.

b. Berbuat baik (Beneficience)


Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan
dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan
oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara
prinsip ini dengan otonomi.

c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung
prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional
ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan
yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

d. Tidak merugikan (Nonmaleficience )


Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien
sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk
memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya
kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama
menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya
batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan
atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi,
mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran
merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.

f. Menepati janji (Fidelity )


Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain.
Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan,
kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya.
Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa
tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

g. Kerahasiaan (Confidentiality )
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Segala
sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika
diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan,
menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus
dihindari.

h. Akuntabilitas (Accountability )
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai
dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

Anda mungkin juga menyukai