Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat adalah orang yang bersama individu selama kebanyakan waktu
kritis kehidupan mereka. Perawat adalah orang yang bersama individu ketika
mereka lahir, ketika mereka cedera atau sakit, ketika mereka meninggal. Individu
berbagi banyak hal yang intim dalam kehidupan mereka dengan perawat; mereka
menanggalkan pakaian untuk perawat, dan mempercayai perawat untuk melakukan
prosedur yang menimbulkan nyeri. Perawat berada di samping tempat tidur
individu yang sakit dan menderita selama 24 jam sehari. Mereka ada ketika pasien
tidak dapat tidur karena nyeri atau ketakutan atau kesepian. Mereka ada untuk
memberi makan pasien, memandikannya, dan mendukung mereka. Perawat
mempunyai sejarah panjang tentang perawatan pasien dan berbicara untuk
Kebutuhan pasien.
Salah satu fungsi dan peran seorang perawat adalah menjadi advokat bagi
pasien. Dalam hal ini peran sebagai advokat pasien merupakan dasar dan inti dari
proses pemberian asuhan keperawatan. Pelayanan kesehatan saat ini pula
menbutuhkan pelayanan yang berkualitas, konsep dari advokasi sangat dibutuhkan
dalam hal ini. Sebagai peran utama dari perawat, advokasi merupakan bagian dari
kode etik pasien. perawat dalam perannya sebagai advokat pasien menggunakan
skill sebagai pendidik, konselor, dan leader guna melindungi dan mendukung hak
pasien.
Pada tahun 1985 “The American association colleges of nursing “
melaksanakan suatu proyek termasuk didalamnya mengidentifikasi nilai-nilai
esensial dalam praktek keperawatan professional. Nilai-nilai esensial ini sangat
berkaitan dengan moral keperawatan dalam praktiknya. Perawat memiliki komiten
yang tinggi untuk memberikan asuhan yang berkualitas berdasarkan standar
perilaku yang etis dalam praktek asuhan professional. Pengetahuan tentang perilaku
etis dimulai dari pendidikan perawat, dan berlanjut pada diskusi formal maupun
informal dengan sejawat atau teman. Praktik keperawatan, termasuk etika
keperawatan mempunyai dasar penting, seperti advokasi, akuntabilitas, loyalitas
kepedulian, rasa haru, dan menghormati martabat manusia (Purba & Pujiastuti,
2009)
Berdasarkan latar belakang diatas, kelompok tertarik untuk membuat
makalah tentang peran perawat sebagai advokat pasien.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan Prinsip Etika Keperawatan “ Non Maleficience”
2. Menjelaskan Prinsip Etika Keperawatan “Moral Right”
3. Menjelaskan sikap melindungi pasien (ADVOCACY)
4. Menjalaskan pengertian advokasi
5. Menjalaskan Peran Perawat Sebagai Advokat Pasien
6. Tanggung jawab perawat advokat
7. Menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan dari peran advokat klien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Prinsip Etika Keperawatan “ Non Maleficience”


Non maleficience adalah kewajiban untuk “tidak membahayakan”. Meski
tampak mudah, pada kenyataannya prinsip ini sulit dilakukan. Bahaya dapat berarti
sengaja menimbulkan bahaya, membuat orang lain berisiko terdapat bahaya, dan
secara tidak sengaja menyebabkan bahaya. Dalam keperawatan, bahaya yang
disengaja tidak berterima. Namun, membuat orang berisiko mengalami bahaya
memiliki beragam sisi. Seorang klien mungkin berisiko mengalami bahaya sebagai
konsekuensi yang diketahui sebelumnya dari suatu intervensi keperawatan yang
bertujuan membantu klien. Sebagai contoh, klien dapat mengalami efek samping
terhadap obat. Pemberi asuhan tidak selalu sepakat mengenai tingkat resiko yang
secara moral diperbolehkan untuk mencapai hasil yang bermanfaat. Bahaya yang
tidak disengaja terjadi saat resiko tidak di antisipasi sebelumnya. Sebagai contoh,
saat menangkap klien yang jatuh, perawat memegang klien dengan cukup erat
sehingga menyebabkan lebam pada lengan klien. (Buku ajar fundamental
keperawatan (konsep, proses dan praktik), Kozier, Erb, Berman, Snyder, hlm : 100)
Non maleficience adalah tindakan atau perilaku yang tidak menyebabkan
kecelakaan atau membahayakan orang lain. Contoh : bila ada klien dirawat dengan
penurunan kesadaran, maka harus dipasang side driil. (Buku pintar perawat
profesional teori & praktik asuhan keperawatan, Denidya Damayanti, hlm : 29)

B. Prinsip etika keperawatan “moral right”


Moral Right dalam keperawatan menjurus kepada acuan bagi perilaku seseorang
yang berkaitan dengan tindakan yang baik yang dilakukan seseorang dan merupakan
kewajiban dan tanggung jawab moral sesuai prosedur. Karena moral right hamper
sama dengan etika dalam keperawatan, hanya saja moral right menjurus pada
tindakan yang baik yang dilakukan seseorang, sedangkan etika mengacu pada
tindakan yang baik dan buruk merupakan kewajiban dan tanggung jawab moral.
Standar moral dipengaruhi oleh ajaran, agama, tradisi, norma kelompok atau
masyarakat. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan oleh perawat dalam etika
“Moral Right ”
a. Advokasi, adalah memberikan saran dalam upaya melindungi dan
mendukung hak-hak pasien. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban moral
bagi perawat dalam mempraktekkan keperawatan professional.
b. Responsibilitas ( tanggung jawab ), adalah eksekusi terhadap tugas-tugas
yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat. Misalnya pada saat
memberikan obat, perawat bertanggung jawab untuk mengkaji kebutuhan
klien dengan memberikannya dengan aman dan benar.
c. Loyalitas, adalah suatu konsep yang melewati simpati, peduli, dan hubungan
timbal balik terhadap pihak yang secara profesional berhubungan dengan
perawat.

C. Pengertian Advokasi
Perawat sebagai advokat yaitu sebagai penghubung antara klien-tim
kesehatan lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan klien. Membela kepentingan
klien dan membantu klien,memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang
diberikan tim kesehatan dengan pendeketan tradisional maupun profesional. (Dewi,
2008)
Advokasi adalah mendukung pasien, bicara mewakili individu pasien, dan
menengahi bila perlu. Advokasi ini adalah bagian dari perawatan perawat dan
bagian dari kedekatan dan kepercayaan antara perawat dan pasien yang memberi
keperawatan sebuah tempat yang sangat khusus dalam pelayanan kesehatan (WHO,
2005)

Creasia dan Parker (2000) menjelaskan bahwa konsep advokasi memiliki tiga
pengertian, yaitu:
a. Model perlindungan terhadap hak
Model ini menekankan pada perawat untuk melindungi hak klien agar tidak
ada tindakan tenaga kesehatan yang akan merugikan pasien selama dirawat.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara menginformasikan kepada pasien
tentang semua hak yang dimilikinya, memastikan pasien memahami hak
yang dimilikinya, melaporkan pelanggaran terhadap hak pasien dan
mencegah pelanggaran hak pasien.
b. Model pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai yang dianut pasien
Model ini menekankan pada perawat untuk menyerahkan segala keputusan
tentang perawatan yang akan dijalankan oleh pasien kepada pasien itu
sendiri, sesuai dengan nilai-nilai yang dianut pasien. Perawat tidak
diperbolehkan memaksakan nilai-nilai pribadinya untuk membuat keputusan
pada pasien, melainkan hanya membantu pasien mengeksplorasi keuntungan
dan kerugian dari semua alternatif pilihan atau keputusan.
c. Model penghargaan terhadap orang lain
Model ini menekankan pada perawat untuk menghargai pasien sebagai
manusia yang unik. Perawat harus menyadari bahwa sebagai manusia yang
unik, pasien memiliki kebutuhan yang berbeda-beda satu sama lain. Perawat
harus mempunyai semua yang terbaik bagi pasien sesuai dengan
kebutuhannya saat itu.
Dewasa ini, banyak definisi umum advokat yang menekankan
pentingnya hak-hak pasien dalam mengambil keputusan. Dalam hal ini,
perawat advokat menolong pasien sebagai makhluk yang memiliki otonomi
untuk mengambil keputusan sendiri, yang sesuai dengan keinginan pasien
dan bukan karena pengaruh dari perawat atau tenaga kesehatan lainnya.
Pendidikan dan dukungan kepada pasien diberikan sesuai kebutuhan dan
pilihannya. Perawat diharapkan mampu mengidentifikasi dan mengerti
keinginan pasien dan memastikan bahwa keinginan tersebut merupakan
keputusan yang terbaik dari pasien. Jadi, dapat disimpulkan bahwa peran
advokat pasien adalah dasar dari semua peran perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan dan dukungan terhadap pasien, dengan melindungi hak
pasien dan bertindak atas nama pasien. (Dewi, 2008)
D. Peran Perawat Sebagai Advokat Pasien
Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang
aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan
serta melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu
tindakan diagnostic atau pengobatan. Contoh dari peran perawat sebagai pelindung
adalah memastikan bahwa klien tidak memiliki alergi terhadap obat dan
memberikan imunisasi melawat penyakit di komunitas.
Sedangkan peran perawat sebagai advokat, perawat melindungi hak klien
sebagai manusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hak-
haknya bila dibutuhkan. Contohnya, perawat memberikan informasi tambahan bagi
klien yang sedang berusaha untuk memutuskan tindakan yang terbaik baginya.
Selain itu, perawat juga melindungi hak-hak klien melalui cara-cara yang umum
dengan menolak aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan
klien atau menentang hak-hak klien. Peran ini juga dilakukan perawat dalam
membantu klien dan keluarga dalam menginterpetasikan berbagai informasi dari
pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan
atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan
sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk
menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
(WHO, 2005)
Sebagai pembela pasien, perawat juga perlu berupaya melindungi hak
pasien dari pelanggaran. Hak untuk mendapat persetujuan (informed consent)
merupakan isu yang harus dihadapi pasien. hak pasien lain yang melibatkan peran
perawat sebagai pembela adalah hak privasi dan hak menolak terapi.
Sebagai bagian dan salah satu peran dari perawat, advokasi menjadi dasar
utama dalam pelayanan keperawatan kepada pasien, peran advokat keperawatan
adalah (Armstrong, 2007)
1. Melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum.
2. Membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan.
3. Memberi bantuan mengandung dua peran,yaitu peran aksi dan peran non
aksi.
4. Bekerja dengan profesi kesehatan yang lainnya dan menjadi penengah antar
profesi kesehatan
5. Melihat klien sebagai manusia, mendorong mereka untuk mengidentifikasi
kekuatannya untuk meningkatkan kesehatan dan kemampuan klien
berhubungan dengan orang lain
E. Tanggung jawab perawat advokat
Nelson (1988) dalam Creasia & Parker (2001) menjelaskan bahwa tanggung jawab
perawat dalam menjalankan peran advokat pasien adalah :
1. Sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan, dengan cara
: memastikan informasi yang diberikan pada pasien dipahami dan berguna
bagi pasien dalam pengambilan keputusan, memberikan berbagai alternatif
pilihan disertai penjelasan keuntungan dan kerugian dari setiap keputusan,
dan menerima semua keputusan pasien.
2. Sebagai mediator (penghubung) antara pasien dan orang-orang disekeliling
pasien, dengan cara : mengatur pelayanan keperawatan yang dibutuhkan
pasien dengan tenaga kesehatan lain, mengklarifikasi komunikasi antara
pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lain agar setiap individu memiliki
pemahaman yang sama, dan menjelaskan kepada pasien peran tenaga
kesehatan yang merawatnya.
3. Sebagai orang yang bertindak atas nama pasien dengan cara : memberikan
lingkungan yang sesuai dengan kondisi pasien, melindungi pasien dari
tindakan yang dapat merugikan pasien, dan memenuhi semua kebutuhan
pasien selama dalam perawatan.

F. Tujuan dan Hasil yang Diharapkan dari Peran Advokat Pasien,


Tujuan dari peran advokat berhubungan dengan pemberdayaan kemampuan pasien
dan keluarga dalam mengambil keputusan. Saat berperan sebagai advokat bagi
pasien, perawat perlu meninjau kembali tujuan peran tersebut untuk menentukan
hasil yang diharapkan bagi pasien.
Menurut Ellis & Hartley (2000), tujuan peran advokat adalah :
1. Menjamin bahwa pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain adalah partner
dalam perawatan pasien. Pasien bukanlah objek tetapi partner perawat dalam
meningkatkan derajat kesehatannya. Sebagai partner, pasien diharapkan
akan bekerja sama dengan perawat dalam perawatannya.
2. Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan.
Pasien adalah makhluk yang memiliki otonomi dan berhak untuk
menentukan pilihan dalam pengobatannya. Namun, perawat berkewajiban
untuk menjelaskan semua kerugian dan keuntungan dari pilihan-pilihan
pasien.
3. Memiliki saran untuk alternatif pilihan.
Saat pasien tidak memiliki pilihan, perawat perlu untuk memberikan
alternatif pilihan pada pasien dan tetap memberi kesempatan pada pasien
untuk memilih sesuai keinginannya.
4. Menerima keputusan pasien walaupun keputusan tersebut bertentangan
dengan pengobatannya. Perawat berkewajiban menghargai semua nilai-nilai
dan kepercayaan pasien.
5. Membantu pasien melakukan yang mereka ingin lakukan.
Saat berada di rumah sakit, pasien memiliki banyak keterbatasan dalam
melakukan berbagai hal. Perawat berperan sebagai advokat untuk membantu
dan memenuhi kebutuhan pasien selama dirawat di rumah sakit.
6. Melindungi nilai-nilai dan kepentingan pasien.
Setiap individu memiliki nilai-nilai dan kepercayaan yang berbeda-beda.
Sebagai advokat bagi pasien, perawat diharapkan melindungi nilai-nilai yang
dianut pasien dengan cara memberikan perawatan dan pengobatan yang
tidak bertentangan dengan nilai-nilai tersebut.
7. Membantu pasien beradaptasi dengan sistem pelayanan kesehatan.
Saat pasien memasuki lingkungan rumah sakit, pasien akan merasa asing
dengan lingkungan sekitarnya. Perawat bertanggung jawab untuk
mengorientasikan pasien dengan lingkungan rumah sakit dan menjelaskan
semua peraturan-peraturan dan hak-haknya selama di rumah sakit, sehingga
pasien dapat beradaptasi dengan baik.
8. Memberikan perawatan yang berkualitas kepada pasien.
Dalam memberikan asuhan keperawatan harus sesuai dengan protap
sehingga pelayanan lebih maksimal hasilnya.
9. Mendukung pasien dalam perawatan.
Sebagai advokat bagi pasien, perawat menjadi pendamping pasien selama
dalam perawatan dan mengidentifikasi setiap kebutuhan-kebutuhan serta
mendukung setiap keputusan pasien.
10. Meningkatkan rasa nyaman pada pasien dengan sakit terminal.
Perawat akan membantu pasien melewati rasa tidak nyaman dengan
mendampinginya dan bila perlu bertindak atas nama pasien menganjurkan
dokter untuk memberikan obat penghilang nyeri.
11. Menghargai pasien.
Saat perawat berperan sebagai advokat bagi pasien, perawat akan lebih
mengerti dan menghargai pasien dan hak-haknya sebagai pasien.
12. Mencegah pelanggaran terhadap hak-hak pasien.
Perawat sebagai advokat bagi pasien berperan melindungi hak-hak pasien
sehingga pasien terhindar dari tindakan-tindakan yang merugikan dan
membahayakan pasien.
13. Memberi kekuatan pada pasien.
Perawat yang berperan sebagai advokat merupakan sumber kekuatan bagi
pasien yang mendukung dan membantunya dalam mengekspresikan
ketakutan, kecemasan dan harapan-harapannya.

Hasil yang diharapkan dari pasien saat melakukan peran advokat (Ellis & Hartley, 2000), adalah
pasien akan :
1. Mengerti hak-haknya sebagai pasien.
2. Mendapatkan informasi tentang diagnosa, pengobatan, prognosis, dan pilihan-pilihannya.
3. Bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.
4. Memiliki otonomi, kekuatan, dan kemampuan memutuskan sendiri.
5. Perasaan cemas, frustrasi, dan marah akan berkurang.
6. Mendapatkan pengobatan yang optimal.
7. Memiliki kesempatan yang sama dengan pasien lain.
8. Mendapatkan perawatan yang berkesinambungan.
9. Mendapatkan perawatan yang efektif dan efisien.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Advokasi merupakan salah satu peran perawat dan menjadi dasar yang penting dalam
membrikan asuhan keperawatan kepada pasien. Peran perawat sebagai advokat pasien menuntut
perawat untuk dapat mengidentifikasi dan mengetahui nilai-nilai dan kepercayaan yang
dimilikinya tentang peran advokat, peran dan hak-hak pasien, perilaku profesional, dan hubungan
pasien-keluarga-dokter. Di samping itu, pengalaman dan pendidikan yang cukup sangat
diperlukan untuk memiliki kompetensi klinik yang diperlukan sebagai syarat untuk menjadi
advokat pasien.
B. Saran
1. Bagi perawat
Mengaplikasikan teori ini dalam tatanan pemberian pelayana kesehatan kepada
masyarakat, dan melaksanakan peran perawat sebagai advokat utama klien dan
penghubung antar profesi kesehatan demi kepentingan pasien
2. Bagi mahasiswa
Melakukan peneltian terkait tentang advokasi, karena masih banyak hal yang bias
dieksplor dan dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, E. Alan (2007). Nursing Ethics. Macmillan: Palagrave


Creasia, J. L., & Parker. B.. (2001). Conceptuals Foundations : the Bridge to Professional Nursing
Practice. (3rd ed). St. Louis : Mosby.
Dewi. A. I.. (2008). Etika dan Hukum Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka book publisher
Ellis, J. R., & Celia L. H. (2000). Managing and Coordinating Nursing Care. (3th ed ) Philadelphia :
Lippincott Williams & Wilkins.
Hidayat. A. A.. (2008). Konsep dasar keperawatan. (edisi 2). Jakarta : Penerbit Salemba medika
Kozier, B., et al. (2004). Fundamentals of Nursing : Concepts, Process, and Practice. (7th ed). Volume
1. New jersey : Pearson Education
Purba. J. M. & Pujiastuti. S. E. (2009). Dilema Etik & Pengambilan Keputusan Etis.Jakarta. EGC
WHO (2005). Pedoman Perawatan Pasien, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai