Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan berdampak
besar terhadap peningkatan mutu pelayanan keperawatan. Pelayanan
keperawatan yang dilaksanakan oleh tenaga perawat profesional, dalam
melaksanakan tugasnya dapat bekerja sama dengan profesi lain. Perawat
dituntut untuk melaksanakan asuhan keperawatan untuk pasien baik secara
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan memandang manusia
secara biopsikososial spiritual yang kompeherensif. Sebagai tenaga yang
profesional dalam melaksanakan tugasnya diperlukan suatu sikap yang
menjamin terlaksananya tugas tersebut dengan baik dan bertanggung jawab
secara moral (Ismani, 2001; Mubaraq, 2011).
Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan di mana
dalam menentukan tindakannya didasari pada ilmu pengetahuan serta
memiliki keterampilan yang jelas dalam keahlianny, selain itu sebagai profei
keperawatan mempunyai otonomi dalam kewenangan dan tanggung jawab
dalam tindakan serta adanya kode etik dalam bekerjanya kemudian juga
berorientasi pada pelayanan dengan melalui pemberian asuhan keperawatan
kepada individu, kelompok atau masyarakat (Hidayat, 2009).
Posisi perawat yang mempunyai jam kerja 8 sampai 10 atau 12 jam
memungkinkan mempunyai banyak waktu untuk mengadakan hubungan baik
dan mengetahui keunikan pasien sebagai manusia holistik sehingga berposisi
sebagai advokat pasien. Pada dasarnya, peran perawat sebagai advokat pasien
adalah memberi informasi dan memberi bantuan kepada pasien atas
keputusan apa pun yang dibuat pasien, memberi informasi berarti
menyediakan informasi atau penjelasan sesuai yang dibutuhkan pasien,
memberi bantuan mengandung dua peran, yaitu peran aksi dan nonaksi.
Dalam menjalankan peran aksi, perawat memberikan keyakinan kepada
pasien bahwa mereka mempunyai hak dan tanggung jawab dalam

Perawat sebagai Advokat Klien Page 1


menentukan pilihan atau keputusan sendiri dan tidak tertekan dengan
pengaruh orang lain, sedangkan peran nonaksi mengandung arti pihak
advokat seharusnya menahan diri untuk tidak mempengaruhi keputusan
pasien (Sulandra, 2008; Mubaraq, 2011).
Jika dilihat dari peran perawat di rumah sakit dapat disimpulkan
bahwa perawat membantu klien dalam memilih dokter yang akan menangani
dirinya, memberikan informasi tentang sistem pelayanan yang ada dirumah
sakit tersebut. Tampak nyata bahwa peran perawat sebagai advokat begitu
penting bagi klien. Namun, pada kenyataannya peran ini belum berfungsi
optimal. Dari pengalaman penulis, pasien sering merasa kurang puas dengan
perawatan di rumah sakit terutama pada perawat dan dokter. Perawat sering
tidak menjadi pembela bagi klien saat klien membutuhkannya misalnya saat
membutuhkan informasi tentang status penyakitnya, pemilihan pengobatan
dan lain sebagainya.
Selanjutnya dalam makalah ini akan dibahas dengan rinci tentang
peran perawat sebagai advokat klien, khususnya terkait dengan sistem
integumen.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran perawat sebagai advokasi klien?
2. Bagaimana etik dalam keperawatan?
3. Bagaimana peran perawat sebagai advokat dalam berbagai tingkat usia
khusunya terkait sistem integumen?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui peran perawat sebagai advokat klien.
2. Untuk mengetahui etik dalam keperawatan.
3. Untuk mengetahui peran perawat sebagai advokat dalam berbagai tingkat
usia khususya terkait sistem inetgumen.

BAB II

Perawat sebagai Advokat Klien Page 2


TINJAUAN PUSTAKA

A. Peran Perawat sebagai Advokasi


1. Pengertian Advokasi dalam Keperawatan
Menurut Brooker (2002) dalam Mubaraq (2011) advokasi adalah
proses pembelaan yang dilakukan untuk mendukung atau memberikan
argumentasi bagi kebutuhan orang lain/ bertindak sebagai pembela pasien
dalam praktik keperawatan (Mubaraq, 2011). Advokat adalah seseorang
yang membela perkara orang lain (Kozier Erb, 2004).
Defenisi lain menekankan advokat sebagai pendukung dan
pelindung dari hal-hal yang merugikan pasien, sumber informasi tentang
status kesehatan pasien, penolong dalam mengidentifikasi kebutuhan,
pilihan-pilihan, keinginan dan penolong pasien dalam membuat keputusan
yang dibutuhkan dalam pengobatan pasien. Oleh karena itu advokasi
merupakan konsep yang penting dalam praktik keperawatan, peran
perawat sebagai advokat disini harus bertanggung jawab untuk melindungi
hak pasien mereka dari adanya penipuan atau penyimpangan (Mubaraq,
2011).
Istilah advokasi (Inggris=advocacy) di bidang kesehatan mulai
digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO
pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi global Pendidikan atau
Promosi Kesehatan.WHO merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi
dan misi Promosi Kesehatan secara efektif menggunakan 3 strategi
pokok,yaitu advocacy, social support, dan empowerment (Hermianti,
2012).
Menurut ANA (1985) dalam Wendy (2014) Advokasi perawat
(Nursing Advocacy) adalah melindungi klien atau masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak
kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapapun.
Perawat sebagai advokasi adalah melindungi klien dan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan dan keselamatan terhadap praktek tidak sah

Perawat sebagai Advokat Klien Page 3


dan tidak kompeten (malpraktek) serta melanggar etika yang dapat
dilakukan oleh petugas kesehatan kapanpun dan dimananpun dalam
melaksankan tugasnya (Sri, 2013).
Perawat sebagai advokat klien dalam arti perawat mampu berperan
sebagai protector klien yang lebih berfokus pada kemampuan perawat
untuk melidungi dan menjamin agar hak dan kewajiban klien terlaksana
dengan seimbang dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Misalnya
kewajiban perawat memenuhi hak klien untuk menerima informasi dan
penjelasan tentang tujuan dan manfaat serta efek samping dari suatu terapi
dan juga perawat juga wajib untuk melindungi segala sesuatu yang ada
pada pasien apabila itu bersifat sebagai aib atau privasi klien yang tidak
dapat diberitahukan kepada siapapun. Bukankah dalam islam kita telah
diajarkan untuk menjaga dan tidak mengumbar aib saudara kita sendiri
seperti yang di jelaskan dalam Q.S. Al-hujurat ayat 12 :

Artinya :
“Hai Orang-orang yang beriman, jauhilan kebanyakan dari
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan
janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian
kamumenggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara
kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Penerima Lagi Maha penyayang”.
Ayat diatas menjelaskan agar perawat yang berperan sebagai
advokat klien untuk dapat menjaga privasi dan aib klien karena apabila

Perawat sebagai Advokat Klien Page 4


kita mengumbar aib dari saudara kita dalam hal ini adalah klien maka
sama halnya dengan kita memakan bangkai saudara kita yang telah mati.
Ayat ini menegaskan agar perawat selain memberi informasi yang akurat
tentang keadaan dan segala bentuk terapi yang dilakukan klien , perawat
juga mampu menjaga privasi atau rahasia klien .
Creasia dan Parker (2000) dalam Mubaraq (2011) menjelaskan
bahwa konsep advokasi memiliki tiga pengertian, yaitu (Mubaraq, 2011):
a. Model perlindungan terhadap hak
Model ini menekankan pada perawat untuk melindungi hak
klien agar tidak ada tindakan tenaga kesehatan yang akan merugikan
pasien selama dirawat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
menginformasikan kepada pasien tentang semua hak yang dimilikinya,
memastikan pasien memahami hak yang dimilikinya, melaporkan
pelanggaran terhadap hak pasien dan mencegah pelanggaran hak
pasien.
b. Model pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai yang
dianut pasien
Model ini menekankan pada perawat untuk menyerahkan segala
keputusan tentang perawatan yang akan dijalankan oleh pasien kepada
pasien itu sendiri, sesuai dengan nilai-nilai yang dianut pasien. Perawat
tidak diperbolehkan memaksakan nilai-nilai pribadinya untuk membuat
keputusan pada pasien, melainkan hanya membantu pasien
mengeksplorasi keuntungan dan kerugian dari semua alternatif pilihan
atau keputusan.
c. Model penghargaan terhadap orang lain
Model ini menekankan pada perawat untuk menghargai pasien
sebagai manusia yang unik. Perawat harus menyadari bahwa sebagai
manusia yang unik, pasien memiliki kebutuhan yang berbeda-beda satu
sama lain. Perawat harus mempunyai semua yang terbaik bagi pasien
sesuai dengan kebutuhannya saat itu.
2. Tanggung Jawab Perawat dalam menjalankan Peran Advokasi Klien

Perawat sebagai Advokat Klien Page 5


Creasia & Parker (2001) dalam Mubaraq (2011) menjelaskan
bahwa tanggung jawab perawat dalam menjalankan peran advokat pasien
adalah (Mubaraq, 2011) :
a. Sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan, dengan
cara : memastikan informasi yang diberikan pada pasien dipahami dan
berguna bagi pasien dalam pengambilan keputusan, memberikan
berbagai alternatif pilihan disertai penjelasan keuntungan dan kerugian
dari setiap keputusan, dan menerima semua keputusan pasien.
b. Sebagai mediator (penghubung) antara pasien dan orang-orang
disekeliling pasien, dengan cara : mengatur pelayanan keperawatan
yang dibutuhkan pasien dengan tenaga kesehatan lain, mengklarifikasi
komunikasi antara pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lain agar
setiap individu memiliki pemahaman yang sama, dan menjelaskan
kepada pasien peran tenaga kesehatan yang merawatnya.
c. Sebagai orang yang bertindak atas nama pasien dengan cara :
memberikan lingkungan yang sesuai dengan kondisi pasien, melindungi
pasien dari tindakan yang dapat merugikan pasien, dan memenuhi
semua kebutuhan pasien selama dalam perawatan.
3. Nilai-nilai Dasar yang Harus dimiliki oleh Perawat Advokat
Menurut Kozier & Erb (2004) untuk menjalankan perannya sebagai
advokasi pasien, perawat harus memiliki nilai-nilai dasar, yaitu (Mubaraq,
2011):
a. Pasien adalah makhluk holistik dan otonom yang mempunyai hak untuk
menentukan pilihan dan mengambil keputusan.
b. Pasien berhak untuk mempunyai hubungan perawat-pasien yang
didasarkan atas dasar saling menghargai, percaya, bekerja sama dalam
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah kesehatan
dan kebutuhan perawatan kesehatan, dan saling bebas dalam berpikir
dan berperasaan.
c. Perawat bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pasien telah
mengetahui cara memelihara kesehatannya.

Perawat sebagai Advokat Klien Page 6


Selain harus memiliki nilai-nilai dasar di atas, perawat harus
memiliki sikap yang baik agar perannya sebagai advokat pasien lebih
efektif. Beberapa sikap yang harus dimiliki perawat, adalah (Mubaeaq,
2011):
a. Bersikap asertif
Bersikap asertif berarti mampu memandang masalah pasien dari sudut
pandang yang positif. Asertif meliputi komunikasi yang jelas dan
langsung berhadapan dengan pasien.
b. Mengakui bahwa hak-hak dan kepentingan pasien dan keluarga lebih
utama walaupun ada konflik dengan tenaga kesehatan yang lain.
c. Sadar bahwa konflik dapat terjadi sehingga membutuhkan konsultasi,
konfrontasi atau negosiasi antara perawat dan bagian administrasi atau
antara perawat dan dokter.
d. Dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain
Perawat tidak dapat bekerja sendiri dalam memberikan perawatan yang
berkualitas bagi pasien. Perawat harus mampu berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain yang ikut serta dalam perawatan pasien.
e. Tahu bahwa peran advokat membutuhkan tindakan yang politis, seperti
melaporkan kebutuhan perawatan kesehatan pasien kepada pemerintah
atau pejabat terkait yang memiliki wewenang/otoritas.
4. Tujuan dan Hasil yang diharapkan dari Peran Advokat Pasien
Tujuan dari peran advokat berhubungan dengan pemberdayaan
kemampuan pasien dan keluarga dalam mengambil keputusan. Saat
berperan sebagai advokat bagi pasien, perawat perlu meninjau kembali
tujuan peran tersebut untuk menentukan hasil yang diharapkan bagi pasien
(Mubaraq, 2011).
Menurut Ellis & Hartley (2000) dalam Mubaraq (2011), tujuan
peran advokat adalah :
a. Menjamin bahwa pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain adalah
partner dalam perawatan pasien. Pasien bukanlah objek tetapi partner
perawat dalam meningkatkan derajat kesehatannya. Sebagai partner,

Perawat sebagai Advokat Klien Page 7


pasien diharapkan akan bekerja sama dengan perawat dalam
perawatannya.
b. Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan.
Pasien adalah makhluk yang memiliki otonomi dan berhak untuk
menentukan pilihan dalam pengobatannya. Namun, perawat
berkewajiban untuk menjelaskan semua kerugian dan keuntungan dari
pilihan-pilihan pasien.
c. Memiliki saran untuk alternatif pilihan.
Saat pasien tidak memiliki pilihan, perawat perlu untuk memberikan
alternatif pilihan pada pasien dan tetap memberi kesempatan pada
pasien untuk memilih sesuai keinginannya.
d. Menerima keputusan pasien walaupun keputusan tersebut bertentangan
dengan pengobatannya. Perawat berkewajiban menghargai semua nilai-
nilai dan kepercayaan pasien.
e. Membantu pasien melakukan yang mereka ingin lakukan.
Saat berada di rumah sakit, pasien memiliki banyak keterbatasan dalam
melakukan berbagai hal. Perawat berperan sebagai advokat untuk
membantu dan memenuhi kebutuhan pasien selama dirawat di rumah
sakit.
f. Melindungi nilai-nilai dan kepentingan pasien.
Setiap individu memiliki nilai-nilai dan kepercayaan yang berbeda-
beda. Sebagai advokat bagi pasien, perawat diharapkan melindungi
nilai-nilai yang dianut pasien dengan cara memberikan perawatan dan
pengobatan yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai tersebut.
g. Membantu pasien beradaptasi dengan sistem pelayanan kesehatan.
Saat pasien memasuki lingkungan rumah sakit, pasien akan merasa
asing dengan lingkungan sekitarnya. Perawat bertanggung jawab untuk
mengorientasikan pasien dengan lingkungan rumah sakit dan
menjelaskan semua peraturan-peraturan dan hak-haknya selama di
rumah sakit, sehingga pasien dapat beradaptasi dengan baik.
h. Memberikan perawatan yang berkualitas kepada pasien.

Perawat sebagai Advokat Klien Page 8


Dalam memberikan asuhan keperawatan harus sesuai dengan protap
sehingga pelayanan lebih maksimal hasilnya.
i. Mendukung pasien dalam perawatan.
Sebagai advokat bagi pasien, perawat menjadi pendamping pasien
selama dalam perawatan dan mengidentifikasi setiap kebutuhan-
kebutuhan serta mendukung setiap keputusan pasien.
j. Meningkatkan rasa nyaman pada pasien dengan sakit terminal.
Perawat akan membantu pasien melewati rasa tidak nyaman dengan
mendampinginya dan bila perlu bertindak atas nama pasien
menganjurkan dokter untuk memberikan obat penghilang nyeri.
k. Menghargai pasien.
Saat perawat berperan sebagai advokat bagi pasien, perawat akan lebih
mengerti dan menghargai pasien dan hak-haknya sebagai pasien.
l. Mencegah pelanggaran terhadap hak-hak pasien.
Perawat sebagai advokat bagi pasien berperan melindungi hak-hak
pasien sehingga pasien terhindar dari tindakan-tindakan yang
merugikan dan membahayakan pasien.
m. Memberi kekuatan pada pasien.
Perawat yang berperan sebagai advokat merupakan sumber kekuatan
bagi pasien yang mendukung dan membantunya dalam
mengekspresikan ketakutan, kecemasan dan harapan-harapannya.
Menurut Ellis & Hartley (2000) dalam Mubaraq (2011) hasil
yang diharapkan dari pasien saat melakukan peran advokat, adalah
pasien akan (Mubaraq, 2011) :
a. Mengerti hak-haknya sebagai pasien.
b. Mendapatkan informasi tentang diagnosa, pengobatan, prognosis, dan
pilihan-pilihannya.
c. Bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.
d. Memiliki otonomi, kekuatan, dan kemampuan memutuskan sendiri.
e. Perasaan cemas, frustrasi, dan marah akan berkurang.
f. Mendapatkan pengobatan yang optimal.

Perawat sebagai Advokat Klien Page 9


g. Memiliki kesempatan yang sama dengan pasien lain.
h. Mendapatkan perawatan yang berkesinambungan.
i. Mendapatkan perawatan yang efektif dan efisien.
B. Etik Keperawatan
1. Kode Etik Keperawatan
Perawat telah mengembangkan kode etik yang menjelaskan
tindakan profesional yang ideal. Kode tersebut merefleksikan prinsip etik
yang secara luas diterima oleh anggota profesi. Karena kode tersebut
ditulis secara umum, dengan terminologi yang universal, kode tersebut
tidak memaksa perawat untuk menerapkannya dalam situasi etik khusus,
namun kode tersebut memberikan panduan untuk membantu perawat
dalam pertimbangan moral mereka sendiri. Terdapat beberapa kode untuk
perawat profesional, seluruh kode etik keperawatan merefleksikan
autonomi (penentuan nasib diri oleh klien), kemurahan hati (bertindak
baik), nonmaleficence (penghindaran dari bahaya), keadilan
(memperlakukan semua orang secara adil) serta prinsip kejujuran dari
(berbicara kebenaran), kesetiaan (memegang janji) serta kerahasiaan
(menghoormati informasi tertentu) (Potter & Perry, 2005).
Menurut Potter & Perry (2005) kode etik American Nurses
Association (ANA) sebagai berikut:
a. Perawat memberikan pelayanan dengan menghargai martabat manusia
dan keunikan klien tanpa mempertimbangkan status sosial atau
ekonomi, keppribadian atau sifat masalah kesehatan.
b. Perawat melindungi hak kerahasiaan klien dengan menjaga kerahasiaan
informasi tertentu.
c. Perawat bertindak sebagai pelindung klien dan masyarakat ketika
perawatan kesehatan dan keamanan dipengaruhi oleh praktik yang tidak
kompeten, tidak berdasarkan etik atau ilegal terhadap siapapun.
d. Perawat memikul tanggung jawab dan tanggung gugat untuk tindakan
dan pertimbangan keperawatan individual.
e. Perawat mempertahankan kompetensi dalam keperawatan.

Perawat sebagai Advokat Klien Page 10


f. Perawat melatih pertimbangan dan menggunakan kompetensi dan
kualifikasi individual sebagai kriteria dalam mencari konsultasi,
menerima tanggung jawab dan menyerahkan aktivitas keperawatan
kepada orang lain.
g. Perawat berpartisipasi dalam upaya profesi melakukan implementasi
serta meningkatkan standar keperawatan.
h. Perawat berpartisipasi dalam upaya profesi menetapkan dan
mempertahankan kondisi pekerja yang kondusif untuk asuhan
keperawatan berkualitas tinggi.
i. Perawat berpartisipasi dalam upaya profesi melindungi masyarakat dan
terjadinya salah informasi dan salah interpretasi serta mempertahankan
integritas keperawatan.
j. Perawat melakukan kerja sama dengan anggota profesi kesehatan
lainnya serta masyarakat dalam meningkatkan usaha komunitas dan
nasional untuk memenuhi kebutuhan kesehatan umum.
2. Prinsip-Prinsip Etik Keperawatan
Ketika mengambil keputusan klinis, perawat seringkali
mengandalkan pertimbangan mereka dengan menggunakan kedua
konsekuensi dan prinsip dan kewajiban moral yang universal. Prinsip yang
didiskusikan di bawah ini membentuk dasar dan tradisi etis dan filosofi
barat. Hal yang paling fundamental dari prinsip ini adalah penghargaan
atas sesama (Potter & Perry, 2005).
Prinsip-prinsip etik keperawatan yaitu, sebagai berikut (Dalami,
2010):
a. Otonomy (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang
dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri,
memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus
dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek
terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa

Perawat sebagai Advokat Klien Page 11


dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian
dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktik
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak
klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
b. Berbuat baik ((Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik.
Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh
diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan,
terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapainya sesuatu yang
sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip
moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktik
profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai
hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan.
d. Tidak merugikan (Non maleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan
psikologis selama perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien
dan keluarga.
e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai
diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat
mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprehensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada
klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
selama menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa

Perawat sebagai Advokat Klien Page 12


argumen mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika
kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya
hubungan paternalistik bahwa “doctors knows best” sebab individu
memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapat informasi
penuh tentang kondisi dirinya. Kebenaran merupakan dasar dalam
membangun hubungan saling percaya.
f. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan,
adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya. Kesetiaan menggambarkan kepatuhan perawat terhadap
kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat
adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
g. Kerahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien
harus dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen
catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan
klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi
tentang klien di luar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau
keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.

h. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan
seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau
tanpa terkecuali.

Perawat sebagai Advokat Klien Page 13


BAB III

PEMBAHASAN

A. Peran Perawat sebagai Advokat Klien

Perawat sebagai Advokat Klien Page 14


Sebagai pelindung perawat membantu mempertahankan lingkungan
yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan dan melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan
dari suatu tindakan diagnostik atau pengobatan. Memastikan bahwa klien tidak
memiliki alergi terhadap obat dan memberikan imunisasi melawan penyakit di
komunitas merupakan contoh dari peran perawat sebagai pelindung (Potter &
Perry, 2005).
Dalam menjalankan perannya sebagai advokat, perawat melindungi hak
klien sebagai manusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam
menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan. Sebagai contoh perawat memberikan
informasi tambahan bagi klien yang sedang berusaha untuk memutuskan
tindakan yang terbaik baginya. Perawat juga melindungi hak-hak klien melalui
cara-cara yang umum dengan menolak aturan atau tindakan yang mungkin
membahayakan kesehatan klien atau menentang hak-hak klien (Potter & Perry,
2005).
Peran sebagai advokat ini dilakukan perawat dalam membantu klien
dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi
pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungu hak-hak pasien yang meliputi atas pelayanan
sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak
untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat
kelalaian (Hidayat, 2009).
Peran perawat sebagai advokat klien sangat penting. Perawat harus
mampu menjamin hak-hak klien dan menuntun klien dalam pemenuhan hak-
haknya dalam menerima pelayanan kesehatan. Peran perawat sebagai advokat
klien sudah jelas disebutkan oleh Allah SWT dalam surah An-Nisa ayat 58:

Perawat sebagai Advokat Klien Page 15


‫ َوُّإهذا َأههلإهاَ َإ ه لل َاملهماَهناَ إ‬
‫ت َتتكهؤدوُّا َأهمن َيهأمكمكرككمم َاللنهه َإنن‬ ‫ه‬ ‫ه مه‬
‫إإ‬
‫ي َهحهكممتكمم‬ ‫ َ َ َنعنماَ َاللنهه َإنن َإباَلمهعمدإل َ همتكككموُا َأهمن َالنناَإس َبته م ه‬
‫صعيا َ هإسيِمَععاَ َهكاَهن َاللنهه َإنن َبإإه َيهعإظكككمم‬
‫ َ َب إ‬
‫ه‬
Terjemahan:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”

(Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan


amanat) artinya kewajiban-kewajiban yang dipercayakan dari seseorang
(kepada yang berhak menerimanya) ayat ini turun ketika Ali r.a. hendak
mengambil kunci Kakbah dari Usman bin Thalhah Al-Hajabi penjaganya
secara paksa yakni ketika Nabi saw. datang ke Mekah pada tahun
pembebasan. Usman ketika itu tidak mau memberikannya lalu katanya,
"Seandainya saya tahu bahwa ia Rasulullah tentulah saya tidak akan
menghalanginya." Maka Rasulullah saw. pun menyuruh mengembalikan
kunci itu padanya seraya bersabda, "Terimalah ini untuk selama-lamanya
tiada putus-putusnya!" Usman merasa heran atas hal itu lalu dibacakannya
ayat tersebut sehingga Usman pun masuk Islamlah. Ketika akan meninggal
kunci itu diserahkan kepada saudaranya Syaibah lalu tinggal pada
anaknya. Ayat ini walaupun datang dengan sebab khusus tetapi umumnya
berlaku disebabkan persamaan di antaranya (dan apabila kamu mengadili
di antara manusia) maka Allah menitahkanmu (agar menetapkan hukum
dengan adil. Sesungguhnya Allah amat baik sekali) pada ni`immaa
diidgamkan mim kepada ma, yakni nakirah maushufah artinya ni`ma
syaian atau sesuatu yang amat baik (nasihat yang diberikan-Nya
kepadamu) yakni menyampaikan amanat dan menjatuhkan putusan secara
adil. (Sesungguhnya Allah Maha Mendengar) akan semua perkataan (lagi
Maha Melihat) segala perbuatan.

Perawat sebagai Advokat Klien Page 16


Dari ayat di atas menggambarkan bagaimana peran perawat dalam
menjalankan tugasnya sebagai advokat klien. Perawat harus mampu
memberi perlindungan terhadap hak-hak klien. Ketika ada pelayanan yang
tidak sesuai dengan hak klien dan dianggap ilegal, perawat harus mampu
mengatasi hal tersebut dan menjauhakan klien dari segala tindakan-
tindakan yang dapat merugikan klien serta tindakan yang tidak bertujuan
pada kesembuhan klien.
Dalam menetukan suatu pilihan perawatan, perawat harus mampu
meberikan informasi kepada klien tentang dampak positif dan negatif dari
pilihan klien tanpa mempengaruhi keputusan klien. Karena sesungguhnya
klienlah yang berhak menentukan dan memutuskan perawatan terhadap
dirinya. Perawat hanya membantu dengan memberikan informasi sesuai
fakta yang ada, dan bersikap adil serta tidak melebih-lebihkan atau
mengungi dalam pemberian informasi tertentu.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Afidah (2013)
mengklasifikasi peran perawat sebagai advokat dalam tiga sub tema yaitu
memberi informasi, menjadi mediator dan melindungi pasien. Sub tema
pertama yaitu memberi informasi dilakukan dengan memberikan informasi
tentang penyakit dan proses kesembuhan, memberikan informasi persiapan
pulang, memberikan informasi kepada keluarga, memberikan informed
consent, dan memberikan informasi tentang fasilitas jaminan kesehatan.
Sub tema kedua yaitu menjadi mediator, dilakukan dengan menjadi
penghubung antara pasien dengan tim kesehatan lain seperti ahli gizi
maupun dokter. Melindungi pasien dapat dilakukan dengan memberi
kenyamanan, mendukung pasien untuk mendapatkan terapi obat yang
lebih murah dengan fungsi yang sama, membantu dalam membuat
keputusan, melindungi pasien dari tindakan yang membahayakan (Afidah,
2013).
Faktor yang menjadi penghambat dalam melaksanakan peran
advokasi perawat antara lain: kepemimpinan dokter, lemahnya dukungan
organisasi, kurangnya perhatian terhadap advokasi, kurangnya jumlah

Perawat sebagai Advokat Klien Page 17


tenaga perawat, kondisi emosional keluarga, terbatasnya fasilitas kesehatan
dan lemahnya kode etik. Sementara itu faktor yang mendukung perawat
dalam melaksanakan perannya sebagai advokat yaitu: kondisi pasien,
pengetahuan tentang kondisi pasien, pendidikan keperawatan yang
semakin tinggi, kewajiban perawat dan dukungan instansi rumah sakit
(Afidah, 2013).
B. Peran Perawat sebagai Advokat di Berbagai Tingkat Usia
Peran perawat dalam menjalankan fungsi perannya sebagai advokat
berbeda-beda diberbagai tingkat usia. Usia klien mempengaruhi sikap perawat
dalam memberikan pelayanan dan perlindungan. Perlu dipahami bahwa setiap
tindakan perawat khususnya terkait dengan fungsinya sebagai advokat klien
harus berpatokan pada prinsip etik keperawatan yaitu: autonomy, beneficience,
justice, non maleficience, veracity, fidelity, confidentiality, dan accountability.
Berikut pemaparan peran perawat sebagai advokat diberbagai tingkat usia dan
terkait sistem integumen:
1. Usia Bayi dan Neonatus
Pandangan tenaga kesehatan terdahulu menyatakan bahwa bayi
maupun neonatus tidak merespon terhadap nyeri meskipun dilakukan
tindakan yang bersifat invasif. Tetapi penelitian sekarang menunjukkan
bahwa janin dapat memproses nyeri di usia 24 minggu kehamilan. Selain
itu studi juga menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki pengalaman
terhadap nyeri pada awal kehidupan akan memiliki resiko sensitivitas lebih
tinggi terhadap nyeri dikemudian hari dan apabila neonatus merasakan
pengalaman nyeri yang jangka panjang akan berdampak pada masalah
perkembangan. Namun, apabila tindakan itu harus benar-benar dilakukan
maka sebagai perawat salah satu bentuk tindakan yang dapat dilakukan
adalah dengan memberikan analgetik yang dapat mengurangi rasa nyeri
pada klien saat prosedur dilakukan.
Jadi, Peran perawat sebagai advokat untuk usia neonatus dan bayi
secara umum adalah untuk menghindarkan dan menjauhkan klien dari
berbagai prosedur yang dapat melukai, dan mengganggu kenyamanan sang

Perawat sebagai Advokat Klien Page 18


bayi dan sebisa mungkin agar perawat sebelum melakukan tindakan yang
bersifat invasif terlebih dahulu untuk memberikan dorongan kepada orang
tua maupun keluarga klien agar tidak menimbulkan kecemasan bagi pihak
keluarga ( Bretherton, 2013 ).
Sebuah survei terhadap perawat neonatal menunjukkan beberapa
hal yang harus diperhatikan sebagai advokat antara lain :
a. Keterampilan komunikasi yang efektif
b. Pengalaman dan pengetahuan perawatan neonatal
c. Empati
d. Rasa hormat terhadap keluarga
Survei ini juga mendukung studi sebelumnya yang
mengidentifikasi bahwa pengetahuan, empati dan keterampilan
komunikasi sebagai hal yang penting dalam advokasi. Untuk menerapkan
hal-hal tersebut perawat harus percaya diri terhadap kemampuan mereka
untuk memahami dilema etik yang dihadapi (Spence, 2011)
Berkaitan dengan perkembangan sistem integumen. Masa neonatus
atau bayi merupakan masa yang sangat penting untuk dilakukannya
imunisasi. Salah satunya imunisasi BCG yang erat kaitannya dengan
perkembangan kesehatan bayi kedepannya khususnya terkait kesehatan
sistem integumen.
Survey penelitian menyebutkan bahwa orang tua memiliki
hambatan ganda dan kepercayaan mengenai imunisasi. Hambatan pertama
ditemukan presentase tinggi dari keluarga yang menerima imunisasi
melalui pemeriksaan regular dalam hubungannya dengan tindak lanjut
dalam tingkat rendah menyarankan orang tua untuk mempercayakan
imunisasi, ternyata menurun. Mengenai hal ini perawat harus
megembangkan sistem hubungan dengan orang tua bayi, membantu
mengingatkan ibu bayi jika sudah tiba waktunya untk imunisasi, dan
memberi informasi kepada orang tua bayi tentang jadwal imunisasi (Potter
& Perry, 2005).

Perawat sebagai Advokat Klien Page 19


Hambatan kedua terkait imunisasi bayi yaitu adanya ketakutan
orang tua mengenai efek imunisasi. Untuk itu, perawat harus mampu
memberikan informasi (pendidikan kesehatan) kepada ibu bayi tentang
risiko penyakit yang berhubungan dengan efek samping jika tidak
dilakukan dan jika dilakukan imunisasi. Perawat harus sensitif dalam
membantu mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh orang tua terkait
pemberian imunisasi yang teratur untuk bayi (Potter & Perry, 2005).
2. Usia Toddler (masa kanak-kanak)
Anak-anak yang masih kecil yang dirawat di rumah sakit
menemukan banyak aspek dari pengalaman yang penuh dengan tekanan
dan berespon pada kejadian-kejadian ini dengan reaksi distres. Obeservasi
klinis dan pembuktian empiris menyarankan bahwa anak-anak yang
percaya dengan kemampuan mereka untuk mempelajari pengalaman
mereka ketika di rumah sakit. Perawat dapat memantau keaktifan anak
agar terhindar dari cedera selama di rumah sakit, mengingat masa anak-
anak adalah masa dimana mereka akan aktif bermain walaupun dalam
keadaan sakit. Intervensi yang dapat dilakukan perawat yaitu dengn
memfokuskan anak pada pemberian model dukungan yang akan membuat
kontrol perasaan anak-anak menjadi lebih baik. Perawat harus memahami
bahwa masa kanak-kanak yang menjalani hospitalisasi harus diberikan
latihan untuk mengembangkan keterampilan koping mereka dan orang tua
harus diikutkan dalam proses pengajaran/ pembelajaran (Potter & Perry,
2005).
Perawat dapat mengajarkan kepada orang tua untuk membantu
pemenuhan nutrisi anak, agar anak dapat makan dengan teratur walaupun
dalam keadaan sakit. Misalnya memberikan informasi kepada tim gizi
untuk menghias makanan anak dengan bentuk-bentuk yang unik yang
dapat meningkatkan nafsu makan anak.
Selin itu, yang paling utama dalam menangani pasien dengan
gangguan system integumen adalah perawat harus memberikan health
education kepada anak dan keluarga terkait personal hygiene. Kebersihan

Perawat sebagai Advokat Klien Page 20


kulit anak harus dijaga, barang-barang yang sering digunakan anak juga
harus diperhatikan kebersihnnya. Sebab, kulit merupakan organ yang
sangat sensitive terhadap barang-barang yang bersifat sensitizer.
3. Usia Sekolah sampai Remaja
Remaja adalah periode perkembangan selama dimana individu
mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju dewasa.
Penyesuaian dan adaptasi dibutuhkan untuk mengkoping perubahan
simultan yang terjadi di usia remaja dan usaha untuk membentuk perasaan
identitas yang matur (Potter & Perry, 2005).
Perawat harus mampu memfasilitasi remaja dalam enam bidang
utama yakni (Sousa, 2005) :
a. Advokasi diri
Perawat harus mampu mengajarkan kepada remaja bagaimana cara dan
langkah untuk dapat memberikan advokasi kepada dirinya sendiri.
b. Perilaku perawatan kesehatan yang independen
Perawat membimbing remaja untuk mampu melakukan perawatan
kesehatan secara mandiri.
c. Kesehatan seksual
Perawat memberikan gambaran dan pendidikan kesehatan dalam bidang
kesehatan reproduksi dan seksual.
d. Dukungan psikosial
Perawat harus mendukun klien remaja dalam hal perkembangan
psikologi dan sosial remaja
e. Perencanaan pendidikan
f. Kesehatan dan gaya hidup
Masa remaja terkait penilaian moralnya bergantung sekali pada
keterampilan kognitif dan komunikasi serta interaksi sebaya. Remaja
berusaha untuk memahami peraturan yang merupakan persetujuan
kooperatif yang dapat dimodifikasi untuk memperbaiki situasi, dari pada
peraturan yang absolut. Mengenai peraturan, remaja belajar menggunakan
penilaian mereka sendiri daripada menggunakanperaturan untuk

Perawat sebagai Advokat Klien Page 21


menghindari hukuman pada masa awal (Potter & Perry, 2005). Untuk itu
peran perawat sebagai advokat klien diusia remaja harus memberikan
pemahaman yang baik kepada klien, termasuk dampak negatif dari
tindakan-tindakan yang mungkin sering mereka lakukan.
Selain itu, promosi kesehatan untuk pencegahan penyakit harus
menjadi kunci bagi perawat dalam memantau perkembangan remaja.
Perawat yang bekerja di sekolah, di klinik, dan komunitas harus aktif
memberikan informasi-informasi atau membuat forum diskusi terkait
untuk meningkatkan konsep diri seorang remaja dan upaya untuk
menghindari hal-hal yang dapat merugikannya kelak.
4. Dewasa Awal dan Dewasa Tengah
Dewasa awal umumnya aktif dan mempunyai masalah kesehatan
utama minimum. Akan tetapi, gaya hidup mereka dapat menempatkan
mereka pada risiko penyakit atau kecatatan selama masa dewasa tengah
atau akhir (Potter & Perry, 2005). Dalam memberikan pelayanan
keparawatan, perawat sebagai advokat klien harus membantu klien dalam
menentukan suatu keputusan misalnya keputusan untuk dilakukan
transplantasi organ kulit pada pasien dengan luka bakar yang berat..
Perawat harus mampu memberikan informasi kepada klien mengenai
dampak postif dan dampak negatif dari transplantasi kulit. Namun,
perawat tidak bisa mempengaruhi/mengarahkan klien terhadap satu pilihan
tapi sekedar untuk memberikan informasi mengenai dampaknya, dan
keputusan bergantung pada pasien dan keluarga. Selain itu, perawat harus
mampu menjadi perantara/penghubung yang baik antara dokter dan pasien,
dan tim kesehatan lainnya. Ketika perawat menemukan, tindakan
pelayanan kesehatan yang tidak sesuai kode etik atau melanggar hak-hak
klien maka perawat harus mampu menjadi pelindung klien. Dengan
melaporkan kepada pihak yang dapat memutuskan perkara.
Dalam pelaksanaan proses keperawatan perawat harus mampu
mendorong dan membantu usia dewasa tengah dalam mengambangkan
tujuan terkait kesehatan. Perawat juga harus menargetkan peningkatan

Perawat sebagai Advokat Klien Page 22


kesehatan dan pembentukan gaya hidup yang sehat pada dewasa awal.
terkadang perawat akan menemukan, dewasa awal dan tengah menyatakan
ketakutan terhadap keadaan kesehatan di masa depan. Perawat harus
mampu mendorong dan mendukungnya dalam usaha mengubah gaya
hidup yang tidak sehat dan lebih meningkatkan kesehatan di masa depan.
5. Usia Tua (Lansia)
Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan
karena sikap tersebut mempengaruhi asuhan keperawatan. Klien dalam
fasilitas perawatan jangka panjang memberi tantangan khusus bagi
perawat. Klien usia lansia sering kali memandang diri sendiri sebagai
pecundang, dan mungkin masyarakat disekitarnya memandang seperti itu
pula. Perawat dapat meningkatkan kemandirian dan harga diri klien yang
merasa bahwa hidup tidak lagi berharga (Potter & Perry, 2005).
Ada beberapa standar yang perlu diperhatikan oleh seorang perawat
yang berperan sebagai advokat dalam merawat pasien lanjut usia, anatara
lain (Buchanan dkk, 2010):
a. Perawat mampu bertanggung jawab untuk menilai klien dan lingkungan
yang dapat membahayakan atau mengancam keselamatan serta
perencanaan dan intervensi yang tepat untuk menjaga lingkungan yang
aman.
b. Perawat membantu klien untuk mempertahankan regulasi homeostasis
melalui peilaian dan manajemen perawatan fisiologis untuk
meminimalkan efek samping dari penggunaan obat, prosedur
diagnostik, infeksi nosokomial atau stress lingkungan.
c. Perawat mendukung klien gerontik untuk mengoptimalkan kesehatan
fungsional yang mencakup integrasi kemampuan yang melibatkan fisik,
kognitif, status psikologis, sosial dan spiritual.
d. Perawat harus memberikan perawatan responsif yang memfasilitasi dan
memberdayakan kemandirian klien melalui pendekatan .
e. Perawat mengembangkan dan melestarikan perawatan hubungan
terapeutik.

Perawat sebagai Advokat Klien Page 23


f. Perawat harus mampu menyadari pengaruh ekonomi dan politik dengan
menyediakan dan memfasilitasi perawatan yang mendukung.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perawat sebagai Advokat Klien Page 24


Peran sebagai advokat ini dilakukan perawat dalam membantu klien
dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi
pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungu hak-hak pasien yang meliputi atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas
privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima
ganti rugi akibat kelalaian (Hidayat, 2009).
Membela hak klien dengan yaitu dengan memberikan perawatan
sebaik mungkin kepada pasien. Jika dalam melakukan suatu tindakan, pasien
tidak didampingi oleh keluarga nya atau kerabat dekat nya maka sebagai
perawat kita dapat meminta persetujuan dari pasien itu sendiri bila masih
dalam keadaan sadar, sehingga bukti hukum menjadi kuat dan semua
tindakan dilakukan secara legal.
B. Saran
Adapun saran dari pembuatan makalah ini yaitu:
a. Bagi pelayanan kesehatan
Dalam makalah ini disajikan peran perawat sebagai advokat klien. Konsep
tersebut dapat diaplikasikan dalam pelayanan kesehatan dan menjadi
dasar/acuan dalam membantu menjalankan peran sebagai advokat klien.
b. Bagi institusi
Dalam makalah ini kami sarankan bahwa perlunya setiap institusi
keperawatan untuk lebih menekankan kepada mahasiswa keperawatan
tentang konsep dari peran perawat sebagai advokat klien. Untuk itu
penguatan konsep teori selama di bangku kuliah harus dipersiapkan
sebaik-baiknya sebelum nantinya di aplikasikan di rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Perawat sebagai Advokat Klien Page 25


Afidah, Etty Nurul. November 2013. Gambaran Pelaksanaan Peran Advokat
Perawat di Rumah Sakit Negeri di Kabupaten Semarang. Jurnal
Managemen Keperawatan. Vol. 1 No. 2. FK Undip.
Bretherton, sarah. September 2013. Being A New Newborns Advocate Helped
Me Uderstand Neonatal Rights. Student Experience In The Real World Of
Nursing. Volume 28 No.3.
Buchanan, Diane., Parke, Belinda dkk. 2010. Gerontological Nursing
Competencies And Standards Of Practice 2010. Canadian Gerontological
Nursing Association. ISBN 978-0-9865668-0-6.
Dalami, Ermawati. 2010. Etika Keperawatan. Jakarta: Trans Info Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Kozier, B. 2004. Buku Ajar Keperawatan Klinis Kozier & ERB, Ed 5. Jakarta:
EGC.
Mubaraq, Zacky. 2011. Peran Advokasi Perawat Dalam Merawat Pasien
di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. Skripsi. Medan: Fakultas
Keperwatan Universitas Sumatera Utara.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar: Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik. Jakarta: EGC.
Sousa, Marcelle de., Maynard, Julie dkk. 2015. Adolscent Transition Care. Royal
College Nursing.
Spence, Kaye. Juni 2011. Ethical Advocacy Based On Caring : A Model For
Neonatal And Pediatric Nurses. Journal Of Paediatrics And Child Health.
ISSN 1440-1754.
https://gustiayuderly.wordpress.com/. Diakses tanggal 18 Juli 2016.
http://tafsirq.com/4-an-nisa/ayat-58. Diakses tenggal 18 Juli 2016.

Perawat sebagai Advokat Klien Page 26


LAMPIRAN

Perawat sebagai Advokat Klien Page 27

Anda mungkin juga menyukai