Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN TETANUS

Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pembimbing :

Ns.Priharyanti Wulandari,M.Kep.,Sp.Kep.Mat

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :


1. Mela Huliah ( 2005029 )
2. Nabila Intan Angellina ( 2005075 )

3. Salsabila Syafa Kurnia ( 2005048 )

4. Tingkah Enggaring Tyas ( 2005076 )


5. Yuanah Kumalasari ( 2005070 )

PRODI D3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmatnya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah “Keperawatan Medikal Bedah ” yang
membahas tentang “Asuhan Keperawatan pada Tetanus ”.

Terima kasih kepada seluruh anggota kelompok, karena atas kerjasama yang dilakukan
sangat membantu dalam menyelesaikan tugas ini dengan baik. Makalah ini merupakan hasil
diskusi kelompok kami. Pembahasan didalamnya kami dapatkan dari , browsing internet,
diskusi anggota, dll. Dengan pemahaman berdasarkan pokok bahasan.

Kami sadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
kami yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi teman-teman.

Semarang, 8 Maret 2022

Penyusun

Kelompok 4

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN....................................................................................4

1. KONSEP DASAR.............................................................................................................4

A. DEFINISI................................................................................................................4

B. KLASIFIKASI.......................................................................................................4

C. ETIOLOGI.............................................................................................................5

D. PATOFISIOLOGI.................................................................................................6

E. PATHWAYS..........................................................................................................7

F. MANIFESTASI KLINIS.......................................................................................7

D. KOMPLIKASI.......................................................................................................8

E. PENATALAKSANAAN MEDIS..........................................................................8

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG..........................................................................8

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................8

A. PENGKAJIAN.......................................................................................................8

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN...........................................................................8

C. INTERVENSI KEPERAWATAN........................................................................8

D. IMPLEMENTASI KEPRAWATAN...................................................................8

E. EVALUASI KEPERAWATAN............................................................................8

BAB II TINJAUAN KASUS...................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9
BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN

1. KONSEP DASAR

A. DEFINISI

Tenanus adalah penyakit akut yang menyerang susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh racun tetanospasmin yang dihasilkan clostridium tetani. Penyakit ini
timbul jika kuman tetanus masuk ke dalam tubuh melalui luka, gigitan serangga,
infeksi gigi, bekas suntikan dan pemotongan tali pusat.

Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kumanclostiridium


tetani yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti
kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot iniselalu nampak pada otot masester
dan otot rangka. (Denna, 2011)

Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot(spasme) tanpa


disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukandisebabkan kuman secara langsung,
tetapi sebagai dampak eksotoksin(tetanoplasmin) yang dihasilkan oleh kuman pada
sinaps ganglionsambungan sumsum tulang belakang, sambungan neuro
muscular(neuro muscular jungtion) dan saraf autonom. (Sumarmo 2010).

B. KLASIFIKASI

Menurut Nurkasim (2015) klasifikasi tetanus, diantara lain :

a. Klasifikasi tetanus berdasarkan bentuk klinis :


1) Tetanus local : biasanya ditandai dengan otot terasa sakit, lalu timbul
rebiditas dan spasme pada bagian proksimal luar. Gejala itu dapat
menetap dalam bebrapa minggu dan menghilang.
2) Tetanus sefalik : variasi tetanus local yang terjadi. Masa inkubasi 1-2
hari terjadi sesudah otitis media atau luka kepala dan muka. Paling
menonjol adalah disfungsi syaraf III,IV, IX, dan XI tersering syaraf
otak diikuti tetanus umum
3) Tetanus general : yang merupakan bentuk paling sering. Spasme otot,
kaku kuduk, nyeri tenggorokan, kesulitan membuka mulut, rahang
terkunci (trismus), disfagia. Timbuk kejang menimbulkan aduksi
lengan dan ekstensi ekstermitas bagian bawah. Pada mulanya , spasme
berlangsung bebrapa detik sampai bebrapa menit dan terpisah oleh
priode relaksi.
4) Tetanus neonatorum : bisa terjadi dalam bentuk general dan fatal
apabila tidak ditanggani, terjadi pada anak-anak yang dilahirkan dari
ibu yang . Tidak imunisasi secara adekuat, rigiditas, sulit menelan ASI,
iritabilitas, spasme.
b. Klasifikasi tetanus berdasarkan beratnya atau keparahannya.
1) Derajat I (ringan) : trimus sedang (kekakuan otot menyeluruh)
ringan sampai sedang, spasitas general, tanpa gangguan pernafasan,
tanpa spasme, sedikit atau tanpa disfagia.
2) Derajat II : (sedang) : trimus sedang, rigiditas yang namapak jelas
spasme singkat ringan sampai sedang, gangguan pernafasan sedang
RR ≥ 30x/ menit, disfagia ringan.
3) Derajat III (berat) : trimus berat, spastisitas generaisata, spasme
reflek berkepanjangan, RR ≥ 40x/ menit, serangan apnea, disfagia
beraat, takikardia ≥120.
4) Derajad IV (sangat berat) : derajat tuga dengan otomik berat
melibatkan sistem kardiovaskuler. Hipotensi berat dan takikardia
terjadi perselingan dengan hipotensi dan bradikardia, salah satunya
dapat menetap.

C. ETIOLOGI

Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif; Cloastridium tetani Bakteri ini
berspora, dijumpai pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa pada manusia dan
juga pada tanah yang terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut. Spora ini bisa
tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun, jika ia menginfeksi luka seseorang atau
bersamaan dengan benda daging atau bakteri lain, ia akan memasuki tubuh penderita
tersebut, lalu mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin. Tetanus sering juga
dijumpai pada neonatus, bakteri masuk melalui tali pusat sewaktu persalinan yang
tidak baik, tetanus ini dikenal dengan nama tetanus neonatorum.

D. PATOFISIOLOGI

Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh manusia biasanya melalui luka dalam
bentuk spora. Saat spora tersebut tumbuh menjadi bentuk vegetative maka
Clostridium tetani akan meghasilkan toksin yaitu tetanospamin pada keadaan tekanan
oksigen rendah, nekrosis jaringan atau berkurangnya potensi oksigen. tetanospasmin
merupakan toksin kuat dan atau neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan
spasme otot, dan mempengaruhi sistem saraf pusat.

Setelah itu Clostridium tetani akan menyebar melalui beberapa cara, yaitu :

a. Masuk ke dalam otot


Toksin masuk ke dalam otot yang terletak dibawah atau sekitar
luka, kemudian ke otot-otot sekitarnya dan seterusnya secara ascenden
melalui sinap ke dalam susunan saraf pusat.
b. Penyebaran melalui sistem limfatik
Toksin yang berada dalam jaringan akan secara cepat masuk ke
dalam nodus limfatikus, selanjutnya melalui sistem limfatik masuk ke
peredaran darah sistemik.
c. Penyebaran ke dalam pembuluh darah.
Toksin masuk ke dalam pembuluh darah terutama melalui sistem
limfatik, namun dapat pula melalui sistem kapiler di sekitar luka.
Penyebaran melalui pembuluh darah merupakan cara yang penting
sekalipun tidak menentukan beratnya penyakit. Pada manusia sebagian
besar toksin diabsorbsi ke dalam pembuluh darah, sehingga
memungkinkan untuk dinetralisasi atau ditahan dengan pemberian
antitoksin dengan dosis optimal yang diberikan secara intravena. Toksin
tidak masuk ke dalam susunan saraf pusat melalui peredaran darah karena
sulit untuk menembus sawar otak. Sesuatu hal yang sangat penting adalah
toksin bisa menyebar ke otot-otot lain bahkan ke organ lain melalui
peredaran darah, sehingga secara tidak langsung meningkatkan transport
toksin ke dalam susunan saraf pusat.
d. Toksin masuk ke susunan saraf pusat (SSP)
Toksin masuk kedalam SSP dengan penyebaran melalui serabut
saraf, secara retrograd toksin mencapai SSP melalui sistem saraf motorik,
sensorik dan autonom. Toksin yang mencapai kornu anterior medula
spinalis atau nukleus motorik batang otak kemudian bergabung dengan
reseptor presinaptik dan saraf inhibitor.

E. PATHWAYS
F. MANIFESTASI KLINIS

Periode inkubasi (rentang waktu antara trauma dengan gejala pertama) rata-rata 7-
10 hari dengan rentang 1-60 hari. Onset (rentang waktu antara gejala pertama dengan
spasme pertama) bervariasi antara 1-7 hari. Minggu pertama: regiditas, spasme otot.
Gangguan ototnomik biasanya dimulai beberapa hari setelah spasme dan bertahan
sampai 1-2 minggu tetapi kekakuan tetap bertahan lebih lama. Pemulihan bisa
memerlukan waktu 4 minggu. (Sudoyo, Aru 2010).

Menurut Sumarmo (2013), beberapa tanda gejala yang dialami penderita tetanus
adalah

a. Trismus adalah kekakuan otot mengunyah sehingga sukar membuka mulut.


b. Risus sardonicus, terjadi sebagai kekakuan otot mimic, sehingga tampak dahi
mengkerut, mata agak tertutup, dan sudut mulut tertarik keluar kebawah.
c. Opistotonus adalah kekakuan otot yang menunjang tubuh seperti: otot
punggung, otot leher, otot badan, dan trunk muscle. Kekakuan yang sangat
berat dapat menyebabkan tubuh melengkung seperti busur.
d. Otot dinding perut kaku sehingga dinding perut seperti papan
e. Bila kekakuan semakin berat, akan timbul kejang umum yang awalnya hanya
terjadi setelah dirangsang misalnya dicubit, digerakkan secara kasar, atau
terkena sinar yang kuat. Serangan timbul proksimal dan dapat dicetuskan oleh
karena :

1) Rangsang suara, rangsang cahaya, rangsang sentuhan, spontan


2) Karena kontriksi sangat kuat dapat terjadi aspiksia, sianosis, retensi
urine, fraktur vertebralis (pada anak-anak), demam ringan dengan stadium
akhir. Pada saat kejang suhu dapat naik 2-4 derakat celsius dari normal,
diaphoresis, takikardia dan sulit menelan.

f. Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernapasan akibat kejang yang
terus-menerus atau oleh kekakuan otot laring yang dapat menimbulkan
anoksia dan kematian.
g. Demam
h. Kesulitan menelan
i. BAB dan BAK tidak terkontrol

D. KOMPLIKASI
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
D. IMPLEMENTASI KEPRAWATAN
E. EVALUASI KEPERAWATAN
BAB II TINJAUAN KASUS

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai