Disusun Oleh :
Tingkah Enggaring Tyas (2005076)
1. Definisi
2. Etiologi
a. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter
mendadak, kontraksi otot ekstrim.
b. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu
jauh.
c. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur
patologis.
3. Patofisiologi
Fraktur bisa terjadi secara terbuka atau tertutup. Frak tur terbuka terjadi
apabila terdapat luka yang menghubung kan tulang yang fraktur dengan udara luar
atau permukaan kulit, sedangkan fraktur tertutup terjadi apabila kulit yang
menyelubungi tulang tetap utuh. Fraktur terjadi ketika kekuatan ringan atau minimal
mematahkan area tulang yang dilemahkan oleh gangguan (misalnya, osteoporosis,
kanker, infeksi, dan kista tulang) (Andra,2013).
4. Pathways
Trauma
Trauma Kondisi
langsung
tidak patologis
FRAKTUR Pergeseran
frakmen
Perubahan
Diskontinui
jaringan sekitar Nyeri
tas tulang
akut/kroni
edema Memobilisasi
asam lemak
Penekanan
pembuluh darah Bergabung dgn
trombosit meny.
emboli
Perfusi jaringan
tdk efektif Menyumbat
pem.darah
5. Manifestasi Klinis
6. Pemeriksaan Penunjang
7. Komplikasi
a. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh
dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
b. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
c. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
8. Penatalaksanaan
1. Pengkajian
a. Data Pasien
b. Keluhan umum. Pasien tidak dapat melakukan perge rakan, merasakan nyeri
pada area fraktur, rasa lemah dan tidak dapat melakukan aktivitas
c. Riwayat kesehatan sekarang. Kapan pasien mengalami fraktur, bagaimana
terjadinya dan bagian tubuh mana yang terkena.
d. Riwayat kesehatan sebelumnya, Apakah pasien pernah mengalami penyakit
tertentu yang dapat mempengaruhi kesehatan sekarang.
e. Riwayat kesehatan keluarga. Apakah anggota keluarga
Pasien memiliki penyakit keturunan yang mungkin akan mempengaruhi
kondisi sekarang.
f. Riwayat psikososial. Konsep diri pasien imobilisasi mungkin terganggu, oleh
karena ini kaji gambaran ideal diri, harga diri, dan identitas diri serta interaksi
pasien dengan anggota keluarga maupun dengan lingkungan tempat
tinggalnya.
g. Aktivitas sehari-hari. Pengkajian ini bertujuan melihat perubahan pola yang
berkiatan dengan terganggunya sistem tubuh serta dampaknya terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar pasien.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Kondisi umum. Pasien imobilisasi biasanya meng alami, kelemahan,
kurangnya kebersihan diri dan penurunan berat badan.
2) Sistem Pernapasan. Pengkajian untuk mendeteksi sekret, gerak dada
saat bernapas auskultasi bunyi napas, dan nyeri tekan pada daerah dada
serta frekuensi napas.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
2. Dukungan ambulasi
Gangguan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan (I.06171)
berhubungan dengan tindakan 2x8 jam,
Observasi
kerusakan integritas diharapkan mobilitas
struktur tulang(D.0054) fisik membaik dengan 1.Identifikasi adanya
kriteria hasil : nyeri atau keluhan
fisik lainnya
a.Dapat menopang
berat badan 2.Identifikasi toleransi
fisik melakukan
b.Dapat berjalan
ambulasi
dengan langkah yang
efektif 3.Monitor kondisi
umum selama
c.Nyeri saat berjalan
melakukan ambulasi
berkurang
Terapeutik
d.Perasaan khawatir
saat berjalan berkurang 1.Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan alat
bantu(mis.tongkat,
kruk)
2.Fasilitasi melakukan
mobilitas fisik, jika
perlu
Edukasi
2.Anjurkan
melakukan ambulasi
dini
3.Ajarkan ambulasi
yang harus dilakukan
3.
Perfusi Jaringan Perifer Setelah dilakukan Perawatan sirkulasi
tidak efektif berhubungan tindakan keperawatan (I.02079)
dengan penurunan aliran 2x8 jam, diharapkan Observasi
arteri/vena (D.0009) perfusi perifer kembali
efektif, dengan kriteria 1.Identifikasi faktor
Terapeutik
1.Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstermitas dengan
keterbatasan perfusi
2.Hindari pemasangan
infus atau
pengambilan darah di
area keterbatasan
perfusi
DAFTAR PUSTAKA
Andra Saferi Wijaya, Ns., S. Kep. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. 1st ed. edited by
Haikhi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Haryono, Rudi, Ns., M. Kep. 2021. Keperawatan Medikal Bedah II. 2nd ed. edited by Joglo
Aksara. Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS.
Istianah, Umi, Ns., M.Kep., Sp. M. 2021. Asuhan Keperawatan Klien. 1st ed. edited by Paper
Plane. Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS.
Melti Suriya, Ns., M. Kep. 2019. “Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.” Google
Book 49. Retrieved
(https://www.google.co.id/books/edition/BUKU_AJAR_ASUHAN_KEPERAWATAN_ME
DIKAL_BED/GYH1DwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1).
Risnawati, S.Kep., Ns., M. Kep. 2021. “Modul Ajar Keperawatan Medikal Bedah.” Google
Book 75. Retrieved
(https://www.google.co.id/books/edition/MODUL_AJAR_KEPERAWATAN_MEDIKAL_B
EDAH/3qggEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=fraktur+adalah&pg=PA74&printsec=frontcover).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1st ed. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatan Nasional Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1st ed. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatan Nasional Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 1st ed. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatan Nasional Indonesia.