Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN FRAKTUR CLAVIKULA

DI RUANG SADEWA 2 RSD KRMT WONGSONEGORO SEMARANG


Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik keperawatan
Dosen Pengampu Maulidta Karuningtyas W,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :
Tingkah Enggaring Tyas (2005076)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
2022
A. KONSEP DASAR TEORI

1. Definisi

Fraktur merupakan istilah hilangnya kontinuitas tulang, baik bersifat total


maupun sebagian yang ditentukan berdasarkan jenis dan luasnya. Fraktur adalah patah
tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dari tenaga
tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan
menentukan kondisi fraktur tersebut (Andra,2013).

2. Etiologi

Menurut (Haryono,2021)etiologi dari fraktur adalah sebagai berikut :

a. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter
mendadak, kontraksi otot ekstrim.
b. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu
jauh.
c. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur
patologis.

3. Patofisiologi

Fraktur bisa terjadi secara terbuka atau tertutup. Frak tur terbuka terjadi
apabila terdapat luka yang menghubung kan tulang yang fraktur dengan udara luar
atau permukaan kulit, sedangkan fraktur tertutup terjadi apabila kulit yang
menyelubungi tulang tetap utuh. Fraktur terjadi ketika kekuatan ringan atau minimal
mematahkan area tulang yang dilemahkan oleh gangguan (misalnya, osteoporosis,
kanker, infeksi, dan kista tulang) (Andra,2013).
4. Pathways

Trauma
Trauma Kondisi
langsung
tidak patologis

FRAKTUR Pergeseran
frakmen
Perubahan
Diskontinui
jaringan sekitar Nyeri
tas tulang
akut/kroni

Pergeseran Laserasi Spasme


fragmen tulang kulit:putus Kerusakan fragmen
otot
vena/arteri tulang
Peningkatan
tekanan kapiler
deformitas Perdarahan
Tekanan ssm mg
> tinggi kapiler
Gangguan Kehilangan Pelepasan
fungsi volum histamin
Reaksi stress
klien,
Gangguan Defisien Protein melepaskan
mobilitas plasma kalekolamin
hilang

edema Memobilisasi
asam lemak

Penekanan
pembuluh darah Bergabung dgn
trombosit meny.
emboli

Perfusi jaringan
tdk efektif Menyumbat
pem.darah
5. Manifestasi Klinis

Manifestasi faktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan


ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna (Haryono,2021)

a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang


diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan betuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan garakan antar fragmen tulang.
b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti
normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai
menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa
diketahui dengan membandingkan dengan estremitas normal. Ekstremitas tak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melengketnya otot.
c. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat di atas ada di bawah tempat fraktur. Fragmen
sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2
inci).
d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
lainnya.
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
Penyembuhan fraktur dapat dibagi menjadi 4 tahap dasar
1. Respon inflamasi/hematoma
2. Pembentukan kalus tulang rawan primer
3. Pembentukan kalus tulang sekunder
4. Bone remodeling

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang yang umum dilakukan pada kasus fraktur menurut


(Istianah,2021) adalah:

a. Foto rontgen (X-ray) untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur


b. Scan tulang, tomogram, atau scan CT/MRI untuk memper lihatkan fraktur
lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
c. Arteriogram dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.
d. Hitung darah lengkap. Hemokonsentrasi mungkin meningkat atau menurun
pada perdarahan, selain itu peningkatan lekosit mungkin terjadi sebagai
respons terhadap peradangan.
e. Kretinin. Trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal.
f. Profil koagulasi. Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi atau
cedera organ hati.

7. Komplikasi

Komplikasi fraktur menurut (Istianah,2021) :

a. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh
dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
b. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
c. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan


pengembalian fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitasi. Reduksi fraktur
berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis.
Metode untuk mencapai reduksi fraktur adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan
reduksi terbuka. Metode yang dipilih untuk mereduksi fraktur bergantung pada sifat
frakturnya. kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen
(Risnawati,2021).

Pada kebanyakan tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan)


dengan manipulasi dan traksi manual. Selanjutnya, traksi dapat dilakukan untuk
mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan
spasme otot yang terjadi. Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka, dengan
pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin,
kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam dapat digunakan untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang solid
terjadi. Tahapan selanjutnya setelah fraktur direduksi adalah mengimobilisasi dan
mempertahankan fragmen tulang dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai
terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi interna dan fiksasi
eksterna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontin, pin,
dan tehnik gips. Sedangkan implant logam digunakan untuk fiksasi interna
(Istianah,2021).
Mempertahankan dan mengembalikan fragmen tulang, dapat dilakukan
dengan reduksi dan imobilisasi. Pantau status neurovaskuler, latihan isometrik, dan
memotivasi klien untuk berpartisipasi dalam memperbaiki kemandirian dan harga diri

Prinsip penanganan fraktur dikenal dengan empat R yaitu :

a. Rekognisi adalah menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kejadian dan


kemudian dirumah sakit.
b. Reduksi adalah usaha dan tindakan memanipulasi fragmen-fragmen tulang
yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak asalnya.
c. Retensi adalah aturan umum dalam pemasangan gips, yang dipasang untuk
mempertahankan reduksi harus melewati sendi di atas fraktur dan di bawah
fraktur.
d. Rehabilitasi adalah pengobatan dan penyembuhan fraktur.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Data Pasien
b. Keluhan umum. Pasien tidak dapat melakukan perge rakan, merasakan nyeri
pada area fraktur, rasa lemah dan tidak dapat melakukan aktivitas
c. Riwayat kesehatan sekarang. Kapan pasien mengalami fraktur, bagaimana
terjadinya dan bagian tubuh mana yang terkena.
d. Riwayat kesehatan sebelumnya, Apakah pasien pernah mengalami penyakit
tertentu yang dapat mempengaruhi kesehatan sekarang.
e. Riwayat kesehatan keluarga. Apakah anggota keluarga
Pasien memiliki penyakit keturunan yang mungkin akan mempengaruhi
kondisi sekarang.
f. Riwayat psikososial. Konsep diri pasien imobilisasi mungkin terganggu, oleh
karena ini kaji gambaran ideal diri, harga diri, dan identitas diri serta interaksi
pasien dengan anggota keluarga maupun dengan lingkungan tempat
tinggalnya.
g. Aktivitas sehari-hari. Pengkajian ini bertujuan melihat perubahan pola yang
berkiatan dengan terganggunya sistem tubuh serta dampaknya terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar pasien.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Kondisi umum. Pasien imobilisasi biasanya meng alami, kelemahan,
kurangnya kebersihan diri dan penurunan berat badan.
2) Sistem Pernapasan. Pengkajian untuk mendeteksi sekret, gerak dada
saat bernapas auskultasi bunyi napas, dan nyeri tekan pada daerah dada
serta frekuensi napas.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)


b. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
tulang(D.0054)
c. Perfusi Jaringan Perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran
arteri/vena (D.0009)

3. Intervensi

No Diagnosa (SDKI) Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)


1. Manajemen nyeri (I.
Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan 08238)
dengan agen pencedera tindakan 2x8 jam, Observasi
1. Identifikasi
fisik (D.0077) diharapkan Nyeri skala nyeri
berkurang dengan Terapeutik
1. Berikan
kriteria hasil : tekhnik non
farmakologis
a. Tingkat nyeri untuk
meredakan ny-
menurun/berku eri (relaksasi
rang napas dalam)
Edukasi
b. Keluhan nyeri 1. Jelaskan
berkurang strategi
meredakan ny-
c. Kesulitan tidur eri
berkurang Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
d. Pola nafas
analgetik jika perlu
membaik
e. Pola tidur
membaik

2. Dukungan ambulasi
Gangguan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan (I.06171)
berhubungan dengan tindakan 2x8 jam,
Observasi
kerusakan integritas diharapkan mobilitas
struktur tulang(D.0054) fisik membaik dengan 1.Identifikasi adanya
kriteria hasil : nyeri atau keluhan
fisik lainnya
a.Dapat menopang
berat badan 2.Identifikasi toleransi
fisik melakukan
b.Dapat berjalan
ambulasi
dengan langkah yang
efektif 3.Monitor kondisi
umum selama
c.Nyeri saat berjalan
melakukan ambulasi
berkurang
Terapeutik
d.Perasaan khawatir
saat berjalan berkurang 1.Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan alat
bantu(mis.tongkat,
kruk)

2.Fasilitasi melakukan
mobilitas fisik, jika
perlu

Edukasi

1.Jelaskan tujuan dan


prosedur ambulasi

2.Anjurkan
melakukan ambulasi
dini

3.Ajarkan ambulasi
yang harus dilakukan

3.
Perfusi Jaringan Perifer Setelah dilakukan Perawatan sirkulasi
tidak efektif berhubungan tindakan keperawatan (I.02079)
dengan penurunan aliran 2x8 jam, diharapkan Observasi
arteri/vena (D.0009) perfusi perifer kembali
efektif, dengan kriteria 1.Identifikasi faktor

hasil : resiko gangguan


perifer
a.Edema perifer
menurun 2.Monitor panas,
kemerahan, nyeri atau
b.Kelemahan otot bengkak pada
menurun ekstermitas

Terapeutik

1.Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstermitas dengan
keterbatasan perfusi

2.Hindari pemasangan
infus atau
pengambilan darah di
area keterbatasan
perfusi
DAFTAR PUSTAKA

Andra Saferi Wijaya, Ns., S. Kep. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. 1st ed. edited by
Haikhi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Haryono, Rudi, Ns., M. Kep. 2021. Keperawatan Medikal Bedah II. 2nd ed. edited by Joglo
Aksara. Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS.

Istianah, Umi, Ns., M.Kep., Sp. M. 2021. Asuhan Keperawatan Klien. 1st ed. edited by Paper
Plane. Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS.

Melti Suriya, Ns., M. Kep. 2019. “Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.” Google
Book 49. Retrieved
(https://www.google.co.id/books/edition/BUKU_AJAR_ASUHAN_KEPERAWATAN_ME
DIKAL_BED/GYH1DwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1).

Risnawati, S.Kep., Ns., M. Kep. 2021. “Modul Ajar Keperawatan Medikal Bedah.” Google
Book 75. Retrieved
(https://www.google.co.id/books/edition/MODUL_AJAR_KEPERAWATAN_MEDIKAL_B
EDAH/3qggEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=fraktur+adalah&pg=PA74&printsec=frontcover).

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1st ed. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatan Nasional Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1st ed. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatan Nasional Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 1st ed. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatan Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai