TRAUMA FRAKTUR
Oleh:
Ns. SHELFI D.R PUTRI S., M.Kep
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG
2020
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang
rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian. Fraktur adalah patah
tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut
tenaga fisik, keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan lunak disekitar
tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak
pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang (Nur
Arif, 2016).
disebabkan oleh rudapaksa dan tekanan eksternal yang datang lebih besar
serta dapat merasakan rasa nyeri pada saat pre dan post oprasi yang sangat
2.1.2 Etiologi
Etiologi dari fraktur menurut Nur Arif, (2016) sebagai berikut:
1) Fraktur troumatik
fraktur berjauhan.
2) Fraktur patologis
kelainan bawaan).
3) Fraktur stress
Terjadi karena adanya stress yang kecil dan berulang- ulang pada
daerah tulang yang menopang berat badan. Fraktur stress jarang sekali
lanjut.
5) Spontan: Terjadi karena tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.
bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Karena
(1) Derajat I
(1) Luka <1 cm, (2) Kerusakan jaringan, (3) luka sedikit, tidak ada
(2) Derajat II
(1) Laserasi > 1 cm, (2) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/
infeksi tulang.
2.1.4 Patofisiologi
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup
bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.
dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. Sewaktu tulang patah
terbentuk tulang baru umatur yang disebut callus. Bekuan fibrin diabsorbsi
dan sel- sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang
tendon, otot, ligament dan pembuluh darah. Pasien yang harus imobilisasi
setelah patah tulang akan menderita komplikasi antara lain: nyeri, iritasi
Fraktur
Melepaskan
katekolamin
Pelepasan histamin
Ggn fungsi ekstremitas
Metabolisme
Protein plasma hilang asam lemak
Hambatan Mobilitas Fisik
Edema Bergabung
Deformitas dengan trombosit
Penekanan pembuluh
darah Emboli
Kehilangan Volume
Perdarahan
cairan Ketidak efektifan
perfusi jaringan
perifer
Luka Insisi
Nyeri Akut
2) Nyeri pembengkakan.
2.1.8 Penatalaksanaan
Menurut Muttaqin (2008) Asikin (2016) konsep dasar yang harus di
1) Rekognisi (Pengenalan)
fraktur tungkai akan terasa nyeri sekali dan bengkak. Kelainan bentuk
fragmen tulang yang patah sedapat mungkin kembali lagi seperti letak
2002).
3) Retensi (Immobilisasi)
fraktur. Fiksasi eksterna adalah alat yang diletakkan diluar kulit untuk
distal dari tempat fraktur dan pin tersebut dihubungkan satu sama lain
kebanyakan digunakan untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi juga dapat
2009).
2.1.9 Komplikasi
Komplikasi fraktur menurut Asikin (2016) yaitu:
Syok
yang menekan otot, saraf dan pembuluh darah. Selain itu juga
disebabkan oleh adanya tekanan dari luar misalnya bidai dan
sering kali terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi
(4) Infeksi
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka selain itu juga dapat
(6) Syok
(1) Malunion
(3) Nonunion
sambungan yang lengkap, kuat dan stabil setelah 6-9 bulan, jika
vaskuler.
peradangan.
nilai yang biasanya di temukan pada pasien fraktur 0,8. Kadar normal
2.4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan
menusuk.
(3) Region: radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
(4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
1995).
terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan
6) Riwayat Psikososial
mobilitas klien.
kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga
dikaji ada kesulitan atau tidak. Pola Tidur dan Istirahat Semua
ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu
perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji
bagian distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul
1995).
efektif.
Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan total care karena ada
1) Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:
tanda, seperti:
1. Kepala
1. Leher
2. Wajah
3. Mata
4. Telinga
5. Hidung
hidung.
7. Thoraks
8. Paru
dengan paru.
sama.
tambahan lainnya.
9. Jantung
10. Abdomen
tidak teraba.
11. Inguinal-Genetalia-Anus
adekuat
muntah
2) Keadaan Lokal
3. Fistulae.
hyperpigmentasi.
ukurannya.
khususnya seperti:
tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga
mengalaminya.
penyembuhan tulang.
infeksi.
diakibatkan fraktur.
mencapai hasil yang akuntabilitas yang dimiliki oleh seorang tenaga medis
meliputi:
1) Pre Operasi
lingkungan.
peradangan.
2) Post Operasi
2.4.5 Intervensi
Perencanaan keperawatan adalah perencanaan yang secara
2.4.6 Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan
menilai data yang baru (Rahmah, Nikmatur dan walid saiful. 2009; 89).
2.4.7 Evaluasi
Rahmah, Nikmatur dan walid Saiful (2009; 94-96) menjelaskan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
1) Evaluasi Proses
intervensi tersebut.
2) Evaluasi Hasil
(3) A: Analisis
(4) P: Planning
(5) I: Implementasi
(6) E: Evaluasi
Aini, L., & Reskita, R. (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap
Penurunan Nyeri pada Pasein Fraktur. Jurnal Kesehatan, 9(2), 262.
https://doi.org/10.26630/jk.v9i2.905{01-02-2020}
Aji, S. B., Armiyati, Y., & Sn, S. A. (2015). Efektifitas Antara Relaksasi
Autogenik Dan Slow Deep Breathing Relaxation Terhadap Penurunan Nyeri
Pada Pasien Post Orif Di Rsud Ambarawa. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan
Kebidanan (JIKK), 002.
Aslidar, S.Kep, Ns., M. K. (2016). Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada Pasien
Pasca Operasi Fraktur Cruris Di Rsu.Pusat Haji Adam Malik Medan. Jurnal
Keperawatan Flora, IX(2), 69–8
http://ojs.stikesflora-medan.ac.id/index.php/jkpf/article/view/75.{02-02-
2020}.
Lestari Endah Devi, dkk, (2019). Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien
Post Orif (Open Reduction Internal Fixation) Fraktur Cruris Di Rumah Sakit
Umum Daerah Ungaran.
Igiany, P. D. (2018). Perbedaan Nyeri Pada Pasien Pasca Bedah Fraktur
Ekstremitas Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Teknik Relaksasi Napas
Dalam. Jurnal Manajemen Informasi Dan Administrasi Kesehatan (J-MIAK,
01(01), 16–21.
Ismonah, dkk, (2015). Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap Intensitas Nyeri
Paien Post ORIF di RS Telogorejo Semarang. Ejournal keperawatan (e-Kp)
Volume 2 nomor 4 2015. Halaman 19-28.
Kristanto, A., & Arofiati, F. (2016). Efektifitas Penggunaan Cold Pack
dibandingkan Relaksasi Nafas Dalam untuk Mengatasi Nyeri Pasca Open
Reduction Internal Fixation (ORIF). Indonesian Journal of Nursing
Practices, 1(1), 68–76. https://doi.org/10.18196/ijnp.1154
RI, K. (2017). Terapi Non Farmakologi dalam Penanganan Diagnosis Nyeri Akut
pada Fraktur : Systematic Review. Terapi Non Farmakologi Dalam
Penanganan Diagnosis Nyeri Akut Pada Fraktur : Systematic Review, 4.
EGC, Jakarta Carpenito lynda juall. 2012. Buku saku diagnosis keperawatan edisi
13. Jakarta : EGC
http://forikes-ejournal.com/ojs-2.4.6/index.php/SF/article/view/476. {03-02-
2020}
Iqbal Wahid, dkk.2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Buku 2, Jakarta
Selatan: Salemba Medika
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC 137
Rivaldy Djamal, dkk.2015. Pengaruh Terapi Terhadap Skala Nyeri pada Pasien
Fraktur di Irina A RSUP Prof.DR. R.D. Kandou Manado. e-journal
keperawatan (eKp) Volume 3 Nomor 2 Oktober 2015. Halaman 1-6.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/download/9596/9174. {03-
02-2020}