Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

KONSEP DASAR MEDIS DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN


DEWASA DENGAN DIAGNOSA STRIKTUR UTERA
Untuk Memenuhi Tugas Mata Perkuliahan Keperawatan Medikal Bedah II

Disusun Oleh :

Chusniah Alda Amriilah 20191420146001

Prodi S1 Keperawatan

Dosen Pembimbing :
Ns Achmad Wahdi, S.Kep.,M.Tr.Kep

S1 KEPERAWATAN STIKES BAHRUL ULUM


TAMBAK-BERAS JOMBANG
2020-2021

i
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan benar tanpa kesulitan yang berarti
makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin sesuai dengan
referensi yang kami dapatkan sehingga dapat membantu kita semua agar dapat
memahami isi materi dari makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tatabahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan saran dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah yang kami buat ini.

Jombang, Mei 2021

ii
Daftar Isi

Cover........................................................................................................................i

Kata Pengggantar..................................................................................................ii

Daftar Isi ...............................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...........................................................................................5


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................5
1.3 Tujuan Masalah..........................................................................................5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi.......................................................................................................6
2.2 Etiologi.......................................................................................................6
2.3 Patofisiologi...............................................................................................6
2.4 Manifestasi Klinis......................................................................................7
2.5 Penatalaksanaan.........................................................................................7
2.6 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................9
2.7 Komplikasi.................................................................................................9

BAB 3 KONSEP DASAR MEDIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN DEWASA DENGAN DIAGNOSA STRIKTUS URETRA

3.1 Pengkajian................................................................................................11
3.2 Diagnosa...................................................................................................1
1
3.3 Intervensi..................................................................................................11
3.4 Implementasi............................................................................................15
3.5 Evaluasi....................................................................................................15

BAB 4 CONTOH KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DEWASA DENGAN DIAGNOSA STRIKTUS URETRA

4.1 Pengkajian................................................................................................16

iii
4.2 Analisa Data.............................................................................................25
4.3 Diagnosa Keperawatan............................................................................26
4.4 Intervensi..................................................................................................27
4.5 Implementasi............................................................................................31
4.6 Evaluasi....................................................................................................36

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan..............................................................................................38
5.2 Saran.........................................................................................................3
8

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................39

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Striktur uretra adalah penyempitan uretra disebabkan akibat jaringan parut yang
mengarah pada obstruktif disfungsi saluran berkemihdengan konsekuensi yang berpotensi serius
untuk saluran berkemih. Prevelensi yang didapatkan dari kalangan pria di negara-negara industri
diperkirakan sebesar 0,9%. Striktur uretra dapat memberikan gejala urin obstruktif dan iritatif
dan pada akhirnya dapat merusak fungsi ginjal.
Striktur adalah penyakit yang relatif umum pada pria dengan prevalensi terkait 229-27
per 100.000 laki-laki, atau 0,6% dari populasi beresiko, yang biasanya pria yang lebih tua.
Santucci dkk, menganalisa penyakit striktur uretra dalam sepuluh set data publik dan pribadi di
amerika serikat hasilnya bahwa penyakit striktur uretra umum terjadi pada lansia dengan
peningkatan pada usia > 55 tahun. Data dari Medicare dan Medicaid Services (untuk pasien
yang lebih tua dari 65 tahun) mengkonfirmasi peningkatan insiden penyakit penyempitan pada
9.0 / 100.000 untuk tahun 2001 dibandingkan dengan 5.8 / 100.000 pada pasien yang lebih
muda dari 65 tahun.
Studi yang dilakukan di Jerman menyebutkan penyebab dari striktur uretra meliputi
trauma pelvis (54%), post-kateterisasi (21,1%), infeksi (15,2%), dan postinstrument (5,6%).
Study ini menunjukkan kesimpulan bahwa etiologi diatas menentukan prognosis dari
penatalaksanaan striktur uretra. Studi yang dilakukan oleh Tritschler, et all juga mendapatkan
hasil sebanyak 30 % idiopatik, dan 20 % karena uretritis bakteri, 45 % striktur uretra disebabkan
iatrogenik yang didalamnya termasuk reseksi transuretral, kateterisasi uretra, cystoscopy,
prostatectomy, brachytherapy, dan pembedahan hypospadi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi striktus uretra?
2. Bagaimana etiologi striktus uretra?
3. Apa saja manifestasi klinis striktus uretra?
4. Bagaimana patofisiologis striktus uretra?
5. Bagaimanakah penatalaksanaan striktus uretra?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang striktus uretra?
7. Apa saja komplikasi striktus uretra?
8. Konsep asuhan keperawatan striktus uretra?
9. Contoh asuhan keperawatan striktus uretra?
1.3 Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar mendis dan asuhan keperawatan pada pasien
dewasa dengan diagnosa striktur uretra.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Striktur uretra adalah kondisi dimana suatu bagian dari uretra menyempit namun berbeda
dengan obstruksi pada uretra yang disebabkan oleh batu, striktur uretra merupakan adanya oklus
dari diri meatus uretralis karena adanya jaringan yang fibrotik dengan hipertrofi. Jaringan
fibrotik yang tumbuh dengan abnormal akan menutupi/ mempersempit meatus
uretralis,sehingga aliran urine (urine flow) akan menurun.( Prabowo & Pranata, 2014:144).
Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada dindingnya.
Penyempitan lumen ini disebabkan karena dindingnya mengalami fibrosis dan pada tingkat yang
lebih parah terjadi fibrosis korpus spongiosum.(Purnomo, 2011:153). Striktur uretra adalah
penyempitan luemen uretra akibat adanya jaringan parut dan kontriksi.( Suharyanto & Madjid,
2013:271).
Dari beberapa definisi tersebut, disimpulkan bahwa striktur uretra merupakan penyakit
atau kelainan yang berupa penyempitan atau konstriksi dari lumen uretra akibat adanya
obstruksi kemudian terbentuk jaringan fibrotik(jaringan parut) pada daerah uretra.
2.2 Etiologi

Striktur uretra dapat terjadi secara:


1. Kongenital, Striktur uretra dapat terjadi secara terpisah ataupun bersamaan dengan anomali
saluran kemih yang lain. 
2. Didapat.
a. Cedera uretral (akibat insersi peralatan bedah selama operasi transuretral, kateter
indwellinn, atau prosedur sitoskopi)
b. Cedera akibat peregangan
c. Cedera akibat kecelakaan
d. Uretritis gonorheal yang tidak ditangani
e. Infeksi
f. Spasmus otot
g. Tekanan dari luar misalnya pertumbuhan tumor 
(C.Smeltzer, Suzanne;2002 hal 1468 dan C. Long , Barbara;1996 hal 338).

2.3 Patofisiologi
Penyakit ini terjadi akibat berkurangnya diameter atau elastisitas saluran kencing, dalam
hal ini uretra, akibat terbentuknya jaringan parut (sikatriks) yang menyumbat saluran kencing
sehingga aliran kencing menjadi tidak lancar. Striktur uretra paling banyak disebabkan oleh
infeksi terutama golongan bakteri gonokokus. Infeksi bakteri gonokokus pada saluran kencing
biasanya ditandai oleh nyeri saat kencing, nyeri pada kelamin dan kadang keluar nanah melalui
lubang kencing yang ditandai oleh bercak kuning di celana dalam. Striktur uretra sering

6
menyertai trauma pada daerah panggul, misalnya patah tulang panggul akibat kecelakaan atau
tabrakan keras yang mengenai daerah panggul atau selangkangan.
Gejala sumbatan pada uretra yang khas adalah pancaran kencing yang kecil dan
bercabang. Apabila derajat sumbatan sudah parah dapat terjadi retensi urin (tidak bisa kencing).
Akibat sumbatan dapat mengakibatkan aliran kencing mencari jalan keluar lain dan terkumpul
di rongga periuretra. Hal ini misalnya dirasakan sebagai kantong buah pelir yang semakin
membesar. Untuk mengukur kekuatan dan kecepatan pancaran urin biasanya dilakukan dengan
pemeriksaan uroflometri. Untuk mengetahui letak sumbatan dilakukan dengan pemeriksaan foto
rontgen uretrografi atau sistografi bipolar. Terapi untuk penyempitan uretra biasanya dilakukan
dengan operasi minimal invasive yaitu uretrotomi interna (sachse). Alat ini berupa teropong
berukuran kecil dan panjang yang dimasukkan melalui saluran kencing. Setelah penderita
sembuh, sangat dianjurkan untuk tetap kontrol secara berkala ke dokter yang merawat untuk
mencegah timbulnya kekambuhan.( Basuki ;2011).
2.4 Manifestasi Klinis
1. Kekuatan pancaran dan jumlah urin berkurang
2. Gejala infeksi
3. Retensi urinarius
4. Adanya aliran balik dan mencetus sistitis, prostatitis dan pielonefritis( C. Smeltzer,
Suzanne;2002).
Derajat penyempitan uretra :
a. Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen.
b. Sedang : oklusi 1/3 s.d ½ diameter lumen uretra.
c. Berat : oklusi lebih besar dari ½ diameter lume uretra.
Ada derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang dikenal
dengan spongiofibrosis.( Basuki B. Purnomo;2000).
2.5 Penatalaksanaan
1. Filiform bougies untuk membuka jalan jika striktur menghambat pemasangan kateter.
2. Medika mentosa analgesic non narkotik untuk mengendalikan nyeri. Medikasi
antimikrobal untuk mencegah infeksi.
3. pembedahan

a. Sistostomi suprapubis
b. Businasi ( dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati-hati.
c. Uretrotomi interna: memotong jaringan sikatrik uretra dengan pisauotis /sachse. Otis
dimasukkan secara blind ke dalam buli–buli jikastriktur belum total. Jika lebih berat
dengan pisau sachse secara visual.
d. Uretritimi eksterna: tondakan operasi terbuka berupa pemotongan jaringan fibrosis,
kemudian dilakukan anastomosis diantara jaringan uretra yang masih baik.
(Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)

7
2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Kultur urin: adanya staphylokokus aureus, proteus, klebsiella, pseudomonas, e.coli


2. Uretrografi: adanya penyempitan atau penyumbatan uretra. Untuk mengetahui panjangnya
penyempitan uretra dibuat foto bipolar sistouretrografi.
3. Uroflowmetri: untuk mengetahui derasnya pancaran saat miksi.
4. Uretroskopi : Untuk mengetahui pembuntuan lumen uretra
(Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)
2.7 Komplikasi

Adapun komplikasi dari Striktur Uretra jika adalah:

a) Trabekulasi, sakulasi dan divertikel

Pada striktur uretra kandung kencing harus berkontraksi lebih kuat, maka otot kalau
diberi beban akan berkontraksi lebih kuat sampai pada suatu saat kemudian akan melemah.
Jadi pada striktur uretra otot buli-buli mula-mula akan menebal terjadi trabekulasi pada fase
kompensasi, setelah itu pada fase dekompensasi timbul sakulasi dan divertikel. Perbedaan
antara sakulasi dan divertikel adalah penonjolan mukosa buli pada sakulasi masih di dalam
otot buli sedangkan divertikel menonjol di luar buli-buli, jadi divertikel buli-buli adalah
tonjolan mukosa keluar buli-buli tanpa dinding otot.

b) Residu urine

Pada fase kompensasi dimana otot buli-buli berkontraksi makin kuat tidak timbul
residu. Pada fase dekompensasi maka akan timbul residu. Residu adalah keadaan dimana
setelah kencing masih ada urine dalam kandung kencing. Dalam keadaan normal residu ini
tidak ada.

c) Refluks vesiko ureteral

Dalam keadaan normal pada waktu buang air kecil urine dikeluarkan buli-buli melalui
uretra. Pada striktur uretra dimana terdapat tekanan intravesika yang meninggi maka akan
terjadi refluks, yaitu keadaan dimana urine dari buli-buli akan masuk kembali ke ureter
bahkan sampai ginjal.

d) Infeksi saluran kemih dan gagal ginjal

Dalam keadaan normal, buli-buli dalam keadaan steril. Salah satu cara tubuh
mempertahankan buli-buli dalam keadaan steril adalah dengan jalan setiap saat
mengosongkan buli-buli waktu buang air kecil. Dalam keadaan dekompensasi maka akan
timbul residu, akibatnya maka buli-buli mudah terkena infeksi. Adanya kuman yang
berkembang biak di buli-buli dan timbul refluks, maka akan timbul pyelonefritis akut
maupun kronik yang akhirnya timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya.

8
e) Infiltrat urine, abses dan fistulas

Adanya sumbatan pada uretra, tekanan intravesika yang meninggi maka bisa timbul
inhibisi urine keluar buli-buli atau uretra proksimal dari striktur. Urine yang terinfeksi keluar
dari buli-buli atau uretra menyebabkan timbulnya infiltrat urine, kalau tidak diobati infiltrat
urine akan timbul abses, abses pecah timbul fistula di supra pubis atau uretra proksimal dari
striktur.

9
BAB 3
KONSEP DASAR MEDIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEWASA
DENGAN DIAGNOSA STRIKTUS URETRA
3.1 Pengkajian
1.Biodata Pasien dan Penanggung Jawab Pasien
2.Sirkulasi
Tanda: peningkatan TD ( efek pembesaran ginjal)
3.Eliminasi
Gejala: penurunan aliran urin, ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih
dengan lengkap, dorongan dan frekurnsi berkemih
Tanda: adanya masa/sumbatan pada uretra
4.Makanan dan cairan
Gejala; anoreksia;mual muntah, penurunan berat badan
5.Nyeri/kenyamanan
Nyeri suprapubik
6.Keamanan : demam
7.Penyuluhan/pembelajaran (Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)

3.2 Diagnosa Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan eliminasi urin b.d sitostomi suprapublik D.0040 Hal. 96
2. Nyeri akut b.d insisi bedah sitostomi suprapublik D.0077 Hal.172
3. Resiko terhadap infeksi b.d adanya kateter suprapublik, insisi bedah sitostomi
suprapublik D.0142 Hal. 304

Sumber : Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017)


3.3 Intervensi

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Gangguan eliminasi urin Eliminasi urine L.04034 Menejemen eliminasi urin
b.d sitostomi suprapublik Hal. 24 1.04152 Hal. 175
D.0040 Hal. 96 Setelah dilakukannya Observasi
D.S Mayor tindakan 3x24 jam pasien 1. Identifikasi tanda dan
1. Desakan berkemih menunjukan tanda gejala retensi/
2. Urin menetes membaik. inkotinensia urine
3. Sring buang air kecil Kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor yang
4. Nokturia 1. Desakan berkemih menyebabkan retensi/
5. Mengompol menurun inkotinensia urine

10
6. Enuresis 2. Distensi kandung kemih 3. Monitor eliminasi
D.O Mayor menurun urin(frekuensi,
1. Distensi kandung 3. Berkemih tidak tuntas konsistensi, aroma,
kemih menurun volume, dan warna).
2. Berkemih tidak tuntas 4. Volume residu urin Terapiutik
3. Volume residu urin menurun 1. Catat waktu-waktu dan
meningkat. 5. Urin menetes menurun haluaran berkemih
6. Nokturia menurun 2. Batasi asupan cairan,
7. Mengompol menurun jika perlu
8. Enuresis menurun 3. Ambil sempel urine
tengan/ kultur
Edukasi
1. Ajarkan tana dan gejala
infeksi saluran kemih
2. Ajarkan mengukur
asupan dan haluaran
urine
3. Ajarkan mengambil
spesimen urin
4. Ajarkan mengenali
tanda berkemih dan
waktu yang tepat untuk
berkemih
5. Ajarkan terapi modalitas
penguat otot-otot
panggul/ perkemihan
6. Anjurkan minun yang
cukup, jika perlu
7. Anjurkan mengurangi
minum menjelang tidur
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat supositoria uretra,
jika perlu

2. Nyeri akut b.d insisi Tingkat nyeri L.08066 Hal. Menejemen nyeri 1.08238
bedah sitostomi 145 Hal 201
suprapublik D.0077 Setelah dilakukannya

11
Hal.172
tindakan keperawatan 3x24 Observasi
D.S Mayor
jam di harapkan keluhan 1. Identiffikasi lokasi,
1. Mengeluh nyeri
menurun. karakteristik, durasi,
D.O Mayor
Kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
1. Tampak meringis
1. Keluhan nyeri meringis intensitas nyeri
2. Bersifat protektif
menurun 2. Identifikasi skala nyeri
3. Gelisah
2. Sikap protektif menurun 3. Identifikasi respon nyeri
4. Frekuensi nadi
3. Gelisah menurun nonverbal
meningkat
4. Kesulitan tidur menurun 4. Identifikasi faktor yang
5. Sulit tidur
5. Frekuensi nadi membaik/ memperberat nyeri/
D.O Minor
normal memperingan nyeri
1. Tekanan darah
5. Monitor efek samping
meningkat
penggunaan analgetik
2. Pola napas berubah
Terapiutik
3. Nafsu makan berubah
1. Berikan teknik
4. Proses berpikir
nonfarmakologis untuk
terganggu menarik
mengurangi rasa nyeri
diri
2. Kontrol linkungan yang
5. Berfokus pada diri
memperberat nyeri
sendiri
3. Fasilitasi istirahat dan
6. Diaforesis
tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredamkan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
2. Jelaskan strateri
meredamkan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk

12
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasikan
pemberian analgetik,
jika perlu

3. Retensi urin b.d blok Kontinensia urine L.04036 Kateterisasi urine 1. 04148
spingter b.d adanya Hal. 53 Hal. 129
kateter suprapublik, insisi Setelah dilakukan tindakan Observasi
bedah sitostomi keperawatan selama 3x24 1. Periksa kondisi pasien
suprapublik D.0050 Hal. jam di harapkan retensi urin (kesadaran, TTV,
115 menurun. daerah perineal, dll.
D.S Mayor Kriteria hasil : Terapiutik
1. Sensasi penuh pada 1. Kemampuan berkemih 1. Siapkan peralatan,
kandung kemih meningkat bahan-bahan dan
D.O Mayor 2. Nokturia menurun ruangan tindakan
1. Disuria /anuria 3. Residu volume urin 2. Siapkan pasien,
2. Distensi kandung setelah berkemih bebaskan pakaian
kemih menurun bawah dan posisikan
D.S Minor 4. Dribbling menurun dorsal rekumben
1. Dribbling 5. Hesitancy menurun (wanita) dan supine
D.O Minor 6. Enuresis menurun (laki-laki)
1. Inkotinensia berlebih 7. Verbalisasi pengeluaran 3. Pasang sarung tangan
2. Residu urin 150 ml/ urin tidak tuntas 4. Bersihkan daerah
lebih. menurun/ normal parienal atau preposium
dengan cairan NaCl/
akuades
5. Sambungkan kateret
urine dengan urine bag
6. Isi balon dengan NaCl
0,9% sesuai anjuran
pabrik
7. Fiksasi selang kateter
diatas simpisis atau di
paha
8. Pastikan kantung urine
ditempatkan lebih
rendah dari kandung

13
kemih
9. Berikan lebel waktu
pemasangan.
Edukasi
1. Jelaskan prosedur dan
tujuan pemasangan
kateter urine
2. Anjurkan menaik napas
saat insersi selang
kateter.

Sumber : Tim Pokja SDKI, SLKI, SIKI DPP PPNI (2018)


3.4 Implementasi
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, kegiatannya meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien
selama dan sesudah pelaksanaan tindakan (Purnomo,2016).
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan klien
(hasil yang dimati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan
(Purnomo, 2016).

14
BAB 4

CONTOH KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DEWASA DENGAN DIAGNOSA


STRIKTUR URETRA
Tn. R seorang laki-laki usia 72 tahun datang bersama anaknya datang ke Rumah Sakit Bahrul
Ulum Jombang pagi pukul 8.30 tanggal 29 mei 2021 dengan keluhan utama tidak dapat buang air
kecil disertai adanya nyeri saat buang air kecil. Buang air kecil tidak lampias, pancaran melemah,
serta kadang-kadang urin masih menetes setelah buang air kecil.
PENGKAJIAN :

Biodata :

Pasien : Tn. R Penanggung Jawab : Tn. B


Nama : Tn. R Nama : Tn. B
Umur : 72 Thn Umur : 30 Thn
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Sekolah dasar Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : Wirausaha
Status Pernikahan : Menikah Status Pernikahan : Menikah
Alamat : RT. 09 RW. 1 Alamat : RT. 07 RW 4 Ds.
DS. Tembelang, Krajan, Kec.
Kab. Tembelang, Tambak Beras,
Jawa Timur Kab. Jombang
Jawa Timur
Diagnosa Medis : Striktur Uretra Hubungan dengan klien : Anak
No. RM : 19- 00-45
Tgl. Masuk : 29 Mei 2021

1. Status kesehatan Saat Ini


a. Keluhan utama : Tidak dapat buang air kecil
b. Lama keluhan : 2 bulan sebelum masuk rumah sakit
c. Kualitas keluhan : Rasa nyeri dan panas setiap berkemih
d. Faktor pencetus : Mengejan ketika berkemih
e. Faktor pemberat : Aktivitas berat
f. Upaya yg. telah dilakukan : Berobat dan telah dilakukan operasi

2. Riwayat Kesehatan :

15
a. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Kesulitan buang air dan nyeri ketika berkemih.

b. Riwayat Kesehatan Terdahulu :

1) Penyakit yang pernah dialami


a. Kecelaakan (jenis & waktu): Tidak ada
b. Pernah dirawat : Pernah
c. Operasi (jenis & waktu) : Operasi penyempitan urine
d. Penyakit:
- Kronis : Tidak ada
- Akut : Kencing batu, kencing berdarah
e. Terakhir masuki RS : 1,5 bulan yang lalu ( 14 maret 2021)
2) Alergi (obat, makanan, plester, dll): Tidak ada
3) Imunisasi
( ) BCG ( √ ) Hepatitis

(√) Polio (√ ) Campak

( ) DPT (√ ) Covid-19

4) Kebiasaan : merokok
jenis Frekuensi Jumlah/Lamanya

Merokok Aktif banyak 3 bungkus/ 1 hari

Kopi Aktif banyak 2 cangkir/ 1 hari

Alkohol pernah sedikit -

5) Obat-obatan
Jenis Lamanya Dosis

Tidak ada - -

Tidak ada - -

c. Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat tekanan darah tinggi, diabetes melitus, penyakit jantung, dan keluhan serupa
pada keluarga pasien tidak ada.

d. Genogram
: Laki-laki

: Perempuan

16
: Sakit
: Meninggal

3. Basic Promoting physiology of Health

1. Aktivitas dan latihan


Kemampuan ambulasi dan ADL

Rumah Rumah Sakit


Makan/minum Mandiri Mandiri
Mandi Mandiri Mandiri
Berpakaian/berdandan Mandiri Mandiri
Toileting Mandiri Mandiri
Mobilitas di tempat Mandiri Mandiri
tidur
Berpindah Mandiri Mandiri
Berjalan Mandiri Mandiri
Naik tangga Di bantu Di bantu
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = tidak mampu

Rumah Rumah Sakit


Pekerjaan Tidak ada Tidak ada
Olah raga rutin Tidak ada 1 hari sekali
Alat Bantu jalan Tidak ada Tidak ada
Kemampuan melakukan ROM
3. Tidur dan istirahat

a. Lama tidur : 4 jam Tidur siang: Ya / Tidak


b. Kesulitan tidur di RS : Ya / Tidak
c. Alasan : Tidak nyaman
d. Kesulitan tidur : [ √ ] menjelang tidur
[ ] mudah/sering terbangun

[ ] merasa tidak segar saat bangun

2. Kenyamanan dan nyeri

17
Nyeri : Palliative/Profokatif : menggunakan kateter / mengejan ketika
beraktivitas

Quality : nyeri tekan

Region :

Depan Belakang

Scale :7

Time : 5 Menit √ Hilang Timbul Terus Menerus

3. Nutrisi
a. Frekuensi makan : 2 x 24 jam
b. Berat Badan / Tinggi Badan : 56 kg/ 165 cm
c. IMT & BBR : 1,65 x 1,65 = 2,72 m & 56(165-100) x 100% = 8,6
d. BB dalam 1 bulan terakhir : [ ] tetap
[ ] meningkat:…Kg, alasan…………

[√ ] menurun: 1,5 Kg, alasan nafsu makan menurun

e. Jenis makanan : nasi


f. Makanan yang disukai : nasi jagung
g. Makanan pantang : tidak ada Alergi tidaka ada
h. Nafsu makan : [ ] baik
[√ ] kurang, alasan perut terasa penuh

i. Masalah pencernaan : [ √ ] mual


[ ] muntah

[ ] kesulitan menelan

[ ] sariawan

j. Riwayat operasi / trauma gastrointestinal: penyempitan saluran kemih/ tidak ada


k. Diit RS : Tidak ada [ ] habis
[ ] ½ porsi

[ ] ¾ porsi

[ ] tidak habis, alasan……

l. Kebutuhan Pemenuhan ADL makan: Mandiri / Tergantung / Dg Bantuan

18
4. Cairan, elektrolit dan asam basa
a. Frekuensi minum : Isotonik Konsumsi air/hari: 1,5 liter/hari
b. Turgor kulit : 15 detik
c. Support IV Line : Ya / Tidak, Jenis: nutrisi Dosis : 20 tetes/ 1 ml
5. Oksigenasi
a. Sesak nafas : [ √] tidak
[ ] ya

1) Frekuensi :…………………
2) Kapan terjadinya :…………………
3) Kemungkinan factor pencetus :…………………
4) Factor yang memperberat :…………………
5) Factor yang meringankan :…………………
b. Batuk : Ya / Tidak
c. Sputum : Ya / Tidak
d. Nyeri dada : Ya / Tidak
e. Hal yang dilakukan untuk meringankan nyeri dada:…………
f. Riwayat penyakit : [ ] Asma
[ ] TB

[ ] Batuk darah

[ ] Chest Surgery / Trauma dada

[ ] Paparan dg penderita TB

g. Riwayat merokok : Pasif / Aktif………………………………

6. Eliminasi fekal/bowel
a. Frekuensi : ............ Penggunaan pencahar:................
b. Waktu : pagi / siang / sore / malam
c. Warna :…………Darah……konsistensi:…
d. Ggn. Eliminasi bowel : [ ] Konstipasi
[ ] Diare

[ ] Inkontinensia bowel

e. Kebutuhan pemenuhan ADL Bowel : Mandiri / Tergantung / Dg Bantuan

7. Eliminasi urin
a. Frekuensi : sedikit Penggunaan pencahar : lemah

19
b. Warna : Gelap Darah ada
c. Ggn. Eliminasi bladder: [ √ ] nyeri saat BAK
[ √] burning sensation

[√ ] bladder terasa penuh setelah BAK

[ ] inkontinensia bladder

d. Riwayat dahulu : [ ] penyakit ginjal


[ ] batu ginjal

[ √] injury / trauma

e. Penggunaan kateter : Ya / Tidak


f. Kebutuhan pemenuhan ADL bladder: Mandiri / Tergantung / Dg Bantuan
g. Warna :[ ] normal [√ ]hematuria [ ]seperti teh
h. Keluhan : [ ]nokturia [√ ] retensi urine [ ] inkontinensia urine
8. Sensori, persepsi dan kognitif
a. Ggn. Penglihatan : Ya / Tidak
b. Ggn. Pendengaran : Ya / Tidak
c. Ggn. Penciuman : Ya / Tidak
d. Ggn. Sensasi taktil : Ya / Tidak
e. Ggn. Pengecapan : Ya / Tidak
f. Riwayat penyakit: [ ] eye surgery
[ ] otitis media

[ ] luka sulit sembuh

4. Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan Umum :
Kesadaran : [√ ] CM [ ] apatis [ ] somnolen [ ]sopor [ ]coma

GCS : 15/ normal

Vital Sign : TD : 160/80 mmHg

Nadi : Frekuensi : 80 x/mnt

Irama : [√ ] reguler [ ] ireguler

Kekuatan/isi : [ ] kuat [√ ]sedang [ ] lemah

Respirasi : Frekuensi :20 x/mnt

Irama : [ √] reguler [ ] ireguler

20
Suhu :36,8 oC

b. Kepala :
Kulit : [√ ]Normal [ ] Hematoma [ ] Lesi [ ]kotor

[ ]Rambut : [ √]Normal [ ] kotor [ ]rontok [ ]kering/kusam

Muka : [√ ]Normal [ ] bells palsy [ ] hematom [ ]lesi

Mata : konjungtiva : [ √] Normal [ ] Anemis [ ] Hiperemis

Sclera : [√ ] Normal [ ] ikterik

Pupil : [√ ]isokor [ ] anisokor

Palpebra : [√ ]normal [ ] hordeolum [ ] oedema

Lensa : [√ ]normal [ ] keruh

Visus : [√ ]normal ka/ki [ ]miopi ka/ki

[ ] hipermetropi ka/ki [ ] astigmatisme ka/ki

[ ] Kebutaan ka/ki

Hidung : [√ ]normal [ ]septum defiasi [ ] polip [ ]epistaksis

[ ] Gangguan indra penghidu [ ] sekret

Mulut : gigi :[ √ ] normal [ ]caries dentis, di :…… [ ] Gisi palsu, di:………..

Bibir : [√ ]normal [ ] kering [ ]stomatitis [ ] sianosis

Telinga : [√ ] simetris/asimetris, [ ] bersih/kotor, [ ] gangguan pendengaran ada/tidak

c. Leher : [√ ] Normal [ ] Pembesaran thyroid [ ] Pelebaran JVP


[ ] kaku kuduk [ ] Hematom [ ] Lesi

d. Tenggorokan : [√ ] Normal [ ] Nyeri telan [ ] Hiperemis


[ ]Pembesaran tonsil

e. Dada : Bentuk : [ √] Normal [ ] Barrel chest [ ] Funnel chest [ ] Pigeon chest


Pulmo : Inspeksi : simetris

Palpasi : Fremitus taktil ka/ki : sama

Perkusi : ka/ki : sonor/sonor

Auskultasi : [√ ] vesikuler ka/ki [ ]whezing [ ] ronkhi

21
Cor : Inspeksi : normal

Palpasi : Ictus cordis : normal

Perkusi : batas jantung :normal

Auskultasi : Bunyi jantung I (SI):normaal

Bunyi jantung II (SII) : normal

Bunyi jantung III (SIII):normal

Murmur : tidak ada

f. Abdomen : Inspeksi : [√ ] normal [ ] ascites


Palpasi : [√ ]normal [ ] hepatomegali []splenomegali
[ ] Tumor

Perkusi : [√ ] normal [ ] Hypertimpani [ pekak

Auskultasi : Peristaltik : 25 x/mnt

g. Genetalia : Pria : [ √] Normal [ ] Hypospadia [ ] Epispadia


[ ] hernia [ ] Hydrocell [ ] Tumor
Perempuan : [ ]normal [ ]kondiloma [ ] prolapsus uteri

[ ] Perdarahan [ ] keputihan

h. Rectum : [√ ]Normal [ ] Hemoroid [ ] Prolaps [ ] Tumor


i. Ektremitas : atas : kekuatan otot ka/ki : normal
ROM ka/ki : normal

capilary refile : normal

bawah : kekuatan otot ka/ki : normal

ROM ka/ki : normal

Capillary refile : normal

5. Psiko sosio budaya Dan Spiritual :


Psikologis :

Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah Pasien merasa keadaannya mengganggu
aktivitasnya.

Cara mengatasi perasaan tersebut adanya dukungan dari istri anak dan keluarga untuk melakukan
pengobatan semaksimal mungkin.

22
Rencana klien setelah masalah terselesaikan adalah dapat melakukan aktivitas normal seperti
biasanya.

Jika rencana klien tidak dapat diselesaikan maka : klien akan tetap tawakal dan berdoa kepada
allah atas kesembuhannya.

pengetahuan klien tentang masalahah/penyakit yang ada : klien mengetahui kalau beliau
memiliki penyempitan pada saluran kemih.

Sosial :

Aktivitas atau peran di masyarakat adalah : sebagai warga biasa.

kebiasaan lingkungan yang tidak disukai adalah : tidak ada.

pandangan klien tentang aktifitas sosial dilingkungannya : tertib saat gotong royong.

Budaya :

Budaya yang diikuti klien adalah budaya: jawa

Kebudayaan yang dianut merugikan kesehatannya: tidak adaa

Spiritual :

Aktivitas ibadah sehari-hari : sholat 5 waktu

Kegiatan keagamaan yang biasa di lakukan : sholat 5 waktu.

Keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang sedang dialami : cobaan
dari Allah.

6. Pemeriksaan Penunjang :
(Hasil pemeriksaan laboratorium, radiology, EKG, EEG dll)

Rectal Toucher(RT) : Hasil TSA baik.

Terapi Medis : dilakukan pemasangan kateter.

ANALISA DATA

Nama klien : Tn. R No. Register : 19-xx-xx

23
Umur : 72 Diagnosa Medis : Striktur Uretra
Ruang Rawat : Ruang Mawar Alamat: : RT 9, RW 1, Tembelang,
Tembelang, Jawa Timur
TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
29/ 05/ 2021 Ds : Tn. R mengatakan kesulitan untuk Cidera panggul Nyeri b.d insisi
berkemih. bedah sitostomi
09.00 suprapublik D.0077
Dx Hal. 172
P : Nyeri saat berkemih D.S Mayor
Penyempitan saluran
Q : Nyeri disertai rasa panas uretra
1. Mengeluh nyeri
R : di rongga panggul/ perut bagian D.O Mayor
bawah. 1. Tampak meringis
2. Bersifat protektif
S : skala 7 3. Gelisah
Insisi bedah 2. Sulit tidur
T : ± 5 menit. D.O Minor
Do: Tn. R terlihat lemah, menahan nyeri, 1.Berokus diri
protektif terhadap setiap gerakan, gelisah Nyeri akut sendiri
setiap bergerak. 2. Diaforesis

TD: 160/80 mmHg


N: 80x/ mnt
S: 36,8° C
RR: 20x/ mnt
IMT : 1,65 x 1,65 = 2,72 m
BB : 56(165-100) x 100% = 8,6
GCS : 15/Normal

Ds : Tn. R mengatakan BAK masih Gangguan eliminasi


29/05/2021 menetes dan tidak dapat di kontrol. urin b.d sitostomi
Penyempitan uretra suprapublik D.0040
09.00 Do: Tn. R terlihat gelisah. Hal. 96
Intake Output :
D.S Mayor
Sitostomi suprapublik 1. Desakan
Intake = Output + IWL
berkemih
Output urine : 1000 ml 2. Urin menetes
Kateter 3. Sering buang air
IWL = (15 X 56) = 35 cc/jam kecil
24 Jam 4. Enuresis
D.O Mayor
Retensi urine
24 jam = 35 x 24 = 840 cc/ jam 1. Distensi kandung
kemih
TD: 160/80 mmHg 2. Berkemih tidak
tuntas
N: 80x/ mnt
3. Volume residu

24
S: 36,8° C
urine meningkat
RR: 20x/ mnt
IMT : 1,65 x 1,65 = 2,72 m
BB : 56(165-100) x 100% = 8,6
GCS : 15/Normal

PRIORITAS DIAGNOSA

1. Nyeri akut b.d insisi bedah sitostomi D.0077 Hal.172


suprapublik
2. Gangguan eliminasi urin b.d sitostomi D.0040 Hal. 96
suprapublik
Sumber : Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017)

25
INTERVESNI KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. R No. Register : 19-xx-xx

Umur : 72 Diagnosa Medis : Striktur Uretra

Ruang Rawat : Ruang mawar Alamat : RT. 9 RW 1, Tembelang,

Tembelang, Jawa Timur

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi Nama/TTD


1. Nyeri b.d insisi bedah Tingkat nyeri (SLKI) L.08066 Hal. 145 Menejemen nyeri (SIKI) 1.08238 Hal 1. Mengetahui skala nyeri
sitostomi suprapublik Setelah dilakukannya tindakan 201 px
(SDKI)D.0077 Hal. 172 keperawatan 3x24 jam di harapkan Observasi 2. Mengurangi intensitas
keluhan menurun. 1. Identiffikasi lokasi, karakteristik, Alda
nyeri px
durasi, frekuensi, kualitas,
Kriteria hasil : intensitas nyeri 3. Mengurangi rasa
1. Keluhan nyeri : 5 2. Identifikasi skala nyeri gelisah px
2. Meringis : 5 3. Identifikasi respon nyeri nonverbal 4. Px dapat mengontrol
3. Gelisah : 5 4. Identifikasi faktor yang nyeri dengan teknik
4. Kesulitan tidur : 5 memperberat nyeri/ memperingan nonfarmakologi
5. Frekuensi nadi : 5 nyeri
5. Monitor efek samping penggunaan
Keterangan : analgetik
1. meningkat = 1 Terapiutik
2. Cukup meningkat = 2 1. Berikan teknik nonfarmakologis
3. Sedang = 3 untuk mengurangi rasa nyeri
4. Cukup menurun = 4 2. Kontrol linkungan yang
5. Menurun = 5 memperberat nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredamkan nyeri

26
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri.
2. Jelaskan strateri meredamkan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasikan pemberian analgetik,
jika perlu
1. Agar pasien dapat
Gangguan eliminasi urin memonitor BAK
2. Menejemen eliminasi urin
b.d sitostomi suprapublik mandiri
Eliminasi urine (SLKI ) L.04034 Hal. (SIKI)1.04152 Hal. 175
(SDKI)D.0040 Hal. 96 2. Agar pasien dapat
24 Observasi
Setelah dilakukannya tindakan 3x24 jam 1. Identifikasi tanda dan gejala memonitor eiminasi
pasien menunjukan tanda membaik. retensi/ inkotinensia urine urine mandiri
Kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor yang 3. Agar pasien dapat
1. Desakan berkemih = 5 menyebabkan retensi/ inkotinensia memonitor asupan
2. Distensi kandung kemih = 5 urine cairan mandiri
3. Berkemih tidak tuntas = 5 3. Monitor eliminasi urin(frekuensi, Alda
4. Volume residu urin = 5 konsistensi, aroma, volume, dan
5. Urin menetes = 5 warna).
6. Nokturia = 5 Terapiutik
7. Mengompol = 5 1. Catat waktu-waktu dan haluaran
8. Enuresis = 5 berkemih
Keterangan : 2. Batasi asupan cairan, jika perlu
1. meningkat = 1 3. Ambil sempel urine tengan/ kultur
2. Cukup meningkat = 2 Edukasi
3. Sedang = 3 1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi
4. Cukup menurun = 4 saluran kemih
27
5. Menurun = 5 2. Ajarkan mengukur asupan dan
haluaran urine
3. Ajarkan mengambil spesimen urin
4. Ajarkan mengenali tanda berkemih
dan waktu yang tepat untuk
berkemih
5. Ajarkan terapi modalitas penguat
otot-otot panggul/ perkemihan
6. Anjurkan minun yang cukup, jika
perlu
7. Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat supositoria
uretra, jika perlu.

28
INPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. R No. Register : 19-00-45

Umur : 72 Diagnosa Medis : Striktur Uretra

Ruang Rawat : Ruang mawar Alamat : RT. 9 RW 1, Tembelang,

Tembelang, Jawa Timur

No Dx Tanggal Jam Implementasi Nama/TTD


1 29/05/ 2021 09.20 1. Memonitor skala nyeri
P : Nyeri saat berkemih Alda
Q : Nyeri disertai rasa panas
R : di rongga panggul/ perut bagian bawah.
S : skala 7
T : ± 5 menit.
2 29/05/2021 09.35 2. Mengajarkan px teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
a. Guide imagery Alda
b. Latihan nafas dalam
09.50 3. Ambil Sempel Urine
4. Monitor eliminasi urine
5. Identifikasi adanya retensi urine Alda
6. Identifikasi penyebab retensi urin

29
7. Kolaborasi Penggunaan obat supositoria dengan dokter

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Tn. R No. Register : 19-00-45

Umur : 72 Diagnosa Medis : Striktur Uretra

Ruang Rawat : Ruang mawar Alamat : RT. 9 RW 1, Tembelang,

Tembelang, Jawa Timur

No Dx Tanggal Jam Implementasi Hasil Nama/TTD


1 29/05/2021 09.20 1. Memonitor skala nyeri S : Px Nyeri dengan skala 6
R: Px memperbolehkan perawat untuk O: Alda
memonitor skala nyeri
09.35 P : Nyeri saat berkemih
2. Mengajarkan px teknik nonfarmakologi Alda
untuk mengurangi nyeri Q : Nyeri disertai rasa panas
c. Guide imagery R : di rongga panggul/ perut bagian
d. Latihan nafas dalam bawah.
R : Px menerima edukasi perawat untuk S : skala 7
menerapkan teknik nonfarmakologi
T : ± 5 menit.
TD: 160/80 mmHg N: 80x/ mnt
S: 36,8° C RR: 20x/ mnt
GCS : 15/Normal

30
A : Nyeri di lanjutkan
P : - skala nyeri menurun
- Px menerapkan latihan nafas dalam
- Gelisah
- Menyeringai

2 29/05/2021 09.50 1. Monitor eliminasi urine 1. Eliminasi urine


a. Monitor eliminasi output urine a. Frekuensi : sedikit Alda
R : Px bersifat koopertif b. Konsistensi : kental ada darah dalam
urin
2. Identifikasi adanya retensi urine
c. Aroma : bau
3. Identifikasi penyebab retensi urine
d. Volume : sedikit
Kolaborasi Penggunaan obat supositoria
dengan dokter e. Warna : gelap
O : Intake Output :
Intake = Output + IWL
Output urine : 1500 ml dengan kateter
IWL = (15 X 56) = 35 cc/jam
24 Jam
24 jam = 35 x 24 = 840 cc/ jam
TD: 160/80 mmHg
N: 80x/ mnt

31
S: 36,8° C
RR: 20x/ mnt
IMT : 1,65 x 1,65 = 2,72 m
BB : 56(165-100) x 100% = 8,6
f. GCS : 15/Normal
2. Cidera saluran uretra membaik
3. Dengan penggunaan obat supositoria
retensi urine menurun
A : masalah belum teratasi.
P : Jumlah Output meningkat.

1. Memonitor skala nyeri


S : Px Nyeri berkurang
1 30/ 05/2021 09.20 R : Px menerima dengaan senang hati untuk
dilakukan monitor skala nyeri O:
2. Mengajarkan px teknik nonfarmakologi P : Nyeri saat berkemih Alda
untuk mengurangi nyeri
Q : Nyeri
a. Latihan nafas dalam
R : Px menerapkan R : di rongga panggul/ perut bagian
bawah.
S : skala 6
T : ± 4 menit.
TD: 160/80 mmHg N: 80x/ mnt

32
S: 36,8° C RR: 20x/ mnt
GCS : 15/Normal
A : Nyeri di lanjutkan
P : - skala nyeri menurun
- Px menerapkan latihan nafas dalam
- Gelisah menurun
- Menyeringai

1. Monitor eliminasi urine 1. Eliminasi urine


R : Px bersifat koopertif a. Frekuensi : sedang
2 30/05/2021 09.35 2. Identifikasi adanya retensi urine b. Konsistensi : encer darah bercak
3. Identifikasi penyebab retensi urin c. Aroma : bau
d. Warna : gelap
e. Volume : sedang
f. Intake output :
Intake = Output + IWL
Output urine : 1700 ml dengan kateter
Alda
IWL = (15 X 56) = 35 cc/jam
24 Jam
24 jam = 35 x 24 = 840 cc/ jam
TD: 160/80 mmHg

33
N: 80x/ mnt
S: 36,8° C
RR: 20x/ mnt
IMT : 1,65 x 1,65 = 2,72 m
BB : 56(165-100) x 100% = 8,6
g. GCS : 15/Normal
2. Cidera saluran kemih membaik

S : Px Nyeri berkurang
1) Memonitor skala nyeri O:
R : Px menerima dengaan senang hati untuk P : Nyeri saat berkemih
dilakukan monitor skala nyeri
1 31/05/2021 09.20
2) Mengajarkan px teknik nonfarmakologi Q : Nyeri
untuk mengurangi nyeri R : di rongga panggul/ perut bagian bawah.
a. Latihan nafas dalam
S : skala 4
R : Px menerapkan
T : ± 2 menit.
TD: 160/80 mmHg N: 80x/ mnt
S: 36,8° C RR: 20x/ mnt

34
GCS : 15/Normal
A : Nyeri di lanjutkan
P : - skala nyeri menurun
- Px menerapkan latihan nafas dalam Alda
- Tidak ada gelisah
- Tidak ada nyeringai

1. Eliminasi urine
a. Frekuensi : Normal
1. Monitor eliminasi urine b. Konsistensi : encer
R : Px bersifat koopertif c. Aroma : tajam
2 31/05/2021 9.35 2. Identifikasi adanya retensi urine d. Warna : gelap sedikit terang
3. Identifikasi penyebab retensi urin e. Volume : sedang
f. Intake Output
Intake = Output + IWL
Output urine : 2000 ml dengan kateter
IWL = (15 X 56) = 35 cc/jam
24 Jam
Alda
24 jam = 35 x 24 = 840 cc/ jam

35
TD: 160/80 mmHg
N: 80x/ mnt
S: 36,8° C
RR: 20x/ mnt
IMT : 1,65 x 1,65 = 2,72 m
BB : 56(165-100) x 100% = 8,6
h. GCS : 15/Normal
2. Cidera saluran kemih membaik

36
EVALUASI

Nama Klien : Tn. R No. Register : 19-00-45

Umur : 72 Diagnosa Medis : Striktur Uretra

Ruang Rawat : Ruang mawar Alamat : RT. 9 RW 1, Tembelang,

Tembelang, Jawa Timur

No Dx Tanggal Jam Evaluasi Nama/TTD


D.0077 1 /06/2021 09.20 S : Px Nyeri berkurang 2
O:
P : Nyeri menurun
Alda
Q : Nyeri berkurang
R : di rongga panggul/ perut bagian bawah.
S : skala 2
T : ± 2 menit.
TD: 160/80 mmHg N: 80x/ mnt
S: 36,8° C RR: 20x/ mnt
GCS : 15/Normal
A : Nyeri

37
P : - skala nyeri menurun
a. Px menerapkan latihan nafas dalam
b. Tidak ada gelisah
c. Volume : sedang

D.0040 01/06/2021 09.50 1. Eliminasi urine


a. Frekuensi : Normal Alda
b. Konsistensi : encer
c. Aroma : tajam
d. Warna : gelap sedikit terang
e. Volume : sedang
f. Intake Output : 2000 cc
Intake = Output + IWL
Output urine : 2000 ml dengan kateter
IWL = (15 X 56) = 35 cc/jam
24 Jam
24 jam = 35 x 24 = 840 cc/ jam
TD: 160/80 mmHg
N: 80x/ mnt
S: 36,8° C

38
RR: 20x/ mnt
IMT : 1,65 x 1,65 = 2,72 m
BB : 56(165-100) x 100% = 8,6
i. GCS : 15/Normal
Cidera saluran kemih membaik

39
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Striktur uretra merupakan penyakit atau kelainan yang berupa penyempitan atau
konstriksi dari lumen uretra akibat adanya obstruksi kemudian terbentuk jaringan
fibrotik(jaringan parut) pada daerah uretra. Prevelensi yang didapatkan dari kalangan
pria di negara-negara industri diperkirakan sebesar 0,9%. Striktur uretra dapat
memberikan gejala urin obstruktif dan iritatif dan pada akhirnya dapat merusak fungsi
ginjal.
5.2 Saran

Pada pasien dengan striktur uretra sebaiknya diberikan terapi nonfarmakologis


sebelum penyempitan saluran uretra lebih parah.

40
DAFTAR PUSTAKA

Basuki B. purnomo,Dasar-Dasar Urologi, Malang, Fakultas kedokteran Brawijaya, 20006

Brunner dan Suddarth. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Efi Zuharotun Karimah. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Striktur Uretra
Diruang Instalasi Bedah Sentral RSD dr. Soebandi Jember. Fakultas Keperawatan
Universitas Jember: Jember

Lumen. Nicolaase, et al. Etiology of Urethral Stracture Disease in the 21st Century. The
Jurnal of Urologi. 2009; 182(3): 983-7

Morton, P.G., Fontaine, D., Hudak C.M., Gallo, B.M. 2011. Keperawatan Kritis:Pendekatan
Asuhan Holistik, Jakarta: EGC

Mundy, Anthony R. And Andrich. Daniela E. Urethral Strictures. BJU International.


2010;1107 6-26

Nording L, Liedberg H, Ekman P., et al. Influence of the Nervous System on Experimentally
induced urethral inflammation. Neurosci Lett. 1990 Jul 31; 115(2-3):183-8.

Riyadi, Mushab E. Hubungan antara lama waktu terpasangnya kateter dengan tingkat
kecemasan pada klien yang terpasang kateter uretra di bangsal rawat inap dewasa
kelas III RSUPKU Muhammadiyah.2006.

Sugandi, Suwandi.2003. Pola Penyakit Uretra dan Penanganannya diRumah Sakit Hasan
Sadikin Bandung: MKB: 35(2)

Syavira A. A., Aristo, Nur S.2019.Striktur Urethra. Jurnal Medical Professional: Palu
2019;1(2) 132-137

Tinjani KH, Adesya AA, Oga CN. The New pattern of Urethral Stricture Disease in Lagos,
Nigeria. Niger Postgrad Med J. 2009 Jun: Jun(2):162-5

Tritschler Stefan, Roosen Alexander, Füllhase Claudius, Christian G. Stief, Rübben Herbert.
2013. Urethral Stricture: Etiology, Investigation and Treatments. Deutsches
Ärzteblatt International : Dtsch Arztebl Int 2013; 110(13): 220−6

41
42

Anda mungkin juga menyukai