Disusun Oleh :
Prodi S1 Keperawatan
Dosen Pembimbing :
Ns Achmad Wahdi, S.Kep.,M.Tr.Kep
i
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan benar tanpa kesulitan yang berarti
makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin sesuai dengan
referensi yang kami dapatkan sehingga dapat membantu kita semua agar dapat
memahami isi materi dari makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tatabahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan saran dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah yang kami buat ini.
ii
Daftar Isi
Cover........................................................................................................................i
Kata Pengggantar..................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
2.1 Definisi.......................................................................................................6
2.2 Etiologi.......................................................................................................6
2.3 Patofisiologi...............................................................................................6
2.4 Manifestasi Klinis......................................................................................7
2.5 Penatalaksanaan.........................................................................................7
2.6 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................9
2.7 Komplikasi.................................................................................................9
3.1 Pengkajian................................................................................................11
3.2 Diagnosa...................................................................................................1
1
3.3 Intervensi..................................................................................................11
3.4 Implementasi............................................................................................15
3.5 Evaluasi....................................................................................................15
4.1 Pengkajian................................................................................................16
iii
4.2 Analisa Data.............................................................................................25
4.3 Diagnosa Keperawatan............................................................................26
4.4 Intervensi..................................................................................................27
4.5 Implementasi............................................................................................31
4.6 Evaluasi....................................................................................................36
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan..............................................................................................38
5.2 Saran.........................................................................................................3
8
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................39
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar mendis dan asuhan keperawatan pada pasien
dewasa dengan diagnosa striktur uretra.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Striktur uretra adalah kondisi dimana suatu bagian dari uretra menyempit namun berbeda
dengan obstruksi pada uretra yang disebabkan oleh batu, striktur uretra merupakan adanya oklus
dari diri meatus uretralis karena adanya jaringan yang fibrotik dengan hipertrofi. Jaringan
fibrotik yang tumbuh dengan abnormal akan menutupi/ mempersempit meatus
uretralis,sehingga aliran urine (urine flow) akan menurun.( Prabowo & Pranata, 2014:144).
Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada dindingnya.
Penyempitan lumen ini disebabkan karena dindingnya mengalami fibrosis dan pada tingkat yang
lebih parah terjadi fibrosis korpus spongiosum.(Purnomo, 2011:153). Striktur uretra adalah
penyempitan luemen uretra akibat adanya jaringan parut dan kontriksi.( Suharyanto & Madjid,
2013:271).
Dari beberapa definisi tersebut, disimpulkan bahwa striktur uretra merupakan penyakit
atau kelainan yang berupa penyempitan atau konstriksi dari lumen uretra akibat adanya
obstruksi kemudian terbentuk jaringan fibrotik(jaringan parut) pada daerah uretra.
2.2 Etiologi
2.3 Patofisiologi
Penyakit ini terjadi akibat berkurangnya diameter atau elastisitas saluran kencing, dalam
hal ini uretra, akibat terbentuknya jaringan parut (sikatriks) yang menyumbat saluran kencing
sehingga aliran kencing menjadi tidak lancar. Striktur uretra paling banyak disebabkan oleh
infeksi terutama golongan bakteri gonokokus. Infeksi bakteri gonokokus pada saluran kencing
biasanya ditandai oleh nyeri saat kencing, nyeri pada kelamin dan kadang keluar nanah melalui
lubang kencing yang ditandai oleh bercak kuning di celana dalam. Striktur uretra sering
6
menyertai trauma pada daerah panggul, misalnya patah tulang panggul akibat kecelakaan atau
tabrakan keras yang mengenai daerah panggul atau selangkangan.
Gejala sumbatan pada uretra yang khas adalah pancaran kencing yang kecil dan
bercabang. Apabila derajat sumbatan sudah parah dapat terjadi retensi urin (tidak bisa kencing).
Akibat sumbatan dapat mengakibatkan aliran kencing mencari jalan keluar lain dan terkumpul
di rongga periuretra. Hal ini misalnya dirasakan sebagai kantong buah pelir yang semakin
membesar. Untuk mengukur kekuatan dan kecepatan pancaran urin biasanya dilakukan dengan
pemeriksaan uroflometri. Untuk mengetahui letak sumbatan dilakukan dengan pemeriksaan foto
rontgen uretrografi atau sistografi bipolar. Terapi untuk penyempitan uretra biasanya dilakukan
dengan operasi minimal invasive yaitu uretrotomi interna (sachse). Alat ini berupa teropong
berukuran kecil dan panjang yang dimasukkan melalui saluran kencing. Setelah penderita
sembuh, sangat dianjurkan untuk tetap kontrol secara berkala ke dokter yang merawat untuk
mencegah timbulnya kekambuhan.( Basuki ;2011).
2.4 Manifestasi Klinis
1. Kekuatan pancaran dan jumlah urin berkurang
2. Gejala infeksi
3. Retensi urinarius
4. Adanya aliran balik dan mencetus sistitis, prostatitis dan pielonefritis( C. Smeltzer,
Suzanne;2002).
Derajat penyempitan uretra :
a. Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen.
b. Sedang : oklusi 1/3 s.d ½ diameter lumen uretra.
c. Berat : oklusi lebih besar dari ½ diameter lume uretra.
Ada derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang dikenal
dengan spongiofibrosis.( Basuki B. Purnomo;2000).
2.5 Penatalaksanaan
1. Filiform bougies untuk membuka jalan jika striktur menghambat pemasangan kateter.
2. Medika mentosa analgesic non narkotik untuk mengendalikan nyeri. Medikasi
antimikrobal untuk mencegah infeksi.
3. pembedahan
a. Sistostomi suprapubis
b. Businasi ( dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati-hati.
c. Uretrotomi interna: memotong jaringan sikatrik uretra dengan pisauotis /sachse. Otis
dimasukkan secara blind ke dalam buli–buli jikastriktur belum total. Jika lebih berat
dengan pisau sachse secara visual.
d. Uretritimi eksterna: tondakan operasi terbuka berupa pemotongan jaringan fibrosis,
kemudian dilakukan anastomosis diantara jaringan uretra yang masih baik.
(Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)
7
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pada striktur uretra kandung kencing harus berkontraksi lebih kuat, maka otot kalau
diberi beban akan berkontraksi lebih kuat sampai pada suatu saat kemudian akan melemah.
Jadi pada striktur uretra otot buli-buli mula-mula akan menebal terjadi trabekulasi pada fase
kompensasi, setelah itu pada fase dekompensasi timbul sakulasi dan divertikel. Perbedaan
antara sakulasi dan divertikel adalah penonjolan mukosa buli pada sakulasi masih di dalam
otot buli sedangkan divertikel menonjol di luar buli-buli, jadi divertikel buli-buli adalah
tonjolan mukosa keluar buli-buli tanpa dinding otot.
b) Residu urine
Pada fase kompensasi dimana otot buli-buli berkontraksi makin kuat tidak timbul
residu. Pada fase dekompensasi maka akan timbul residu. Residu adalah keadaan dimana
setelah kencing masih ada urine dalam kandung kencing. Dalam keadaan normal residu ini
tidak ada.
Dalam keadaan normal pada waktu buang air kecil urine dikeluarkan buli-buli melalui
uretra. Pada striktur uretra dimana terdapat tekanan intravesika yang meninggi maka akan
terjadi refluks, yaitu keadaan dimana urine dari buli-buli akan masuk kembali ke ureter
bahkan sampai ginjal.
Dalam keadaan normal, buli-buli dalam keadaan steril. Salah satu cara tubuh
mempertahankan buli-buli dalam keadaan steril adalah dengan jalan setiap saat
mengosongkan buli-buli waktu buang air kecil. Dalam keadaan dekompensasi maka akan
timbul residu, akibatnya maka buli-buli mudah terkena infeksi. Adanya kuman yang
berkembang biak di buli-buli dan timbul refluks, maka akan timbul pyelonefritis akut
maupun kronik yang akhirnya timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya.
8
e) Infiltrat urine, abses dan fistulas
Adanya sumbatan pada uretra, tekanan intravesika yang meninggi maka bisa timbul
inhibisi urine keluar buli-buli atau uretra proksimal dari striktur. Urine yang terinfeksi keluar
dari buli-buli atau uretra menyebabkan timbulnya infiltrat urine, kalau tidak diobati infiltrat
urine akan timbul abses, abses pecah timbul fistula di supra pubis atau uretra proksimal dari
striktur.
9
BAB 3
KONSEP DASAR MEDIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEWASA
DENGAN DIAGNOSA STRIKTUS URETRA
3.1 Pengkajian
1.Biodata Pasien dan Penanggung Jawab Pasien
2.Sirkulasi
Tanda: peningkatan TD ( efek pembesaran ginjal)
3.Eliminasi
Gejala: penurunan aliran urin, ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih
dengan lengkap, dorongan dan frekurnsi berkemih
Tanda: adanya masa/sumbatan pada uretra
4.Makanan dan cairan
Gejala; anoreksia;mual muntah, penurunan berat badan
5.Nyeri/kenyamanan
Nyeri suprapubik
6.Keamanan : demam
7.Penyuluhan/pembelajaran (Doenges E. Marilynn, 2000 hal 672)
10
6. Enuresis 2. Distensi kandung kemih 3. Monitor eliminasi
D.O Mayor menurun urin(frekuensi,
1. Distensi kandung 3. Berkemih tidak tuntas konsistensi, aroma,
kemih menurun volume, dan warna).
2. Berkemih tidak tuntas 4. Volume residu urin Terapiutik
3. Volume residu urin menurun 1. Catat waktu-waktu dan
meningkat. 5. Urin menetes menurun haluaran berkemih
6. Nokturia menurun 2. Batasi asupan cairan,
7. Mengompol menurun jika perlu
8. Enuresis menurun 3. Ambil sempel urine
tengan/ kultur
Edukasi
1. Ajarkan tana dan gejala
infeksi saluran kemih
2. Ajarkan mengukur
asupan dan haluaran
urine
3. Ajarkan mengambil
spesimen urin
4. Ajarkan mengenali
tanda berkemih dan
waktu yang tepat untuk
berkemih
5. Ajarkan terapi modalitas
penguat otot-otot
panggul/ perkemihan
6. Anjurkan minun yang
cukup, jika perlu
7. Anjurkan mengurangi
minum menjelang tidur
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat supositoria uretra,
jika perlu
2. Nyeri akut b.d insisi Tingkat nyeri L.08066 Hal. Menejemen nyeri 1.08238
bedah sitostomi 145 Hal 201
suprapublik D.0077 Setelah dilakukannya
11
Hal.172
tindakan keperawatan 3x24 Observasi
D.S Mayor
jam di harapkan keluhan 1. Identiffikasi lokasi,
1. Mengeluh nyeri
menurun. karakteristik, durasi,
D.O Mayor
Kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
1. Tampak meringis
1. Keluhan nyeri meringis intensitas nyeri
2. Bersifat protektif
menurun 2. Identifikasi skala nyeri
3. Gelisah
2. Sikap protektif menurun 3. Identifikasi respon nyeri
4. Frekuensi nadi
3. Gelisah menurun nonverbal
meningkat
4. Kesulitan tidur menurun 4. Identifikasi faktor yang
5. Sulit tidur
5. Frekuensi nadi membaik/ memperberat nyeri/
D.O Minor
normal memperingan nyeri
1. Tekanan darah
5. Monitor efek samping
meningkat
penggunaan analgetik
2. Pola napas berubah
Terapiutik
3. Nafsu makan berubah
1. Berikan teknik
4. Proses berpikir
nonfarmakologis untuk
terganggu menarik
mengurangi rasa nyeri
diri
2. Kontrol linkungan yang
5. Berfokus pada diri
memperberat nyeri
sendiri
3. Fasilitasi istirahat dan
6. Diaforesis
tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredamkan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
2. Jelaskan strateri
meredamkan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
12
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasikan
pemberian analgetik,
jika perlu
3. Retensi urin b.d blok Kontinensia urine L.04036 Kateterisasi urine 1. 04148
spingter b.d adanya Hal. 53 Hal. 129
kateter suprapublik, insisi Setelah dilakukan tindakan Observasi
bedah sitostomi keperawatan selama 3x24 1. Periksa kondisi pasien
suprapublik D.0050 Hal. jam di harapkan retensi urin (kesadaran, TTV,
115 menurun. daerah perineal, dll.
D.S Mayor Kriteria hasil : Terapiutik
1. Sensasi penuh pada 1. Kemampuan berkemih 1. Siapkan peralatan,
kandung kemih meningkat bahan-bahan dan
D.O Mayor 2. Nokturia menurun ruangan tindakan
1. Disuria /anuria 3. Residu volume urin 2. Siapkan pasien,
2. Distensi kandung setelah berkemih bebaskan pakaian
kemih menurun bawah dan posisikan
D.S Minor 4. Dribbling menurun dorsal rekumben
1. Dribbling 5. Hesitancy menurun (wanita) dan supine
D.O Minor 6. Enuresis menurun (laki-laki)
1. Inkotinensia berlebih 7. Verbalisasi pengeluaran 3. Pasang sarung tangan
2. Residu urin 150 ml/ urin tidak tuntas 4. Bersihkan daerah
lebih. menurun/ normal parienal atau preposium
dengan cairan NaCl/
akuades
5. Sambungkan kateret
urine dengan urine bag
6. Isi balon dengan NaCl
0,9% sesuai anjuran
pabrik
7. Fiksasi selang kateter
diatas simpisis atau di
paha
8. Pastikan kantung urine
ditempatkan lebih
rendah dari kandung
13
kemih
9. Berikan lebel waktu
pemasangan.
Edukasi
1. Jelaskan prosedur dan
tujuan pemasangan
kateter urine
2. Anjurkan menaik napas
saat insersi selang
kateter.
14
BAB 4
Biodata :
2. Riwayat Kesehatan :
15
a. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Kesulitan buang air dan nyeri ketika berkemih.
( ) DPT (√ ) Covid-19
4) Kebiasaan : merokok
jenis Frekuensi Jumlah/Lamanya
5) Obat-obatan
Jenis Lamanya Dosis
Tidak ada - -
Tidak ada - -
d. Genogram
: Laki-laki
: Perempuan
16
: Sakit
: Meninggal
17
Nyeri : Palliative/Profokatif : menggunakan kateter / mengejan ketika
beraktivitas
Region :
Depan Belakang
Scale :7
3. Nutrisi
a. Frekuensi makan : 2 x 24 jam
b. Berat Badan / Tinggi Badan : 56 kg/ 165 cm
c. IMT & BBR : 1,65 x 1,65 = 2,72 m & 56(165-100) x 100% = 8,6
d. BB dalam 1 bulan terakhir : [ ] tetap
[ ] meningkat:…Kg, alasan…………
[ ] kesulitan menelan
[ ] sariawan
[ ] ¾ porsi
18
4. Cairan, elektrolit dan asam basa
a. Frekuensi minum : Isotonik Konsumsi air/hari: 1,5 liter/hari
b. Turgor kulit : 15 detik
c. Support IV Line : Ya / Tidak, Jenis: nutrisi Dosis : 20 tetes/ 1 ml
5. Oksigenasi
a. Sesak nafas : [ √] tidak
[ ] ya
1) Frekuensi :…………………
2) Kapan terjadinya :…………………
3) Kemungkinan factor pencetus :…………………
4) Factor yang memperberat :…………………
5) Factor yang meringankan :…………………
b. Batuk : Ya / Tidak
c. Sputum : Ya / Tidak
d. Nyeri dada : Ya / Tidak
e. Hal yang dilakukan untuk meringankan nyeri dada:…………
f. Riwayat penyakit : [ ] Asma
[ ] TB
[ ] Batuk darah
[ ] Paparan dg penderita TB
6. Eliminasi fekal/bowel
a. Frekuensi : ............ Penggunaan pencahar:................
b. Waktu : pagi / siang / sore / malam
c. Warna :…………Darah……konsistensi:…
d. Ggn. Eliminasi bowel : [ ] Konstipasi
[ ] Diare
[ ] Inkontinensia bowel
7. Eliminasi urin
a. Frekuensi : sedikit Penggunaan pencahar : lemah
19
b. Warna : Gelap Darah ada
c. Ggn. Eliminasi bladder: [ √ ] nyeri saat BAK
[ √] burning sensation
[ ] inkontinensia bladder
[ √] injury / trauma
4. Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan Umum :
Kesadaran : [√ ] CM [ ] apatis [ ] somnolen [ ]sopor [ ]coma
20
Suhu :36,8 oC
b. Kepala :
Kulit : [√ ]Normal [ ] Hematoma [ ] Lesi [ ]kotor
[ ] Kebutaan ka/ki
21
Cor : Inspeksi : normal
[ ] Perdarahan [ ] keputihan
Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah Pasien merasa keadaannya mengganggu
aktivitasnya.
Cara mengatasi perasaan tersebut adanya dukungan dari istri anak dan keluarga untuk melakukan
pengobatan semaksimal mungkin.
22
Rencana klien setelah masalah terselesaikan adalah dapat melakukan aktivitas normal seperti
biasanya.
Jika rencana klien tidak dapat diselesaikan maka : klien akan tetap tawakal dan berdoa kepada
allah atas kesembuhannya.
pengetahuan klien tentang masalahah/penyakit yang ada : klien mengetahui kalau beliau
memiliki penyempitan pada saluran kemih.
Sosial :
pandangan klien tentang aktifitas sosial dilingkungannya : tertib saat gotong royong.
Budaya :
Spiritual :
Keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang sedang dialami : cobaan
dari Allah.
6. Pemeriksaan Penunjang :
(Hasil pemeriksaan laboratorium, radiology, EKG, EEG dll)
ANALISA DATA
23
Umur : 72 Diagnosa Medis : Striktur Uretra
Ruang Rawat : Ruang Mawar Alamat: : RT 9, RW 1, Tembelang,
Tembelang, Jawa Timur
TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
29/ 05/ 2021 Ds : Tn. R mengatakan kesulitan untuk Cidera panggul Nyeri b.d insisi
berkemih. bedah sitostomi
09.00 suprapublik D.0077
Dx Hal. 172
P : Nyeri saat berkemih D.S Mayor
Penyempitan saluran
Q : Nyeri disertai rasa panas uretra
1. Mengeluh nyeri
R : di rongga panggul/ perut bagian D.O Mayor
bawah. 1. Tampak meringis
2. Bersifat protektif
S : skala 7 3. Gelisah
Insisi bedah 2. Sulit tidur
T : ± 5 menit. D.O Minor
Do: Tn. R terlihat lemah, menahan nyeri, 1.Berokus diri
protektif terhadap setiap gerakan, gelisah Nyeri akut sendiri
setiap bergerak. 2. Diaforesis
24
S: 36,8° C
urine meningkat
RR: 20x/ mnt
IMT : 1,65 x 1,65 = 2,72 m
BB : 56(165-100) x 100% = 8,6
GCS : 15/Normal
PRIORITAS DIAGNOSA
25
INTERVESNI KEPERAWATAN
26
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri.
2. Jelaskan strateri meredamkan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasikan pemberian analgetik,
jika perlu
1. Agar pasien dapat
Gangguan eliminasi urin memonitor BAK
2. Menejemen eliminasi urin
b.d sitostomi suprapublik mandiri
Eliminasi urine (SLKI ) L.04034 Hal. (SIKI)1.04152 Hal. 175
(SDKI)D.0040 Hal. 96 2. Agar pasien dapat
24 Observasi
Setelah dilakukannya tindakan 3x24 jam 1. Identifikasi tanda dan gejala memonitor eiminasi
pasien menunjukan tanda membaik. retensi/ inkotinensia urine urine mandiri
Kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor yang 3. Agar pasien dapat
1. Desakan berkemih = 5 menyebabkan retensi/ inkotinensia memonitor asupan
2. Distensi kandung kemih = 5 urine cairan mandiri
3. Berkemih tidak tuntas = 5 3. Monitor eliminasi urin(frekuensi, Alda
4. Volume residu urin = 5 konsistensi, aroma, volume, dan
5. Urin menetes = 5 warna).
6. Nokturia = 5 Terapiutik
7. Mengompol = 5 1. Catat waktu-waktu dan haluaran
8. Enuresis = 5 berkemih
Keterangan : 2. Batasi asupan cairan, jika perlu
1. meningkat = 1 3. Ambil sempel urine tengan/ kultur
2. Cukup meningkat = 2 Edukasi
3. Sedang = 3 1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi
4. Cukup menurun = 4 saluran kemih
27
5. Menurun = 5 2. Ajarkan mengukur asupan dan
haluaran urine
3. Ajarkan mengambil spesimen urin
4. Ajarkan mengenali tanda berkemih
dan waktu yang tepat untuk
berkemih
5. Ajarkan terapi modalitas penguat
otot-otot panggul/ perkemihan
6. Anjurkan minun yang cukup, jika
perlu
7. Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat supositoria
uretra, jika perlu.
28
INPLEMENTASI KEPERAWATAN
29
7. Kolaborasi Penggunaan obat supositoria dengan dokter
CATATAN PERKEMBANGAN
30
A : Nyeri di lanjutkan
P : - skala nyeri menurun
- Px menerapkan latihan nafas dalam
- Gelisah
- Menyeringai
31
S: 36,8° C
RR: 20x/ mnt
IMT : 1,65 x 1,65 = 2,72 m
BB : 56(165-100) x 100% = 8,6
f. GCS : 15/Normal
2. Cidera saluran uretra membaik
3. Dengan penggunaan obat supositoria
retensi urine menurun
A : masalah belum teratasi.
P : Jumlah Output meningkat.
32
S: 36,8° C RR: 20x/ mnt
GCS : 15/Normal
A : Nyeri di lanjutkan
P : - skala nyeri menurun
- Px menerapkan latihan nafas dalam
- Gelisah menurun
- Menyeringai
33
N: 80x/ mnt
S: 36,8° C
RR: 20x/ mnt
IMT : 1,65 x 1,65 = 2,72 m
BB : 56(165-100) x 100% = 8,6
g. GCS : 15/Normal
2. Cidera saluran kemih membaik
S : Px Nyeri berkurang
1) Memonitor skala nyeri O:
R : Px menerima dengaan senang hati untuk P : Nyeri saat berkemih
dilakukan monitor skala nyeri
1 31/05/2021 09.20
2) Mengajarkan px teknik nonfarmakologi Q : Nyeri
untuk mengurangi nyeri R : di rongga panggul/ perut bagian bawah.
a. Latihan nafas dalam
S : skala 4
R : Px menerapkan
T : ± 2 menit.
TD: 160/80 mmHg N: 80x/ mnt
S: 36,8° C RR: 20x/ mnt
34
GCS : 15/Normal
A : Nyeri di lanjutkan
P : - skala nyeri menurun
- Px menerapkan latihan nafas dalam Alda
- Tidak ada gelisah
- Tidak ada nyeringai
1. Eliminasi urine
a. Frekuensi : Normal
1. Monitor eliminasi urine b. Konsistensi : encer
R : Px bersifat koopertif c. Aroma : tajam
2 31/05/2021 9.35 2. Identifikasi adanya retensi urine d. Warna : gelap sedikit terang
3. Identifikasi penyebab retensi urin e. Volume : sedang
f. Intake Output
Intake = Output + IWL
Output urine : 2000 ml dengan kateter
IWL = (15 X 56) = 35 cc/jam
24 Jam
Alda
24 jam = 35 x 24 = 840 cc/ jam
35
TD: 160/80 mmHg
N: 80x/ mnt
S: 36,8° C
RR: 20x/ mnt
IMT : 1,65 x 1,65 = 2,72 m
BB : 56(165-100) x 100% = 8,6
h. GCS : 15/Normal
2. Cidera saluran kemih membaik
36
EVALUASI
37
P : - skala nyeri menurun
a. Px menerapkan latihan nafas dalam
b. Tidak ada gelisah
c. Volume : sedang
38
RR: 20x/ mnt
IMT : 1,65 x 1,65 = 2,72 m
BB : 56(165-100) x 100% = 8,6
i. GCS : 15/Normal
Cidera saluran kemih membaik
39
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Striktur uretra merupakan penyakit atau kelainan yang berupa penyempitan atau
konstriksi dari lumen uretra akibat adanya obstruksi kemudian terbentuk jaringan
fibrotik(jaringan parut) pada daerah uretra. Prevelensi yang didapatkan dari kalangan
pria di negara-negara industri diperkirakan sebesar 0,9%. Striktur uretra dapat
memberikan gejala urin obstruktif dan iritatif dan pada akhirnya dapat merusak fungsi
ginjal.
5.2 Saran
40
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Efi Zuharotun Karimah. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Striktur Uretra
Diruang Instalasi Bedah Sentral RSD dr. Soebandi Jember. Fakultas Keperawatan
Universitas Jember: Jember
Lumen. Nicolaase, et al. Etiology of Urethral Stracture Disease in the 21st Century. The
Jurnal of Urologi. 2009; 182(3): 983-7
Morton, P.G., Fontaine, D., Hudak C.M., Gallo, B.M. 2011. Keperawatan Kritis:Pendekatan
Asuhan Holistik, Jakarta: EGC
Nording L, Liedberg H, Ekman P., et al. Influence of the Nervous System on Experimentally
induced urethral inflammation. Neurosci Lett. 1990 Jul 31; 115(2-3):183-8.
Riyadi, Mushab E. Hubungan antara lama waktu terpasangnya kateter dengan tingkat
kecemasan pada klien yang terpasang kateter uretra di bangsal rawat inap dewasa
kelas III RSUPKU Muhammadiyah.2006.
Sugandi, Suwandi.2003. Pola Penyakit Uretra dan Penanganannya diRumah Sakit Hasan
Sadikin Bandung: MKB: 35(2)
Syavira A. A., Aristo, Nur S.2019.Striktur Urethra. Jurnal Medical Professional: Palu
2019;1(2) 132-137
Tinjani KH, Adesya AA, Oga CN. The New pattern of Urethral Stricture Disease in Lagos,
Nigeria. Niger Postgrad Med J. 2009 Jun: Jun(2):162-5
Tritschler Stefan, Roosen Alexander, Füllhase Claudius, Christian G. Stief, Rübben Herbert.
2013. Urethral Stricture: Etiology, Investigation and Treatments. Deutsches
Ärzteblatt International : Dtsch Arztebl Int 2013; 110(13): 220−6
41
42