Disusun oleh :
Disusun Oleh
2021 - 2022
TINJAUAN PUSTAKA
1
4. Heat Shock Protein (HSP), merupakan protein yang diproduksi sebagai respon terhadap
stres. Protein ini mengandung untaian (sequence) asam amini homolog. Diduga terjadi
fenomena kemiripan molekul dimana antibodi dan sel T mengenali epitop HSP pada
agen infeksi dan sel Host. Sehingga menyebabkan terjadinya reaksi silang limfosit
dengan sel Host sehingga mencetuskan reaksi imunologis (Suarjana, 2009).
5. Faktor lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok (Longo, 2012).
1. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.
2
Pannus kemudian menginvasi dan merusak rawan sendi dan tulang respon
imunologi melibatkan peran sitokin, interleukin, proteinase, dan faktor pertumbuhan. Sel T
dan sel B merupakan respon imunologi spesifik selular berupa Th1, Th2, Th17, Treg, Tdth,
CTL/Tc, NKT. Sitokin dan sel B merupakan respon imunologi spesifik humoral, sel B
berupa IgG, IgA, IgM, IgE, IgD (Baratwidjaja, 2012). Peran sel T pada RA diawali oleh
interaksi antara respon sel T dengan share epitop dari major histocompability complex
class II (MHCII-SE) dan peptide para antigen- presenting cell (APC) pada sinovium atau
sistemik. Dan peran sel B dalam imunopatologis RA belum diketahui secara pasti
(Suarjana, 2009).
3
1.1.5 Pathway Inflamasi non – bacterial disebabkan oleh
infeksi, endokrin, autoimun, metabolic dan
faktor genetik, serta faktor lingkungan
Artritis Reumatoid
Atrofi otot
Neuropati
Instabilitas dan Splenomegali perifer
Nekrosis & Ruptur tendo deformitas
kerusakan dlm secara parsial sendi Anemia
ruang sendi atau lokal Osteoporosis Mk : Gangguan
generalisata Sensorik
Perikarditis,
Mk : Hambatan Gangguan Kelemahan fisik miokarditis
Mk : Nyeri
mobilitas fisik mekanis & dan radang
fungsional pd katup jantung
sendi Mk : Defisit
Perawatan diri Mk : Resiko
Perubahan bentuk tubuh Trauma
Gambaran khas Kegagalan
pada tl. dan sendi
nodul subkutan fungsi jantung
Gambar 2.1 Pathway Rheumatoid Arthritis (Nurarif dan Kusuma, 2015).
Mk : Gangguan
Mk : Ansietas Mk : Kebutuhan Konsep Diri, Citra Diri
Informasi 4
1.1.6 Manifestasi Klinis Rheumatoid Arthritis
Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli artritis rheumatoid.
Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan tangan, sendi
lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan biasanya
bersifatbilateral/simetris. Tetapi kadang-kadang hanya terjadi pada satu sendi disebut
rheumatoid arthritis mono-artikular (Chairuddin, 2003).
1. Stadium awal
Malaise, penurunan BB, rasa capek, sedikit demam dan anemia. Gejala lokal yang
berupa pembengkakan, nyeri dan ganggun gerak pada sendi matakarpofalangeal.
Pemeriksaan fisik : tenosinofitas pada daerah ekstensor pergelangan tangan an
fleksor jari-jari. Pada sendi besar (misalnya sendi lutut) gejala peradangan lokal
berupa pembengkakan nyeri serta tand-tanda efusi sendi.
2. Stadium lanjut
Kerusakan sendi dan deformitas yang bersifat permanen, selanjutnya timbul/ketidak
stabilan sendi akibat rupture tendo/ligament yang menyebabkan deformitas
rheumatoid yang khas berupa deviasi ulnar jari-jari , deviasi radial/volar
pergelangan tangan serta valgus lutut dan kaki. Untuk menegakkan diagnosis
dipakai kriteria diagnosis dari ACR tahun 1987 dimana untuk mendiagnosis RA
diperlukan 4 dari 7 kriteria tersebut.
5
2.1 Tabel Kriteria 1-4 tersebut harus minimal diderita selama 6 minggu.
Kriteria Definisi
Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan
sekitarnya sekurang-kurangnya selama 1 jam
sebelum perbaikan maksimal.
Arthritis pada 3 Perkembangan jaringan lunak atau persendian atau
daerah persendian lebih efusi (bukan pertumbuhan tulang) pada
atau lebih sekuang-kuangnya pada 3 sendi secara bersamaan
yang diobservasi oleh seoang doker.
Arthritis pada Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan suatu
persendian tangan persendian tangan seperti yang tertera diatas.
Arthritis simetris Keterlibatan sendi yang sama (sperti krieria yang
tertera 2 pada kedua belah sisi (keterlibatan PIP,
MCP, atau MTP bilateral.
Nodul rheumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor atau daerah juksta artikuler
yang di observasi oleh seoang dokter.
Faktor rheumatoid Terdapatnya titer abnormal faktor rheumatoid serum
yang diperiksa dengan cara memberikan hasil positif
Serum positif kurang dari 5% kelompok kontrol yang diperiksa.
Pemeriksaan hasilnya tidak menyingkirkan adanya
RA.
Perubahan Perubahan gambaran radiologis yang khas bagi
gambaran rheumatoid arthritis pada pemeriksaan sinar x tangan
radiologis posterior atau pergelangan tangan yang harus
menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang
yang berlokasi pada sendi, atau daerah yang
berdekatan dengan sendi.
6
1.1.7 Penatalaksanaan Rheumatoid Arthritis
7
8. Analgesik anti-inflammatory agents. Memiliki efek anti inflamasi spesifik. Keamanan
dan kemanjuran dari obat anti inflamasi harus selalu dievaluasi agar tidak
menyebabkan toksisitas. Contoh: Ibuprofen : untuk efek anti inflamasi dibutuhkan
dosis 1200-2400 mg sehari. Naproksen : dosis untuk terapi penyakit sendi adalah 2 x
250 - 375 mg sehari. Bila perlu diberikan 2 x 500 mg sehari.
9. Glucocorticoids Injeksi glukokortikoid intra artikular dapat menghilangkan perfusi
sendi akibat inflamasi. Contoh: Injeksi triamsinolon asetonid 40mg/ml suspensi
hexacetonide 10 mg atau 40 mg.
10. Pembedahan makoterapi Artroskopi merupakan prosedur minimal operasi dan
menyebabkan rata infeksi yang rendah (di bawah 0,1%). Pasien dimasukkan ke dalam
kelompok 1 debridemen artroskopi, yang signifikan khondroplasti: menghilangkan
fragmen kartilago. Prosedur digunakan untuk mengurangi gejala osteofit pada
kerusakan meniskus.
11. Celecoxib adalah obat yang lebih spesefik dan memiliki efek samping yang lebih kecil
terhadap lambung.
12. Golongan obat (Kortikosteroid) digunakan sebagai obat anti peradangan. Obat ini
dapat menekan sistem kekebalan tubuh sehingga reaksi radang pada rematik
berkurang.
13. Senam Rematik Senam rematik merupakan metode senam yang dapat membantu
mengurangi resiko timbulnya rematik dan berfungsi sebagai terapi tambahan bagi
penderita rematik dalam fase tenang. Tetapi senam ini adalah program olaraga ringan
yang terdiri dari beberapa tahapan seperti pemanasan, latihan inti satu ( low impact
untuk menguatkan kerja jantung dan paruparu). Latihan inti dua ( dasar pencegahan
dan terapi rematik). Dan pendinginan dengan melakukan latihan ini secara teratur,
diharapkan dapat mengurangi gejala kekakuan sendi dan nyeri pada rematik ( Smart,
2010).
14. Terapi Pemijatan Terapi ini sering dipilih oleh sebagian besar orang untuk
menghilangkan rasa dan linu yang juga dapat melancarkan peredaran darah.
Sebenarnya manfaat pemijatan bukan hanya itu. Pemijatan juga berfungsi untuk
mengobati rematik. Jenis pemijatan yang dapat digunakan untuk mengobati rematik
adalah jenis chiropractic. Jenis pemijatan ini menggunakan teknik terapi jasmani yaitu
yaitu perpaduan antara gerakan pijat spesifik, massage, dan jenis gerakan pijat yang
dapat mengatasi masalah tulang syaraf ( Smart, 2010).
8
15. Untuk membantu meredakan nyeri pada sendi, anda bisa menggunakan obat oles
berbentuk krim ke bagian yang sedang sakit. Salah satu obat yang bisa digunakan
adalah Voltaren. Voltaren aman digunakan oleh dewasa dan anak-anak di atas umur 12
tahun karena mengandung zat non-steroid dan anti peradangan (NSAID). Selain itu,
krim ini juga mengandung diklofenak yang dapat membantu meredakan rasa nyeri,
melawan peradangan serta mempercepat proses penyembuhan.
1.1.8 Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying
anti rheumatoid drugs, (DMRAD) yang menjadi penyebab mordibitas dan
mortalitas utama pada artitis reumatoid.
1. Komplikasi syaraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas, sehingga
sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya
berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan verterbra servikal dan
neuropati iskemik akibat vaskulitis. (Mansjoer, 2001). Vaskulitis (inflamasi
sistem vaskuler) dapat menyebabkan trombosis dan infark.
2. Nodulus reumatoid ekstrasinovial dapat terbentuk pada katup jantung atau
pada paru, mata, atau limpa. Fungsi pernapasan dan jantung dapat terganggu.
Glaukoma dapat terjadi apabila nodulus yang menyumbat aliran keluar cairan
okular terbentuk pada mata.
3. Penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari , depresi,
dan stres keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit. (Corwin, 2009).
1) Osteoporosis.
2) Nekrosis sendi panggul.
3) Deformitaas sendi.
4) Kontraktur jaringan lunak.
5) Sindrom Sjogren (Bilotta, 2011)
9
1.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Untuk menentukan diagnostik (RA), Reumatoid Arthritis selain melalui
pemeriksaan fisik juga diperlukan pemeriksaan penunjang seperti radiologis dan
pemeriksaan laboratorium. Foto polos dapat digunakan untuk membantu
penegakan diagnosis (RA) walaupun sensivitasnya rendah terutama pada (RA)
tahap Reumatoid Arthritis awal. USG juga menjadi pilihan untuk menegakkan
diagnosis (RA) karena selain murah, mudah diakses serta lebih aman dibanding
sinar-X, CT-scan atau MRI (Amoako dan Pujalte, 2014).
Radiologi setiap sendi yang menyangga berat badan dapat terkena, seperti
panggul, lutut, selain itu bahu, tangan, pergelangan tangan, dan tulang belakang
juga sering terkena. Gambaran radiologi (RA) Reumatoid Arthritis sebagai
berikut, pembentukan osteofit pertumbuhan tulang baru (semacam taji) yang
terbentuk di tepi sendi. Penyempitan rongga sendi hilangnya kartilago akan
menyebabkan penyempitan rongga sendi yang tidak sama. Badan yang longgar
terjadi akibat terpisahnya kartilago dengan osteofit.
Kistasubkondral dan sklerosis peningkatan densitas tulang di sekitar sendi
yang terkena dengan pembentukan kista degenerative bagian yang sering terkena
RA lutut dan sering terjadi hilangnya kompartemen femorotibial kompartemen
bagian medial merupakan penyangga tubuh yang utama, tekanannya lebih besar
sehingga hampir selalu menunjukkan terjadi penyempitan rongga diskus. Badan
sering terjadi hilangnya kompartemen femorotibial kompartemen bagian medial
merupakan penyangga tubuh yang utama, tekanannya lebih besar sehingga
hampir selalu menunjukkan penyempitan paling dini. Tulang belakang terjadi
penyempitan rongga diskus.
10
Pembentukan tulang baru (spuring/ pembentukan taji) antara vertebra yang
berdekatan sehingga dapat menyebabkan keterlibatan pada akar syaraf atau
kompresi medula spinalis pada sklerosis dan osteofit pada sendi-sendi apofiseal
invertebrata. Penyempitan pada sendi disebabkan karena menyangga berat badan
yang terlalu berat, sehingga disertai pembentukan osteofit femoral dan
asetabular. sklerosis dan pembentukan kista subkondral. penggantian total sendi
panggul menunjukkan ( RA) Rheumatoid Arthritis panggul yang sudah berat
yaitu:
1) Biasanya mengenai bagian basal metakarpal pertama.
2) Sendi-sendi interfalang proksimal ( Nodus Bouchard ).
3) Sendi-sendi interfalang distal ( Nodus Heberden Patel, 2007).
4) Klasifikasi Menurut Kellgren dan Lawrence (RA) Reumatoid Arthritis dalam
pemeriksaan radiologis.
11
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Rematoid Atritis
2.1.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi : Nama, Alamat, Jenis kelamin (nyeri sendi lebih banyak menyerang
wanita daripada pria), Umur (RA dapat terjadi pada usia berapa pun, namun
lebih sering terjadi pada usia 40 sampai 60 tahun), Agama, riwayat pendidikan,
pekerjaan, dan penanggung jawab (Wahid, 2013).
2. Keluhan Utama
Pada RA klien mengeluh nyeri pada persendian yang terkena yaitu, sendi
pergelangan tangan, lutut, kaki (sendi diartrosis), sendi siku, bahu, sterno
klavikula, panggul dan pergelangan kaki. Keluhan sering berupa kaku sendi di
pagi hari, pembengkakan, dan nyeri sendi (Putra dkk, 2013).
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang berupa uraian mengenai penyakit yang diderita
oleh klien dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai klien dibawa
ke Rumah Sakit, dan apakah pernah memeriksakan diri ke tempat lain selain
Rumah Sakit umum serta pengobatan apa yang pernah diberikan dan
bagaimana perubahanya dari data yang di dapatkan saat pengkajian.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Seperti riwayat penyakit muskuloskeletal sebelumnya, riwayat penggunaan
obat-obatan, riwayat mengkonsumsi alkohol dan merokok.
5. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan kesehatan.
2) Pola Nutrisi
Pada penyakit RA biasanya dianjurkan untuk melakukan pola diet
mediteranian yang dapat memperbaiki inflamasi pada RA. Mediteranian
adalah pola makan yang terutama mengandung ikan, sayur, dan minyak
olive dibandingkan unsur makanan yang lain. Pada klien RA gangguan
gastrointestinal yang sering adalah mual, nyeri lambung, yang menyebabkan
klien tidak nafsu makan dan terjadi penurunan berat badan, terutama klien
yang menggunakan obat reumatik dan NSAID. Dan peristaltik yang
menurun juga menyebabkan klien jarang defekasi.
12
3) Pola Eliminasi
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem
perkemihan. Dan umumnya klien RA tidak mengalami gangguan eliminasi. Meski
demikian perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses dan urine.
4) Pola Tidur dan Istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap energi, jumlah jam tidur
siang dan malam, masalah tidur. Biasanya pada penderita RA rasa nyeri dapat
menganggu pola tidur dan istirahatnya.
5) Pola aktivitas dan latihan
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan, dan sirkulasi pada
penderita RA.
6) Pola Hubungan dan Peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya rumah, dan masalah
keuangan.
7) Pola Sensori dan Kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi pengkajian
penglihatan, pendengaran, perasaan dan pembau.
8) Persepsi dan Konsep Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan konsep
diri. Konsep diri menggambarkan gambaran diri, harga diri, peran, dan identitas diri.
9) Pola seksual dan Reproduksi
Menggambarkan kepuasan atau masalah terhadap seksual pada penderita RA.
10) Pola Mekanisme atau Penanggulangan Stress dan Koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress pada penderita RA.
11) Pola Nilai dan Kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk spiritual.
13
6. Riwayat Psikososial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi,
pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi- sendi karena ia merasakan
adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari
menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri
klien khusunya body image dan harga diri klien.
7. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
1. Kesadaran biasanya compos mentis
2. GCS yang meliputi : Eye, Verbal, Motorik
3. TTV : Tekanan darah, nadi mungkin meningkat, respirasi, dan suhu.
2) Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati
warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
3) Lakukan pengukuran passive range of motion pada sendi-sendi synovial
1. Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi),
2. Catat bila ada krepitasi (suara berderak atau mendedas),
3. Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan.
4) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
1. Catat bila ada atrofi, tonus yang berkuran,
2. Ukur kekuatan otot.
5) Kaji tingkat nyeri, derajat, dan mulainya
6) Kaji aktivitas dan kegiatan sehari-hari
7) Neurosensori
Akan timbul gejala kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jaringan, dan pembengkakan sendi simetris.
8) Kelainan di luar sendi
1) Kepala dan Wajah : biasanya ada sianosis
2) Jantung : kelainan jantung yang simtomatis jarang di dapatkan, namun
40% pada autopsy RA didapatkan kelainan perikard (Putra dkk, 2013).
3) Paru : kelainan yang sering ditemukan berupa paru obstruktif dan
kelainan pleura (efusi pleura, nodul subpleura) (Putra dkk, 2013).
4) Saraf : berupa sindrom multiple neuritis akibat vaskulitis yang sering
terjadi berupa kehilangan rasa sensoris di ektremitas dengan gejala foot
or wrist drop (Putra dkk, 2013). Vaskulitis, terjadi pada <1% penderita
dan pada penderita penyakit RA yang sudah kronis (Longo, 2012).
14
5) Kulit : nodul rheumatoid umumnya timbul pada fase aktif dan terbentuk di bawah
kulit terutama pada lokasi yang banyak menerima tekanan seperti olekranon,
permukaan ekstensor lengan dan tendon Achilles.
6) Hematologi berupa anemia normositik, immune mediated thrombocytopenia dan
keadaan dengan trias berupa neutropenia, splenomegaly, dan nodular RA yang
sering disebut dengan felty syndrome. Sindrom ini terjadi pada penderita RA tahap
akhir (Longo, 2012).
Beberapa keadaan yang diasosiakan dengan mordibitas dan mortalitas pada pasien RA
adalah penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, dan hipoandrogenisme (Longo, 2012).
i. Pemeriksaan Muskuloskeletal (Ekstremitas)
Inspeksi : amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, pembengkakan, anggota
gerak lengkap.
Palpasi : kekuatan otot 4 (dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang ringan,
edema pada kaki di persendian. Untuk mengetahui skala nyeri pada pasien dengan
menggunakan numeric.
15
2.2.2 Diagnosa Keperawatan (menjelaskan jenis diagnosa keperawatan actual, resiko,
16
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan artitis reumatoid,
adalah:
Tujuan: nyeri berkurang dan klien mampu mengontrol rasa nyerinya, dengan kriteria
hasil:
Tujuan: klien mampu mempertahankan posisi, gerakan sendi yang optimal serta
deformitas minimal, dengan kriteria hasil:
17
3. Ketidakmampuan melakukan perawatan diri berhubungan dengan deformitas sendi,
rasa nyeri, penurunan kekuatan sendi
Ditandai dengan: pergerakan yang kaku, nyeri, lelah
18
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan semua tindakan asuhan yang perawat lakukan atas nama klien. Tindakan ini termasuk intervensi yang
diprakarsai oleh perawat, dokter, atau intervensi kolaboratif (McCloskey & Bulechek, 1994).
2.3 Tabel Intervensi Keperawatan
19
3) Perubahan frekuensi jantung 4. Menyatakan rasa nyaman setelah 6. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
4) Perubahan frekuensi pernafasan nyeri berkurang 7. Kurangi faktor presipitasi nyeri
5) Laporan isyarat 8. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
6) Diaphoresis (farmakologi, non farmakologi dan inter
7) Perilaku distraksi (mis, berjalan personal)
mondar mandir mencari orang 9. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
lain dan atau aktivitas lain, menentukan intervensi
aktivitas yang berulang) 10. Ajarkan teknik non farmakologi
8) Mengekspresikan perilaku 11. Berikan analgesic untuk mengurangi
(mis, gelisah, merengek, nyeri
menangis) 12. Tingkatkan istirahat
9) Masker wajah (mis, mata 13. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
kurang bercahaya, tampak keluhan dan tindakan nyeri tidak
kacau, gerakan mata berpencar berhasil
atau tetap pada satu focus 14. Monitor penerimaan pasien tentang
meringis) manajemen nyeri
10) Sikap melindungi area nyeri Analgesic Administration
11) Focus menyempit (mis,
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
gangguan persepsi nyeri,
dan derajat nyeri sebelum pemberian
hambatan proses berfikir,
obat
penurunan interaksi dengan
2. Cek intruksi dokter tentang jenis obat,
orang dan lingkungan)
dosis, dan frekuensi
20
12) Indikasi nyeri yang dapat diamati 3. Cek riwayat alergi
13) Perubahan posisi untuk 4. Pilih analgesic yang diperlukan atau
menghindari nyeri kombinasi dari analgesic ketika
14) Sikap tubuh melindungi pemberian lebih dari satu
15) Dilatasi pupil 5. Tentukan pilihan analgesic tergantung
16) Melaporkan nyeri secara verbal tipe dan beratnya nyeri
17) Gangguan tidur 6. Tentukan analgesic pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesic pertama kali
9. Berikan analgesic tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
10.Evaluasi efektivitas analgesic, tanda
dan gejala
Sumber : Bulecheck, Gloria.dkk (2016), Moorhead, Sue.dkk (2016), Herdman, T. H; Kamitsuru Shigemi (2018).
21
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun
sebelumnya. Prinsip yang mendasari implementasi keperawatan keluarga
antara lain :
1. Implementasi mengacu pada rencana perawatan yang dibuat.
2. Implementasi dilakukan dengan tetap mempertahankan prioritas masalah.
3. Kekuatan-kekuatan keluarga berupa finansial, motivasi, dan sumber-sumber
pendukung lainnya jangan diabaikan.
4. Pendokumentasian implementasi keperawatan keluarga janganlah terlupakan
dengan menyertakan tanda tangan petugas sebagai bentuk tanggung gugat dan
tanggung jawab.
berikut :
1. Berdasarkan respons klien
2. Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian keperawatan, standart pelayanan
professional, hukum dank ode etik keperawatan.
3. Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia.
4. Sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat profesi keperawatan.
5. Mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada dalam rencana intervensi
keperawatan.
6. Harus dapat menciptakan adaptasi dengan klien sebagai individu dalam upaya
meningkatkan peran serta untuk merawat diri sendiri (self care).
7. Menekkankan pada aspek pencegahan dan upaya peningkatan kesehatan.
8. Dapat menjaga rasa aman dan harga diri dan melindungi klien.
9. Memberi pendidikan dan dukungan dan bantuan.
10. Bersifat holistic.
11. Kerjasama dengan profesi lain.
12. Melakukan dokumentasi.
22
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
1. Sifat Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan terakhir dan proses keperawatan keluargaa.
Evaluasi merupakan tahapan yang menentukan apakah tujuan dapat
tercapai sesuai yang ditetapkan dalam tujuan direncana perawatan.
Apabila setelah dilakukan evaluasi tujuan tidak tercapai maka ada
beberapa kemungkinan yang perlu ditinjau kembali yaitu :
23
3. Evaluasi Hasil
Merupakan hasil dari pemberian asuhan keperawatan :
Contoh :
1) Keluarga mampu menyebutkan kembali pengertian RA dengan
menggunakan bahasa sendiri.
2) Keluarga mampu mendemonstrasikan cara mengompres yang
benar.
4. Metode-metode Evaluasi
1. Observasi langsung.
2. Memeriksa laporan dan observasi langsung.
3. Wawancara
4. Latihan stimulasi.
5. Catatan Perkembangan
Catatan perkembangan keperawatan keluarga merupakan indikator keberhasilan
tindakan keperawatan yang diberikan pada keluarga oleh petugas kesehatan.
Karakteristik evaluasi dengan pedoman SOAP memberikan tuntunan pada
perawat dengan uraian sebagai berikut :
1. Subjektif
Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain tentang perubahan yang
dirasakan baik kemajuan kemunduran setelah diberikan tindakan keperawatan.
2. Objektif
Data yang bisa diamati dan diukur melalui teknik observasi, palpasi, perkusi,
atau auskultasi sehingga dapat dilihat kemajuan kemunduran pada sasaran
perawatan sebelum dan setelah diberikan tindakan keperawatan.
3. Analisa
Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana masalah keperawatan dapat
tertanggulangi.
4. Planning
Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan rencana tindakan hasil
evaluasi tentang dilanjutkan dan modifikasi bagi perawat.
24
DAFTAR PUSTAKA
25