TUMOR OTAK
2. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti
walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-
faktor yang perlu ditinjau, yaitu:
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang
ditemukan kecuali pada meningioma, astrocytoma dan
neurofibroma dapat dijumpai pada anggotaanggota sekeluarga.
Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat
dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru
memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis
neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada
neoplasma.
b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan
-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang
terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya sebagian dari bangunan
embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak
bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat
terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan
kordoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan
dapat mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti
radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Meningioma
pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu
radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil
dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui
peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma tetapi
hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus
dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
e. Gaya Hidup
penelitian telah menunjukkan bahwa makanan seperti makanan
yang diawetkan, daging asap atau acar tampaknya berkorelasi
dengan peningkatan resiko tumor otak. Di samping itu, resiko
tumor otak menurun ketika individu makan lebih banyak buah
dan sayuran.
f. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang
karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitrosoethyl urea. Ini
berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
g. Trauma Kepala
Cedera kepala dapat menimbulkan tumor otak jika mengenai
neuron dan tidak bisa diperbaiki lagi. Kerusakan otak yang
dijumpai pada trauma kepala dapat terjadi melalui 2 cara:
1) Efek segera dari trauma pada fungsi otak
2) Efek lanjutan dari respons sel-sel otak terhdap trauma.
Kerusakan neurologik segera disebabkan oleh suatu benda atau
serpihan tulang yang menembus dan merobek jaringan otak,
oleh pengaruh kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak
dan oleh efek akselerasi- deselerasipada otak. Derajat
kerusakan yang terjadi disebabkan pada kekuatan
yang menimpa, makin besar kekuatan, makin parah
kerusakan. Kerusakan terjadi waktu energi atau kekuatan
diteruskan ke
otak. Banyak energi yang diserap oleh lapisan pelindung yaitu
rambut, kulit kepala dan tengkorak, tetapi pada trauma hebat
penyerapan ini tidak cukup untuk melindungi otak. Sisa energi
diteruskan ke otak, menyebabkan kerusakan otak. Kekuatan
akselerasi dan deselerasi menyebabkan bergeraknya isi dalam
tengkorak yang keras sehingga memaksa otak membentur
permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan
dengan benturan.
3. Patofisiologi
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan
oleh 2 faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan
intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan
otak dan infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan
kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar
terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor
yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai
darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi
secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan
cerebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi
perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompresi invasi dan
perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk
kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa
faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema
sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan
tumor menyebabkan bertambahnya massa, karena tumor akan
mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor
ganas menimbulkan oedema dalam jaruingan otak. Mekanisme belum
seluruhnyanya dipahami, namun diduga disebabkan selisih osmotik
yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang
disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan
kenaikan volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal
dari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid menimbulkan
hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila
terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan
sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-
hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oelh karena ity tidak
berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme
kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intra
kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan
mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila
girus medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui insisura
tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan men
ensefalon menyebabkab hilangnya kesadaran dan menenkan saraf
ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum bergeser ke bawah
melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi
medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat. Intrakranial
yang cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran
tekanan nadi dan gangguan pernafasan).
Pathway
Etiologi
Pertumbuhan sel
Otak abnormal
Tumor otak
Penekanan Bertambahnya masa dalam
jaringan otak tengkorak
Menensefal
Mual muntah on,
Komunikasi
verbal
4. Tanda dan Gejala Odema
ggkesadara
1. Sakit kepala (nyeri) Pandangan kabur
Gg Pertukaran
Nyeri dapat digambarkan bersifatNyeri
dalam,
kepala terus-m enerus, tumpul, Gg Rasa
ng hebat saat tidak
dan kadang-kadang hebat se kali. Nyeri
Turunnya ini pali
pendengar
2. Penatalaksanaan
Tumor yang tidak terobati dapat menyebabkan kematian, salah satu
peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial) atau dari kerusakan otak.
Pasien dengan tumor otak harus diobati segera bila memungkinkan
sebelum kerusakan neurologis tidak dapat diubah. Tujuannya adalah
mengangkat dan memusnakan semua tumor atau banyak
kemungkinan tanpa meningkatnya neurologik (kebutaan) atau
tercapainya gejala-gejala dengan mengangkat sebagian. Salah satu
variasai dapat digunakan pendekatan spesifik bergantung tipe tumor
bergantung pada tipe tumor, lokasinya dan kemampuannya untuk
dicapai dengan mudah.
1) Pembedahan
Tumor jinak seringkali dapat ditangani dengan eksisi komplet
dan pembedahan merupakan tindakan yang kuratif. Untuk tumor
primer maligna atau tumor sekunder biasanya sangat sulit
disembuhkan. Pembedahan tumor primer seringkali
diindikasikan untuk mencapai diagnosis histologis, dan jika
mungkin untuk meringankan gejala dengan mengurangi massa
tumor. Pemeriksaan histologis dari biopsi tumor dapat
mengkonfirmasi apakah lesi merupakan suatu glioma dan bukan
neoplasma lainnya, misalnya limfoma, atau bahkan kondisi non
neoplasia, misalnya abses. Kadang-kadang pembedahan tidak
disarankan, misalnya pada pasien dengan
kecurigan gioma derajat rendah dengan gejala epilepsy.
Pembedahan juga tidak tepat dilakukan pada metastasis otak
multiple, dimana diagnosannya jelas, walaupun beberapa
metastasis soliter dapat ditangani dengan reseksi.
2) Radioterapi
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada
sebagian tumor sementara metastasis diterapi dengan radiasi
seluruh otak. Radioterapi juga dapat digunakan dalam
tatalaksana beberapa tumor jinak, misalnya tumor hipofisis.
3) Radiografi tengkorak
Memberikan informasi : struktur tulang, penebalan, dan
kalsifikasi; posisi kelenjar pinealis; posisi sela tursika.
4) EEG (echoensefalogram)
Memberikan informasi perubahan kepekaan neuron, pergeseran
kandungan intraserebral.
3. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
1) CT scan dan MRI : memperlihatkan semua tumor intrakranial
dan menjadi prosedur investigasi awal ketika penderita
menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit
otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari
sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan
tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2) Foto polos dada : dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya
berasal dari suatu metastasis yang akan memberikan gambaran
nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
3) Pemeriksaan cairan serebrospinal : dilakukan untuk melihat
adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien
dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis
histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi,
sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan
proses-proses infeksi (abses cerebri).
4) Biopsi stereotaktik : dapat digunakan untuk mendiagnosis
kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan dasar-
dasar pengobatan dan informasi prognosis.
5) Angiografi Serebral : memberikan gambaran pembuluh darah
serebral dan letak tumor serebral.
6) Elektroensefalogram (EEG) : mendeteksi gelombang otak
abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat
memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu
kejang
4. Komplikasi
a. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar
lesi sehingga menambah efek masa yang mendesak (space-
occupying). Edema Serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik)
atau intrasel (sitotoksik).
b. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa
dalam rongga cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika
terjadi obstruksi pada aliran cairan serebrospinal akibat massa.
c. Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus,
dan singuli.
d. Epilepsi
Metastase ketempat lain
5. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d disfungsi neuromuskuler (hilangnya
kontrol terhadap otot pernafasan), ditandai dengan : perubahan
kedalamam nafas, dispnea, obstruksi jalan nafas, aspirasi.
2. Nyeri akut b.d peningkatan TIK, ditandai dengan : nyeri kepala
terutama pagi hari, klien merintih kesakitan, nyeri bertambah bila
klien batuk, mengejan, membungkuk
3. Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai dengan
peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakakan jaringan otak,
depresi SSP dan oedema
4. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan
disorientasi, penurunan kesadaran, sulit konsentrasi
5. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
6. Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi
SSP, ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan penglihatan,
pendengaran
Daftar
Pustaka