Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR OTAK

a. Konsep Dasar Tumor Otak


1. Pengertian
Tumor otak merupakan neoplasma, baik yang jinak maupun ganas,
dan lesi-lesi desak ruang yang lain, yang berasal dari inflamasi kronik
yang tumbuh dalam otak, meningen atau tengkorak. Tumor otak
terdapat yang benigna dan tumor otak maligna. Tumor otak benigna
merupakan pertumbuhan jaringan otak secara abnormal namun tidak
ganas. Tumor otak maligna merupakan pertumbuhan jaringan
abnormal yang berpotensi ganas yang dapat menyusup atau menyebar
di jaringan sekitarnya maupun bermetastasis ke jaringan yang jauh
melalui aliran darah. Tumor otak di bagi 2 yaitu:
a. Tumor otak primer
Tumor otak primer dapat berasal dari otak itu sendiri atau jaringan
yang menutup otak, seperti membran meninges, syaraf tengkorak,
kelenjar pituitary atau kelenjar pineal. Tumor otak primer dimulai
ketika sel normal mengalami mutasi pada DNA-nya. Mutasi ini
menyebabkan sel tumbuh secara tidak terkendali dan tetap hidup
saat sel yang lain mati. Ada beberapa jenis tumor otak primer.
Masing-masing dinamakan berdasarkan sel yang terkat, antara lain:
acoustic neuroma (schwannoma), astrocytoma, juga dikenal dengan
nama glioma, yang terdiri dari anaplastic astrocytoma dan
glioblastoma, ependymoma, ependymoblastoma, germ cell tumor,
medulloblastoma, meningioma, neuroblastoma, oligodendroglioma,
dan pineoblastoma.
1. Glioma : tumor yang tersusun dari neuroglia dalam setiap tahap
perkembangannya; kadang- kadang diperluas mencakup semua
neoplasma otak dan medula spinalis intrinsik, seperti
astrositoma, ependimomas, dan lain- lain. Sejumlah tumor yang
bisa dikelompokkan glioma :
a) Glioblastoma : setiap astrositoma yang ganas;
biasanyaterdapat pada otak tetapi tidak terdapat pada batang
otak atau medula spinalis.
b) Astrocytomas : tumor yang terdiri dari astrosit; jenis tumor
yang paling lazim dan juga ditemukan di sepanjang sistem
saraf pusat; diklasifikasikan berdasarkan histologi atau dalam
hubungannya dengan keganasan (I- IV).
c) Oligodendrogliomas : neoplasma dari dan tersusun dari
oligodendrosit (sel oligodendroglia; sel neo-neural yang berasal
dari ektodermal, membentuk bagian struktur adventisial
(neuroglia) sistem saraf pusat.
d) Ependymomas : neoplasma, biasanya tumbuh lambat dan
jinak, terdiri dari sel- sel ependimal (membran yang melapisi
ventrikel otak dan kanalis sentralis medula spinalis) yang
terdiferensiasi.
2. Meningioma : tumor pada selaput pelindung otak (meninges) jinak
yang tumbuh lambat, biasanya terletak bersebelahan dengan dura
mater (lapisan yang paling luar, paling kuat dari tiga selaput otak
(meninges) dan sumsum tulang belakang), yang dapat
menginvasi tulang tengkorak atau menyebabkan hiperostosis
(pertumbuhan jaringan bertulang yang berlebihan), dan sering
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial anatomi ; lebih
banyak menyerang wanita daripada pria, terutama usia 50-60
tahun. Wanita lebih sering menderita meningioma karena reseptor
hormon progesteron yang mempunyai GP1 dan GP2 (GP =
glikoprotein) : memberi sifat pengenal pada molekul yang
terlibatdalam lalulintas di dalam sel menyebabkan timbulnya
meningioma.
a) Angioblastic meningioma : meningioma yang mengandung
banyak pembuluh darah dari berbagai ukuran;
b) Convexity meningioma : beragam kelompok meningioma yang
terletak antara sulkus otak, biasanya di sebelah anterior fisura
ronaldi;
c) Psammomatous meningioma : meningioma yang mengandung
banyak badan psammoma (badan psammoma; tumor seperti
pasir : yang berasal dari jaringan berserat dari meninges atau
koroid atau struktur tertentu; terbentuk dari kumpulan kalsium
yang tampak mikroskopik).
3. Medulloblastomas : tumor; ganas embrional invasif otak kecil
yang lebih sering terjadi pada anak- anak; sel yang tidak
terdeferensiasi pada tabung neural yang bisa berkembang baik
menjadi neuroblast maupun spongioblas.
4. Gangliogliomas : ganglioneuroma (neoplasma jinak yang tersusun
atas serabut saraf dan sel ganglion masak) pada sistem saraf
pusat.
5. Schwannomas: neoplasma yang berasal dari sel schwann
(selubung mielin) neuron; meliputi neurofibroma (tumor saraf tepi
akibat proliferasi (reproduksi atau multiplikasi bentuk serupa,
khususnya sel) sel schwann yang abnormal) dan neurilemomas
(tumor selubung saraf perifer (neurilema), jenis tumor neurogenik
yang paling umum, biasanya jinak).
b. Tumor otak sekunder / metastatik
Tumor otak sekunder / metastatik adalah tumor yang dihasilkan
dari kanker yang berasal dari bagian tubuh lain dan kemudian
merambat ke otak. Tumor otak sekunder paling sering terjadi pada
orang yang memiliki catatan dengan kanker. Tapi dapat juga terjadi
walaupun jarang, tumor otak metastatik merupakan tanda awal
kanker yang dimulai dari bagian tubuh lainnya. Kanker apapun dapat
menyebar ke otak, tapi jenis yang paling umum antara lain:
kanker payudara, kanker usus besar, kanker ginjal, kanker paru-
paru, dan melanoma.

2. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti
walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-
faktor yang perlu ditinjau, yaitu:

a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang
ditemukan kecuali pada meningioma, astrocytoma dan
neurofibroma dapat dijumpai pada anggotaanggota sekeluarga.
Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat
dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru
memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis
neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada
neoplasma.
b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan
-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang
terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya sebagian dari bangunan
embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan merusak
bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat
terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan
kordoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan
dapat mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti
radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Meningioma
pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu
radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil
dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui
peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma tetapi
hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus
dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
e. Gaya Hidup
penelitian telah menunjukkan bahwa makanan seperti makanan
yang diawetkan, daging asap atau acar tampaknya berkorelasi
dengan peningkatan resiko tumor otak. Di samping itu, resiko
tumor otak menurun ketika individu makan lebih banyak buah
dan sayuran.
f. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang
karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitrosoethyl urea. Ini
berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
g. Trauma Kepala
Cedera kepala dapat menimbulkan tumor otak jika mengenai
neuron dan tidak bisa diperbaiki lagi. Kerusakan otak yang
dijumpai pada trauma kepala dapat terjadi melalui 2 cara:
1) Efek segera dari trauma pada fungsi otak
2) Efek lanjutan dari respons sel-sel otak terhdap trauma.
Kerusakan neurologik segera disebabkan oleh suatu benda atau
serpihan tulang yang menembus dan merobek jaringan otak,
oleh pengaruh kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak
dan oleh efek akselerasi- deselerasipada otak. Derajat
kerusakan yang terjadi disebabkan pada kekuatan
yang menimpa, makin besar kekuatan, makin parah
kerusakan. Kerusakan terjadi waktu energi atau kekuatan
diteruskan ke
otak. Banyak energi yang diserap oleh lapisan pelindung yaitu
rambut, kulit kepala dan tengkorak, tetapi pada trauma hebat
penyerapan ini tidak cukup untuk melindungi otak. Sisa energi
diteruskan ke otak, menyebabkan kerusakan otak. Kekuatan
akselerasi dan deselerasi menyebabkan bergeraknya isi dalam
tengkorak yang keras sehingga memaksa otak membentur
permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan
dengan benturan.

3. Patofisiologi
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan
oleh 2 faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan
intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan
otak dan infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan
kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar
terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor
yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai
darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi
secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan
cerebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi
perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompresi invasi dan
perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk
kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa
faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema
sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan
tumor menyebabkan bertambahnya massa, karena tumor akan
mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor
ganas menimbulkan oedema dalam jaruingan otak. Mekanisme belum
seluruhnyanya dipahami, namun diduga disebabkan selisih osmotik
yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang
disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan
kenaikan volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal
dari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid menimbulkan
hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila
terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan
sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-
hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oelh karena ity tidak
berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme
kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intra
kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan
mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila
girus medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui insisura
tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan men
ensefalon menyebabkab hilangnya kesadaran dan menenkan saraf
ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum bergeser ke bawah
melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi
medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat. Intrakranial
yang cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran
tekanan nadi dan gangguan pernafasan).
Pathway
Etiologi

heredifer Sisa sel radiasi virus Gaya Subtansi Trauma


embrional kariorganik kepala

Pertumbuhan sel
Otak abnormal

Tumor otak
Penekanan Bertambahnya masa dalam
jaringan otak tengkorak

Infilterasi jaringan otak


Nekrosis jaringan otak Hipoksia Penyerapan cairan
jaringan

Gg Suplai darah arteri


Kerusakan jaringan neuron Obstruksi vena
Gg

Serangan kejang Gg Neurologis fokal Perfusi


Gg Fungsi otak
odema

Defisit neurologi hidrocepalu Tekanan


irasi seleksi Obstruksi jalan nafas Dispnea s intrakranial
nti nafas
Resiko Penurunan
cedera Pola pikir herniasis
ubahan pola nafas Bicara
terganggu

Menensefal
Mual muntah on,
Komunikasi
verbal
4. Tanda dan Gejala Odema
ggkesadara
1. Sakit kepala (nyeri) Pandangan kabur
Gg Pertukaran
Nyeri dapat digambarkan bersifatNyeri
dalam,
kepala terus-m enerus, tumpul, Gg Rasa
ng hebat saat tidak
dan kadang-kadang hebat se kali. Nyeri
Turunnya ini pali
pendengar

pagi hari dan menjadi lebih hebat saat beraktivitas yang


biasanya meningkatkan TIK, seperti membungkuk, batuk, atau
mengejan sewaktu buang air besar. Nyeri kepala akibat tumor
otak disebabkan oleh traksi dan pergeseran struktur peka nyeri
(arteri, vena, sinus-sinus vena, dan saraf otak) dalam rongga
intrakranial. Nyeri kepala oksipital merupakan gejala pertama
dalam tumor fosa posterior. Bila keluhan nyeri kapala terjadi
menyeluruh maka kurang dapat ditentukan lokasinya dan
biasanya menunjukkan pergeseran aktensif kandungan
intracranial akibat peningkatan ICP.
1) Mual Muntah
Gejala ini terjadi akibat rangsangan pusat muntah di medulla
oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak dan
berhubungan dengan peningkatan ICP disertai pergeseran
batang otak. Muntak dapat terjadi tanpa didahului mual dan
dapat bersifat proyektil.
2) Papiledema
Papilla edema adalah penumpukan cairan yang berlebih pada
pupil. Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan
pembengkakan dan perbesaran diskus optikus. Bila terlihat pada
pemeriksaan funduskopi, tanda ini mengisyaratkan peningkatan
ICP. Dapat terjadi gangguan penglihatan yang berkaitan dengan
papilledema. Gangguan ini adalah perbesaran bintik dan
amaurosis fugaks (ketika pengihatan berkurang).
3) Lokalisasi gejala
Karena fungsi-fungsi dari bagian-bagian berbeda dari otak yang
tidak diketahui, lokasi tumor dapat ditentukan, pada bagiannya,
dengan mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi oleh adanya
tumor.
1) Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi,
bingung, tingkah laku aneh, sulit memberi
argumenatasi/menilai benar atau tidak, hemiparesis, ataksia,
dan gangguan bicara.
2) Kortek presentalis posterior
Kelemahan/kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari
3) Lobus parasentralis
Kelemahan pada ekstremitas bawah
4) Lobus Oksipitalis
Kejang, gangguan penglihatan
5) Lobus temporalis
Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik,
kelumpuhan otot wajah
6) Lobus Parietalis
Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi
sensorik, gangguan penglihatan
7) Cerebulum
Papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia,
hiperekstremitas esndi

2. Penatalaksanaan
Tumor yang tidak terobati dapat menyebabkan kematian, salah satu
peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial) atau dari kerusakan otak.
Pasien dengan tumor otak harus diobati segera bila memungkinkan
sebelum kerusakan neurologis tidak dapat diubah. Tujuannya adalah
mengangkat dan memusnakan semua tumor atau banyak
kemungkinan tanpa meningkatnya neurologik (kebutaan) atau
tercapainya gejala-gejala dengan mengangkat sebagian. Salah satu
variasai dapat digunakan pendekatan spesifik bergantung tipe tumor
bergantung pada tipe tumor, lokasinya dan kemampuannya untuk
dicapai dengan mudah.
1) Pembedahan
Tumor jinak seringkali dapat ditangani dengan eksisi komplet
dan pembedahan merupakan tindakan yang kuratif. Untuk tumor
primer maligna atau tumor sekunder biasanya sangat sulit
disembuhkan. Pembedahan tumor primer seringkali
diindikasikan untuk mencapai diagnosis histologis, dan jika
mungkin untuk meringankan gejala dengan mengurangi massa
tumor. Pemeriksaan histologis dari biopsi tumor dapat
mengkonfirmasi apakah lesi merupakan suatu glioma dan bukan
neoplasma lainnya, misalnya limfoma, atau bahkan kondisi non
neoplasia, misalnya abses. Kadang-kadang pembedahan tidak
disarankan, misalnya pada pasien dengan
kecurigan gioma derajat rendah dengan gejala epilepsy.
Pembedahan juga tidak tepat dilakukan pada metastasis otak
multiple, dimana diagnosannya jelas, walaupun beberapa
metastasis soliter dapat ditangani dengan reseksi.
2) Radioterapi
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada
sebagian tumor sementara metastasis diterapi dengan radiasi
seluruh otak. Radioterapi juga dapat digunakan dalam
tatalaksana beberapa tumor jinak, misalnya tumor hipofisis.
3) Radiografi tengkorak
Memberikan informasi : struktur tulang, penebalan, dan
kalsifikasi; posisi kelenjar pinealis; posisi sela tursika.
4) EEG (echoensefalogram)
Memberikan informasi perubahan kepekaan neuron, pergeseran
kandungan intraserebral.

5) Scan otak radioaktif


Memperlihatkan daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif.
6) Terapi medikamentosa
Antikonvulsan untuk epilepsi, kortikosteroid (dekstametason),
untuk peningkatan TIK. Steroid juga dapat memperbaiki deficit
neurologis fokal sementara dengan mengobati oedema otak.
Kortikosteroid boleh digunakan sebelum pengobatan sesuai
dengan diperbolehkannya penggunaan obat ini yang didasari
melalui evaluasi dignostik dan kemudian menurunkan oedema
serebral dan meningkatkan kelancaran serta pemulihan lebih
cepat.
7) Kemoterapi
Diindikasikan pada beberapa kasus glioma, sebagian acuan
pembedahan dan radioterapi, dengan penganasan unit
spesialitik neuro onkologi. Terapi radiasi, merupakan dasar
pada beberapa tumor otak, juga menurunkan timbulnya kembali
tumor yang tidak lengkap.

3. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
1) CT scan dan MRI : memperlihatkan semua tumor intrakranial
dan menjadi prosedur investigasi awal ketika penderita
menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit
otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari
sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan
tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2) Foto polos dada : dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya
berasal dari suatu metastasis yang akan memberikan gambaran
nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
3) Pemeriksaan cairan serebrospinal : dilakukan untuk melihat
adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien
dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis
histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi,
sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan
proses-proses infeksi (abses cerebri).
4) Biopsi stereotaktik : dapat digunakan untuk mendiagnosis
kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan dasar-
dasar pengobatan dan informasi prognosis.
5) Angiografi Serebral : memberikan gambaran pembuluh darah
serebral dan letak tumor serebral.
6) Elektroensefalogram (EEG) : mendeteksi gelombang otak
abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat
memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu
kejang
4. Komplikasi
a. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar
lesi sehingga menambah efek masa yang mendesak (space-
occupying). Edema Serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik)
atau intrasel (sitotoksik).
b. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa
dalam rongga cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika
terjadi obstruksi pada aliran cairan serebrospinal akibat massa.
c. Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus,
dan singuli.
d. Epilepsi
Metastase ketempat lain

b. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Data yang perlu dikaji :
1. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
2. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double,
ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya
ketajaman atau diplopia.
3. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala
4. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin
ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat
keluarga dengan tumor kepala.
5. Pengkajian psiko-sosio-spirituab
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental,
kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan
hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya
perubahan peran.
6. Pemeriksaan Fisik (ROS : Review of System)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi
pemeriksaan fisik umum per sistem dari observasi keadaan umum,
pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain),
B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
a. Pernafasan B1 (breath)
1) Inspeksi : bentuk dada simetris, pola napas biasanya tidak
teratur, dispnea, batuk, terlihat adanya retraksi otot bantu
napas.
2) Auskultasi : suara napas vesikuler atau ada suara napas
abnormal misalnya rongkhi, stridor, dll.
b. Kardiovaskular B2 (blood)
1) Auskultasi : irama jantung pada umumnya irregular, bunyi
jantung normal, tekanan darah Meningkat
2) Palpasi : akral hangat, nadi bradikardi
3) Kaji adanya nyeri dada
c. Persyarafan B3 (brain)
1) Penglihatan (mata), penurunan penglihatan, hilangnya
ketajaman atau diplopia.
2) Pendengaran (telinga), terganggu bila mengenai
lobus temporal
3) Penciuman (hidung), mengeluh bau yang tidak biasanya, pada
lobus frontal
4) Pengecapan (lidah), ketidakmampuan sensasi (parathesia
atau anasthesia)
5) Afasia : kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa,
kemungkinan ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif
atau berkata-kata komprehensif, maupun kombinasi dari
keduanya.
6) Ekstremitas : kelemahan atau paraliysis genggaman tangan
tidak seimbang, berkurangnya reflex tendon.
7) GCS : skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran
pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan
menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
d. Perkemihan B4 (bladder)
1) Inpeksi : bentuk alat kelamin normal/tidak, uretra normal/tidak,
produksi urin normal/tidak.
2) Kaji adanya kelainan seperti oliguri, hematuria, poliuria,
nokturia, dll.
e. Pencernaan B5 (bowel)
1) Nafsu makan menurun/tidak
2) Kaji adanya mual dan muntah
3) Keadaan mulut bersih atau tidak
4) Mukosa bibir lembap/tidak
f. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
1) Keadaan umum klien biasanya mengalami kelelahan, kaji
kemampuan pergerakan sendi bebas atau tidak, kaji kekuatan
otot klien.

5. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d disfungsi neuromuskuler (hilangnya
kontrol terhadap otot pernafasan), ditandai dengan : perubahan
kedalamam nafas, dispnea, obstruksi jalan nafas, aspirasi.
2. Nyeri akut b.d peningkatan TIK, ditandai dengan : nyeri kepala
terutama pagi hari, klien merintih kesakitan, nyeri bertambah bila
klien batuk, mengejan, membungkuk
3. Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai dengan
peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakakan jaringan otak,
depresi SSP dan oedema
4. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan
disorientasi, penurunan kesadaran, sulit konsentrasi
5. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
6. Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi
SSP, ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan penglihatan,
pendengaran

Rencana tindakan Keperawatan


No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi dan Rasional
keperawata Kriteria
n Hasil
1. Pola napas NOC: respiratory NIC: respiratory monitoring
tidak efektif status : airway patency 1. Pantau frekuensi, irama,
b.d disfungsi dan kedalaman napas
neuromuskul Setelah dilakukan Rasional:memantau
er (hilangnya tindakan keperawatan keadaan umum klien
kontrol selama 1×24 jam pola 2. Perhatikan gerakan
terhadap otot nafas tidak efektif dinding dada dan
pernafasan) dapat teratasi dengan kesimetrisan, kaji adanya
kriteria hasil: penggunaan otot bantu
- Menunjukkan jalan pernapasan
nafas yang paten (klien Rasional : mengetahui
tidak merasa tercekik, kemampuan pernapasan
irama nafas, frekuensi klien
pernafasan dalam
rentang normal, tidak NIC: airway management
ada suara nafas 3. Berikan posisi yang
abnormal) nyaman : semifowler
- Tanda Tanda vital Rasional : tindakan
dalam rentang normal noninfasif dalam
(tekanan darah, nadi, meringankan sesak napas
pernafasan dengan memaksimalkan
ventilasi
4. Lakukan suction (bila
perlu)
Rasional : mengurangi
sekret
5. Berikan terapi nebulizer
Rasional : mengencerkan
secret
NIC: oxygen terapy
6. Berikan oksigen sesuai
indikasi
Rasional : memberikan
bantuan oksigen
2. Gangguan NOC: circulation status NIC: management peripheral
perfusi sensation
serebral b.d Setelah dilakukan 1. Pantau keadaan umum
hipoksia tindakan keperawatan klien (GCS)
jaringan selama 25×24 jam Rasional : memantau
perfusi jaringan keadaan umum klien
cerebral dapat teratasi 2. Pantau status cairan
dengan kriteria hasil: termasuk intake dan
- Menunjukkan status output
sirkulasi baik dengan Rasional : mencegah
indikator tekanan intake > output yang
darah dalam batas menyebabkan tekanan di
normal dalam tubuh meningkat
- Menunjukkan NIC: intra-cranial pressure
kemampuan kognitif monitor (ICT)
3. Pantau tanda-tanda vital
dengan indikator
Rasional : memantau
mempu berkomunikasi
keadaan umum klien
dengan jelas, mampu
4. Monitor tekanan perfusi
berkonsentrasi dan
serebral
orientasi, mampu
Rasional : memantau
mengingat, menerima
tekanan intrakranial agar
informasi dan
tidak meningkat
membuat keputusan
5. Posisikan kepala lebih
tinggi
Rasional : mengurangi
aliran darah ke otak
sehingga menurunkan TIK
6. Pertahankan keadaan tirah
baring
Rasional : meningkatkan
istirahat sebagai upaya
menurunkan TIK
7. Kolaborasi dalam
pemberian obat-obatan
Rasional : prosedur
penanganan dan tindakan
medis
3. Resiko tinggi NOC: fall NIC: fall prevention
cidera b.d prevention behavior 1. Identifikasi kelemahan
disfungsi otot fisik atau kognitif yang
sekunder Setelah dilakukan berpotensi meningkatkan
terhadap tindakan keperawatan resiko cidera
depresi SSP selama 1×24 jam resiko Rasional : mengetahui
tinggi cidera dapat faktor yang dapat
teratasi dengan kriteria menyebabkan cidera klien
hasil: 2. Pasang set rail di samping
- Klien mampu kanan dan kiri bed klien
menjelaskan Rasional : membantu
cara/metode untuk mencegah klien jatuh dari
mencegah cidera tempat tidur
- Orientasi orang,
waktu, dan tempat NIC: dementia management
dengan baik 3. Gunakan kontak mata saat
- Klien terbebas dari interaksi dengan klien
risiko cidera Rasional : kontak mata
- Klien mampu menunjukkan perhatian
memodifikasi gaya 4. Bicara dengan jelas dan
hidup untuk pelan
mencegah cidera Rasional : membantu klien
berkonsentrasi terhadap
informasi
5. Gunakan bahasa yang
sederhana
Rasional : bahasa
sederhana mudah dicerna
dan tidak membingungkan
klien

Daftar
Pustaka

Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan


GangguanSistemPersarafan. Jakarta: Salemba Medika
Gloria M. Bulechek, Howard K. Butcher, Joanne M. Dochterman & Cheryl
M. Wagner. 2013. NursingInterventionsClassification(NIC)SixthEdition.
Mosby: United States of America.
Nanda International. 2013. DiagnosisKeperawatanDefinisidanKlasifikasi 2012-
2014.Jakarta: EGC.
Nursing Care Plan. 2012. NursingManagement-
IneffectiveCerebralTissue Perfusion related to Hydrocephalus.[Serial Online]. http://nanda-nursing-
care-plan.blogspot.com/2012/06/nursing-management-ineffective-
cerebral.html. [Diakses Tanggal 06 Juli 2014].
Zulkarnain, Nuzulul Haq. 2011. AsuhanKeperawatan(Askep)TumorOtak.
[Serial Online].

Anda mungkin juga menyukai