DI RUANG 14
Oleh :
Nanda Veir Yursyidah
NIM. 180070300111061
DI RUANG 14
Oleh :
180070300111061
( ) ( )
KONSEP DASAR FRAKTUR
1. DEFINISI FRAKTUR
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, lempeng epiphyseal atau per-
mukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan lunak, adanya
tekanan fisik dapat menyebabkan terjadinya fraktur, dan tekanan fisik juga menim-
bulkan pergeseran mendadak pada fragmen fraktur yang selalu menghasilkan cedera
jaringan lunak disekitarnya. Hal ini bisa disebabkan karena : trauma tunggal, trauma
yang berulang-ulang, kelemahan pada tulang atau fraktur patologik (Hardisman dan
Riski, 2014).
Menurut Muttaqin (2011), fraktur adalah terputusnya hubungan tulang disertai
kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf, pembuluh darah) sehingga
memungkinkan terjadinya hubungan antara fragmen tulang yang patah dengan udara
luar yang disebabkan oleh cedera dari trauma langsung yang mengenai lengan atas.
2. KLASIFIKASI FRAKTUR
Berikut ini beberapa klasifikasi patah tulang, diantaranya:
A. Menurut Hoppenfield (2011), patah tulang radius dapat dibagi menurut ada
tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar, yaitu :
a. Fraktur tertutup (closed)
Apabila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.
b. Fraktur terbuka (open)
Apabila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena
adanya permukaan di kulit. Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat yang di-
tentukan oleh berat ringannya luka dan berat ringannya patah tulang.
Grade I : fraktur terbuka dengan luka bersih kurang dari 1 cm.
Grade II : fraktur dengan luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan extensif
sekitarnya.
Grade III : fraktur dengan kondisi luka mengalami kerusakan jaringan lu-
nak ekstensif dan sangat terkontaminasi.
Pelepasan mediator Pelepasan mediator Trauma pembuluh Terjadi deformitas Kurang terpapar Tindakan invasif
Menembus kulit nyeri (histamin, inflamasi darah arteri atau vena tulang informasi mengenai
(fraktur terbuka) prostaglandin, Perdarahan
prosedur pembedahan
bradikinin) Vasodilatasi pembuluh Perdarahan tidak Gangguan fungsi
Terputusnya darah terkontrol pergerakan ekstremitas Ancaman kematian Tidak terkontrol
kontinuitas kulit dan
jaringan Peningkatan aliran
Ditangkap reseptor darah ke area luka Kehilangan volume Krisis situasional Resiko syok
nyeri perifer cairan berlebihan Hambatan mobilitas
fisik
Kerusakan integritas Peningkatan Cemas
jaringan Impuls nyeri ke otak permeabilitas kapiler Resiko syok
hipovolemik Ansietas
Kebocoran cairan ke
Kerusakan pertahanan Persepsi nyeri interstitial
primer
Nyeri akut Edema
Port de entry kuman
Menekan pembuluh
darah perifer
Resiko infeksi
Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
Prosedur anestesi
Berada di kamar
operasi
c. Myelografi
Menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di ruang
tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.
d. Arthrografi
Menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa.
e. Computed Tomografi-Scanning
Menggambarkan potongan secara transversal dari tulang dimana didapatkan
suatu struktur tulang yang rusak.
7. PENATALAKSANAAN FRAKTUR
a. Anamnesis
Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik, fraktur), baik yang
hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggu-
nakan anggota gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur
tidak selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah
lain.
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
1. Syok, anemia atau perdarahan
2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang
belakang atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen
3. Fraktur predisposisi, misalnya pada fraktur patologis
c. Pemeriksaan lokal
1. Inspeksi (Look)
Bandingkan dengan bagian yang sehat
Perhatikan posisi anggota gerak
Keadaan umum penderita secara keseluruhan
Ekspresi wajah karena nyeri
Lidah kering atau basah
Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan
Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan
fraktur tertutup atau fraktur terbuka
Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari
Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan
Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ-
lain
Perhatikan kondisi mental penderita
Keadaan vaskularisasi
2. Palpasi (Feel)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita
biasanya mengeluh sangatnyeri.
Temperatur setempat yang meningkat
Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan
oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang
Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara
hati-hati
Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri ra-
dialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota
gerak yang terkena
Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal
daerah trauma , temperatur kulit
Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui
adanya perbedaan panjang tungkai
3. Pergerakan (Move)
Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan
secara aktif danpasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang
mengalami trauma. Pada pederita dengan fraktur, setiap gerakan akan
menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh
dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan
kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.
d. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis menurut Smeltzer & Bare (2008), yaitu:
1. Rekognisi atau pengenalan adalah riwayat kecelakaan derajat
keparahannya, prinsip pertama yaitu mengetahui dan menilai keadaan fraktur
dengan anamnesis, pemeriksaan klinik dan radiologis.
2. Reduksi adalah usaha manipulasi fragmen tulang patah untuk kembali
seperti asalnya, reduksi ada dua macam yaitu reduksi tertutup ( tanpa
operasi), contohnya dengan traksi dan reduksi terbuka (dengan operasi),
contohnya dengan fiksasi internal dengan pemasangan pin, kawat,sekrup
atau batangan logam.
3. Retensi adalah metode untuk mempertahankan fragmen selama
penyembuhan, dengan fiksasi internal maupun fiksasi eksternal, contohnya
balut bidan, yaitu benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling
tulang. Selain itu dapat menggunakan GIPS, yaitu alat immobilisasi eksternal
yang kaku dan dicetak sesuai bentuk tubuh yang dipasang
8. KOMPLIKASI FRAKTUR
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan fraktur (Brunner & Sud-
darth, 2013) yaitu:
a. Komplikasi awal
1) Syok
Syok hipovolemik akibat dari perdarahan karena tulang merupakan or-
gan yang sangat vaskuler maka dapat terjadi perdarahan yang sangat besar
sebagai akibat dari trauma khususnya pada fraktur femur dan fraktur pelvis.
2) Emboli lemak
Pada saat terjadi fraktur, globula lemak dapat masuk kedalam darah
karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler dan kateko-
lamin yang dilepaskan memobilisasi asam lemak kedalam aliran darah. Glob-
ula lemak ini bergabung dengan trombosit membentuk emboli yang dapat
menyumbat pembuluh darah kecil yang memasok darah ke otak, paruparu,
ginjal dan organ lainnya.
3) Compartment Syndrome
Compartment syndrome merupakan masalah yang terjadi saat perfusi
jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh
karena penurunan ukuran fasia yang membungkus otot terlalu ketat, balutan
yang terlalu ketat dan peningkatan isi kompartemen karena perdarahan atau
edema.
4) Komplikasi awal lainnya seperti infeksi, tromboemboli dan koagulopati in-
travaskular.
b. Komplikasi lambat
1) Delayed union, malunion, nonunion
Penyatuan terlambat (delayed union) terjadi bila penyembuhan tidak
terjadi dengan kecepatan normal berhubungan dengan infeksi dan distraksi
(tarikan) dari fragmen tulang. Tarikan fragmen tulang juga dapat menyebabkan
kesalahan bentuk dari penyatuan tulang (malunion). Tidak adanya penyatuan
(nonunion) terjadi karena kegagalan penyatuan ujung-ujung dari patahan tu-
lang.
2) Nekrosis avaskular tulang
Nekrosis avaskular terjadi bila tulang kekurangan asupan darah dan
mati. Tulang yang mati mengalami kolaps atau diabsorpsi dan diganti dengan
tulang yang baru. Sinar-X menunjukkan kehilangan kalsium dan kolaps struktu-
ral.
3) Reaksi terhadap alat fiksasi interna
Alat fiksasi interna diangkat setelah terjadi penyatuan tulang namun
pada kebanyakan pasien alat tersebut tidak diangkat sampai menimbulkan ge-
jala. Nyeri dan penurunan fungsi merupakan indikator terjadinya masalah.
Masalah tersebut meliputi kegagalan mekanis dari pemasangan dan stabilisasi
yang tidak memadai, kegagalan material, berkaratnya alat, respon alergi ter-
hadap logam yang digunakan dan remodeling osteoporotik disekitar alat.
B. Mobilisasi sendi
Kekakuan sendi sering terjadi dan menjadi masalah utama ketika
anggota gerak badan tidak digerakkan dalam beberapa minggu. Focus
fisioterapi adalah melatih dengan teknik dimana dapat menambah dan
mengembalikan lingkup gerak sendi yang terpengaruh ketika fraktur sudah
sembuh.
Jangan menggunakan teknik “Force Passive”, karena bisa
menyebabkan Reflex Sympathetic Diystrophy dan Heterotopic Ossification.
Gunakan waktu dan gravitasi atau berat badan pasien sendiri.
Bila di gips, mobilisasi sendi mulai diberikan secara hati – hati pada
minggu kedua. Sedangkan bila dengan internal fixasi, bisa diberikan sedini
mungkin.
C. Edukasi jalan
Jika fraktur memerlukan penggunaan alat bantu jalan, fisioterapi dapat
menunjukkan alat yang paling sesuai dan cara jalannya untuk mendukung
kesembuhan optimal dan aman.
Demi amannya, Latihan jalan dilakukan secara bertahap, yaitu :
1. Non Weight Bearing
Adalah berjalan dengan tungkai tidak diberi beban
(menggantung). Dilakukan selama 3 minggu setelah di operasi.
4. Stadium Empat-Konsolidasi
Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah
menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan
osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat
dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara
fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan
mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban
yang normal.
5. Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama
beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh
proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae
yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi,
dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan
akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya.
11. DIAGNOSA KEPERAWATAN FRAKTUR
1. Nyeri akut sehubungan dengan agen cedera fisik (trauma)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x3 jam nyeri terkontrol
Intervensi
1. Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, durasi, karakteristik, intensitas, pence-
tus nyeri)
2. Monitoring TTV (TD, N, RR)
3. Kolaborasi pemberian obat farmakologis (analgetik)
4. Dorong/ajari teknik manajemen nyeri, latihan nafas dalam, sentuhan teraupeti
selidiki keluhan nyeri yang tidak biasa/tiba-tiba
1. Traksi Buck
Traksi Buck, ekstensi Buck (unilateral atau bilateral) adalah bentuk traksi kulit di
mana tarikan diberikan pada satu bidang bila hanya imobilisasi parsial atau temporer
yang diinginkan (Smeltzer, 2001). Traksi Buck digunakan untuk memberikan rasa nya-
man setelah cedera pinggul sebelum dilakukan fiksasi bedah. Sebelumnya inspeksi kulit
dari adanya abrasi dan gangguan peredaran darah. Kulit dan peredaran darah harus
dalam keadaan sehat agar dapat menoleransi traksi. Kulit harus bersih dan kering se-
belum boot spon atau pita traksi dipasang.
Traksi buck merupakan traksi kulit yang paling sederhana, dan paling tepat bila dipasang
untuk anak muda dalam jangka waktu yang pendek.
2. Traksi Russel
Traksi Russel dapat digunakan untuk fraktur pada plato tibia, menyokong lutut yang
fleksi pada penggantung dan memberikan gaya tarikan horizontal melalui pita traksi dan
balutan elastis ke tungkai bawah. Bila perlu, tungkai dapat disangga dengan bantal agar
lutut benar-benar fleksi dan menghindari tekanan pada tumit. Walaupun traksi rangka se-
imbang dapat digunakan untuk menangani hampir semua fraktur femur, reduksi untuk
fraktur panggul mungkin lebih sering diperoleh dengan memakai traksi Russell dalam
keadaan ini paha disokong oleh beban.
Traksi ini diperuntukan 3-12 tahun. Traksi longitudinal diberikan dengan menem-
patkan pin dengan posisi tranversal melalui tibia dan fibula diatas lutut. Efek dari rancan-
gan ini adalah memberikan kekuatan traksi ( berasal dari gaya tarik vertikal beban paha
dan gaya tarik horizontal dari kedua tali pada kaki ) yang segaris dengan tulang yang
cidera dengan kekuatan yang sesuai. Jenis traksi paling sering digunakan untuk memberi
rasa nyaman pada pasien yang menderita fraktur panggul selama evaluasi sebelum op-
erasi dan selama persiapan pembedahan.
Meskipun traksi Russell dapat digunakan sebagai tindakan keperawatan yang utama
dan penting untuk patah tulang panggul pada penderita tertentu tetapi pada penderita
usia lanjut dan lemah biasanya tidak dapat mengatasi bahya yang akan timbul karena
berbaring terlalu lama ditempat tidur seperti dekubitus, pneumonia, dan tromboplebitis
(Smeltzer, 2001).
3. Traksi Dunlop
Traksi Dunlop adalah traksi yang digunakan pada ekstremitas atas. Traksi horizontal
diberikan pada humerus dalam posisi abduksi, dan traksi vertikal diberikan pada lengan
bawah dalam posisi fleksi.
Untuk menjamin traksi kulit tetap efektif, harus dihindari adanya lipatan dan lepasnya
balutan traksi dan kontraksi harus tetap terjaga. Posisi yang benar harus dipertahankan
agar tungkai atau lengan tetap dalam posisi netral. Untuk mencegah pergerakan fragmen
tulang satu sama lain, klien dilarang memiringkan badannya namun hanya boleh
bergeser sedikit. Traksi kulit dapat menimbulkan masalah risiko, seperti kerusakan kulit,
tekanan saraf dan kerusakan sirkulasi.
4. Traksi Kulit Bryant
Disebut juga Gallow’s traction. Traksi bryan merupakan adaptasi dari Buck ekstention
untuk menstabilkan fraktur femur atau memperbaiki dislokasi pinggul congenital pada
anak yang masih muda dengan berat dibawah 1,7 kg. Traksi ini sering digunakan untuk
merawat anak kecil yang umurnya < 1 tahun yang mengalami patah tulang paha (dis-
lokasi sendi panggul). Traksi Bryant sebaiknya tidak dilakukan pada anak-anak yang be-
rat badannya lebih dari 30 kg. kalau batas ini dilampaui maka kulit dapat mengalami
kerusakan berat.
5. Traksi Skeletal
Metode ini sering digunakan untuk menangani fraktur femur, tibia humerus, dan tu-
lang leher. Traksi dipasang langsung ke tulang dengan menggunakan pin metal atau
kawat (missal Steinman’s pin, Kirchner wire) yang dimasukkan ke dalam tulang di sebe-
lah distal garis fraktur, menghindari saraf, pembuluh darah, otot, tendon, dan sendi. Tong
yang dipasang di kepala (missal Gardner-Wells tong) difiksasi di kepala untuk mem-
berikan traksi yang mengimobilisasi fraktur leher (Smeltzer, 2001).
Traksi skelet biasanya menggunakan beban 7-12 kg untuk mencapai efek terapi. Be-
ban yang dipasang biasanya harus dapat melawan daya pemendekan akibat spasme
otot yang cedera. Ketika otot rileks, beban traksi dapat dikurangi untuk mencegah ter-
jadinya dislokasi garis fraktur dan untuk mencapai penyembuhan fraktur. Beban traksi
untuk reposisi tulang femur dewasa biasanya 5-7 kg, pada dislokasi lama panggul bisa
sampai 15-20 kg.
Kadang-kadang traksi skelet bersifat seimbang, yang menyokong ekstremitas
terkena, memungkinkan klien dapat bergerak sampai batas-batas tertentu, dan memu-
ngkinkan kemandirian klien maupun asuhan keperawatan, sementara traksi yang efektif
tetap dipertahankan. Bebat Thomas dengan pengait Pearson sering digunakan dengan
traksi kulit dan aparatus suspense seimbang lainnya.
6. Traksi Rangka Seimbang
Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang pada kor-
pus femoralis orang dewasa. Sekilas pandangan traksi ini tampak komplek, tetapi sesun-
guhnya hanyalah satu pin rangka yang ditempatkan tranversal melalui femur distal atau
tibia proksimal. Dipasang pancang traksi dan tali traksi utama dipasang pada pancang
tersebut.
7. Traksi 90-90-90
Traksi 90-90-90 sangat berguna untuk merawat anak- anak usia 3 tahun sampai de-
wasa muda. kontrol terhadap fragmen – fragmen pada fraktur tulang femur hamper se-
lalu memuaskan dengan traksi 90-90-90 penderita masih dapat bergerak dengan cukup
bebas diatas tempat tidur.
8. Traksi Manual
Traksi manual menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan terhadap seseo-
rang di bagian tubuh yang terkena melalui tangan mereka. Dorongan ini harus constant
dan gentle. Traksi manual digunakan untuk mengurangi fraktur sederhana sebelum ap-
likasi plester atau selamapembedahan. Hal ini juga digunakan selama pemasangan
traksi dan jika ada kebutuhan secara temporall melepaskan berat traksi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume II. Edisi
13. Jakarta: EGC. Alih bahasa oleh Waluyo Agung, Monica Ester. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hardisman & Riski. 2014. Penatalaksanaan Orthopedi Terkini untuk Dokter Layanan
Primer. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Hoppenfield, S. 2011. Treatment and Rehabilitation of Fractures. Jakarta : EGC. Alih
bahasa oleh Abertus Agung Mahode. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Lukman & Nurna. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskulukeletal. Jakarta :EGC.
2011. Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.
Reeves, C. dkk. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. Salemba Medika.
Smeltzer & Barre. 2008. Textbook of Medical Surgical Nursing Vol.2. Philadelphia:
Linppincott William & Wilkins. Alih bahasa oleh Agung W. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
A. Identitas Klien
Nama : An R No. RM : 11436xxx
Usia : 13 Tahun Tgl. Masuk : 04-05- 2019
Jenis kelamin : Laki-laki Tgl. Pengkajian : 13-05-2019 pk 09.00WIB
Alamat : Bangil, Pasuruan Sumber informasi : Klien, keluarga, RM
No. telepon : Tidak terkaji Nama klg. dekat yg bisa dihubungi: Tn S
Status pernikahan : Belum menikah (Ayah klien)
Agama : Islam Status : Belum menikah
Suku : Jawa Alamat : Bangil, Pasuruan
Pendidikan terakhir: SMP No. telepon : 085645xxxxxx
Pekerjaan : Pelajar Pendidikan : SMA
Lama berkerja : Belum bekerja Pekerjaan : Swasta
4. Kebiasaan:
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya
Merokok Tidak pernah - -
Kopi Tidak pernah - -
Alkohol Tidak pernah - -
5. Obat-obatan yg digunakan:
Jenis Lamanya Dosis
Tidak mengkonsumsi obat apapun
E. Riwayat Keluarga
Keluarga mengatakan dikeluarganya tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan
klien. Keluarga mengatakan jika dikeluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
hipertensi, diabetes mellitus, paru-paru maupun penyakt jantung lainnya.
GENOGRAM
Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
Tn
S
X = Meninggal
N
y = Pasien
K
An R
= Tinggal serumah
(13 th)
= garis pernikahan
= garis keturunan
F. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
- Kebersihan Disapu 2x/hari dan di pel 1x/minggu Tidak dapat dikaji
- Bahaya Sebagian rumah dalam tahap Tidak dapat dikaji
kecelakaan pembongkaran
- Polusi Tidak ada polusi yang membahayakan Tidak dapat dikaji
- Ventilasi Baik, jendela dibuka setiap hari Tidak dapat dikaji
- Pencahayaan Baik, cahaya dapat masuk ke rumah Tidak dapat dikaji
G. Pola Aktifitas-Latihan
Jenis Rumah Rumah Sakit
- Makan/minum 0 2 (Dibantu oleh ayah)
- Mandi 0 2 (Diseka oleh ayah)
- Berpakaian/berdandan 0 2 (Dibantu oleh ayah)
- Toileting 0 2 (Dibantu oleh ayah)
- Mobilitas di tempat tidur 0 2 (Dibantu oleh ayah)
- Berpindah 0 3 ( Dibantu perawat & ayah)
- Berjalan 0 4
- Naik tangga 0 4
0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang lain> 1, 4 = tidak mampu
H. Pola Eliminasi
Jenis Rumah Rumah Sakit
BAB
- Frekuensi/pola 1 hari sekali 1 hari sekali
- Konsistensi Padat Padat
- Warna dan bau Kuning kecoklatan, bau Kuning kecoklatan,
khas bau khas
- Kesulitan Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
BAK
- Frekuensi/pola 3-4x/hari 3-4x/hari
- Konsistensi Cair Cair
- Warna dan bau Warna kuning, bau khas Kuning Jernih
- Kesuliatan Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
I. Pola Tidur-Istirahat
Jenis Rumah Rumah Sakit
Tidur siang
- Lamanya 1 jam 2 jam
- Jam .... s/d .... 12.00 – 13.00 12-14.00
- Kenyamanan setelah Nyaman Nyaman
tidur
Tidur malam
- Lamanya 6 jam 8 jam
- Jam .... s/d .... 23.00 – 05.00 21.00-05.00
- Kenyamanan setelah Nyaman Nyaman
tidur
- Kebiasaan sebelum Tidak ada Tidak ada
tidur
- Kesulitan Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
N. Pola Komunikasi
1. Bicara: (√) ) Normal (√)) Bahasa utama: Indonesia
( ) Tidak jelas (√)) Bahasa daerah: Jawa
( ) Bicara berputar-putar ( ) Rentang perhatian: datar
(√) ) Mampu mengerti pembicaraan orang lain (√)) Afek: ada feedback
2. Tempat tinggal:
(√ ) Sendiri
( ) Kos/asrama
( ) Bersama orang lain, yaitu: orang tua klien
3. Kehidupan keluarga
a. Adat istiadat yg dianut: Jawa
b. Pantangan & agama yg dianut: Tidak ada
c. Penghasilan keluarga: ( ) < Rp. 250.000 ( ) Rp. 1 juta – 1.5 juta
( ) Rp. 250.000 – 500.000 ( ) Rp. 1.5 juta – 2 juta
( ) Rp. 500.000 – 1 juta ( √ ) > 2 juta
O. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: (√) tidak ada ( ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan: (istri)
(√) perhatian (√) sentuhan ( ) lain-lain, seperti,
Q. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: lemah
Terbaring ditempat tidur dengan kondisi semi fowler 300, terpasang, terpasang infus
pada kedua tangan, terpasang oksigen nasal canul 3 Lpm.
a. Kesadaran: compos mentis, GCS 456
b. Tanda-tanda vital: TD : 100/70 mmHg
Nadi : 100x/menit
RR : 21 x/menit Suhu : 36 oC
-
IMT = 53: (1,60)2 kg/m2 MAP = (Sistole + 2Diastole) :3
= 20,70 kg/m2 = (100+ 2 .70): 3
(N: 19.50-24,99 kg/m )2 = 80 mmHg (N= 70-100 mmHg)
Balance Cairan
Input Cairan
Infus : 1500 cc/24jam
Minum : 1000 cc/24 jam
Terapi obat : 200 cc+
2700 cc
Output Cairan
Urin : 2500 cc/24 jam
IWL : 200 cc +
2700 cc
Balance Cairan = Intake cairan – Output Cairan = 2700cc-2700cc = 0 cc
c. Hidung:
- Inspeksi: tidak ada perdarahan, tidak ada benjolan pada hidung, indra
penciuman normal
d. Mulut & tenggorokan:
- Inspeksi: Mukosa bibir kering, tidak ada perdarahan gusi.
e. Telinga:
- Inspeksi: tidak ada serumen ditelinga, tidak terdapat adanya benjolan, dan
fungsi pendengaran telingan kanan dan kiri normal.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
f. Leher:
- Inspeksi: tidak ada pembesara vena jugularis, tidak ada kekakuan, terpasang
CVP pada sublavicula (D)
- Palpasi : tidak teraba adanya massa dan tidak ada nyeri tekan
3. Thorak & Dada:
Jantung
- Inspeksi:tidak terlihat pulsasi ictus kordis di ICS 5
- Palpasi: pulsasi ictus kordis teraba di ICS 5 midclavicula sinistra, N : 100 x/menit
- Perkusi: terdengar suara dullness hingga ke arah lateral
- Auskultasi: BJ S1 dan S2 normal, tunggal, regular lup dup
Paru
- Inspeksi: tampak post insersi pemasangan WSD tertutup kasa dan hipavik serta
tidak ada rembesan atau perdarahan, tampak penggunaan otot bantu nafas,
tidak ada perdarahan
- Palpasi: terdapat ada nyeri tekan pada area sekitar dada kanan
- Perkusi: terdengar bunyi sonor
- Auskultasi:
Ronkhi - - Wheezing - -
- - - -
- - - -
4. Payudara & Ketiak
Tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
5. Punggung & Tulang Belakang
Tidak ada perubahan bentuk tulang belakang, seperti lordosis, kifosis, dan scoliosis.
Ada trauma dan ada jejas, terdapat nyeri tekan.
6. Abdomen dan pinggul
Inspeksi: bentuk flat, tidak tampak ada luka.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan abdomen, tidak ada nyeri tekan
Perkusi: thimpani
Auskultasi: bising usus (+) 8x/menit
7. Genetalia & Anus
Inspeksi: tidak terpasang kateter, klien menggunakan pampers
Palpasi: tidak dapat dikaji
8. Ekstermitas Kekuatan
Ekstermitas Atas: otot
14-04-2019
Hemeglobin 10,00 g/dl 11,4 – 15,7 L
Eritrosit 3,93 106/ʮL 4,0 – 5,0 L
Leukosit 13,63 103/ ʮL 4,7 – 11,3 H
Hematokrit 32,10 % 38 – 42 L
Trombosit 718 . 103/ ʮL 142 – 424 H
Kesan jumlah
meningkat
MCV 81,70 fL 80-93 N
MCH 27,50 pg 27-31 N
MCHC 33,60 g/dL 32-36 N
RDW 15,20 % 11,5-14,50 H
MPV 8,5 fL 7,2-11,1 N
P-LCR 12,6 % 15,0-25,0 L
PCT 0,61% 0,150-0,400 H
HITUNG JENIS
Eosinofil 2,0 % 0-4 N
Basofil 0,4 % 0-1 H
Neutrofil 75,5 % 51-67 H
Limfosit 12,5 % 25-33 L
Monosit 9,6% 2-5 H
Immature 0,70%
Granulosit
KIMIA KLINIK
Faal Hati
Albumin 3,08 g/dL 3,5-5,5 L
Metabolisme
Kabohidrat
Glukosa Darah 116 mg/dL <200 N
Sewaktu
Elektrolit
Natrium 132 mmol/L 136-145 N
Kalium 4,02 mmol/L 3,5-5,0 N
Klorida 103 mmol/L 98-106 N
Keterangan:
H : High
L : Low
N : Normal
Hasil Pemeriksaan Foto X Ray
12 Februari 2019 26 Februari 2019
COR :
Bentuk dan ukuran dalam batas
normal
PULMO:
- Infiltrat proses (-)
- Corakan bronkcovaskular
normal
- Keduan hilus Normal
- Sinus dan Hemidiapragma
normal
Kesimpulan :
COR dan PULMO normal
R. Terapi
a. Bed rest dengan Head up 300
Posisi head up 30o bertujuan untuk mencegah terjadinya peningkatan intrakranial.
b. IVFD Futrolit 20 tpm (1500 cc/24 jam)
Pemberian cairan infus Futrolit berfungsi untuk perawatan darah dan kehilangan
cairan seperti hipokalsemia, sembelit, inkonsistensi PH, ketidakseimbangan elektrolit
dan kondisi lain-lain
c. Inj Santagesic 3x 1 gr IV
Santagesic merupakan jenis non steroid dengan menghambat enzim COX-3
(siklooksigenase-3) yang menghasilkan senyawa prostaglandin. Senyawa
prostaglandin merupakan senyawa yang dapat menyebabkan reaksi peradangan
berupa nyeri, demam, hingga pembengkakan.
d. Inj Metronidazole 3x 500 mg IV
Metronidazole digunakan untuk mencegah dan mengobati berbagai macam infeksi
yang disebabkan oleh mikroorganisme protozoa dan bakteri anaerob, misalnya infeksi
setelah operasi, infeksi H. pylori, vaginosis bakterialis, peradangan gigi dan gusi, dan
infeksi ulkus kaki
e. Inj Trygyclin 2x 1 gr IV
Trygyclin digunakan untuk mengobati berbagai infeksi yang disebabkan oleh bakteri
dengan menghambat pertumbuhan bakteri dengan mencegah bakteri tersebut
menghasilkan protein yang digunakan untuk bertahan hidup.
U. Perencanaan Pulang
Tujuan pulang: Bangil Pasuruan
Transportasi pulang: Mobil
Dukungan keluarga: ayah dan ibu dengan memberikan perhatian, memenuhi
kebutuhan ADL klien, nutrisi untuk klien, melakukan perawatan pada luka post operasi
dan melatih melatih mobilisasi.
Antisipasi bantuan biaya setelah pulang: biaya JKN
Antisipasi masalah perawatan diri setalah pulang: latihan mobilitas, asupan cairan dan
makanan
Pengobatan: mengkonsumsi obat yang sudah diresepkan
Rawat jalan ke: poli bedah
Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah: Pembatasan aktivitas sehari-hari klien,
konsumsi makanan tinggi kalori dan protein, mobilisasi, serta perhatikan tanda dan
gejala infesi pada luka post operasi.
Keterangan lain: Tidak ada
ANALISA DATA
Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
1 DS: Trauma langsung (KLL) Nyeri akut
-
Klien mengeluh nyeri pada Tertabrak mobil dengan
kaki kirinya (yang dilakukan kecepatan tinggi
amputasi), kaki kanan dan ↓
kedua lengan tangannya yang Terjatuh (terjadi cedera pada
patah tulangmiring ke kanan ektremitas atas dan bawah)
dan ke kiri ↓
-
Keluhan nyeri dirasakan Tekanan pada tulang ektremitas atas
Memberat sejak 10 hari yang dan ektremitas bawah
lalu dan dirasakan terus ↓
menerus CF Distal third L Humerus, CF Distal
-
Klien mengatakan tanggal 04 Third R Radius Ulna, CF Proximal
Mei 2019 ditabrak mobil ketika Third R Femur, Crush Injury L Knee
hendak menyebrang jalan ↓
dengan kecepatan kencang Cedera tulang
kemudian klien terjatuh dan ↓
mengalami luka berat di Dilakukan tindakan operasi
bagian kaki kirinya dan patah OF Distal third L Humerus Gr I
tulang di kak kanan serta debridement, pembidaian dan
kedua lengan tangannya dilakukan pemasangan gips CF
-
Pengkajian PQRST: Distal Third R Radius Ulna, OF
Amputation.
Q: Terasa cenut-cenut Pelepasan mediator nyeri
menggerakkan badan ↓
dan menangis jika dilakukan Klien mengeluh nyeri pada kaki
rawat luka kirinya (yang dilakukan amputasi),
- TD : 100/70 mmHg kaki kanan dan kedua lengan
- Suhu : 36oC tangannya yang patah tulang, skala
Tranfemoral Amputation ↓
Ekspresi
nyeri
Keterangan Penilaian :
1. : Sangat berat
2. : Berat
3. : Sedang
4. : Ringan
5. : Tidak mengalami
Keterangan Penilaian :
1. : Sangat terganggu
2. : Banyak terganggu
3. : Cukup terganggu
4. : Sedikit terganggu
5. : Tidak terganggu
Keterangan Indikator
1. Tidak pernah posistif
2. Jarang positif
3. Kadang-kadang positif
4. Positif
Keterangan Penilaian :
1 : tidak mau dan tidak mampu sama sekali
2 : mau melakukan
3 : mau dan mampu melakukan dengan bantuan total
4 : mau dan mampu melakukan sedikit bantuan
5 : mau dan mampu melakukan dengan mandiri
NIC: Makan
1. Anjurkan keluarga untuk menyuapi diit lunak TKTP
2. Memotivasi klien klien makan secara mandiri
3.
4. Membantu memandirikan pasien untuk makan secara mandiri
NIC : Mandi
1. Mandikan pasien dengan suhu yang hangat
2. Monitor kondisi kulit ketika memandikan
3. Gunakan minyak untuk kulit kering dan menghangatkan kulit
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NAMA KLIEN : An R TANGGAL : 013-05-2019
DIAGNOSA MEDIS : Fraktur RUANG : 14
EVALUASI
Hari/ No
Tanda
Tanggal/ Dx Evaluasi
tangan
Jam Kep
15-05- 1 S:
2019 - Klien mengatakan nyeri masih sering muncul dan
berkurang dan lebih nyaman saat beristirahat
O:
NOC : Pain level
Score
Indikator
Awl Tgt Akr
Level nyeri 1 3 2
Ekspresi nyeri 1 3 2
TD Sistole 5 5 5
Diastole 5 5 5
RR 5 5 5
A: Masalah sesuai dengan NOC sudah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan dan didelegasikan
15-05- 2 S:
2019 - Klien mengatakan luka amputasi tidak terasa bengkak
dan masih nyeri
O:
NOC : Tissue integrity : skin & mucous membrane
Score
Indikator
Awl Tgt Akr
Integritas kulit 2 4 4
Eritema 2 4 3
S O A P I E
- Klien mengeluh - K/U lemah Nyeri akut Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 1. Melakukan S : klien mengatakan dada masih
nyeri pada - TD : 130/80 mmHg 1x7 jam, nyeri yang dirasakan pengkajian nyeri nyeri tapi sudah berkurang
lehernya - Nadi : 90 x/menit berkurang dan dapat dikontrol 2. Mengukur tanda- O:
- Klien - RR : 22 x/menit tanda vital
Kriteria Hasil: Sesuai indicator NOC - TD : 120/80 mmHg, N : 85 x/menit
mengatakan - Suhu : 36,7 0C 3. Menganjurkan klien - RR : 22 x/menit, Suhu 36,5 0C
Noc: Level Nyeri
nyeri yang Indikator 1 2 3 4 5 dan keluarga untuk - Antrain (+)
- Wajah tampak
Melaporkan nyeri melaporkan jika
dirasakan meringis kesakitan Ekspresi wajah - Relaksasi nafas dalam (+)
terus-menerus saat nyeri merasa nyeri dan - Wajah tampak meringis kesakitan
- Klien tampak tidak RR
- Klien tidak dapat diatasi - Skala nyeri : 4
tenang saat istirahat
NIC : Manajemen nyeri 4. Membersihkan
mengatakan
skala nyeri 5 1. Monitor dan kaji karakteristik dan ruangan dan Indikator Awal Target Akhir
Melaporkan nyeri 3 5 5
lokasi nyeri. merapikan Ekspresi wajah 3 5 4
saat nyeri
2. Monitor respirasi. peralatan RR 2 5 3
3. Anjurkan pada pasien agar segera 5. Mengajarkan teknik
melaporkan bila terjadi nyeri. A: Masalah teratasi sebagian
relaksasi nafas
4. Ciptakan suasana lingkungan yang P: Lanjutkan intervensi kolaborasi
dalam
tenang dan nyaman. dalam pemberian obat dan observasi
6. Kolaborasi dalam
5. Ajarkan pasien untuk melakukan nyeri.
pemberian obat
tehnik relaksasi nafas dalam. (antrain)
6. Kolaborasi dalam pemberian obat
RESUME KEPERAWATAN 3
NAMA KLIEN : Tn M TANGGAL : 15-05-2019
DX. MEDIS : Abses Mandibula RUANG : R. 14
O A P I E
- - K/U lemah Ketidakefek Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 1. Memantau S : Klien mengatakan nafas masih
- GCS: E3MXV5 frekuensi ,
tifan 1x7 jam, jalan napas pasien paten sesak
- Klien sesekali batuk
kedalaman, dan
- Ronki + + bersihan Kriteria hasil: Sesuai indicator NOC O:
+ + usaha respirasi
jalan napas NOC: Status Pernafasan: - Klien tampak lebih tenang (+)
+ + 2. Memper- - Inj ceftriaxone (+) + +
Kepatenan Jalan nafas
hatikan gerakan + +
Indikator 1 2 3 4 5 - Sekret (+)
- Wheez - - + +
Frekuensi pernafasan dinding dada
- - Kedalaman pernafasan - Ronki - -
- - Suara napas tambahan 3. Mengauskul- - Wheezing - -
Kemampuan
tasi suara nafas - Batuk (+) - -
mengeluarkan sekret
Akumulasi sputum tambahan
- Retraksi dinding - Retraksi dinding dada (+)
dada (+) NIC: Respiratory monitoring 3. Melakukan - Sesak berkurang
- Penggunaan O2 1. Pantau frekuensi, kedalaman, suction untuk Indikator Awll Tgt Akr
Nasal Canul 5 lpm Frekuensi pernafasan 3 5 4
dan usaha respirasi mengeluarkan Kedalaman 3 5 4
- Klien tampak batuk pernafasan 3 5 4
2. Perhatikan gerakan dinding sekret Suara napas 3 5 5
- TD : 110/60 mmHg
dada tambahan
- N : 84 x/menit 4. Kolaborasi
Kemampuan 3 5 4
- RR : 28 x/menit 3. Monitor suara nafas tambahan pemberian mengeluarkan sekret 3 5 4
Akumulasi sputum
- SPO2: 100% oksigen Nasal
- Klien terpasang A: Masalah teratasi2 sebagian
NIC: Airway Management canul 5 lpm
trakeostomy
P: Lanjutkan intervensi monitoring
- Klien post laserasi 1. Kolaborasi suction
satatus pernafasan dan suction serta
abses mandibula 2. Kolaborasi pemberian oksigen oksigenasi
RENCANA KERJA MINGGUAN
DI RUANG 14 RS dr. SAIFUL ANWAR MALANG
B. Rencana Kegiatan
- Komunikasi terapeutik
- Pengkajian Fisik
- Data Penunjang
2Menganalisis data dari hasil Hari Data dianalisis menjadi diagnose
pengkajian 1-2 keperawatan