DAN CEDERA
JARINGAN
LUNAK
KELOMPOK 5
2. Hesti Rahmadati
3. Indah Yuliani W
4. Isna Mardiani
FRAKTUR
FRAKTUR?
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika terjadi
fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu. Radiografi
(sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak mampu
menunjukkan otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau pembuluh
darah yang pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien. menurut
(Black dan Hawks, 2014).
PENYEBAB FRAKTUR
Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang menyebabkan suatu retakan sehingga
mengakibatkan kerusakan pada otot dan jaringan.
Penyebab fraktur menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) dapat dibedakan menjadi:
Cedera Fraktur
Spontan
Traumatik Patologik
TANDA DAN GEJALA
Gerakan
abnormal dan Kehilangan fungsi Ketegangan Nyeri
krepitasi
Perubahan
Syok
neurovascular
PATOFISIOLOGI
PROSES PENYEMBUHAN LUKA, YAKNI:
FASE FASE
CONSOLIDASI OSSIFICASI
DAN
REMADELLING
KLASIFIKASI FRAKTUR
Fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur tertutup
memiliki kulit yang masih utuh diatas lokasi cedera, sedangkan fraktur terbuka dicirikan oleh
robeknya kulit diatas cedera tulang. Kerusakan jaringan dapat sangat luas pada fraktur terbuka,
yang dibagi berdasarkan keparahannya (Black dan Hawks, 2014) :
01 02 03
FRAKTUR TERBUKA
FRAKTUR
KOMPLEKSITAS
Menurut Wiarto,2017 Jenis Fraktur
Berdasrakan Radiologisnya antara lain:
– Fraktur transversal : fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang.
– Fraktur kuminutif adalah terputusnya keutuhan jaringan yang terdiri dari dua fragmen tulang.
– Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya membuat sudut terhadap tulang.
– Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan
terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya.
– Fraktur impaksi atau fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang yang
berada diantara vertebra.
– Fraktur spiral timbul akibat torsi ekstermitas.
KOMPLIKASI FRAKTUR
Kontraktur
Cedera Saraf Volkman
Sindroma Sindroma
Kompartemen Emboli Lemak
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Menurut Istianah (2017) antara lain :
Foto rontgen (X-ray) untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur.
Scan tulang, temogram, atau scan CT/MRIB untuk memperlihatkan fraktur
lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
Anteriogram dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.
Hitung darah lengkap, hemokonsentrasi mungkin meningkat atau menurun
pada perdarahan selain itu peningkatan leukosit mungkin terjadi sebagai respon
terhadap peradangan.
PENATALAKSANAAN MEDIS
FRAKTUR
01 02
03 04
Retensi Rehabilitasi
KONSEP
CEDERA
JARINGAN
LUNAK
CEDERA JARINGAN LUNAK?
– Ecchymosis yaitu perubahan warna pada kulit yang disebabkan darah bocor ke jaringan lunak
disekitarnya menyebabkan kulit berubah warna.
– Edema yaitu pembekakan akibat peradangan atau caian abnormal dibawah kulit.
– Strain yaitu robeknya otot yang dihasilkan dari peregangan berlebihan atau terlalu banyak
tenaga,
– Kesleo, cedera sendi yang mengakibatkan kerusakan pada liganmen dan dislokasi sebagian
atau sementara dari ujung tulang, robekan atau peregangan ligamen penyokong.
LUKA TERBUKA
Cedera dimana kulit terganggu atau rusak, mengekspos jaringandibawahnya dapat dibagi menjadi:
– Tusukan yaitu biasanya luka yang didalam dan sempit seperti lukatusukan akibat paku atau
pisau.
– Avulsi yaitu dimana lipatan kulit secara paksa terkoyak dari perekatanya
– Amputasi yaitu pelepasan sebagian atau seluruh anggota badan atau pelengkap tubuh lainya
PENATALAKSANAAN CEDERA
JARINGAN LUNAK
Leserasi dan
Abrasi
Sayatan
Avulasi Amputasi
ASUHAN
KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Penilaian awal trauma musculoskeletal ini dikenal dengan initial assessment (penilaian
awal) meliputi:
a. Fase Pra-Rumah Sakit
1) Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dan petugas lapangan
2) Sebaiknya terdapat pemberitahuan terhadap rumah sakit sebelum penderita mulai
diangkut dari tempat kejadian
3) Pengumpulan keterangan yang akan dibutuhkan di rumah sakit seperti waktu kejadian,
sebab kejadian, mekanisme kejadian dan riwayat penderita.
b. Fase Rumah Sakit
1) Perencanaan sebelum penderita tiba
2) Perlengkapan airway sudah dipersiapkan, dicoba dan diletakkan di tempat yang mudah
dijangkau
3) Cairan kristaloid yang sudah dihangatkan, disiapkan dan diletakkan pada tempat yang mudah
dijangkau
4) Pemberitahuan terhadap tenaga laboratorium dan radiologi apabila sewaktu-waktu
dibutuhkan.
5) Pemakaian alat-alat proteksi diri
6) Triase
7) Primary Survey (Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure)
8) Resusitasi
9) Pengkajian Sekunder
2. Diagnosa Keperawatan
Kondisi saat masuk ruang merah jalan napas clear dengan frekuensi napas 20
x/menit, frekuensi nadi 100 x/menit, kapilari refill <2 mnt, akral hangat, tekanan
darah 130/80 mmHg, GCS (membuka mata spontan, motorik mampu
menunjukan yang nyeri, bicara lancar), kondisi seluruh area depan tubuh pasien
tidak ada luka-luka kecuali area humerus kiri terdapat luka berdarah dan
bengkok.
Dx :
1. Gangguan Integritas Kulit
2. Gangguan Mobilitas Fisik
SURVEY SEKUNDER
Hasil pemeriksaan fisik : tangan kiri atas terdapat luka terbuka dan bengkok,
kondisi jantung normal, paru-paru clear, abdomen normal, organ lain kondisi
normal. Hasil rondgent foto : fraktur 1/3 tangah humerus. Program dokter :
DPL, infuse NaCl 0.9%, obat ponstan 3 x 500 mg, direncanakan
debridement dan pemasangan pen area humerus.
Dx :
1. Gangguan Integritas Kulit
2. Gangguan Mobilitas Fisik
Analisa Data