Anda di halaman 1dari 62

Askep pada Fraktur

Rola Oktorina N.E


Anatomi
ANATOMI TULANG
SEDERHANA

Ada Saraf
nyeri
Artery

Artery & nervus


Pengertian
Fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya kontuinitas tulang
yang ditandai oleh rasa nyeri,
pembengkakan, deformitas,
gg.fungsi, pemendekan, dan
krepitasi (Doenges 2000)
Hilangnya atau adanyan
gangguan integritas dari tulang,
termasuk cedera pada sumsum
tulang, periosteum, dan jaringan
yang ada disekitarnya
Etiologi
Fraktur akibat peristiwa trauma
Fraktur akibat peristiwa tekanan
Fraktur patologik karena
kelemahan pada tulang
Manifestasi klinik
Nyeri dan kemerahan
Deformitas
Krepitasi (teraba adanya derik
tulang)
Pembengkakan dan perubahan
warna lokal pada kulit
Keterbatasan gerak sendi
Perubahan posisi
Klasifikasi Umum
Fraktur
Disruption or break in the
continuity of the structure of
bone (Kunker & McTier, 2005)
Traumatic / pathologic
Stable / unstable
Open / closed
Complete / incomplete
Klasifikasi fraktur
Berdasarkan tempat (Fraktur humerus,
tibia, clavicula, dan cruris dst).
Berdasarkan luas dan garis fraktur
terdiri dari:
◦ Fraktur komplit
◦ Fraktur tidak komplit
Berdasarkan bentuk dan jumlah garis
patah :
◦ Fraktur kominit
◦ Fraktur segmental
◦ Fraktur Multipel
Cont..
Berdasarkan posisi fragmen :
◦ Undisplaced (tidak bergeser)
◦ Displaced (bergeser)
Berdasarkan hubungan fraktur
dengan dunia luar :
◦ Tertutup
◦ Terbuka
Berdasarkan bentuk garis fraktur dan
hubungan dengan mekanisme trauma

Garis patah melintang


Oblik/ miring
spiral/ melingkari tulang
Kompresi
Avulsi/ trauma tarikan
Klasifikasi Fraktur
menurut “Bentuk Fraktur”
1. FRAKTUR KOMPLIT
 Garis fraktur membagi tulang menjadi 2 fragmen
atau lebih.
 Garis fraktur bisa transversal, oblique atau spiral
 Dibagi menjadi;

1. Fraktur spiral  periosteum utuh, sering pada anak


2. Fraktur transversal  sudut trauma < 30°
3. Fraktur oblique  sudut trauma > 30°
4. Fraktur Butterfly  kombinasi beban aksial &
angulasi
Klasifikasi Fraktur
menurut “Bentuk Fraktur”
2. FRAKTUR INKOMPLIT
 Tulang tidak benar-benar patah alias tidak ada
fragmen patahan yang terbentuk
 Tulang masih terbungkus oleh periosteum
 Contoh fraktur greenstick (Salah satu sisi patah
yang lainnya biasanya hanya bengkok)
Gambaran Rontgen Pada
Fraktur

Fraktur tertutup; (a) Fraktur Traumatik angulasi-bending; (b) Fraktur segmental;


(c) fraktur spiral; (d) bengkok; (e & f) fraktur Greenstick
1. Patah Tulang Tertutup (close
fracture)
adalah fraktur yang tidak mempunyai
hubungan dengan dunia luar atau
ruangan tubuh yang tidak steril
2. Patah Tulang Terbuka (open
fracture)
adalah fraktur yang mempunyai
hubungan dengan dunia luar atau
ruangan tubuh yang tidak steril
KLASIFIKASI MENURUT
RAMON GUSTILLO
Grade I
Garis patah sederhana, luka
kurang dari 1 cm, luka relatif
bersih, kerusakan jaringan lunak
minimal
Grade II
Garis patah sederhana, luka lebih
dari 1 cm, luka relatif bersih,
kerusakan jaringan lunak tidak
banyak
Grade III
Disertai kerusakan jaringan lunak
yang luas, yang kemudian dibagi lagi
menjadi :
Grade III A  apabila fraktur dapat
ditutup dengan jaringan lunak
Grade III B  apabila fraktur tidak dapat
ditutup dengan jaringan lunak
Grade III C  disertai kerusakan arteri
yang membutuhkan perbaikan secepat
mungkin tanpa menghiraukan luas
kerusakan jaringan lunak
Open Fracture grade 1
Open Fracture grade 2
Open Fracture grade 3A
Open Fracture grade 3B
Open
Fracture
grade 3C
OPEN FRACTURE
PRIMARY SURVEY ASSESSMENT
AND RESUSCITATION
A = AIRWAY WITH CERVICAL SPINE CONTROL

B = BREATHING AND VENTILATION


 RESPIRATORY RATE  TACHIPNOE  SHOCK HIPOVOLEMIK  FRACTURE FEMUR
ATAU ARTERY INJURY
 RESPIRATORY EFFORT AND DEPT
 OKSIGEN SATURASI
*HIGH FLOW OXYGEN  15 L NONREBREATHER MASK

C = CIRCULATION AND HAEMORRHAGE CONTROL


HR ,TD,CRT,TINGKAT KESADARAN
*PASANG CANULE INFUS YG BESAR  TRANFUSI (CROSSMATH &GOL. DARAH)
EXTERNAL HAEMORRHAGE CONTROL
SPLINTING LIMB INJURIES

D = DISABILITY AND DYSFUNGSI

E = EXPOSURE AND ENVIRONMEN CONTROL


DIAGNOSIS
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
ANAMNESA
Apa yang menyebabkan
terjadinya trauma  mechanism
of injury
Kapan terjadinya trauma 
golden period
Di mana terjadinya trauma 
tempat kotor atau bersih
Penyulit  fraktur patologis, usia
tua
PEMERIKSAAN FISIK
Look  kulit intak,
pembengkakan, deformitas,
kontusio
Feel  nyeri, nadi dan sensori
bagian distal
Movement  krepitasi, range of
movement (ROM), false
movement
PEMERIKSAAN
RADIOLOGIS
Lokasi pasti dari fraktur
Jenis fraktur
Tingkat keparahan fraktur
Kelaianan jaringan lunak di
sekitar daerah fraktur
Sebagai salah satu pertimbangan
penanganan fraktur
PENATALAKSANAAN
Life saving  resusitasi sesuai ATLS
(ABC)
Pencegahan atau penanganan infeksi
 Antibiotika dan ATS / HTIG
Debridement segera mungkin
Perawatan luka  terbuka atau
tertutup
Stabilisasi fraktur  eksternal atau
internal fiksasi
Perawatan pasca tindakan
Masalah Keperawatan
Nyeri
Gangguan volume cairan
Nyeri
Mengkaji intensitas nyeri, lokasi dan
lama nyeri (QRST)
Memperikan posisi yang anatomis
dan nyaman bagi pasien
Menganjarkan untuk teknik relaksasi
Lakukan tindakan bidai
Mengukur ttv
Kolaborasi dalam pemberian
analgetik dengan tim medis
Gangguan volume cairan
Pasang IV line dua jalur dengan
jarum besar, larutan kristaloid
hangat
Hentikan perdarahan dengan
teknik balut tekan
Pasang keteter, monitor urine
output setiap jam
Observasi tanda-tanda vital tiap
jam
KOMPLIKASI
Early Late

Lokal Osteomyelitis, Kontraktur dan


arthritis, kekakuan sendi,
compartment penyakit degeneratif
syndrome, robekan sendi, non union,
otot, ligamen dan malunion, delayed
tendon, kerusakan union, miositis, tardy
saraf, pembuluh nerve palsy
darah dan organ
visceral, thrombosis
vena, nekrosis kulit

Sistemik Emboli lemak, emboli Gagal ginjal


paru, syok,
pneumonia, tetanus
SECONDARY SURVEY
ASSESMENT
Component have to be
examined: skin, Neuromuscular
function, Circulatory
condition,Bone & ligament
integrity

Technic : look – listen – feel


Inspeksi
(Look)
Raut muka pasien, cara berjalan/duduk/tidur
Deformity – Pain- Tenderness - Wound(s)
Lihat kulit, jar.lunak, tulang &sendi

Palpasi (Feel)
Suhu kulit panas atau dingin, denyutan arteri teraba/tidak,
adakah spasme otot
Nyeri tekan atau nyeri kiriman (refered pain)
Crepitus - Skin flaps - Neurologic deficit – Pulses

LISTEN : Doppler signals – Bruit

Kekuatan otot (Power)


Pergerakan (Move)
ROM (Range of Joint Movement)
Pergerakan sendi: abduksi, adduksi, ekstensi, fleksi dll
Mekanisme terjadinya cedera
Cedera lain: kepala, cervikal, spine,
thorak, abdomen, ekstremitas atas dan
bawah
Pemeriksaan DCAP-BTLS (deformity,
contusio, abrations, penetration, burns,
tenderness, laceration, swelling)
Periksa ada tidaknya kestabilan dan
krepitasi, hati-hati bagian pelvis
Periksa ada tidaknya nyeri pada semua
sendi
Pengelolaan
Penanganan cedera yang baik dan benar
akan mengurangi nyeri, kecacatan, dan
menghindari komplikasi
Antisipasi syok perdarahan pada fraktur
femur dan pelvis
Reduksi dilakukan dengan segera dengan
cara traksi (menarik)
Bila ada tahanan pada saat reduksi
jangan dipaksa, lakukan pembidaian pada
posisi yang nyaman menurut pasien
Catat PMS (pulse, motorik,
sensasi) pasien sebelum dan
sesudah pembidaian
Perawatan luka, pencegahan
infeksi, dan tetanus
Fraktur terbuka harus tangani
perdarahannya
Gunakan balut tekan
Jangan gunakan torniquet 
kerusakan neurovaskuler
PENYEMBUHAN FRAKTUR
Penyembuhan Fraktur ada 5 stadium,
yaitu
1. Std. Destruksi / Hematom
2. Std. Inflamasi & Proliferasi Sel
3. Std. Pembentukan Kalus
4. Std. Konsolidasi
5. Std. Remodelling
PENJELASAN..............
1. Std. DESTRUKSI / HEMATOM
 terjadi kerusakan jaringan lunak & perdarahan
di sekitar fraktur.

2. Std. INFLAMASI & PROLIFERASI SEL


 (puncaknya 2X24 jam, penurunan 5-6 hari), sel-
sel inflamasi masuk ke daerah hematom. Secara
bertahap jaringan hematom ini berubah menjadi
jaringan granulasi.
3. Std. PEMBENTUKAN KALUS
 terjadi pembentukan sel osteoblas & osteoklas
(woven bone). Kalus menyebabkan fragmen-
fragmen tulang bersatu. Pada stadium ini rasa
nyeri sudah hilang (anak=3-4 bln, dewasa=6 bln).
4. Std. KONSOLIDASI
 Woven bone berubah menjadi lamellar bone
(kalus berubah menjadi hard kalus) dan fragmen
menjadi solid
5. Std. REMODELLING
 kalus yang berlebih mulai menghilang sehingga
terbentuk tulang yang normal atau mendekati
normal. Kanalis medularis mulai terbentuk.

CATATAN:
 Sampai dengan stadium remodelling dibutuhkan
waktu sekitar 1 tahun. Namun pada anak, waktu
yang dibutuhkan bisa lebih cepat, hingga
setengah dari rata-rata waktu penyembuhan pada
dewasa. Ini dikarenakan periosteum anak-anak
lebih tebal & dapat menghasilkan kalus dalam
waktu yang singkat serta lebih banyak.
Abnormalitas Proses Penyembuhan
Fraktur secara umum;
1. DELAYED UNION

 Tidak adanya tanda-tanda union (penyatuan)


dalam waktu rata-rata penyambungan tulang
pada umumnya.
 Bila dalam 6 bulan union tidak terjadi perlu
dilakukan tindakan operasi.
 Penyebabnya antara lain; vaskularisasi tidak
adekuat, infeksi, pembidaian yang tidak benar,
dan internal fixation.
2. NON - UNION

 Secara klinis & radiologis tidak ada penyambungan fraktur.


 Pada ujung fragmen terlihat sklerosis, tidak ada trabekula
yang menyeberangi garis fraktur.
 Penyebab non-union ini antara lain karena; vascularisasi
yang tidak adekuat, fiksasi yang tidak adekuat, adanya
gap antar segmen fraktur, interposisi (adanya jar.lunak
atau otot diantara fragmen fraktur), infeksi, malnutrisi
berat, usia tua & penyakit metabolik.
 Ada 3 macam, yaitu;

Abnormalitas
1. Atropic  sama sekaliProses Penyembuhan
tidak terbentuk kalus (avascular)
Fraktur
2. Hipertropic secara
 terbentuk umum;
jar. Fibrous (hipervasculer)
3. Oligotropik  kalus yang terbentuk sedikit
3. MAL - UNION

 Penyambungan fraktur tidak normal, sehingga


menimbulkan deformitas.
 Terjadi akibat terapi fraktur yang tidak memadai.
 Apabila terjadi pada tulang panjang penyangga
badan, maka akan menyebabkan osteoartritis
pada sendi2 terdekat dari kelainan tersebut lebih
awal.
Pembidaian
Pengertian: memasang alat untuk
mempertahankan kedudukan tulang
Indikasi: patah tulang terbuka/ tertutup
Tujuan:
Mencegah pergerakan tulang yang
patah
Mengurangi nyeri
Mencegah cedera lebih lanjut
Mengistirahatkan daerah patah tulang
Mengurangi perdarahan
Prinsip Pembidaian
Pastikan ABC aman
Kontrol perdarahan
Pasien sadar: informasikan nyeri
Buka daerah yang akan dibidai
Periksa dan catat PMS sebelum
dan sesudah tindakan
Ada anggulasi yang besar dan
pulsasi hilang lakukan traksi
Luka terbuka tutup dengan kassa
steril
Bidai mencakup sendi atas dan
bawah cedera
Berikan bantalan yang lunak
Bila ragu-ragu apakah ada
fraktur/tidak sebaiknya lakukan
bidai untuk pencegahan
Jenis dan teknik
pembidaian
Bidai kaku (rigid splint): cardboard,
plastik kaku, kayu atau vacum splint
Bidai lunak (soft splint): air splint, bantal
splint
Sling dan bebat (sling and swathe):
anggota tubuh diikat dan digantung ke
anggota tubuh
Bidai tarik (traction splint): alat khusus
untuk fraktur femur, dipakai untuk
membidai sekaligus menarik (traksi)
pada kaki

Anda mungkin juga menyukai