Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK 1

FRAKTUR TERBUKA

Muh. Arief Kusuma (70700120010)


Lubnaa Sulistiyani Kartiko (70700120014)
Muaffikah Putri (70700120018)

Supervisor:
dr. Syarif Hidayatullah, SpOT, M. Kes

Kepaniteraan Klinik Derpartemen Ilmu Bedah


Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin Makassar
2021
DEFINISI

Fraktur terbuka adalah cedera di mana tulang yang retak dan/atau


hematoma fraktur terpapar ke lingkungan eksternal melalui kejadian
traumatis pada jaringan lunak dan kulit

Luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang yang tajam dan keluar
menembus kulit (from within) atau dari luar oleh karena tertembus misal
oleh peluru atau trauma langsung (from without)
EPIDEMIOLOGI

Sop JL, Sop A. Open Fracture Management [Internet]. StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. 2021 [cited 2021 Oct 21].
Jorge-mora A, Amhaz-escanlar S, Teso L, González IC, López-del C, Gómez R, et al. Management of Open Fracture. Open Access Publ by UMMS Authors
[Internet]. 2018
ETIOPATOMEKANISME
 Fraktur terbuka terjadi akibat trauma, paling sering pada trauma berenergi tinggi, tapi juga
bisa karena trauma kecepatan rendah ketika ujung tajam dari fragmen fraktur menembus
kulit dan jaringan lunak

 Saat terjadi cedera traumatis  tulang dan jaringan lunak menyerap energi yang masuk 
ketika ambang absorpsi tulang terlampaui  fraktur

 Jika terjadi robekan kulit  efek vakum menarik semua kotoran di sekitarnya ke dalam luka
 bakteri dapat menginfeksi luka

Pichiotino E. Open Fractures [Internet]. Medscape. 2020 [cited 2021 Oct 21]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1269242-overview.Sop
JL, Sop A. Open Fracture Management [Internet]. StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. 2021 [cited 2021 Oct 21].
KLASIFIKASI

Menurut Gustilo dan Anderson

Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. 4th ed. Jakarta: Yarsif


Watampone; 2015.
KLASIFIKASI
Orthopedic Trauma Association (OTA) menerbitkan ringkasan klasifikasi fraktur dan dislokasi, yang
menurutnya fraktur terbuka dikategorikan berdasarkan lima variabel utama: cedera kulit, cedera otot, cedera
arteri, kontaminasi, dan kehilangan tulang (bone loss)

1. Cedera kulit dihitung sebagai berikut:


 Laserasi dengan tepi yang mendekati
 Laserasi dengan tepi yang tidak mendekati
4. Kontaminasi diukur sebagai berikut:
 Laserasi terkait dengan degloving yang luas
 Tidak ada atau kontaminasi minimal
2. Cedera otot dihitung sebagai berikut:
 Kontaminasi permukaan
 Tidak ada nekrosis otot yang berarti, beberapa
 Kontaminan tertanam di tulang atau jaringan
cedera otot dengan fungsi otot yang utuh
lunak dalam atau kondisi lingkungan berisiko
 Hilangnya otot tetapi otot tetap berfungsi,
tinggi (lumbung, tinja, air kotor, dll)
beberapa nekrosis lokal di zona cedera yang
5. Kehilangan tulang dihitung sebagai berikut:
memerlukan eksisi, unit otot-tendon yang utuh
 Tidak ada
 Otot mati, hilangnya fungsi otot, eksisi
 Fragmen tulang hilang atau mengalami
kompartemen parsial atau lengkap, gangguan total
devaskularisasi, tetapi masih ada kontak antara
unit otot-tendon, cacat otot tidak mendekati
fragmen proksimal dan distal
3. Cedera arteri diukur sebagai berikut:
 Kehilangan tulang segmental
 Tidak ada gangguan kapal besar
 Cedera pembuluh darah tanpa iskemia distal
 Cedera pembuluh darah dengan iskemia distal
Pichiotino E. Open Fractures [Internet]. Medscape. 2020 [cited 2021 Oct 21]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1269242-overview
MANIFESTASI KLINIS
 riwayat trauma baik trauma hebat maupun trauma ringan
 ketidakmampuan untuk menggunakan anggota gerak
 nyeri dan bengkak di bagian tulang yang patah, deformitas (angulasi,
rotasi, diskrepansi/hilangnya kontinuitas permukaan tulang), nyeri
tekan, krepitasi, gangguan fungsi muskuloskeletal akibat nyeri,
putusnya kontinuitas atau keutuhan tulang, dan gangguan
neurovaskuler
 gejala-gejala cedera yang berkaitan  baal/hilang rasa atau hilangnya
gerakan, kulit yang pucat atau sianosis, darah dalam urin, nyeri perut,
hilangnya kesadaran untuk sementara, riwayat cedera sebelumnya dan
kemungkinan terjadinya fraktur di daerah lain
Blom A, Warwirck D, Whitehouse MR. Apley & Solomon’s System of Orthopaedics and Trauma 10th Edition. London: CRC Press; 2018. 711 p.
Jorge-mora A, Amhaz-escanlar S, Teso L, González IC, López-del C, Gómez R, et al. Management of Open Fracture. Open Access Publ by UMMS Authors [Internet]. 2018; Available from:
https://escholarship.umassmed.edu/oapubs/3391
DIAGNOSIS
PRIMARY SURVEY SECONDARY SURVEY

Penilaian terdiri dari evaluasi awal segera serta resusitasi


fungsi vital, penanganan trauma, dan identifikasi keadaan Penilaian sekunder merupakan pemeriksaan
yang mengancam jiwa menyeluruh mulai dari kepala sampai kaki.
 AIRWAY : Jika terdapat obstruksi jalan napas, maka
Pemeriksaan dilaksanakan setelah kondisi mengancam
harus segera dibebaskan. Apabila dicurigai terdapat
kelainan pada vertebra servikalis maka dilakukan nyawa diyakini tidak ada atau telah diatasi
pemasangan collar neck.  A (Allergies) : riwayat alergi
 BREATHING : Jika terdapat gangguan kardiovaskuler,
 M (Medications) : obat-obatan yang dikonsumsi
respirasi atau gangguan neurologis, harus dilakukan
bantuan ventilasi menggunakan alat pernapasan berupa  P (Past Ilness) : riwayat penyakit sebelum terjadi
bag-valve-mask yang disambung pada reservoir dan trauma
dialirkan oksigen.  L (Last meal) : makan terakhir
 CIRCULATION : kontrol perdarahan meliputi dua hal,
yaitu (1) volume darah dan output jantung; (2)  E (Events) : peristiwa yang terjadi saat trauma
perdarahan, baik dari luar maupun dalam, dengan
perdarahan luar yang harus diatasi dengan balut tekan Mekanisme trauma juga harus ditanyakan baik dari
 DISABILITY : Glasgow Coma Scale, besar dan reaksi pasien langsung maupun dari orang yang mengantar
pupil, serta refleks cahaya. pasien
 EXPOSURE Greene WB. Netter’s Orthopaedics 1E. Saunders; 193 p.
Sjamsuhidajat R, Prasetyono TOH, Rudiman R, Riwanto I, Tahalele P, editors. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat - De Jong: Sistem Organ dan
Tindak Bedahnya (2), Ed. 4, Vol 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2017. 323 p.
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN PENUNJANG

LOOK
pembengkakan, memar, dan deformitas, berupa penonjolan
yang abnormal, angulasi, rotasi, ataupun pemendekan,
mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah
apakah kulit utuh atau tidak
FEEL
memeriksa temperatur setempat, nyeri tekan, krepitasi, • X-RAY
pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma, capillary • CT-SCAN
refill time pada kuku, serta pengukuran tungkai terutama • MRI
pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya perbedaan
panjang tungkai
MOVEMENT
Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi
lebih pnting untuk menanyakan apakah pasien dapat
menggerakkan sendi-sendi di bagian distal cedera

The Commitee on Trauma. Advanced Trauma Life Support (ATLS) Student Course Manual. 10th ed. Chicago: American College of Surgeons; 2018.
Diwan A, Eberlin KR, Smith RM. The principles and practice of open fracture care, 2018. Chinese J Traumatol - English Ed. 2018;21(4):187–92.
TATALAKSANA
 Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi patahan
tulang ke posisi semula dan mempertahankan posisi itu selama masa
penyembuhan patah tulang.
 Penatalaksanaan umum fraktur meliputi menghilangkan rasa nyeri,
Menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur, Agar
terjadi penyatuan tulang kembali, Untuk mengembalikan fungsi seperti
semula.
TATALAKSANA
 Mengurangi nyeri  imobilisasi, obat penghilang nyeri.
 Teknik imobilisasi dapat dilakukan dengan pembidaian atau gips.
 Bidai dan gips tidak dapat pempertahankan posisi dalam waktu yang
lama.
 Beberapa tatalaksana fraktur secara ortopedi  proteksi tanpa reposisi
dan imobilisasi, Imobilisasi dengan fiksasi, Reposisi dengan cara
manipulasi diikuti dengan imobilisasi, Reposisi dengan traksi, Reposisi
diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar, Reposisi secara
nonoperatif diikuti dengan pemasangan fiksasi dalam pada tulang
secara operatif. Reposisi secara operatif dikuti dengan fiksasi patahan
tulang dengan pemasangan fiksasi interna, Eksisi fragmen fraktur dan
menggantinya dengan prosthesis
TATALAKSANA

Khusus fraktur terbuka  harus diperhatikan bahaya terjadi infeksi,


baik infeki umum maupun infeksi lokal pada tulang yang
bersangkutan. Empat hal penting yang perlu adalah antibiotik
profilaksis, debridement urgent pada luka dan fraktur, stabillisasi
fraktur, penutupan luka segera secara definitif.
TATALAKSANA
Penanganan fraktur dapat dilakukan secara konservatif dan juga operatif
Terapi konservatif:
• Pemasangan gips, bidai, traksi tulang, traksi kulit, reduksi tertutup dan reposisi untuk
perbaikan mendekati normal
Terapi operatif:
• Open Reduction Internal Fixation (ORIF)
• Open Reduction External Fixation (OREF)
KOMPLIKASI
Malunion: Reduksi nonatomik dari fraktur radius disertai dengan kegagalan
untuk mengembalikan alignment rotasi atau lateral dapat mengakibatkan
hilangnya fungsi supinasi dan pronasi, serta nyeri pada range of motion.
Nonunion: Ini jarang terjadi dengan fiksasi yang stabil, tetapi mungkin
memerlukan bone grafting
Cedera nervus: hal ini dapat terjadi ini disebabkan oleh manipulasi berlebihan
dari dislokasi radius baik pre maupun intraoperatif.
Dislokasi rekuren: Ini bisa terjadi akibat dari malreduksi dari radius
PROGNOSIS

Prognosis pada fraktur terbuka tergantung dari derajat fraktur dan


penanganan pada fraktur tersebut. Semakin berat derajat fraktur, semakin
lama dan buruknya penanganan maka prognosis akan buruk.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai