Anda di halaman 1dari 5

SATUAN ACARA PENYULUHAN

1.      TOPIK                                    : PATAH TULANG TERBUKA


2.      PERMASALAHAN  : PATAH TULANG TERBUKA      
3.      TUJUAN                   
a.       Tujuan Umum :
Pada akhir proses penyuluhan, diharapkan semua peserta penyuluhan
mengerti dan memahami tentang  PATAH TULANG TERBUKA dan cara
mengatasi, mendeteksi, mencegah, dan cara mengobatinya.
b.      Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan peserta mampu;
 Memahami tentang pengertian patah tulang terbuka
 Mengenal tentang penyebab patah tulang tebuka
 Mengerti tentang tanda dan gejalanya
 Mengenal macam-[macam patah tulang
 Mengetahui tentang cara penatalaksanaanya

4.      SASARAN
a.       Langsung              : Keluarga dan Pasien Poli Bedah RSSA Malang
b.      Tidak langsung      : Keluarga dan Pasien Poli Bedah RSSA Malang
5.      MATERI
a.       Pengertian patah tulang terbuka
b.      Penyebab patah tulang terbuka
c.       Tanda dan gejala patah tulang terbuka
d.      Macam-macam patah tulang
e.       Penatalaksanaan  patah tulang terbuka
f.       Pencegahan infeksi pada patah tulang terbuka
6.      METODE
a.       Ceramah
b.      Tanya jawab
7.      MEDIA
a. LCD
b. Leaflet
8.      EVALUASI
a.       Evaluasi Struktur
  Peserta hadir di tempat penyuluhan
  Penyelenggaraan penyuluhan di lakksanakan di Poli Bedah RSU Dr. SAIFUL
ANWAR MALANG
  Pengorganisasian penyuluhan dilakukan sebelumnya
b.      Evaluasi Proses
  Peserta antusias dengan materi penyuluhan
  Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan tanpa alas an penting
  Peserta mengajukan pertanyaan dan memahami pertanyaan dengan baik.
c.       Evaluasi Hasil
  Peserta penyuluhan dapat mengerti dan memahami tentang PATAH TULANG
TERBUKA meliputi:
a.          Pengertian patah tulang terbuka
b.          Macam-macam patah tulang
c.          Penyebab patah tulang terbuka
d.         Tanda dan gejala patah tulang terbuka
e.          Penatalaksanaan patah tulang terbuka
  Peserta penyuluhan memberikan pertanyaan tentang PATAH TULANG
TERBUKA permasalahan yang dialami serta cara mengatasi.

MATERI PENYULUHAN

A.           Pengertian Patah Tulang Tebuka


     Patah tulang adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang
rawan yang disebabkan oleh kekerasaan (E. Oerswari, 1989).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000).
Fraktur terbuka adalah patah tulang dimana fragmen tulang yang
bersangkutan sedang atau pernah berhubungan dengan dunia luar.
B.            Penyebab Patah Tulang Terbuka
a.       Trauma:
Di dalam : penyebab ruda paksa merusak kulit, jaringan lunak dan tulang.
Di luar         :   fragmen tulang merusak jaringan lunak dan menembus kulit.
b.      Patologis ( penyakit pada tulang )
c.       Degenerasi spontan.
C.           Macam- Macam Patah Tulang Terbuka
Patah Tulang Terbuka , bila terdapat hubungan antara fragemen tulang
dengan dunia luar karena adanya perlukan di kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi
tiga derajat, yaitu :
1) Derajat I- luka kurang dari 1 cm- kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda
luka remuk.- fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.-
Kontaminasi ringan.
2) Derajat II- Laserasi lebih dari 1 cm- Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse-
Fraktur komuniti sedang.
3) Derajat III Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot
dan neurovaskuler sertakontaminasi derajat tinggi.
D.     Tanda Dan Gejala
1.Deformitas daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah
dari  tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang 
b. Penekanan tulang
2. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah
dalam        jaringan yang berdekatan dengan fraktur
3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur 
5. Tenderness/keempukan
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya
dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya
saraf/perdarahan)
8. Pergerakan abnormal
9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
10. Krepitasi
  E.  Penatalaksaan  Fraktur
1. Penatalaksanaan secara Umum
Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk
melakukan pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan
(breathing) dan sirkulasi (circulation), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah
dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru lakukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik secara terperinci. Waktu tejadinya kecelakaan penting ditanyakan untuk
mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden period 1-6 jam. Bila
lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisis secara cepat, singkat dan lengkap. Kemudian lakukan foto
radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan
mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak selain
memudahkan proses pembuatan foto.
2. Penatalaksanaan Kedaruratan
Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak
menyadari adanya fraktur dan berusaha berjalan dengan tungkai yang patah,
maka bila dicurigai adanya fraktur, penting untuk meng-imobilisasi bagian tubuh
segara sebelum pasien dipindahkan.
Bila pasien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan
sebelum dapat dilakukan pembidaian, ekstremitas harus disangga diatas dan
dibawah tempat patah untuk mencegah gerakan rotasi maupun angulasi.
Gerakan fragmen patahan tulang dapat menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan
lunak dan perdarahan lebih lanjut.
Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi
dengan menghindari gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur.
Pembidaian yang memadai sangat penting untuk mencegah kerusakan jaringan
lunak oleh fragmen tulang. Daerah yang cedera diimobilisasi dengan memasang
bidai sementara dengan bantalan yang memadai, yang kemudian dibebat
dengan kencang. Imobilisasi tulang panjang ekstremitas bawah dapat juga
dilakukan dengan membebat kedua tungkai bersama, dengan ektremitas yang
sehat bertindak sebagai bidai bagi ekstremitas yang cedera. Pada cedera
ektremitas atas, lengan dapat dibebatkan ke dada, atau lengan bawah yang
cedera digantung pada sling. Peredaran di distal cedera harus dikaji untuk
menentukan kecukupan perfusi jaringan perifer.
  Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk
mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam. Jangan sekali-kali melakukan
reduksi fraktur, bahkan bila ada fragmen tulang yang keluar melalui luka.
Pasanglah bidai sesuai yang diterangkan di atas.
  Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap. Pakaian
dilepaskan dengan lembut, pertama pada bagian tubuh sehat dan kemudian dari
sisi cedera. Pakaian pasien mungkin harus dipotong pada sisi cedera. Ektremitas
sebisa mungkin jangan sampai digerakkan untuk mencegah kerusakan lebih
lanjut.

F.Komplikasi

    Perdarahan, syok septik,          kematian


    Tetanus
    Gangren
    Kekakuan sendi
    Perdarahan sekunder
    Osteomielitis kronik

Anda mungkin juga menyukai