Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR FEMUR

OLEH:
SUCI NUR INZANI SULTAN
14420192187

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Defenisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang
biasanya disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot,
rupture tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh
(Smeltzer & Bare, 2012).
Fraktur femur adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari
tulang femur (Mansjoer, 2011).
Fraktur femur adalah fraktur pada tulang femur yang disebabkan
oleh benturan atau trauma langsung ataupun tidak langsung. Fraktur femur
juga didefinisikan sebagai hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi
fraktur femur secara klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang disertai
adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh
darah) dan fraktur tertutup yang dapat disebabkan oleh trauma langsung
pada paha (Syamsuhidayat & Jong, 2014).

B. Patofisiologi (pathway)
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan frkatur tertutup. Tertutup
bila tidak terdapat hubungan antara fragmen dengan dunia luar. Sedangkan
fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar oleh karena perlukaan di kulit. Sewaktu tulang patah perdarahan
biasanya terjadi disekitar tempat patah kedalam jaringan lunak sekitar
tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi
perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur.
Sel-sel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan
peningkatan aliran darah ketempat tersebut aktivitas osteoblast terangsan
dan terbentuk tulang baru umatur yang disebut callus. Bekuan fibrin
direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling untuk
membentuk tulang sejati. Insufesiensi pembuluh drah atau penekanan
serabut syaraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak ditangani
dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan mengakibatkan
kerusakan syaraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan
mengakibatkan rusaknya serabut syaraf maupun jaringan otot. Komplikasi
ini dinamakan sindrom compartment (Brunner & Suddart, 2012).

C. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan rongten : menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
1. Scan tulang, scan CT/MRI : memperlihatkan fraktur, juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
2. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
3. Hitung darah lengkap : HT mungkin meningkat (hemokenstrasi) atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
trauma multiple) peningkatan jumlah SDP adalah proses stres normal
setelah trauma
4. Kretinin : trauma otot meningkatkan beban tratinin untuk klien ginjal
5. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilingan darah,
tranfusi mulpel atau cedera hati (Lukman & Ningsih, 2010).
b) Penatalaksanaan Medis terbaru
Tindakan penanganan fraktur dibedakan berdasarkan bentuk dan lokasi
serta usia. Berikut adalah tindakan pertolongan awal pada penderita
fraktur:
1. Kenali ciri awal patah tulang memperhatikan riwayat trauma yang
terjadi karena benturan, terjatuh atau tertimpa benda keras yang
menjadi alasan kuat pasien mengalami frkatur.
2. Jika ditemukan luka yang terbuka, berdihkan dengan antiseptic dan
bersihkan perdarahan dengan cara dibebat atau diperbanRadiasi
3. Lakukan reposisi (pengembalian tulang ke posisi semua) tetapi hal ini
tidak boleh dilakukan secara paksa dan sebaiknya dilakukan oleh para
ahli dengan cara operasi oleh ahli bedah untuk mengembalikan tulang
pada posisi semula.
4. Pertahankan daerah patah tulang dengan menggunakan bidai atau
papan dari kedua posisi tulang yang patah untuk menyangga agar
posisi tetap stabil.
5. Berikan analgetik untuk mengurngi rasa nyeri pada sekitar perlukaan
6. Beri perawatan pada perlukaan fraktur baik pre operasi maupun post
operasi
c) Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang
ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa
penyembuhan patah tulang (imobilisasi) (Syamsuhidayat & Jong, 2014).
1. Fraktur terbuka
Merupakan kasus emergency karena dapat terjadi kontaminasi oleh
bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam
(golden period). Kuman belum terlalu jauh meresap : dilakukan
pembersihan luka, exici, hecting situasi, antibiotic.
Ada beberapa prinsipnya yaitu :
1) Harus ditegakkan dan ditangani dahulu akibat trauma yang
membahayakan jiwa airway, breathing, circulation
2) Semua patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat yang
memerlukan penanganan segera yang meliputi pembidaian,
menghentikan perdarahan dengan perban tekan, menghentikan
perdarahan besar dengan klem
3) Penutup luka
4) Rehabilitasi
5) Life saving
Semua penderita patah tulang terbuka harus diingat sebagai
penderita dengan kemungkinan besaar mengalami cidera
ditempat lain yang serius. Hal ini perlu ditekankan mengingat
bahwa untuk terjadinya patah tulang diperlukan suatu gaya yang
cukup kuat yang sering kali tidak hanya berakibat total, tetapi
berakibat multi organ. Untuk life saving prinsip dasar yaitu :
airway, breath and circulation.
6) Semua patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat
Dengan terbukanya barier jaringan lunak maka patah tulang
tersebut terancam untuk terjadinya infeksi seperti kita ketahui
bahwa periode 6 jam sejak patah tulang terbuka luka yang terjadi
masih dalam stadium kontaminasi (golden period) dan setelah
waktu tersebut luka berubah menjadi luka infeksi. Oleh karena
itu penanganan patah tulang terbuka harus dilakukan sebelum
golden periode terlampaui agar sasaran akhir penanganan patah
tulang terbuka tercapai walaupun ditinjau dari segi prioritas
penanganannya. Tulang secaara primer menempati urutan
prioritas ke 6. Sasaran akhir dimaksud adalah mencegah sepsis,
penyembuhan tulang, pulihnya fungsi.
d) Pemberian antibiotic
Mikroba yang ada dalam luka patah tulang terbuka sangat bervariasi
tergantung dimana patah tulang ini terjadi. Pemberian antibiotic yang
tepat sukar untuk ditemukan hanya saja sebagai pemikiran dasar.
Sebaiknya antibiotic dengan spectrum luas untuk kuman gram positif
maupun negative.
e) Debridement dan irigasi
Untuk membuang semua jaringan mati pada daerah patah terbuk baik
berupa benda asing maupun jaringan local yang mati. Irigasi untuk
mengurangi kepadatan kuman dengan cara mencuci luka dengan larutan
fisiologis dalam jumlah banyak baik dengan tekanan maupun tanpa
tekanan.
f) Stabilisasi
Untuk penyembuhan luka dan tulang sangat diperlukan stabilitas
fragmen tulang, cara stabilisasi tulang tergantung pada derajat patah
tulang terbukanya dan fasilitas yang ada. Pada derajat 1 dan 2 dapat
dipertimbangkan pemasangan fiksasi dalam secara primer. Untuk derajat
3 dianjurkan pemsangan fiksasi luar. Stabilisasi ini harus sempurna agar
dapat segera dilakukan langkah awal dari rehabilitiasi penderita.
D. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi
data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual (Patrica, 2010).
1. Pemeriksaan fisik : data focus
a. Primer survey
1) Airway : memastikan kepatenan jalan napas tanpa adanya
sumbatan atau obstruksi
2) Breathing : memastikan irama napas normal atau cepat, pola napas
teratur, tidak ada dyspnea, tidak ada napas cuping hidung, dan
suara napas vesikuler
3) Circulation : nadi lemah/ tidak teraba, cepat >100x/mnt, tekanan
darah dibawah normal bila terjadi syok, pucat oleh karena
perdarahan, sianosis, kaji jumlah perdarahan dan lokasi, capillary
refill >2 detik apabila ada perdarahan
4) Disability : kaji tingkat kesadaran sesuai GCS, respon pupil
anisokor apabila adanya diskontinuitas saraf yang berdampak pada
medulla spinalis.
5) Exposure/Environment : fraktur terbuka di femur dektra, luka
laseriasi pada wajah dan tangan, memar pada abdomen, perut
semakin menegang.
b. Second survey

Focus assessment
1) Kepala : Wajah, kulit kepala dan tulang tengkorak, mata, telinga,
dan mulut. Temuan yang dianggap kritis:
Pupil tidak simetris, midriasis tidak ada respon terhadap cahaya
Patah tulang tengkorak (depresi/non depresi, terbuka/tertutup)
Robekan/laserasi pada kulit kepala
Darah, muntahan atau kotoran didalam mulut
Cairan cerebro spinal di telinga atau di hidung
Battle sign dan raccoon eyes
2) Leher : lihat bagian depan, trachea, vena jugularis, otot-otot leher
bagian belakang. Temuan yang dianggap kritis:
Distensi vena jugularis, deviasi trakea atau tugging, emfisema kulit
3) Dada: lihat tampilan fisik, tulang rusuk, penggunaan otot-otot
asesoris, pergerakan dada, suara paru. Temuan yang dianggap
kritis:
Luka terbuka, sucking chest wound, fail chest dengan gerakan dada
paradoksikal, sauara paru hilang atau melemah, gerakan dada
sangat lemah dengan pola napas yang tidak adekuat (disertai
dengan penggunaan otot-otot asesoris)
4) Abdomen : memar pada abdomen dan tampak semakin tegang,
lakukan auskultasi, palpasi dan perkusi pada abdomen. Temuan
yang dianggap kritis:
Ditemukannya penurunan bising usus, nyeri tekan pada abdomen,
bunyi dullness.
5) Pelvis : daerah pubik, stabilitas perlvis, krepitasi dan nyeri tekan.
Temuan yang dianggap kritis:
Pelvis yang lunak, nyeri tekan dan tidak stabil serta pembengkakan
didaerah pubik
6) Ekstremitas : ditemukan fraktur terbuka di femur dextra dan luka
laserasi pada tangan. Anggota gerak atas dan bawah. Denyut nadi,
fungsi motorik, fungsi sensorik. Temuan yang dianggap kritis :
Nyeri, melemah atau menghilangnya denyut nadi, menurun atau
menghilangnya fungsi sensorik dan motorik
7) Pemeriksaan tanda-tanda vital yang meliputi suhu, nadi,
pernafasan dan tekanan darah.

E. Diagnosa
1. Diagnose keperawatan menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
Pre Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma fraktur)
(D.0077)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan Kenyamaan
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri (D.0054)
Kategori : Fisiologi
Subkategori : Aktivitas/Istirahat
c. Risiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka ( D.0142)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
d. Ansietas berhubungan dengan prosedut invasif (D.0080)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Integritas Egos
2. Intra Operasi
a. Risiko syok berhubungan dengan perdarahan (D.0039)
Kategori : Fisiologi
Subkategori : Nutrisi/Cairan
3. Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (post op)
(D.0077)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan Kenyamaan
b. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive (D.0142)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
c. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor
mekanis (trauma jaringan) (D.0129)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
F. Rencana Asuhan Keperawatan
Intervensi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018)
Kriteria Hasil (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2019)

Diagnose Rencana Tindakan Keperawatan


No
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut 1. Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
berhubungan 2. Kontrol Nyeri 1. Identifikasi lokasi,
dengan agen 3. Status karakteristik, durasi,
cedera fisik Kenyamanan frekuensi, kualitas,
(trauma fraktur) Kriteria Hasil: intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala
Meningkat pada 1 nyeri
menurun pada 5 3. Control lingkungan
2. Meringis yang memperberat
Meningkat pada 1 rasa nyeri
menurun pada 5 4. Ajarkan teknik non
3. Melaporkan nyeri farmakologi untuk
terkontrol mengurasi rasa nyeri
Menurun pada 1 (tekinik relaksasi
meningkat pada 5 napas dalam)
4. Kemampuan 5. Kolaborasi
menggunakan teknik pemberian analgetik.
non-farmakologi
Menurun pada 1
meningkat pada 5
5. Keluhan tidak nyaman
Meningkat pada 1
menurun pada 5

2. Hambatan Mobilitas Fisik Dukungan ambulasi


mobilitas fisik Criteria Hasil : 1. Identifikasi adanya
berhubungan 1. Pergerakan ektremitas nyeri atau keluhan
dengan nyeri Menurun pada 1 fisik lainnya
meningkat pada 5 2. Identifikasi toleransi
2. Gerakan terbatas fisik melakukan
Menurun pada 1 ambulasi
meningkat pada 5 3. Monitor kondisi
umum selama
melakukan ambulasi
4. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi
5. Anjurkan ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan

3. Risiko infeksi 1. Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi


berhubungan 2. Integritas kulit dan 1. Monitor tanda dan
dengan fraktur jaringan gejala infeksi local
terbuka Criteria Hasil : dan sistematik
1. Demam 2. Batasi jumlah
Meningkat pada 1 pengunjung
menurun pada 5 3. Berikan perawatan
2. Kemerahan kulit pada area
Meningkat pada 1 edema
menurun pada 5 4. Cuci tangan sebelum
3. Nyeri dan sesudah kontak
Meningkat pada 1 dengan pasien dan
menurun pada 5 lingkungan pasien
4. Bengkak 5. Pertahankan teknin
Meningkat pada 1 aseptic pada pasien
menurun pada 5 berisiko tinggi
5. Kerusakan jaringan 6. Kolaborsi pemberian
Meningkat pada 1 antibiotik
menurun pada 5

4. Ansietas Tingkat ansietas Persiapan pembedahan


berhubungan Criteria hasil : 1. Identifikasi kondisi
dengan prosedur 1. Verbalisasi khawatir umum pasien (mis.
infasiv akibat kondisi yang Kesadaran )
dihadapi 2. Monitor TTV
Meningkat pada 1 3. Jelaskan tentang
menurun pada 5 prosedur, waktu dan
2. Perilaku gelisah lamanya operasi
Meningkat pada 1 4. Kolaborasi
menurun pada 5 pemberian obat
3. Perilaku tegang sebelum
Meningkat pada 1 pembedahan
menurun pada 5

5. Risiko syok Tingkat Syok Manajemen syok


berhubungan 1. Tingkat kesadaran hipovolemik
dengan perdarahan Menurun pada 1 1. Periksa tingakt
akibat operasi meningkat pada 5 kesadran dan respon
2. Akral dingin pupil
Meningkat pada 1 2. Berikan oksigen
menurun pada 5 untuk
3. Tekanan darah sistolik mempertahankan
Memburuk pada 1 saturasi oksigen
membaik pada 5 >94%
4. Tekanan darah diastolic 3. Lakukan penekanan
Memburuk pada 1 langsung pada
membaik pada 5 perdarahan eksternal
4. Persiapkan intubasi
dan ventilasi
mekanis, jika perlu
5. Kolaborasi
pemberian transfuse
darah, jika perlu

.
6. Risiko infeksi Pemulihan pascabedah Pencegahan Infeksi
berhubungan Criteria Hasil: 1. Monitor tanda dan
dengan efek 1. Kenyamanan gejala infeksi local
prosedur invasif Menurun pada 1 dan sistematik
meningkat pada 5 2. Batasi jumlah
2. Area luka operasi pengunjung
Memburuk pada 1 3. Berikan perawatan
membaik pada 5 kulit pada area
edema
4. Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien
5. Pertahankan teknin
aseptic pada pasien
berisiko tinggi
6. Kolaborsi pemberian
antibiotic

7. Gangguan 1. Integritas kulit dan Perawatan luka


integritas jaringan 1. Monitor tanda-tanda
kulit/jaringan 2. Pemulihan pascabedah infeksi
berhubungan 3. Penyembuhan luka 2. Bersihkan dengan
dengan faktor Criteria Hasil : cairan NaCl
mekanis (trauma 1. Kerusakan jaringan 3. Bersihkan jaringan
jaringan) Meningkat pada 1 nikrotik
menurun pada 5 4. Berikan salep yang
2. Kerusakan lapisan sesuai ke kulit/lesi,
kulit jika perlu
Meningkat pada 1 5. Pasang balutan
menurun pada 5 sesuai jenis luka
3. Kenyamanan 6. Pertahankan teknik
Menurun pada 1 steril saat melakukan
meningkat pada 5 pereawatan luka]
4. Area luka operasi 7. Kolaborasi
Memburuk pada 1 pemberian antibiotik
membaik pada 5
5. Kemerahan
Meningkat pada 1
menurun pada 5
6. Penyatuan kulit
Menurun pada 1
meningkat pada 5
7. Penyatuan tepi luka
Menurun pada 1
meningkat pada 5

G. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik
menggambarkan criteria hasil yang diharapkan (Patrica, 2010).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Mulyanti, 2017).

H. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Dermawan,
2012).

I. Program perencanaan pulang/discharger planning


Discharger Planning adalah perencanaan yang dilakukan untuk pasien
dan keluarga sebelum pasien meninggalkan rumah sakitdengan tujuan agar
pasien dapat mencapai kesehatan yang optimal dan mengurangi biaya
rumah sakit (Rakhmawati & Dian, 2013).
Sebelum pemulangan pasien, keluarga harus memahami dan
mengetahui cara manajemen pemberian perawatan yang dapat dilakukan
dirumah seperti
perawatan pasien yang berkelanjutan, sehingga dapat mengurangi
komplikasi (Patrica, 2010).
a. Persiapan Perawatan Rumah
Klien membutuhkan orang terdekat klien yang akan membantu
perawatan atau proses penyembuhan di rumah. Hal – hal yang perlu
diperhatikan, yaitu mencegah kemungkinan jatuh harus dihilangkan,
ruangan harus bebas atau minimal perabot untuk memudahkan
pergerakan klien dengan menggunakan kruk atau alat bantu lain.
b. Edukasi Klien dan Keluarga
Klien dengan fraktur biasanya dipulangkan kerumah dalam keadaan
memakai pembalut / bandage, splint, gips atau fiksasi eksternal. Perawat
harus menyiapkan instruksi verbal / tertulis untuk klien dan keluarga
tentang mengkaji dan merawaqt luka untuk meningkatkan penyembuhan
dan pencegahan infeksi (Puspitasari, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, & Suddart. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 8).
Jakarta: EGC.

Dermawan. (2012). Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka Kerja.


Yogyakarta: Gosyeng Publishing.

Dinarti, & Mulyanti, Y. (2017). Bahan Ajar Keperawatan Dokumentasi


Keperawatan (Edisi 1). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Lukman, & Ningsih. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Mansjoer, A. (2011). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media


Aesculaipus.

Patrica, P. (2010). Fundamental of Nurisng (Edisi 7). Jakarta: Salemba Medika.

Puspitasari, A. M. (2016). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Klien


dengan Fraktur Femur di Ruang Seruni RSD dr. Soebandi Jember. Jawa
Timur.

Rakhmawati, N., & Dian. (2013). Pengaruh Discharge Planning Terhadap


Penambahan Berat Badan Pada BBLR Dalam 3 Bulan Pertama Di Kota
Semarang. Jurnal Keperawatan Anak, Volume 1,.

Smeltzer, & Bare. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisis 8 V).
Jakarta: EGC.

Syamsuhidayat, & Jong, R. (2014). Buku Ajar Ilmu Bedah (Edisi 2). Jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteris Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN R
DENGAN DIAGNOSA FRAKTUR FEMUR

SUCI NUR INZANI SULTAN

14420192187

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2020
ANALISA DATA

NAMA : Tn. R RUANGAN : Flamboyan

UMUR : 27 tahun DIAGNOSIS : Fraktur femur

NO. RM : 123456 ALAMAT : Pangkep

Tgl/Jam Data Fokus Etiologi Problem


22 maret 2020/ Ds: Trauma tidak langsung
13:00 - Pasien mengatakan lokasi
nyeri pada femur dextra
- Pasien mengatakan
intensistas nyeri pada Fraktur
skala 3 dengan kualitas
sakit tumpul
- Pasien mengatakan nyeri
saat ditekan atau Pergeseran frakmen Nyeri akut
digerakkan tulang

Do:
- Wajah pasien nampak
megerut saat femur Nyeri
ditekan
- Pasien tidak menekan
daerah yang nyeri

22 maret 2020/ Ds: Trauma tidak langsung


13:00 - Pasien mengatakan mandi
2x sehari dibantu oleh
ayah
Fraktur
Do: Hambatan
- Toileting di atas tempat mobilitas
tidur menggunakan pispot Diskontinuitas tulang fisik
dan bedpan
- Terdapat balutan skin
traksi
- Fraktur femur dextra Perubahan jaringan
sekitar
Pergeseran fragmen
tulang

Deformitas

Hambatan mobilitas fisik

22 maret 2020/ Ds:


13:00 - Pasien mengatakan Trauma tidak langsung
terdapat luka lecet

Do:
- Terdapat luka lecet pada Fraktur
tangan dan kaki pasca
kecelakaan Gangguan
Diskontinuitas tulang integritas
kulit

Perubahan jaringan
sekitar

Laserasi kulit

Kerusakan integritas
kulit

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

3. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor mekanis (trauma


jaringan)
INTERVENSI KEPERAWATAN

NAMA : Tn. R RUANGAN : Flamboyan

UMUR : 27 tahun DIAGNOSIS : Fraktur femur

NO. RM : 123456 ALAMAT : Pangkep

Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Intervensi


Kriteria Hasil
22 maret Nyeri akut berhubungan Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
2020/ dengan agen pencedera
Kontrol Nyeri 1. Identifikasi lokasi,
13:00 fisik
Status Kenyamanan karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil: frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri intensitas nyeri
Meningkat pada 1 2. Identifikasi skala
menurun pada 5 nyeri
2. Meringis 3. Control lingkungan
Meningkat pada 1 yang memperberat
menurun pada 5 rasa nyeri
3. Melaporkan nyeri 4. Ajarkan teknik non
terkontrol farmakologi untuk
Menurun pada 1 mengurasi rasa nyeri
meningkat pada 5 (tekinik relaksasi
4. Kemampuan napas dalam)
menggunakan 5. Kolaborasi
teknik non- pemberian analgetik.
farmakologi
Menurun pada 1
meningkat pada 5
5. Keluhan tidak
nyaman
Meningkat pada 1
menurun pada 5

22 maret Hambatan mobilitas fisik Mobilitas Fisik Dukungan ambulasi


2020/ berhubungan dengan nyeri
Kriteria Hasil : 1. Identifikasi adanya
13:00
1. Pergerakan nyeri atau keluhan
ektremitas fisik lainnya
2. Menurun pada 1 2. Identifikasi toleransi
meningkat pada fisik melakukan
3. Gerakan terbatas ambulasi
Menurun pada 1 3. Monitor kondisi
meningkat pada 5
umum selama
melakukan ambulasi
4. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi
5. Anjurkan ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan

22 maret Gangguan integritas 1. Integritas kulit 1. Monitor tanda-tanda


2020/ kulit/jaringan berhubungan
dan jaringan infeksi
13:00 dengan faktor mekanis
(trauma jaringan) 2. Pemulihan pasca 2. Berikan salep yang
bedah sesuai ke kulit/lesi,
3. Penyembuhan jika perlu
luka
Kriteria Hasil :
1. Kerusakan
jaringan
Meningkat pada
1 menurun pada
5
2. Kerusakan
lapisan kulit
Meningkat pada
1 menurun pada
5
3. Kenyamanan
Menurun pada 1
meningkat pada 5
4. Area luka operasi
Memburuk pada
1 membaik pada
5
5. Kemerahan
Meningkat pada
1 menurun pada
5
6. Penyatuan kulit
Menurun pada 1
meningkat pada 5
7. Penyatuan tepi
luka
Menurun pada 1
meningkat pada 5

Anda mungkin juga menyukai