FRAKTUR
CI LAHAN CI INSTITUSI
Perdarahan
Perubahan
Nyeri Akut
gambaran diri
Kehilangan cairan aktif
kerusakan neuromuskuler
6.
Gangguan mobilitas fisik
Gangguan
mobilitas fisik
7. Manifestasi Klinis
a. Nyeri terus – menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
di imobilisasi, spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk
bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang.
b. Deformitas, yaitu setelah terjadi fraktur bagian – bagian tak dapat
digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah, pergeseran
fragmen pada fraktur menyebabkan terjadiya deformitas.
c. Pemendekan, pada fraktur Panjang terjadi pemendekan tulang yang
sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah
tempat fraktur.
d. Krepitus, saat ekstremitas di periksa dengan tangan teraba adanya
derik tulang yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
lainnya.
e. Pembengkakan, yaitu Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada
kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti
fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau hari
setelah cedera. [ CITATION Sur19 \l 1033 ]
8. Komplikasi
a. Non – union : akibat imobilisasi yang tidak adekuat atau adanya
fraktur patologis
b. Mal – union : penyembuhan dengan angulasi yang buruk
c. Nekrosis avascular : gangguan aliran darah yang menyebabkan
kematian tulang; lokasi yang paling sering adalah kaput femur, kutub
proksimal skapoid, dan kaput talus
d. Osteoarthritis : proses degenerative dini pada sendi akibat
malalignment yang buruk.
e. Osteoporosis : akibat penggunaan yang tidak benar, dan bentuk yang
paling berat, atrofi Sudeck, dapat menyebabkan nyeri dan
pembengkakan jaringan lunak.[ CITATION Pat07 \l 1033 ].
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen, untuk mengetahui lokasi dan luas cedera
b. CT Scan
c. MRI
d. Arteriogram
e. Pemindaian tulang
f. Pemeriksaan Laboratorium lengkap (Darah lengkap, kreatinin) untuk
persiapan operasi.[CITATION Sur \l 1033 ]
10. Penatalaksanaan
a. Rekognisi atau pengenalan
Yaitu diagnose dan penilaian fraktur. Prinsip pertama adalah
mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis,
pemeriksaan klinis dan radiologi. Pada awal pengobatan perlu
diperhatikan lokasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan Teknik yang
sesuai untuk pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi selama
pengobatan.
b. Reduksi/Reposisi
Tujuannya untuk mengembalikan Panjang dan kesegarisan tulang.
Reduksi tertutup terdiri dari penggunaan traksimoval untuk menarik
fraktur kemudian memanipulasi untuk mengembalikan kesegarisan
normal/dengan traksi mekanis. Reduksi terbuka diindikasikan jika
reduksi tertutup gagal atau tidak memuaskan. Reduksi terbuka
merupakan alat fiksasi internal yang digunakan untuk
mempertahankan posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid
seperti ORIF (Open Reduction Internal Fixation) dan OREF (Open
Reduction External Fixation).
c. Imobilisasi atau Retensi Reduksi
Tujuannya mencegah pergeseran fragmen dan mencegah
pergerakan yang dapat mengancam union.
d. Pemulihan Fungsi atau Rehabilitasi, yaitu mengembalikan aktivitas
fungsional seoptimal mungkin. [CITATION Wah21 \l 1033 ].
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Primary survey
1) Airway
Pegang kepala (Fiksasi) apabila dicurigai adanya fraktur
cervical
Periksa airway (look, listen, feel)
2) Breathing : nilai frekuensi pernafasan, kemudian berikan oksigen
bila ada masalah pada pernapasan.
3) Circulation : kontrol perdarahan dan perbaikan
Perdarahan external : lakukan balut tekan, cek akral dan nadi,
bila ada tanda-tanda syok hemoragic (hipovolemik) berikan
infus 2 jalur dengan cairan RL yang hangat 1-2 liter diguyur
(pertimbangkan 3:1 resusitasi cairan).
Perdarahan internal : perbaiki volume cairan untuk mencegah
syok lebih lanjut, kemudian tentukan penatalaksanaan sesuai.
jenis fraktur : spalk/bidai dapat digunakan untuk mengontrol
perdarahan dari suatu fraktur pada ekstremitas, gurita dapat
dipakai untuk fraktur pelvis, serta toraks abdomen dan
retroperitoneal dapat dikonsul dengan dokter bedah.
4) Disability : nilai GCS, rekasi pupil, kekuatan otot
5) Exposure : membuka pakaian pasien untuk melihat adanya cedera
lain dan cegah hipotermia dengan memakaikan selimut.
b. Secondary survey
1) Biodata/Data umum klien
2) Keluhan utama : keterbatasan aktivitas, gangguan sirkulasi, rasa
nyeri dan gangguan neurosensory.
3) Riwayat kesehatan dan Riwayat kejadian/ biomekanik : kapan
timbul masalah, riwayat trauma, penyebab, gejala timbul tiba –
tiba/perlahan, lokasi, obat yang di minum dan cara penanggulangan
4) Pemeriksaan fisik : keadaan umum dan kesadaran. Keadaan
integument (kulit dan kuku), kardiovaskuler (hipertensi dan
takikardia), neurologis (spasme otot dan kebas/kesemutan),
keadaan ekstremitas dan hematologic
5) Riwayat psikososial : reaksi emosional, citra tubuh dan sistem
pendukung.
6) Pola kebiasaan sehari-hari atau hobi[ CITATION Sur \l 1033 ]
2. Diagnosis Keperawatan
a. Pre Operatif/Sign In
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
2) Ansietas b.d krisis situasional
3) Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler
b. Intra Operatif/Time Out
1) Ansietas b.d krisis situasional
2) Risiko infeksi d.d efek prosedur invasif
c. Post Operatif/Sign Out
1) Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur/bentuk tubuh
2) Risiko infeksi b.d efek prosedur invasif
3. Intervensi Keperawatan
a. Pre Operatif/Sign In
DIAGNOSA
TUJUAN & KRITERIA
KEPERAWATA INTERVENSI KEPERAWATAN PARAF
HASIL
N
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
pencedera fisik keperawatan selama 1x10 Observasi:
menit, diharapkan tingkat 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
nyeri menurun dengan kriteria skala dan intensitas nyeri
hasil: 2. Identifikasi respon nyeri non verbal
Keluhan nyeri menurun 3. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
Meringis menurun diberikan
Terapeutik:
Berikan terapi nonfarmakologi (teknik relaksasi napas dalam)
Edukasi:
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Gangguan Setelah dilakukan asuhan Inttervensi utama
mobilitas fisik keperawatan selama 3 x 24 1. Dukungan ambulansi
berhubungan jam diharapkan dukungan 2. Dukungan mobilisasi
dengan gangguan ambulansi klien terpenuhi, Intervensi pendukung
muskoloskeletal dengan kriteria hasil : 1. Dukungan kepatuhan program pengobatan
1. Dungan ambulansi 2. Edukasi latihan fisik (edukasi tehnik ambulansi )
terpenuhi 3. Manjemen nyeri
2. Dukungan mobilisasi 4. Manajemen lingkungan
terpenuhi Dukungan 5. Pemberian obat intravena
pengobatan terpenuhi Tehnik relaksasi otot progresif
Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan tindakan Terapi relaksasi
situasional keperawatan selama 1x10 Observasi:
menit, diharapkan tingkat 1. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
ansietas menurun dengan 2. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik
kriteria hasil: sebelumnya
Verbalisasi khawatir 3. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan
terhadap kondisi yang suhu sebelum dan sesudah latihan
dihadapi menurun 4. Monitor respon terhadap terapi relaksasi
Perilaku gelisah menurun Terapeutik:
Perilaku tegang menurun 1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
Edukasi:
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang
tersedia
2. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
3. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik relaksasi
Terje
mahannya : “ 78. Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan
asal kejadiannya; dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-
belulang, yang telah hancur luluh?”. 79. Katakanlah (Muhammad), “yang akan
menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia
Maha Mengetahui tentang segala makhluk”.
Kurniati, A., Trisyani, Y., & Theresia, S. (2018). Keperawatan Gawat Darurat
dan Bencana Sheehy. Singapore: Elsevier.
Patel, P. R. (2007). Lecture Notes : Radiologi. Jakarta: Erlangga.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
Solehati, T., & Kosasih, C. E. (2015). Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam
Keperawatan Maternitas. Bandung: Refika Aditama.
Suratun, Heryati, Manurung, S., & Raenah, E. (2008). Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Suriya, M., & Zuriati. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan pada Sistem Muskuloskeletal Aplikasi NANDA NIC dan NOC.
Padang: Pustaka Galeri Mandiri.
Wahyuni, T. D. (2021). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Pekalongan: Nasya Expanding Management.