Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR

NAMA : RADOVAN HILIKA


NIM : 14420202153
KELOMPOK : C5 A

CI LAHAN CI INSTITUSI

(Aspan Ali. S.Kep., Ns) (Ns. Wan Sulastri, S.Kep.,M.Kes)

PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
A. Konsep Medis
1. Definisi
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
Hilangnya kontuinitas tulang tanpa atau disertai adanya kerusakan jaringan
lunak seperti otot, kulit jaringan saraf dan pembuluh darah. [ CITATION
Sur19 \l 1033 ].
2. Etiologi
Etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson (2015) ada 3 diantaranya
adalah :
a. Cedera atau benturan
1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang
sehingga tulang patah secara spontan.
2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari
lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan
menyebabkan fraktur klavikula.
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot
yang kuat
b. Fraktur patologik, yaitu fraktur yang terjadi pada daerah-daerah tulang
yang telah menjadi lemah oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis.
c. Fraktur beban, biasa disebut dengan fraktur kelelahan terjadi pada
orang – orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka,
seperti baru diterima dalam Angkatan bersenjata atau orang – orang
yang baru mulai latihan lari.[ CITATION Sur19 \l 1033 ]
3. Klasifikasi
a. Fraktur dahan patah (greenstick fractur) : terjadi pada anak-anak,
tulang patah di bawah lapisan periosteum yang elastis dan tebal
b. Fissura Fraktur : patah tulang yang tidak disertai perubahan letak
yang berarti
c. Fraktur lengkap (complete fractur): patah tulang yang disertai dengan
terpisahnya bagian-bagian tulang.
d. Comminuted fracture : tulang patah menjadi beberapa fragmen
e. Fraktur tekan (Stress fracture): kerusakan tulang karena kelemahan
yang terjadi sesudah berulang-ulang ada tekanan berlebihan yang
tidak lazim.
f. Impacted fracture: fragmen-fragmen tulang terdorong masuk kearah
dalam tulang satu sama lain, sehingga tidak dapat terjadi Gerakan di
antara fragmen-fragmen itu
g. Fraktur tertutup : patahan tulang tidak mempunyai hubungan dengan
udara terbuka
h. Fraktur terbuka : kulit robek/terbuka (dari dalam karena fragmen
tulang yang menembus kulit, atau karena kekerasan yang langsung
dari luar). [ CITATION Wah21 \l 1033 ].
4. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan. Tetapi apabila tekanan eksternal datang
lebih besar dari pada tekanan yang diserap tulang, maka terjadilah trauma
pada tulang yang dapat mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang (fraktur). Setelah terjadi fraktur, periosteum dan
pembuluh darah serta saraf dalam korteks marrow dan jaringan lunak yang
membungkus tulang menjadi rusak sehingga menyebabkan terjadinya
perdarahan. Pada saat perdarahan terjadi terbentuklah hematoma di rongga
medulla tulang, sehingga jaringan tulang segera berdekatan kebagian
tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis akan menstimulasi
terjadinya respon inflamasi yang di tandai dengan vasodilatasi, eksudasi
plasma dan leukosit serta infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang
merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya. [ CITATION
Sur19 \l 1033 ]
5. Pathway
Keluarga dan
Faktor penyebab Pasien cemas
Terputusnya
(Cedera, patologik, Fraktur terhadap kondisi Ansietas
kontinuitas tulang
peningkatan beban) pasien

Perubahan Merangsang reseptor


Deformitas jaringan sekitar Pergeseran Fragmen nyeri free nerve
ending

Terjadi kerusakan Laserasi kulit Terputusnya


jalur saraf pada vena/arteri Menimbulkan
daerah fraktur rasa nyeri

Perdarahan
Perubahan
Nyeri Akut
gambaran diri
Kehilangan cairan aktif

Gangguan Citra Hematom pada daerah fraktur


Tubuh Kontaminasi dengan
lingkungan luar
Aliran darah ke daerah distal
berkurang
Risiko Infeksi
kerusakan neuromuskuler

kerusakan neuromuskuler
6.
Gangguan mobilitas fisik

Gangguan
mobilitas fisik
7. Manifestasi Klinis
a. Nyeri terus – menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
di imobilisasi, spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk
bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang.
b. Deformitas, yaitu setelah terjadi fraktur bagian – bagian tak dapat
digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah, pergeseran
fragmen pada fraktur menyebabkan terjadiya deformitas.
c. Pemendekan, pada fraktur Panjang terjadi pemendekan tulang yang
sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah
tempat fraktur.
d. Krepitus, saat ekstremitas di periksa dengan tangan teraba adanya
derik tulang yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
lainnya.
e. Pembengkakan, yaitu Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada
kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti
fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau hari
setelah cedera. [ CITATION Sur19 \l 1033 ]
8. Komplikasi
a. Non – union : akibat imobilisasi yang tidak adekuat atau adanya
fraktur patologis
b. Mal – union : penyembuhan dengan angulasi yang buruk
c. Nekrosis avascular : gangguan aliran darah yang menyebabkan
kematian tulang; lokasi yang paling sering adalah kaput femur, kutub
proksimal skapoid, dan kaput talus
d. Osteoarthritis : proses degenerative dini pada sendi akibat
malalignment yang buruk.
e. Osteoporosis : akibat penggunaan yang tidak benar, dan bentuk yang
paling berat, atrofi Sudeck, dapat menyebabkan nyeri dan
pembengkakan jaringan lunak.[ CITATION Pat07 \l 1033 ].
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen, untuk mengetahui lokasi dan luas cedera
b. CT Scan
c. MRI
d. Arteriogram
e. Pemindaian tulang
f. Pemeriksaan Laboratorium lengkap (Darah lengkap, kreatinin) untuk
persiapan operasi.[CITATION Sur \l 1033 ]
10. Penatalaksanaan
a. Rekognisi atau pengenalan
Yaitu diagnose dan penilaian fraktur. Prinsip pertama adalah
mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis,
pemeriksaan klinis dan radiologi. Pada awal pengobatan perlu
diperhatikan lokasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan Teknik yang
sesuai untuk pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi selama
pengobatan.
b. Reduksi/Reposisi
Tujuannya untuk mengembalikan Panjang dan kesegarisan tulang.
Reduksi tertutup terdiri dari penggunaan traksimoval untuk menarik
fraktur kemudian memanipulasi untuk mengembalikan kesegarisan
normal/dengan traksi mekanis. Reduksi terbuka diindikasikan jika
reduksi tertutup gagal atau tidak memuaskan. Reduksi terbuka
merupakan alat fiksasi internal yang digunakan untuk
mempertahankan posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid
seperti ORIF (Open Reduction Internal Fixation) dan OREF (Open
Reduction External Fixation).
c. Imobilisasi atau Retensi Reduksi
Tujuannya mencegah pergeseran fragmen dan mencegah
pergerakan yang dapat mengancam union.
d. Pemulihan Fungsi atau Rehabilitasi, yaitu mengembalikan aktivitas
fungsional seoptimal mungkin. [CITATION Wah21 \l 1033 ].
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Primary survey
1) Airway
 Pegang kepala (Fiksasi) apabila dicurigai adanya fraktur
cervical
 Periksa airway (look, listen, feel)
2) Breathing : nilai frekuensi pernafasan, kemudian berikan oksigen
bila ada masalah pada pernapasan.
3) Circulation : kontrol perdarahan dan perbaikan
 Perdarahan external : lakukan balut tekan, cek akral dan nadi,
bila ada tanda-tanda syok hemoragic (hipovolemik) berikan
infus 2 jalur dengan cairan RL yang hangat 1-2 liter diguyur
(pertimbangkan 3:1 resusitasi cairan).
 Perdarahan internal : perbaiki volume cairan untuk mencegah
syok lebih lanjut, kemudian tentukan penatalaksanaan sesuai.
jenis fraktur : spalk/bidai dapat digunakan untuk mengontrol
perdarahan dari suatu fraktur pada ekstremitas, gurita dapat
dipakai untuk fraktur pelvis, serta toraks abdomen dan
retroperitoneal dapat dikonsul dengan dokter bedah.
4) Disability : nilai GCS, rekasi pupil, kekuatan otot
5) Exposure : membuka pakaian pasien untuk melihat adanya cedera
lain dan cegah hipotermia dengan memakaikan selimut.
b. Secondary survey
1) Biodata/Data umum klien
2) Keluhan utama : keterbatasan aktivitas, gangguan sirkulasi, rasa
nyeri dan gangguan neurosensory.
3) Riwayat kesehatan dan Riwayat kejadian/ biomekanik : kapan
timbul masalah, riwayat trauma, penyebab, gejala timbul tiba –
tiba/perlahan, lokasi, obat yang di minum dan cara penanggulangan
4) Pemeriksaan fisik : keadaan umum dan kesadaran. Keadaan
integument (kulit dan kuku), kardiovaskuler (hipertensi dan
takikardia), neurologis (spasme otot dan kebas/kesemutan),
keadaan ekstremitas dan hematologic
5) Riwayat psikososial : reaksi emosional, citra tubuh dan sistem
pendukung.
6) Pola kebiasaan sehari-hari atau hobi[ CITATION Sur \l 1033 ]
2. Diagnosis Keperawatan
a. Pre Operatif/Sign In
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
2) Ansietas b.d krisis situasional
3) Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler
b. Intra Operatif/Time Out
1) Ansietas b.d krisis situasional
2) Risiko infeksi d.d efek prosedur invasif
c. Post Operatif/Sign Out
1) Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur/bentuk tubuh
2) Risiko infeksi b.d efek prosedur invasif
3. Intervensi Keperawatan
a. Pre Operatif/Sign In
DIAGNOSA
TUJUAN & KRITERIA
KEPERAWATA INTERVENSI KEPERAWATAN PARAF
HASIL
N
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
pencedera fisik keperawatan selama 1x10 Observasi:
menit, diharapkan tingkat 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
nyeri menurun dengan kriteria skala dan intensitas nyeri
hasil: 2. Identifikasi respon nyeri non verbal
 Keluhan nyeri menurun 3. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
 Meringis menurun diberikan
Terapeutik:
Berikan terapi nonfarmakologi (teknik relaksasi napas dalam)
Edukasi:
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Gangguan Setelah dilakukan asuhan Inttervensi utama
mobilitas fisik keperawatan selama 3 x 24 1. Dukungan ambulansi
berhubungan jam diharapkan dukungan 2. Dukungan mobilisasi
dengan gangguan ambulansi klien terpenuhi, Intervensi pendukung
muskoloskeletal dengan kriteria hasil : 1. Dukungan kepatuhan program pengobatan
1. Dungan ambulansi 2. Edukasi latihan fisik (edukasi tehnik ambulansi )
terpenuhi 3. Manjemen nyeri
2. Dukungan mobilisasi 4. Manajemen lingkungan
terpenuhi Dukungan 5. Pemberian obat intravena
pengobatan terpenuhi Tehnik relaksasi otot progresif
Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan tindakan Terapi relaksasi
situasional keperawatan selama 1x10 Observasi:
menit, diharapkan tingkat 1. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
ansietas menurun dengan 2. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik
kriteria hasil: sebelumnya
 Verbalisasi khawatir 3. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan
terhadap kondisi yang suhu sebelum dan sesudah latihan
dihadapi menurun 4. Monitor respon terhadap terapi relaksasi
 Perilaku gelisah menurun Terapeutik:
 Perilaku tegang menurun 1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
Edukasi:
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang
tersedia
2. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
3. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik relaksasi

b. Intra Operatif/Time Out


DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA
INTERVENSI KEPERAWATAN PARAF
KEPERAWATAN HASIL
Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan tindakan Terapi relaksasi
situasional keperawatan selama 1x55 Observasi:
menit, diharapkan tingkat 1. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
ansietas menurun dengan 2. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik
kriteria hasil: sebelumnya
 Tekanan darah menurun 3. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan
 Perilaku tegang menurun suhu sebelum dan sesudah latihan
4. Monitor respon terhadap terapi relaksasi
Edukasi:
5. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang
tersedia
6. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
7. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik relaksasi
Risiko infeksi d.d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi:
efek prosedur keperawatan selama 1x55 Terapeutik:
invasif menit, diharapkan tingkat Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
infeksi menurun dengan lingkungan pasien
kriteria hasil:
 Kadar sel darah putih
menurun

c. Post Operatif/Sign Out


DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA
INTERVENSI KEPERAWATAN PARAF
KEPERAWATAN HASIL
Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan Promosi citra tubuh
tubuh b.d keperawatan selama 1x30 Observasi:
perubahan menit, diharapkan citra tubuh 1. Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang
struktur/bentuk meningkat dengan kriteria berubah
tubuh hasil: Terapeutik:
 Melihat bagian tubuh 2. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
membaik 3. Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra tubuh
 Verbalisasi kehilangan 4. Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan
bagian tubuh membaik citra tubuh
 Verbalisasi perubahan gaya Edukasi:
hidup menurun 5. Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra
tubuh
Risiko infeksi d.d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi
efek prosedur keperawatan selama 1x30 Terapeutik:
invasif menit, diharapkan tingkat 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
infeksi menurun dengan lingkungan pasien
kriteria hasil: Edukasi:
 Kadar sel darah putih 2. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
menurun 3. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
C. Kajian Islami Tentang Penyakit
Segala bentuk kesembuhan hanyalah datang dari Allah SWT dan atas
seizin-Nya. Hal ini termasuk di dalam Al-Qur’an Surah Ya-Sin (36:78-79)

Terje
mahannya : “ 78. Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan
asal kejadiannya; dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-
belulang, yang telah hancur luluh?”. 79. Katakanlah (Muhammad), “yang akan
menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia
Maha Mengetahui tentang segala makhluk”.

D. Terapi Keperawatan Holistik/Komplementer Terkait Kasus


Klien dengan kondisi fraktur umumnya mengalami nyeri pada daerah
sekitar fraktur. Salah satu terapi yang dapat dilakukan adalah pemberian
aromaterapi yang diharapkan dapat menurunkan rasa nyeri yang dialami.
Aromaterapi adalah suatu metode dalam relaksasi yang menggunakan
minyak essensial dalam pelaksanaannya berguna untuk meningkatkan
kesehatan fisik, emosi dan spirit seseorang, Berbagai efek dari minyak
essensial, salah satunya adalah menurunkan intensitas nyeri dan tingkat
kecemasan. Minyak essensial atau minya astiri yang bersifat menurunkan atau
menghilangkan rasa nyeri, antara lain nankincense, cengkih, wintergreen,
lavender, dan eucalyptus.[ CITATION Sol15 \l 1057 ]
DAFTAR PUSTAKA

Kurniati, A., Trisyani, Y., & Theresia, S. (2018). Keperawatan Gawat Darurat
dan Bencana Sheehy. Singapore: Elsevier.
Patel, P. R. (2007). Lecture Notes : Radiologi. Jakarta: Erlangga.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
Solehati, T., & Kosasih, C. E. (2015). Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam
Keperawatan Maternitas. Bandung: Refika Aditama.
Suratun, Heryati, Manurung, S., & Raenah, E. (2008). Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Suriya, M., & Zuriati. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan pada Sistem Muskuloskeletal Aplikasi NANDA NIC dan NOC.
Padang: Pustaka Galeri Mandiri.
Wahyuni, T. D. (2021). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Pekalongan: Nasya Expanding Management.

Anda mungkin juga menyukai