Disusun Oleh :
Dwiana Fitriani
202107019
2. Etiologi
a. Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan
yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan tempat. Bila
tekanan kekuatan langsungan, tulang dapat tempat yang terkena dan
jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak serta kerusakan pada kulit
(Agus, 2019).
b. Akibat kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjai pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain
akibat tekanan berulang. Hal ini sering terjadi pada atlet, penari atau
calon tentara yang berbaris atau berjalan pada jarak jauh (Agus, 2019).
c. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang nrmal bila tulang tersebut lunak
(misalnya oleh tumor) atau tulang tulang sangat rapuh (Agus, 2019).
Fraktur
Menyumbat pembuluh
Penekanan pembuluh darah darah
f. Beri perawatan dan perlukaan fraktur baik pre operasi maupun post
operasi Prinsip penangan fraktur adalah mengembalikan posisi
patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu
selama masa penyembuhan patah tulang (imobilisasi) (Sjamsuhidayat &
jong (2015) dalam Agus, 2019). Penatalaksaan yang dilakukan adalah:
a. Fraktur terbuka
Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh
bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam
(golden period). Kuman belum terlalu jauh dilakukan: pembersihan
luka, exici, hecting situasi, antibiotic.
Ada beberapa prinsipnya yaitu:
3) Pemberian antibiotic
b. Seluruh Fraktur
a) Rekoknisi/Pengenalan
Riwayat kajian harus jelas untuk menentukan diagnosa dan
tindakan selanjutnya
b) Reduksi/Manipulasi/Reposisi
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang supaya kembali secara
optimal seperti semula secara optimal. Dapat juga diartikan
reduksi fragtur (setting tulang) adalah mengembalikan fragmen
tulang pada posisi kesejajaranya rotasfanatomis.
c) OREF
Penanganan intraoperative pada fraktur teruka derrajat III yaitu
dengan cara reduksi terbuka di ikuti fiksasi eksternal OREF (Open
Reduction External Fixation) sehingga di peroleh stabilisasi faktur
yang baik. Kuntungan fiksasi eksternal adalah memungkinkan
stabilisasi fraktur sekaligus menilai jaringan lunak sekitar dalam
masa penyembuhan fraktur. Penangana pascaoperatif yitu
perawatan luka dan pemberian antibiotic untukmengurangi resiko
infeksi, pemberian radiologic serial, darah lenngkap, serta
rehabilitasi berupa latihan-latihan secara teratur dan bertahap
sehingga ketiga tujuan utama penaganan fraktur bias tercapai,
yakni union (penyambungan tulang kembali secara sempurna),
sembuh secara otomatis (penampakan fisik organ anggota geak;
baik proporsional), dan sembuh secar funsional (tidak ada
kekakuan dan hambatan lain dalam melakukan gerakan).
d) ORIF
ORIF (Open Reduction Internal Fixation) adalah suatu bentuk
pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi pada tulang yang
mengalami fraktur. Fungsi ORIF untuk mempertahankan posisi
frakmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami
pergeseran. Internal fiksasi ini berupa intra Modullary Nail
biasanya digunakan untuk fraktur tulang panjang dengan tipe
fraktur tipe fraktur transver.
e) Retensi/Imobilisasi
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga
kembali seperti semula secara optimun. Imobilisasi fraktur. Setelah
fraktur di reduksi, fragmen tulang harus di imobilisasi, atau di
pertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi ekterna atau
intena. Metode fiksasi ekterna meliputi pembalutan, gips, bidai,
traksi kontinu, pin dan teknik gips, atau fiksator ekstena. Implant
logam dapat di gunakan untuk fiksasi interna untk mrngimobilisasi
fraktur.
f) Rehabilisasi
Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala
upaya di arahkan pada penyembuhan tulang dan aringan lunak.
Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan.
Status neurovaskiler (mis. Pengkajian peredaran darah, nyeri,
perebaan, gerakan) di pantau, dan ahli bedah ortopedi di beritahu
segera bila ada tanda gangguan neurovaskuler.
6. Penatalaksanaan Keperawatan Manajemen Nyeri
4) Stimulasi Kulit
Stimulus kutaneus merupakan stimulasi pada kulit untuk mengurangi
nyeri. Stimulus kutaneus memberikan klien rasa kontrol terhadap gejala
nyeri. Penggunaan yang tepat dari stimulus kutaneus membantu
mengurangi ketegangan otot yang meningkatkan nyeri (Potter & Perry,
2010). Masase atau pijatan sangat efektif dalam meberikan relaksasi
fisik dan mental, mengurangi nyeri, dan meningkatkan keeefektifan
pengobatan nyeri. Masase pada punggung, bahu, lengan, dan kaki
selama 3 sampai 5 menit dapat merelaksasikan otot dan memberikan
istirahat yang tenang dan nyaman (Potter & Perry, 2010).
a) Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
b) Menggosok punggung
c. Pemberian obat analgesik
2) Opioid (Narkotik)
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Komplikasi
a. Syok
Syok hipovolemik atau traumatic akibat pendarahan (bila kehilangan
darah eksterma atau interma) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan
yang rusak dapat terjadi pada fraktur ekstremitas, torak, pelvis, dan vertebra
karena tulang merupakan organ yang sangat vaskuler, maka dapat trjadi
kehilangan banyak darah dalam jumlah yang besar sebagai akibat trauma,
khususnya untuk fraktur femur pelvis (Agus, 2019).
b. Emboli Lemak
Setalah terjadi fraktur femur panjang atau pelvis, fraktur multiple atau
cidera remuk dapat terjadi emboli lemak, khususnya untuk pria dewasa
muda usia 20-30 tahun. Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat
termasuk kedalam darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari
tekanan kapiler atau karena tekanan katekolamin yang dilepaskan karena
reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan
terjadinya globula lemak dalam aliran darah. Gllobula lemak akan bergabung
dengan trombosit membentuk emboli, yang kemudian menyumbat pembuluh
darah kecil yang memasok otak, paru, ginjal dan organ lain. Awitan dan
gejalanya sangat cepat dapat terjadi beberapa jam sampai satu minggu
setelah cidera, gambaran khasnya berupa hipoksia, takipnea, takikardi dan
pireksia (Agus, 2019).
c. Sindrom Kompertemen
Sindrom kompartemen adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan
tekanan interstisial di dalam ruangan yang terbatas, yaitu didalam
kompertemen osteofasial yang tertutup. Peningkatan tekanan intra
kompertemen akan mengakibatkan bekurangnya perfusi jaringan dan
tekanan oksigen jaringan, sehingga terjadi gangguan sirkulasi dan fungsi
jaringan di dalam ruang tersebut. Ruang tersebut terisi oleh otot-otot
individual dan terbungkus oleh epimysium. Sindrom kompertemen di tandai
dengan nyeri yang hebat, parestasi, paresis, pucat, desertai denyut nadi yang
hilang. Secra anatomi sebagian komperteman terlettak di anggota gerak dan
paling sering di sebabkan oleh trauma, terutama mengenai daerah tungkai
bawah dan tungkai atas (Agus, 2019).
d. Nekrosis avakular tulang
Cedera, baik fraktur maupun dislokasi, seringkali mengakibatkan
iskemia tulang yang berujung pada nekrosis afaskuler. Nekrosis avaskuler
ini sering di umpai pada kaput femoris, bagian proksimal os scapphooid, os.
Lumatum, dan os. Talus (Suratum (2015) dalam Agus, 2019).
e. Atropi Otot
Atrofi adalah pengecilan dari jaaringan tubuh yang telah mencapai
ukuran normal. Mengecilnya otot tersebut terjadi karena karena sel-sel
spesifik yaitu sel-sel parnkim yang menjalankan fungsi otot tesebut
mengecil. Pada pasien fraktur, atrofi terjadi akibat otot yang tidak
digerakkan (disuse) sehingga meetabolisme sel otot, aliran darah tidak
adekuat ke jaringan otot (Suratum dkk (2015) dalam Agus, 2019).
PENYIMPANGAN KDM FRAKTUR FEMUR
Fraktur femur tertutup
Trauma pada femur
Kerusakan fragmen tulang, Kurang informasi, salah Prosedur pemasangan gips
Kegagalan tulang
spasme otot, cedera jaringan untuk
informasi menahan tekanan terutama
pengobatan
tekanan membengkok, memutar dan menarik
lunak, alat imobilisasi, kerusakan
neuromuskular,
deformitas
Keluhan nyeri
Resiko terjadi Perubahan peran
Terbatas melakukan pergerakan
Penurunan kemampuan otot komplikasi fraktur
Perubahan bentuk tubuh
Perubahan status psikososial Tirah baring lama, Keterbatasan
Kerusakan integritas kulit
Perubahan status peran dalam pergerakan fisik,
Salah penekanan lokal
interpretasi
keluarga tirah baring lama
dalam mencari
Pemenuhan informasi program
pertolongan
pengobatan
Resiko disfungsi
Perubahan sirkulasi,
neurovaskuler perifer
embolisme lemak
ansietas Defisit pengetahuan
Resiko disfungsi
neurovaskuler perifer
embolisme lemak
Pasien fraktur akan merasa takut terjadi kecacatan pada dirinya dan
harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu
penyembuhan tulangnya. Selain itu pengkajian juga meliputi
kebiasaan hidup pasien seperti penggunaan obat steroid yang dapat
mengganggu metabolism kalsium, pengonsumsian alcohol yang
dapat mengganggu keseimbangan pasien dan apakah pasien
melakukan olahraga atau tidak
9. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada fraktur tidak akan mengalami penurunan nafsu makan,
meskipun menu berubah misalnya makan dirumah gizi tetap sama
sedangkan ketika di RS disesuaikan dengan penyakit dan diet pasien.
10. Pola eliminasi
Kebiasaan miksi/defkasi sehari-hari, kesulitan waktu defekasi
dikarenakan imobilisasi.
11. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas dan latihan mengalami perubahan/gangguan akibat dari
fraktur femur sehingga kebutuhan pasien perlu dibantu oleh
perawat/keluarga.
2. Pemeriksaan Fisik
Menurut (Muttaqin 2015), ada dua macam pemeriksaan fisik yaitu
pemeriksaan fisik secara umum (status general) untuk mendapatkan
gambaran umum dan pemeriksaan setempat (local). Hal ini diperlukan
untuk dapat melaksanakan perawatan total (total care).
1. Pemeriksaan fisik secara umum Keluhan utama:
a. Kesadaran klien: apatis, spoor, koma, gelisah,
komposmentis yang bergantung pada klien
b. Kedaaan penyakit: akut, kronis, ringan, sedang, berat.
Tanda-tanda vital tidak normal trdapat ganggua local, baik
fungsi maupun bentuk.
a) Kepala
b) Leher
Tujuan : untuk memeriksa system limfatik.
Infeksi : reflek menelan ada, amati kesimetrisan leher.
Palpasi : tidak ada tonjolan
c) Wajah
e) Telinga
g) Mulut
h) Torak
j) Jantung
3. Keadaan luka
B. Diagnosa Keperawatan
E. Evaluasi
Nama : Ny. L
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 55
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Beringin Raya Blok D/3,8 Poris Indah Kel.
Cipondoh, Kota Tangerang
Hubungan dengan Klien : Istri
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien masuk ke RSU Tangerang datang ke IGD RSU Tangerang pada tanggal
07 Desember 2021 dengan keluhan nyeri dibagian paha kanan dengan skala
myeri nyeri 3-4, nyeri terasa hilang timbul dan seperti tertekan, klien
mengatakan terjatuh saat menahan pagar rumah yang roboh saat terjatuh
terdengarbunyi krek di pinggang kanan, klien mengatakan sebelum ke RS
terlebih dahulu di urut namun tidak ada perubahan
: perempuan
: pasien
Sebelum Sakit :
Keluarga mengatakan sebelum sakit menjadi kepala keluarga, melakukan
pekerjaan
Selama Sakit :
Pola tidur dan istirahat pasien tidak dapat dinilai karena pasieh lebih banyak tidur
c. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit :
keluarga mengatakan sebelum sakit tidur normal. Malam hari tidur pukul
22.00 dan bangun tidur pada pukul 05.30 WIB dan selalu menyempatkan
waktu untuk tidur siang ± 1 jam.
Selama Sakit :
keluarga mengatakan selama sakit menagalami kesulitan untuk tidur
Kualitas dan kuantitas tidur
Keluarga mengatakn selama sakit tidur malam hanya ± 5 jam dan siang
tidak bisa untuk tidur
Gangguan tidur
Pasien mengalami sulit tidur karena nyeri dibagian fraktur paha kanan
d. Pola nutrisi metabolik
a. Pengkajian Nutrisi (ABCD)
A. ( Antropometri ) :
Berat badan : 65 Kg
Tinggi badan : 165 Cm
65 kg
IMT = =23(Normal)
1,65 x 1,65
B. (Biomechanical ) :
Hemoglobin 13,3 gr/dL
Hematokrit 38%
Leukosit 16,20x10^3/ul
C. (Clinical Sign) :
- mukosa bibir kering
D. (Diet) : 1900 kkal
b. Pola Nutrisi
Sebelum Sakit
1) Frekuensi
Pasien mengatakan sebelum sakit makan 3x/hari
2) Jenis
Makanan yang dikonsumsi pasien seperti nasi, lauk pauk dan semua
jenis makanan lainnya
3) Porsi
Pasien mengatakan menghabiskan makanan dalam 1 porsi
4) Keluhan :-
Selama Sakit
1) Frekuensi
2) Jenis
(Diet) : NBRG DM 1900 kkal
3) Porsi
4) Keluhan
e. Pola Eliminasi
a. BAB
Sebelum Sakit
1) Frekuensi BAB : Pasien mengatakan BAB rutin
1-2x/hari
2) Konsistensi : Lunak
3) Warna :
4) Keluhan Dan Kesulitan BAB :-
5) Penggunaan Obat Pencahar :-
Selama Sakit
1) Frekuensi BAB : Pasien mengatakan 1 x/hari
2) Konsistensi : lunak
3) Warna : kuning kecoklatan
4) Keluhan Dan Kesulitan BAB :
5) Penggunaan Obat Pencahar :-
b. BAK
Sebelum Sakit
1) Frekuensi BAK : Pasien mengatakan BAK
sebanyak 7x/hari
2) Jumlah Urine : ± 1000- 1200 cc/hari
3) Warna : Kuning
4) Keluhan/ Kesulitan BAK : -
Selama Sakit
1) Frekuensi BAK : terpasang pampers
2) Jumlah Urine : output ±1600
3) Warna : Kuning muda
4) Keluhan/ Kesulitan BAK : -
f. Pola kognitif dan perceptual
a. Nyeri (Kualitas, insentitas, durasi, skala, cara mengurangi nyeri)
Pasien mengatakan nyeri , nyeri seperti tertekan, skala nyeri 3-4, terasa
di kaki kanan, waktu nya hilang timbul (0-10),
b. Fungsi panca indra (penglihatan, pendengaran, pengecapan, penghidu,
perasa)
pasien mengatakan semua fungsi panca indera dalam keadaan baik
c. Kemampuan membaca
Kemampuan membaca baik
g. Pola konsep diri
h. Pola koping
a. Masalah utama selama masuk RS ( keuangan, dll)
Tidak ada
b. Kehilangan/ perubahan yang terjadi sebelumnya
Pasien merasa dirinya saat ini tidak bisa melakukan aktivitas berat
c. Pandangan terhadap masa depan
Pasien hanya ingin semua penyakit yang dideritanya segera sembuh
d. Koping makanisme yang digunakan saat terjadi masalah
Pasien selalu berpikir positif bahwa penyakit yang di deritanya adalah
cara Tuhan untuk menaikkan derajat hambanya
i. Pola seksual reproduksi
a. Masalah menstruasi
tidak
b. Pepsmear terakhir
Tidak
c. Perawatan payudara setiap bulan
Tudak
d. Alat kontrasepsi yang digunakan
Tidak
e. Apakah ada kesukaran dalam berhubungan seksual
Tidak ada
f. Apakah penyakit sekarang kmengganggu fungsi seksual
Tidak
j. Pola peran hubungan
a. Pola pasien dalam keluarga dan masyarakat
Pasien selalu berkomunikasi dan berinteraksi baik dengan keluarga dan
masyarakat sekitar
b. Apakah klien punya teman dekat
Pasien mengatakan memiliki teman dekat tetapi pasien sangat dekat
dengan anak-anaknya
c. Siapa yang dipercaya untuk membantu klien jika ada kesulitan
Pasien mengatakan selama mengalami kesulitan yang sering membantu
adalah keluarga
d. Apakah klien ikut dalam kegiatan masyarakat? Bagaimana keterlibatan
klien
Tidak
- Ekstremitas
- Terdapat
Telinga normal, tidak
pemasangan
daun telinga simetris,
elastis perban
bersih, fungsi
- Kekuatan otot 4/4,
pendengaran
1/3
-
2. Pemeriksaan diagnostik
Rontgen Thorak
EKG
6. TERAPI MEDIS
Obat Peroral :
Obat Perenteral :
Ranitidin 2x50mg
Paracetamol drip 3x1 gr
Obat Topikal :
B. ANALISA DATA
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Trauma langsung Nyeri Akut
- Pasien mengatakan nyeri di di berhubungan
paha kanan Fraktur dengan agen
P : terasa nyeri ketika bergerak pencerea fisik
Q : nyeri terasa seperti tertekan Pergeseran frakmen (Fraktur)
R :nyeri terasa hanya di kaki tulang
kanan
S : skala 3-4 Nyeri Akut
T : nyeri terasa hilang timbul
DO :
- Klien tampak
meringis dan
gelisah
- Kesadaran pasien
compos mentis
- TTV
TD : 140/92 mmHg,
Nadi 89x/menit,
RR 20x/menit,
S: 36.6 oC.
Ds: Trauma langsung Gangguan
- Klien mengatakan sulit mobilitas fisik
menggerakkan kaki kanannya Fraktur berhubungan
karena patah tulang, nyeri dan dengan
merasa cemas ketika digerakkan Diskontinuitas tulang gangguan
Do:
muskuloskletal
- Klien tampak cemas ketika Perubahan jaringan
bergerak dan digerakkan pada , nyeri dan
sekitar
kaki kanan yang terdapat fraktur kecemasan
Pergeseran fragmen
tulang
Deformitas
Gangguan fungsi
ekstemitas
Hambatan mobilitas
fisik
Metabolisme asam
lemak
Bergabung dengan
trombosit
Emboli
Menyumbat
pembuluh darah
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut yang berhubungan agen cedera fisik (fraktur) .(D.0077)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal,
nyeri dan kecemasan (D.0054)
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan peningkatan
tekanan darah (D.0009)
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa keperawatan Kriteria dan hasil Intervensi
1. Nyeri yang berhubungan (L.08066) (I.08238)
dengan agen cedera fisik Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
(fraktur).(D.0077) keperawatan selama 3x24 jam, Observasi
diharapkan pengalaman sensorik - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
atau emosional yang berkaitan kualitas, intensitas nyeri
dengan kerusakan jaringan aktual - Identifikasi skala nyeri
atau fungsional dengan onset - Identifikasi respons nyeri non verbal
mendadak atau lambat dan Teraupetik
berintensitas ringan hingga berat dan - Ajarkan tehnik relaksasi yang sesuai dan
konstan (tingkat nyeri) menurun. anjurkan pasien untuk melakukannya bila nyeri
Dengan kriteria hasil: timbul.
f. Keluhan nyeri 4 (cukup - Pertahanka posisi semi fowler sesuai
menurun) kebutuhan.
g. Meringis 4 (cukup - Observasi tanda-tanda vital
Menurun) Kolaborasi
h. Gelisah 4 (cukup - Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
menurun) therapy analgetika.
i. Kesulitan tidur 4 (cukup
menurun)
j. Mual 5 (menurun)
h. Frekuensi nadi 4 (cukup
membaik)
i. Pola napas 4 (cukup
membaik)
j. Tekanan darah 4 (cukup
membaik)
-
2. Gangguan mobilitas fisik Dukungan Ambulasi
(L. 05042)
berhubungan dengan Observasi
gangguan muskuloskletal, Setelah dilakukan tindakan
- Monitor kondisi umum selama latihan gerak
nyeri dan kecemasan keperawatan selama 3x24 jam, - Monitor tanda-tanda vital
(D.0142) diharapkan kemampuan dalam Teraupetik
gerakan fisik dari salah satu lebih - Libatkan keluarga untuk membantu klien dalam
ekstremitas secara mandiri melakukan latihan gerak aktif
meningkat. - Ajarkan klien latihan rentang gerak aktif pada
Dengan kriteria hasil: ekstemitas yang tidak sakit
i. Pergerakan ekstremitas 4 Edukasi
(cukup meningkat) - Anjurkan melakukan latihan rentang gerak aktif
h. Kekuatan otot 4 (cukup pada ekstremitas yang tidak sakit
meningkat) -
i. Rentang gerak (ROM) 4
(cukup meningkat)
j. Kerusakan lapisan kulit 4
(cukup menurun)
k. Kecemasan 4 (cukup
menurun)
l. Gerakan terbatas 4
(cukup menurun)
- Kelemahan fisik 4 (cukup
menurun)
3. Ketidakefektifan perfusi (L. 02011) (II. 02079)
jaringan perifer Setelah Perawatan sirkulasi
dilakukan tindakan
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam, Observasi
peningkatan tekanan darah e. Periksa sirkulasi (nadi, edema, suhu)
diharapkan keadekuatan aliran
(D.0009) darah pembuluh darah distal f. Identifikasi faktor risiko gangguan
untuk mempertahankan jaringan sirkulasi (hipertensi)
(perfusi perifer) meningkat. g. Monitor nyeri atau bengkak pada ekstermitas
Dengan kriteria hasil: h. Pertahankan elevasi ekstemitas yang
h. Nyeri ekstermitas 4 cedera
(cukup menurun) Edukasi
i. Kram otot 4 (cukup
c. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang
menurun)
tepat (melembabkan kulit kering pada kaki)
j. Kelemahan otot 4 (cukup
d. Anjurkan minum obat
menurun)
pengontrol tekanan darah
k. Pengisian kapiler 4 (cukup
membaik)
l. Akral 4 (cukup membaik)
m. Turgor kulit 5 (membaik)
n. Tekanan darah 4 (cukup
membaik)
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Hari/Tanggal Diagnosa keperawatan Jam Implementasi Evaluasi Paraf
.
1. Kamis Nyeri yang berhubungan 08.00 1.Mengevaluasi skala nyeri S:
09/12/2021 dengan agen cedera fisik 2.Mengobservasi respon non - Klien
(fraktur).(D.0077) 08.05 verbal mengatakan
3.Mengajarkan teknik nyeri
08.30 relaksasi nafas dalam P : terasa nyeri
4.Memberikan obat ketika
paracetamol drip melalui IV bergerak
08.45 5.Melakukan tanda-tanda vital Q : nyeri
terasa seperti
tertekan
R :nyeri terasa
09.00 hanya di kaki
kanan
S : skala 3-4
T : nyeri terasa
hilang timbul
O:
- Klien tampak
meringis jika
kaki kanan
digerakkan
- Klien terlihat
gelisah
A:
Masalah nyeri
belum teratasi
P:
- Lanjutkan
intervensi
(1,2,3,4.5)