Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

DENGAN KASUS FRAKTUR CRURIS

DI RUMAH SAKIT RSUD SIDOARJO

Pembimbing :

Edy Siswanto, S. Kep. Ns., M. Kep., M.

Nama :

Reni dwi damayanti ( 0117060 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA MOJOKERTO

2019-2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan keperawatan pada klien fraktur cruris

Di ruang : Muskulo skeletal

Nama : Reni dwi damayanti

Telah disetujui pada

Hari /Tanggal :

Telah disetujui

Oleh,

Pembimbing I Pendidikan, Pembimbing II Rs,

Edy Siswanto, S. Kep. Ns., M. Kep., M. XXXXXXXX


XXXXXXX

Mengetahui,
Kepala ruanga

XXXXXX
XXXXXX
KONSEP MEDIS

A. Definisi
Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih
besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000)
Fraktur cruris adalah suatu keadaan dikontinuitas jaringan struktural pada tulang tibia
dan fibula (Silvia Anderson Price, 1995)

B. Klasifikasi
Ada 2 tipe dari fraktur ceruris yaitu:
1. Fraktur intra capsuler : yaitu terjadi dalam tulang sendi panggul dan captula
a. Melalui kapital fraktur
b. Hanya dibawah kepala femur
c. Melalui leher dari femur
2. Fraktur ekstra kapsuler
a. Terjadi diluar sendi dan kapsul melalui trokanter cruris yang lebih besar atau yang lebih
kecil pada daerah intertrokanter
b. Terjadi di bagian distal menuju leher cruris tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah
trokanter terkecil.

Selain 2 tipe di atas ada lebih dari 150 klasifikasi fhlraktur diantaranya 5 yang utama adalah:
1. Incomplete
Fraktur yang hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang satu sisi patah yang lain
biasanya hanya bengkok (green stick)
2. Complete
Garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan frgmen tulang
biasanya berupa tempat
3. Tertutup (simple)
Fraktur tidak meluas melewati kulit
 Terbuka (complete)
Fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit dimana potensial untuk terjadi infeksi
 Patologis
Fraktur terjadi pada penyakit tulang (seperti kanker, osteoforosis) dengan tak ada trauma
hanya minimal.

C. Etiologi
1. Trauma
2. Gerakan pintir  mendadak
3. Kontraksi otot ekstem
4. Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma

D. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam
korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera
berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi
terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit,
dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan
tulang nantinya .Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar,
waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.

2. Faktor Intrinsik

Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk
timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan
kepadatan atau kekerasan tulang.
PATHWAY

Trauma langsung Trauma tidak


patologis kondisi
langsung
Penggeseran
Perubahan fraktur frakmen tulang
jaringan sekitar
Diskontinuitas Tindakan Post op
tulang pembedahan
Pergeseran frag.
Tlg kapiler
Kerusakan Agen
Laserasi kulit Spasme otot frakmen tulang pecedera
fisik
Gangguan
Putusnya Peningkatan tek Tek. Ssm tlg > (prosedu
integritas
vena/arteri kapiler tinggi dr r operasi
kulit/
jaringan
perdarahan Pelepasan Reaksi stres
deformitas Nyeri
hitamin klien
akut
Kehilangan
Gangguan volume cairan Protein plasma melepaskan
mobilitas fisik hilang
hipovolemia Memobilisasi
edema asam lemak

Bergab dg
Penekanan
trombosit
pemb. darah

Penurunan Penyumbatan
perfusi jaringan pembuluh darah

Perfusi perifer
tidak efektif
E. Manifestasi Klinis

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi,
hematoma, dan edema
2. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
3. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat  diatas
dan dibawah tempat fraktur
4. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

F. Komplikasi
1. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
2. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang
lebih lambat dari keadaan normal.
3. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali

G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
2. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
3. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
4. Kreatinin : trauma oto,t meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal

H. Penatalaksanaan medis

Empat tujuan utama dari penanganan fraktur adalah :


1. Untuk menghilangkan rasa nyeri : Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena
frakturnya sendiri, namun karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut.
Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa nyeri dan juga
dengan tehnik imobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang fraktur). Tehnik imobilisasi
dapat dicapai dengan cara pemasangan bidai atau gips. Pembidaian : benda keras yang
ditempatkan di daerah sekeliling tulang. Pemasangan gips
Merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah. Gips yang ideal
adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan
pemasangan gips adalah :
 Immobilisasi dan penyangga fraktur
 Istirahatkan dan stabilisasi
 Koreksi deformitas
 Mengurangi aktifitas
 Membuat cetakan tubuh orthotik

Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah


 Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan
 Gips patah tidak bisa digunakan
 Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien
 Jangan merusak / menekan gips
 Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk
 Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama

2. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.


Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang lama. Untuk itu
diperlukan lagi tehnik yang lebih mantap seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasi
eksternal, atau fiksasi internal tergantung dari jenis frakturnya sendiri.
a) Penarikan (traksi) :
Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada
ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah
tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah. Metode pemasangan traksi
antara lain
 Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan
emergency Traksi mekanik, ada 2 macam :
 Traksi kulit (skin traction)
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot.
Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.
 Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced
traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal /
penjepit melalui tulang / jaringan metal.
3. Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam pada pecahan-
pecahan tulang.
Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya mungkin
adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka.
Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan
sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur
dan fragmen-fragmen tulang yang telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian
direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah
direduksi, fragmen-fragmen tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa
pen, sekrup, pelat, dan paku. Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara
lain :
 Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah
 Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah
 Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
 Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain
 Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin,
4. Agar terjadi penyatuan tulang kembali
Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan
menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun terkadang terdapat gangguan
dalam penyatuan tulang, sehingga dibutuhkan graft tulang.
5. Untuk mengembalikan fungsi seperti semula
Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan kakunya sendi. Maka
dari itu diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

I. IDENTITAS
a. Biodata pasien
Nama Pasien : An. K Tgl. MRS : 13 juli 2020

Umur : 13 Th Diagnosa Medis :

Jenis Kelamin : laki-laki

Suku / Bangsa : jawa/indonesia

Agama : islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : pelajar

Alamat : jombang

b. Identitas penanggung jawab


Nama : Ny. B
Alamat : jombang
Pekerjaan : IRT
Hubungan : ibu kandung

III. RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN


1. Keluhan utama : Nyeri pada kaki kanan
2. Riwayat keperawatan sekarang :
Pada saat jdilakukan pengkajian pasien masih mengeluh nyeri pada kaki kanan.

3. Riwayat keperawatan yang lalu :


Pasien perah mengalami demam, batuk, namun tidak samapi dirawat di Rumah Sakit.

4. Riwayat kesehatan keluarga : Keluarga pasien tidak ada yang menderita asma, DM, dan
hipertensi
IV. Susunan keluarga (genogram) :

Keterangan:

: Laki-laki.

: Perempuan

: Klien

: Meninggal

: Tinggal dalam satu rumah.

V. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk
2. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit
dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
3. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi
jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin,
sianosis pada tahap lanjut

VI. PENGKAJIAN SEKUNDER


1. Aktivitas/istirahat
o Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
o Keterbatasan mobilitas
2. Sirkulasi
o Hipertensi (terkadang terlihat sebagai respon nyeri/ ansietas)
o Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah)
o Tachikardi
o Penurunan nadi pada bagian distal yang cidera
o Cailary refil melambat
o Pucat pada bagian yang terkena
o Masa hematoma pada sisi cidera
3. Neurosensory
o Kesemutan
o Deformitas, krepitasi, pemendekan
o kelemahan
4. kenyamanan
o nyeri tiba-tiba saat cidera
o spasme/ kram otot
5. keamanan
o laserasi kulit
o perdarahan
o perubahan warna
o pembengkakan lokal

VII. Pola aktivitas sehari – hari (11 pola Gordon)


1. Pola persepsi kesehatan, pemeliharaan kesehatan
Pasien merasa sangat sedih karena tidak bisa menggerakkan kaki kanannya. Pasien
mengatakan ingin cepat sembuh.

2. Pola nutrisi dan metabolisme


a. Pola makan
o Dirumah
Frekuensi : 3 x/hr
Jenis : nasi
Porsi : 11 sendok makanan
Pantangan : tidak ada
Makanan disukai : sup ayam
o Dirumah sakit
Frekuensi : 3 x/hr
Jenis : nasi
Porsi : 11 sendok makan
Diit khusus : diit TKTP extra putih telur
 Nafsu makan di RS : (√ ) normal ( ) bertambah ( ) berkurang ( ) mual ( )
muntah cc ( ) stomatitis.
 Kesulitan menelan : ( √ ) tidak ( ) ya
 Gigi palsu : ( √ ) tidak ( ) ya
 NG tube : ( √ ) tidak ( ) ya

b. Pola minum
o Dirumah
Frekuensi : 7-8 gelas/hari
Jenis : air putih
Jumlah : ±2500 cc/ hari
Pantangan : tidak ada
Minuman disukai : tidak ada
o Dirumah sakit
Frekuensi : 7-8 gelas/hari
Jenis : air putih
Jumlah : ±2500 cc/ hari
3. Pola Eliminasi
a. Buang air besar
o Dirumah
Frekuensi : 1x/hari
Konsistensi : lunak
Warna : kuning
o Dirumah sakit
Frekuensi : 1x/hari
Konsistensi : lunak
Warna : ( √ ) kuning
Masalah di RS : ( ) konstipasi ( ) diare ( ) inkontinen ( ) bercampur darah ( )
lainnya.
Colostomi : (√ ) tidak ( ) ya
b. Buang air kecil
o Dirumah
Frekuensi : 5-6 x/hari
Konsistensi : cair
Warna : kuning jernih
o Dirumah sakit
Frekuensi : 5-6 x/hari
Konsistensi : cair
Warna :kuning jernih

Masalah di RS : ( ) disuria ( ) nokturia ( ) hematuria ( ) retensi ( ) inkontinen

Kolostomi : ( √ ) tidak ( ) ya, kateter ......... produksi : ........ cc/hr

4. Pola aktivitas-latihan
a. Kemampuan perawatan diri
aktivitas SMRS MRS
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
mandi √ √
Berpakaian/ berdan √ √
dan
Eliminasi/ toileting √ √

Mobilitas ditempat √ √
tidur
Berpindah √ √

Berjalan √ √
Naik tangga √ √
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaan rumah

0 = mandiri

1 = alat bantu

2 = dibantu orang lain

3 = dibantu orang lain dan alat

4 = tergantung/ tidak mampu

Alat bantu : ( ) tidak ( ) kruk ( ) tongkat (√ ) pispot disamping tempat tidur ( ) kursi
roda
b. Kebersihan diri
Dirumah :
o Mandi : 2x/hr
o Gosok gigi : 2x/hr
o Keramas : 4x/mgg
o Potong kuku : 1x/mgg
Rumah sakit :

o Mandi : 1x/hr
o Gosok gigi : 1x/hr
o Keramas : -x/mgg
o Potong kuku : 1x/mgg
c. Aktivitas sehari-hari
Sebelum masuk rumah sakit, pasien dapat melakukan berbagai kegiatan, seperti
sekolah dan bermain dengan teman. Setelah masuk rumah sakit, pasien tampak
baring di tempat tidur, berbicara dengan keluarga dan perawat, sambil sesekali
bermain handphone dan membaca koran.

d. Rekreasi
Sebelum masuk rumah sakit pasien sering bermain musik dan pergi bersama
keluarga dan teman-temannya.

e. Olahraga : ( √ ) tidak ( ) ya
Sebelum masuk rumah sakit, pasien aktif bermain basket. Setelah masuk rumah
sakit pasien tidak bisa bermain basket.

5. Pola istirahat-tidur
o Dirumah
Waktu tidur : siang 13.00 – 15.00
Malam 21.00 – 05.00
Jumlah jam tidur : 10 jam
o Dirumah sakit
Waktu tidur : siang 11.00 – 14.30
Malam 21.00 – 05.00
Jumlah tidur 10,5 jam
Masalah di RS : ( √ ) tidak ada ( ) terbangun dini ( ) mimpi buruk ( ) insomnia ( )
lainnya ( )
6. Pola kognitif-persepsi (sensori)
Berbicara : ( √ ) normal ( ) gagap ( ) bicara tak jelas

Bahasa sehari-hari : ( √ ) Indonesia ( √ ) Jawa ( ) lainnya,

Kemampuan membaca : ( √ ) bisa ( ) tidak

Tingkat ansietas :( )

ringan ( ) sedang ( ) berat ( ) panik

Kemampuan interaksi : ( √ ) sesuai ( ) tidak

Vertigo : ( √ ) tidak ( ) ya

Nyeri : ( ) tidak ( √ ) ya

Bila ya, P : Post EF transankle ec OF cruris dextra

Q : cekit-cekit

R : kaki bagian kanan (1/3 tulang fibula dan tibia)

S :4

T : pada saat digerakkan dan dirawat luka

7. Pola konsep diri


o SMRS : pasien aktif
o MRS : pasien sedikit kesusahan bergerak di kaki bagian kanan
8. Pola hubungan peran
Pekerjaan : pelajar

Hubungan dengan orang lain : pasien dapat membina hubungan yang baik dengan
orang lain

9. Pola seksual-reproduksi
Tidak terjadi
10. Pola penanganan masalah stres
o Masalah utama selama MRS (penyakit, biaya, perawatan diri)
Pasien mengatakan perawatan terhadap dirinya selama masuk rumah sakit dirawat
dengan baik dan pasien tidak khawatir terhadap biaya pengobatan.
o Kehilangan perubahan yang terjadi sebelumnya
Pasien tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya dan harus beristirahat
penuh di rumah sakit.
o Kemampuan adaptasi
Pasien mampu beradaptasi dengan baik dalam lingkungan rumah sakit dan
sekitarnya.
11. Pola keyakinan, nilai-nilai
Agama : islam

Pantangan agama : ( √ ) tidak ( ) ya

Meminta kunjungan rohaniawan : ( √ ) tidak ( ) ya

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


1. Kesan umum / keadaan umum : lemah/ composmentis
2. Tanda – tanda Vital
Suhu tubuh : 37° Nadi : 80x/mnt

TD : 90/70mmHg Respirasi : 20x/mnt

TB : 150cm

BB : SMRS 40kg MRS 40kg

3. Pemeriksaan kepala dan leher :


1) Kepala dan rambut
 Inspeksi : kulit kepala bersih, tidak ada luka, tidak ada benjolan.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada benjolan.
2) Mata
 Inspeksi : mata simetris, sklera putih, konjungtiva tidak anemis, tidak ada
peradangan, efek cahaya miosis mediasis.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada kelopak mata.
3) Hidung
 Inspeksi : simetris, tidak terdapat sekret, tidak ada lesi/luka
 Palpasi : tidak ada krepitasi, polip/fraktur diarea hidung.
4) Telinga
 Inspeksi : simetris, tidak ada luka/ benjolan, tidak ada cairan/kotoran
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
5) Mulut dan faring
 Inspeksi : tidak ada peradangan, tidak ada sariaan, bibir lembab, tidak
pecah-pecah, dan tidak pucat.
6) Leher
 Inspeksi : tidak tampak benjolan
 Palpasi : tidak ada benjolan dileher kanan atau kiri dan tidak ada nyeri
tekan maupun pembesaran kelenjar teroid.

4. Pemeriksaan Integumen ( kulit )


 Inspeksi : warna kulit sawo matang, tidak ada lesi, tidak ada jaringan parit (<
2detik).
 Palpasi : turgor kulit normal
 Inspeksi : warna kuku pink/ putih kemerahan, tidak ada lesi, kebersihan cukup
terjaga (kuku tidak panjang).
5. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
 Inspeksi : simetris, tidak ada lesi.
 Palpasi : tidak ada benjolan atau nyeri tekan.
6. Pemeriksaan Thoraks / dada
1) Thoraks
 Inspeksi : simetris, anterior dan posterior, tidak tampak benjolan/luka.
 Palpasi : taktil fremitus teraba sama kuatnya kiri dan kanan.
2) Paru
 Perkusi : sonor disemua lapang paru.
 Auskultasi : vesikuler
3) Jantung
 Perkusi : pekak
 Auskultasi : tidak ada suara tambahan.
7. Pemeriksaan Abdomen
1) Abdomen
 Inspeksi : bentuk flat/datar, Simetris, umbilikus normal tidak menonjol,
tidak terdapat ascites, tidak terdapat umbilical hernia, tidak terdapat kelainan
kulit, tidak terdapat caput medusae.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
 Auskultasi : bising usus normal
 Perkusi : suara tympani
2) Hepar
 Inspeksi : normal, sebagian permukaan hepar tertutupi coste.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
8. Pemeriksaan Kelamin dan daerah sekitarnya
1) Genetalia tidak terkaji
2) Anus dan perineum tidak terkji
9. Pemeriksaan Muskuloskeletal
 Inspeksi : terdapat edema pada daerah telapak kaki, terdapat kerusakan integritas
kulit pada daerah sekitar fraktur. Terdapat sedikit pus pada kaki kanan bagian
bawah. Darah terlihat terkadang mengucur.
 mPalpasi : terdapat nyeri tekan pada daerah sekitar luka dan fraktur.
 Move : pasien tampak tidak berani menggerakkan kaki kanannya karena nyeri
pergerakan terbatas hanya pada tubuh, ekstremitas atas, dan kaki kiri. Pasien tampak
hanya bergeser dari tempat tidur.
10. Pemeriksaan Neurologi
1) Tingkat kesadaran ( Secara Kumulatif ) composmentis, GCS : E=4, V=5, M=6
kuantitatif.
a. Nervus Olfaktorius : Klien mampu membedakan berbagai jenis aroma
dengan normal.
b. Nervus Optikus : Penglihatan klien normal
c. Nervus Okulomotorus : Klien dapat menggerakan bola mata ke kanan
dan ke kiri, ke atas dan ke bawah, semi vertical dan semi horizontal .
d. Nervus Troklearis : Klien dapat munggerakan bola mata secara
berputar .
e. Nervus Trigeminus :Kulit kepala dan kelopak mata atas dapat
digerakan dengan normal.
f. Nervus Abdusens : Klien dapat menggoyangkan bagian sisi mata .
g. Nervus Fasialis : Klien tidak dapat menggerakkan lidah dan tidak
tersenyum.
h. Nervus Auditorius : Pendengaran klien baik .
i. Nervus Glasofaringeus : Klien masih dapat merasakan rasa makanan
dengan baik
j. Nervus Vagus : Gerakan faring , laring tidak ada masalah .
k. Nervus Asesorius : Klien dapat memutarkan lehernya ke kanan dan
ke kiri .
l. Nervus Hipoglosus : Gerakan lidah tidak mengalami masalah dan
klien bisa merasakan rasa makanan .

IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan medis :
1. Laboratorium
o Ke-1
WBC 11 103/Ul (N: 4-10 103/uL )

HGB 9,6 g/Dl (N: 11-16 g/dL)


HCT 31,9 % (N: 37-54%)

o Ke-2
BUN 9 mg/Dl (N: 10-24 mg/dL)

Creatinin 0,7 103/Ul (N: 0,5-1,5/uL)

2. Photo
Lokasi fraktur pada tibia fibula 1/3 proximal + tibia 1/3 tengah + ancle bagian dextra

X. PENATALAKSANAAN DAN TERAPI


1. Diit TKTP extra putih telur
2. Inj Amikasin 1 x 500 mg IV (16.00)
3. Inj Methylcobalt 3 x 1 amp IV (04.00, 12.00, 16.00)
4. Inj pamol 3 x 1 gr drip K/p (04.00, 12.00, 16.00)
5. Inj ceftazidime 3 x 1 gr IV (04.00, 12.00, 16.00)
XI. ANALISA DATA
Nama px : AN. A
Diagnosa : cf cruris
No. Rm : 45 40 79

No. Data penunjang Kemungkinan Masalah


penyebab
1. Ds : Trauma tidak langsung Nyeri akut
Px mengatakan nyeri pada kaki
bagian kanan Fraktur
Do :
 k/u lemah Pergeseran frakmen
 kesadaran composmentis tulang

 px tampak meringis
 gelisah Nyeri akut

 frekuensi nadi meningkat


 sulit tidur
 TD meningkat
 Pola nafas berubah
 ttv
TD : 120/70mmHg
N : 90x/mnt
S : 37°C
RR : 21x/mnt
 P : Post EF transankle ec
OF cruris dextra
 Q : nyeri cekit-cekit
 R : pada bagian kaki
kanan (1/3 tulang fibula
dan tibia)
 S : skala 5
 T : pada saat digerakkan
dan rawat luka

2. Ds : Trauma tidak langsung Gangguan


terdapat edema pada daerah integritas
telapak kaki, terdapat kerusakan Fraktur kulit/
integritas kulit pada daerah jaringan
sekitar fraktur. Terdapat sedikit Diskontinuitas tulang
pus pada kaki kanan bagian
bawah. Laserasi kulit
Do :
 Kerusakan jaringan/ gangguan integritas
lapisan kulit kulit/ jaringan
 Nyeri
 Perdarahan
 ttv
TD : 120/70mmHg
N : 90x/mnt
S : 37°C
RR : 21x/mnt
3. Ds : Trauma tidak langsung Perfusi
terdapat edema pada daerah perifer tidak
telapak kaki. Darah terlihat Fraktur efektif
terkadang mengucur.
Do : Diskontinuitas tulang
 Turgor kulit menurun
 Warna kulit pucat Kerusakan frakmen

 Edema tulang

 Penyembuhan luka
lambat Tek. Ssm tlg > tinggi

 ttv dr
TD : 120/70mmHg
N : 90x/mnt Reaksi stres klien
S : 37°C
RR : 20x/mnt Melepaskan

Memobilisasi asam
lemak

Bergab dg trombosit

Penyumbatan
pembuluh darah

Perfusi perifer tidak


efektif
4. Ds : Trauma tidak langsung Hipovolemia
Px mengeluh haus, mengeluh
lemah Fraktur
Do :
 Frekuensi nadi Diskontinuitas tulang
meningkat
 Nadi teraba lemah Laserasi kulit
 Turgor kulit menurun
 Status mental berubah Putusnya vena/arteri

 ttv
Perdarahan
TD : 120/70mmHg
N : 90x/mnt
Kehilangan volume
S : 37°C
cairan
RR : 20x/mnt

Hipovolemia
5. Ds : Trauma tidak langsung Gangguan
Px mengeluh sulit mobilitas
menggerakkan ekstremitas. fisik
Nyeri saat bergerak Fraktur
Do :
 Kekuatan otot menurun Diskontinuitas tulang
 Rentang gerak
 Gerakan terbatas Perubahan jaringan
 Fisik lemah sekitar
 ttv
TD : 120/70mmHg Pergeseran fragmen
N : 90x/mnt tulang kapiler
S : 37°C
RR : 20x/mnt Deformitas

Gangguan mobilitas
fisik

XII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nama px : AN. A
Diagnosa : cf cruris
No. Rm : 45 40 79

No. Tgl Diagnosa kep Tgl Ttd


muncul teratasi
1 13 juli Nyeri akut b.d Pergeseran frakmen tulang
2 Gangguan integritas kulit/ jaringan b.d
2020
laserasi kulit
3 Perfusi perifer tidak efektif b.d penyumbatan
pembuluh darah
4 Hipovolemia b.d Kehilangan volume cairan
5 Gangguan mobilitas fisik b.d deformitas

XIII. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama px : AN. A
Diagnosa : cf cruris
No. Rm : 45 40 79

No Diagnosa Tujuan & kriteria Intervensi Rasional


. kep hasil
1 Nyeri akut Setelah diberi tindakan  Identifikasi  Dengan
b.d keperawatan selama lokasi, mengetahui lokasi,
Pergeseran 3x24jam diharapkan karakteristik, karakteristik,
frakmen nyeri px berkurang durasi, durasi, frekuensi,
tulang dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas
 Tingkat nyeri kualitas, nyeri diharapkan
berkurang intensitas nyeri berkurang
 Status nyeri  Menghilangkan
kenyamanan  Identifikasi nyeri dengan
menunjukkan skala nyeri mencegah
tindakan santai,  Identifikasi pergerakan yang
mampu faktor yang dapat
beradaptasi memperberat mengakibatkan
dalam dan pergeseran dan
aktimvitas/ tidur, memperingan kesalahan posisi
istirahat dengan nyeri tulang/ tegangan
tepat  Monitor jaringan yang
 Menunjukkan keberhasilan cedera.
penggunaan terapi  Dengan
ketrampilan komplemente mengidentifikasi
relaksasi dan r yang sudah faktor yang
aktivitas diberikan memperberat dan
terapeutik sesuai  Monitor efek memperingan
indikasi untuk samping nyeri dapat
situasi penggunaan mengetahui letak
individual. analgetik nyeri yang
 Berikan dirasakan
teknik non  Dengan memonitor
farmalogis keberhasilan terapi
 Fasilitasi komplementer
istirahat dan yang diberikan
tidur diharapkan pasien

 Edukasi dapat

penyebab, meningkatkan rasa

periode kontrol nyeri


pemicu nyeri,  Dengan tehnik non
dan strategi farmalogis
meredakan diharapkan nyeri
nyeri berkurang.
 Kolaborasi  Pemberian
dalam analgesik dapat
pemberian mengurangi rasa
analgetik jika nyeri.
perlu
2 Gangguan Setelah diberi tindakan  Anjurkan  Dengan memakai
integritas keperawatan selama pasien untuk pakaian yang
kulit/ 3x24jam diharapkan menggunaka longgar
jaringan b.d gangguan integritas n pakaian memperkecil
laserasi kulit kulit px berkurang yang longgar kemungkinan
dengan kriteria hasil :  Monitor kulit terjadinya luka
 Integritas kulit adanya pada kulit
yang baik dapat kemerahan  Mencegah resiko
dipertahankan  Monitor infeksi pada luka
(sensasi, status nutrisi Pemenuhan nutrisi
elastisitas, pasien yang baik
temperatur,  Anjurkan membantu peroses
hidrasi, istirahat penyembuhan luka
pigmentasi)  Jaga  Mencegah
 Perfusi jaringan kebersihan pergerakan luka
0baik luka  Kulit bersih dan
 Menunjukkan  Lakukan kering mencegah
terjadinya proses perawatan adanya kuman
penyembuhan luka dengan pada luka
luka steril  Mencegah resiko
 Observasi infeksi
luka lokasi,  Mengetahui hal-
dimensi, hal yang dapat
warna, menimbulkan
kedalaman. infeksi
3 Perfusi Setelah diberi tindakan  Lakukan  Dapat menilai
perifer tidak keperawatan selama penilaian komprehensif dari
efektif b.d 3x24jam diharapkan komprehensif sirkulasi perifer
penyumbata perfusi perifer px efektif dari sirkulasi  Mencegah ada atau
n pembuluh dengan kriteria hasil : perifer tidaknya edema
darah  Penyembuhan  Evaluasi perifer dan denyut
luka meningkat edema perifer nadi
 Edema perifer dan denyut  Diharapkan
Hemoglobin menurun nadi menurunkan
l  Nyeri  Merubah terjadinya trauma
ekstremitas posisi px tiap  Mengetahui status
menurun 2 jam jika cairan pasien
 Kelemahan otot perlu sudah terpenuhi
menurun  Monitor
status cairan,
termasuk
asupan dan
keluaran
4 Hipovolemi Setelah diberi tindakan  Memonitor  Mengetahui
a b.d keperawatan selama vital sign keadaan umum
Kehilangan 3x24jam diharapkan  Observasi klien
volume hipovolemia px tanda dan  Mengidentifikasi
cairan berkurang dengan gejala perubahan-
kriteria hasil : hipovolemia perubahan yang
 Status cairan  Monitor terjadi pada
meningkat intake dan keadaan umum
 Integritas kulit output cairan pasien terutama
dan jaringan  Hitung untuk mengetahui
meningkat kebutuhan adakah tanda-tanda
 Keseimbangan cairan syok hipovolemik
cairan  Berikan  Membantu dalam
meningkat asupan cairan mengenali
 Keseimbangan oral keseimbangan
elektrolit  Anjurkan cairan dan derajat
meningkat memperbany kekurangan cairan
 Tingkat ak asupan  Mengganti cairan
perdarahan cairan oral yang hilang
menurun  Kolaborasi  Membantu
 Status nutrisi dalam kebutuhan cairan
meningkat pemberian dalam tubuh.
cairan iv
isotonis dan
hipotonis
5 Gangguan Setelah diberi tindakan  Monitor vital  Mengetahui
mobilitas keperawatan selama sign sebelum/ keadaan umum
fisik b.d 3x24jam diharapkan sesudah klien
deformitas mobilitas fisik px latihan dan  Mempercepat
kembali normal dengan lihat respon penyembuhan
kriteria hasil pasien pasien
 Mobilitas fisik  Bantu px  Melatih
meningkat menggunaka  Sebagai support
 Keseimbangan n tongkat saat system agar pasien
meningkat berjalan semangat untuk
 Gerakan sendi  Beri alat segera pulih
meningkat bantu jika px
 Status nutrisi memerlukan
meningkat  Ajarkan px
 Toleransi bagaimana
aktivitas merubah
meningkat posisi dan
berikan
bantuan jika
perlu

XIV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Nama px : AN. An
Diagnosa : cf cruris
No. Rm : 45 40 79

No. Diagnosa kep Implementasi Ttd


1 Nyeri akut b.d  mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Pergeseran frakmen frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
tulang  mengidentifikasi skala nyeri
 mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
 Memonitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
 Memonitor efek samping penggunaan analgetik
 memberikan teknik non farmalogis
 memfaasilitasi istirahat dan tidur
 mengedukasi penyebab, periode pemicu nyeri,
dan strategi meredakan nyeri
 mengkolaborasikan dalam pemberian analgetik
jika perlu
2 Gangguan integritas  menganjurkan pasien untuk menggunakan
kulit/ jaringan b.d pakaian yang longgar
laserasi kulit  Memobilisasi pasien
 Memonitor kulit adanya kemerahan
 Memonitor status nutrisi pasien
 menjaga kebersihan luka
 melakukan perawatan luka dengan steril
 mengobservasi luka lokasi, dimensi, warna,
kedalaman.
3 Perfusi perifer tidak  melakukan penilaian komprehensif dari sirkulasi
efektif b.d perifer
penyumbatan  mengevaluasi edema perifer dan denyut nasi
pembuluh darah  merubah posisi px tiap 2 jam jika perlu
 Memonitor status cairan, termasuk asupan dan
keluaran
4 Hipovolemia b.d  mengobservasi tanda dan gejala hipovolemia
Kehilangan volume  Memonitor intake dan output cairan
cairan  menghitung kebutuhan cairan
 memberikan asupan cairan oral
 menganjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
 mengkolaborasi dalam pemberian cairan iv
isotonis dan hipotonis
5 Gangguan mobilitas  Memonitor vital sign sebelum/ sesudah latihan
fisik b.d deformitas dan lihat respon pasien
 membantu px menggunakan tongkat saat
berjalan
 memberi alat bantu jika px memerlukan
 mengajarkan px bagaimana merubah posisi dan
berikan bantuan jika perlu

ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mhs : Reni dwi damayanti

NIM : 0117060

Ruangan : muskulo skeletal No. Reg. : …………

Pengkajian tgl : 13 juli 2020 Jam …………………BBWI


II. IDENTITAS
c. Biodata pasien
Nama Pasien : An. A Tgl. MRS : 13 juli 2020

Umur : 15 Th Diagnosa Medis : f. cruris

Jenis Kelamin : laki-laki

Suku / Bangsa : jawa/indonesia

Agama : islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : pelajar

Alamat : jombang

d. Identitas penanggung jawab


Nama : Ny. B
Alamat : jombang
Pekerjaan : IRT
Hubungan : ibu kandung

XV. RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN


1. Keluhan utama : Nyeri pada kaki kanan
2. Riwayat keperawatan sekarang :
Pasien mengalami kecelakaan sepeda motor pada 11 juli 2020. Pasien mengalami luka
terbuka di kaki kanan, lalu pasien dibawa ke RSUD Sidoarjo untuk di operasi.
Dilakukan operasi pada kaki An A tepatnya pada bagian anterior crest. Pada saat
jdilakukan pengkajian pasien masih mengeluh nyeri pada kaki kanan kedalaman luka ±
8cm, nyeri cekit-cekit, skala nyeri 4, GCS E: 4, V: 5, M: 6. Td : 90/70 mmHg, RR :
21x/mnt, N : 90x/mnt.
3. Riwayat keperawatan yang lalu :

Pasien perah mengalami demam, batuk, namun tidak samapi dirawat di Rumah Sakit.

4. Riwayat kesehatan keluarga : Keluarga pasien tidak ada yang menderita asma, DM, dan
hipertensi
XVI. Susunan keluarga (genogram) :
Keterangan:

: Laki-laki.

: Perempuan

: Klien

: Meninggal

: Tinggal dalam satu rumah.

XVII. PENGKAJIAN PRIMER


1. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk
2. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit
dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
3. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi
jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin,
sianosis pada tahap lanjut

XVIII. PENGKAJIAN SEKUNDER


1. Aktivitas/istirahat
o Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
o Keterbatasan mobilitas
2. Sirkulasi
o Hipertensi (terkadang terlihat sebagai respon nyeri/ ansietas)
o Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah)
o Tachikardi
o Penurunan nadi pada bagian distal yang cidera
o Cailary refil melambat
o Pucat pada bagian yang terkena
o Masa hematoma pada sisi cidera
3. Neurosensory
o Kesemutan
o Deformitas, krepitasi, pemendekan
o kelemahan
4. kenyamanan
o nyeri tiba-tiba saat cidera
o spasme/ kram otot
5. keamanan
o laserasi kulit
o perdarahan
o perubahan warna
o pembengkakan lokal

XIX. Pola aktivitas sehari – hari (11 pola Gordon)


1. Pola persepsi kesehatan, pemeliharaan kesehatan
Pasien merasa sangat sedih karena tidak bisa menggerakkan kaki kanannya. Pasien
mengatakan ingin cepat sembuh.

2. Pola nutrisi dan metabolisme


 Pola makan
o Dirumah
Frekuensi : 3 x/hr
Jenis : nasi
Porsi : 11 sendok makanan
Pantangan : tidak ada
Makanan disukai : sup ayam
o Dirumah sakit
Frekuensi : 3 x/hr
Jenis : nasi
Porsi : 11 sendok makan
Diit khusus : diit TKTP extra putih telur
 Nafsu makan di RS : (√ ) normal ( ) bertambah ( ) berkurang ( ) mual ( )
muntah cc ( ) stomatitis.
 Kesulitan menelan : ( √ ) tidak ( ) ya
 Gigi palsu : ( √ ) tidak ( ) ya
 NG tube : ( √ ) tidak ( ) ya

 Pola minum
o Dirumah
Frekuensi : 7-8 gelas/hari
Jenis : air putih
Jumlah : ±2500 cc/ hari
Pantangan : tidak ada
Minuman disukai : tidak ada
o Dirumah sakit
Frekuensi : 7-8 gelas/hari
Jenis : air putih
Jumlah : ±2500 cc/ hari
3. Pola Eliminasi
 Buang air besar
o Dirumah
Frekuensi : 1x/hari
Konsistensi : lunak
Warna : kuning
o Dirumah sakit
Frekuensi : 1x/hari
Konsistensi : lunak
Warna : ( √ ) kuning
Masalah di RS : ( ) konstipasi ( ) diare ( ) inkontinen ( ) bercampur darah ( )
lainnya.
Colostomi : (√ ) tidak ( ) ya
 Buang air kecil
o Dirumah
Frekuensi : 5-6 x/hari
Konsistensi : cair
Warna : kuning jernih
o Dirumah sakit
Frekuensi : 5-6 x/hari
Konsistensi : cair
Warna :kuning jernih

Masalah di RS : ( ) disuria ( ) nokturia ( ) hematuria ( ) retensi ( ) inkontinen

Kolostomi : ( √ ) tidak ( ) ya, kateter ......... produksi : ........ cc/hr


4. Pola aktivitas-latihan
 Kemampuan perawatan diri
Aktivitas SMRS MRS
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
mandi √ √
Berpakaian/ berdan dan √ √

Eliminasi/ toileting √ √

Mobilitas ditempat √ √
tidur
Berpindah √ √

Berjalan √ √
Naik tangga √ √
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaan rumah
0 = mandiri

1 = alat bantu

2 = dibantu orang lain

3 = dibantu orang lain dan alat

4 = tergantung/ tidak mampu

Alat bantu : ( ) tidak ( ) kruk ( ) tongkat (√ ) pispot disamping tempat tidur ( ) kursi
roda.
 Kebersihan diri
Dirumah :
o Mandi : 2x/hr
o Gosok gigi : 2x/hr
o Keramas : 4x/mgg
o Potong kuku : 1x/mgg
Rumah sakit :

o Mandi : 1x/hr
o Gosok gigi : 1x/hr
o Keramas : -x/mgg
o Potong kuku : 1x/mgg
 Aktivitas sehari-hari
Sebelum masuk rumah sakit, pasien dapat melakukan berbagai kegiatan,
seperti sekolah dan bermain dengan teman. Setelah masuk rumah sakit,
pasien tampak baring di tempat tidur, berbicara dengan keluarga dan
perawat, sambil sesekali bermain handphone dan membaca koran.

 Rekreasi
Sebelum masuk rumah sakit pasien sering bermain musik dan pergi
bersama keluarga dan teman-temannya.

 Olahraga : ( √ ) tidak ( ) ya
Sebelum masuk rumah sakit, pasien aktif bermain basket. Setelah masuk
rumah sakit pasien tidak bisa bermain basket.

5. Pola istirahat-tidur
o Dirumah
Waktu tidur : siang 13.00 – 15.00
Malam 21.00 – 05.00
Jumlah jam tidur : 10 jam
o Dirumah sakit
Waktu tidur : siang 11.00 – 14.30
Malam 21.00 – 05.00
Jumlah tidur 10,5 jam
Masalah di RS : ( √ ) tidak ada ( ) terbangun dini ( ) mimpi buruk ( )
insomnia ( ) lainnya ( )

6. Pola kognitif-persepsi (sensori)


Berbicara : ( √ ) normal ( ) gagap ( ) bicara tak jelas

Bahasa sehari-hari : ( √ ) Indonesia ( √ ) Jawa ( ) lainnya,

Kemampuan membaca : ( √ ) bisa ( ) tidak

Tingkat ansietas :( )

ringan ( ) sedang ( ) berat ( ) panik

Kemampuan interaksi : ( √ ) sesuai ( ) tidak

Vertigo : ( √ ) tidak ( ) ya

Nyeri : ( ) tidak ( √ ) ya

Bila ya, P : Post EF transankle ec OF cruris dextra

Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk

R : kaki bagian kanan (1/3 tulang fibula dan tibia)

S :4

T : nyeri menetap

7. Pola konsep diri


o SMRS : pasien aktif
o MRS : pasien sedikit kesusahan bergerak di kaki bagian kanan
8. Pola hubungan peran
Pekerjaan : pelajar
Hubungan dengan orang lain : pasien dapat membina hubungan yang baik
dengan orang lain

9. Pola seksual-reproduksi
Tidak terjadi
10. Pola penanganan masalah stres
o Masalah utama selama MRS (penyakit, biaya, perawatan diri)
Pasien mengatakan perawatan terhadap dirinya selama masuk rumah sakit
dirawat dengan baik dan pasien tidak khawatir terhadap biaya pengobatan.
o Kehilangan perubahan yang terjadi sebelumnya
Pasien tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya dan harus
beristirahat penuh di rumah sakit.
o Kemampuan adaptasi
Pasien mampu beradaptasi dengan baik dalam lingkungan rumah sakit dan
sekitarnya.
11. Pola keyakinan, nilai-nilai
Agama : islam

Pantangan agama : ( √ ) tidak ( ) ya

Meminta kunjungan rohaniawan : ( √ ) tidak ( ) ya

XX. PEMERIKSAAN FISIK


1. Kesan umum / keadaan umum : lemah/ composmentis
2. Tanda – tanda Vital
Suhu tubuh : 37° Nadi : 90x/mnt

TD : 90/70mmHg Respirasi : 21x/mnt

TB : 150cm

BB : SMRS 40kg MRS 40kg

3. Pemeriksaan kepala dan leher :


1) Kepala dan rambut
 Inspeksi : kulit kepala bersih, tidak ada luka, tidak ada benjolan.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada benjolan.
2) Mata
 Inspeksi : mata simetris, sklera putih, konjungtiva tidak anemis,
tidak ada peradangan, efek cahaya miosis mediasis.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada kelopak mata.
3) Hidung
 Inspeksi : simetris, tidak terdapat sekret, tidak ada lesi/luka
 Palpasi : tidak ada krepitasi, polip/fraktur diarea hidung.
4) Telinga
 Inspeksi : simetris, tidak ada luka/ benjolan, tidak ada
cairan/kotoran
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
5) Mulut dan faring
 Inspeksi : tidak ada peradangan, tidak ada sariaan, bibir lembab,
tidak pecah-pecah, dan tidak pucat.
6) Leher
 Inspeksi : tidak tampak benjolan
 Palpasi : tidak ada benjolan dileher kanan atau kiri dan tidak
ada nyeri tekan maupun pembesaran kelenjar teroid.

4. Pemeriksaan Integumen ( kulit )


 Inspeksi : warna kulit sawo matang, tidak ada lesi, tidak ada jaringan
parit (< 2detik).
 Palpasi : turgor kulit normal
 Inspeksi : warna kuku pink/ putih kemerahan, tidak ada lesi, kebersihan
cukup terjaga (kuku tidak panjang).
5. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
 Inspeksi : simetris, tidak ada lesi.
 Palpasi : tidak ada benjolan atau nyeri tekan.
6. Pemeriksaan Thoraks / dada
b. Thoraks
 Inspeksi : simetris, anterior dan posterior, tidak tampak
benjolan/luka.
 Palpasi : taktil fremitus teraba sama kuatnya kiri dan kanan.
c. Paru
 Perkusi : sonor disemua lapang paru.
 Auskultasi : vesikuler
d. Jantung
 Perkusi : pekak
 Auskultasi : tidak ada suara tambahan.
7. Pemeriksaan Abdomen
1) Abdomen
 Inspeksi : bentuk flat/datar, Simetris, umbilikus normal tidak
menonjol, tidak terdapat ascites, tidak terdapat umbilical hernia, tidak
terdapat kelainan kulit, tidak terdapat caput medusae.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
 Auskultasi : bising usus normal
 Perkusi : suara tympani
2) Hepar
 Inspeksi : normal, sebagian permukaan hepar tertutupi coste.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
8. Pemeriksaan Kelamin dan daerah sekitarnya
1) Genetalia tidak terkaji
2) Anus dan perineum tidak terkji
9. Pemeriksaan Muskuloskeletal
 Inspeksi : terdapat edema pada daerah telapak kaki, terdapat kerusakan
integritas kulit pada daerah sekitar fraktur. Terdapat sedikit pus pada kaki
kanan bagian bawah. Darah terlihat terkadang mengucur.
 mPalpasi : terdapat nyeri tekan pada daerah sekitar luka dan fraktur.
 Move : pasien tampak tidak berani menggerakkan kaki kanannya
karena nyeri pergerakan terbatas hanya pada tubuh, ekstremitas atas, dan
kaki kiri. Pasien tampak hanya bergeser dari tempat tidur.
10.Pemeriksaan Neurologi
2) Tingkat kesadaran ( Secara Kumulatif ) composmentis, GCS : E=4, V=5,
M=6 kuantitatif.
a. Nervus Olfaktorius : Klien mampu membedakan berbagai
jenis aroma dengan normal.
b. Nervus Optikus : Penglihatan klien normal
c. Nervus Okulomotorus : Klien dapat menggerakan bola mata ke
kanan dan ke kiri, ke atas dan ke bawah, semi vertical dan semi
horizontal .
d. Nervus Troklearis : Klien dapat munggerakan bola mata
secara berputar .
e. Nervus Trigeminus :Kulit kepala dan kelopak mata atas
dapat digerakan dengan normal.
f. Nervus Abdusens : Klien dapat menggoyangkan bagian sisi
mata .
g. Nervus Fasialis : Klien tidak dapat menggerakkan lidah
dan tidak tersenyum.
h. Nervus Auditorius : Pendengaran klien baik .
i. Nervus Glasofaringeus : Klien masih dapat merasakan rasa
makanan dengan baik
j. Nervus Vagus : Gerakan faring , laring tidak ada
masalah .
k. Nervus Asesorius : Klien dapat memutarkan lehernya ke
kanan dan ke kiri.
l. Nervus Hipoglosus : Gerakan lidah tidak mengalami
masalah dan klien bisa merasakan rasa makanan .

XXI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan medis :
1. Laboratorium
o Ke-1
WBC 11 103/Ul (N: 4-10 103/uL )

HGB 9,6 g/Dl (N: 11-16 g/dL)

HCT 31,9 % (N: 37-54%)

o Ke-2
BUN 9 mg/Dl (N: 10-24 mg/dL)
Creatinin 0,7 103/Ul (N: 0,5-1,5/uL)

2. Photo
Lokasi fraktur pada tibia fibula 1/3 proximal + tibia 1/3 tengah + ancle
bagian dextra

XXII. PENATALAKSANAAN DAN TERAPI


1. Diit TKTP extra putih telur
2. Inj Amikasin 1 x 500 mg IV (16.00)
3. Inj Methylcobalt 3 x 1 amp IV (04.00, 12.00, 16.00)
4. Inj pamol 3 x 1 gr drip K/p (04.00, 12.00, 16.00)
5. Inj ceftazidime 3 x 1 gr IV (04.00, 12.00, 16.00)
XXIII. ANALISA DATA
Nama px : AN. A
Diagnosa : cf cruris
No. Rm : 45 40 79

No. Data penunjang Kemungkinan Masalah


penyebab
1. Ds : Trauma tidak langsung Nyeri akut
Px mengatakan nyeri pada kaki
bagian kanan post op Fraktur
Do :
 k/u lemah Pergeseran frakmen
 px tampak meringis tulang

 gelisah
 frekuensi nadi meningkat Tindakan pembedahan

 sulit tidur
Post op
 TD meningkat
 Pola nafas berubah
Agen pencedera fisik
 ttv
(prosedur operasi)
TD : 90/70mmHg
N : 80x/mnt
Nyeri akut
S : 37°C
RR : 21x/mnt
 P : nyeri akibat gejala
penyakit saat ini.
 Q : nyeri cekit-cekit
 R : pada bagian kaki kanan
(1/3 tulang fibula dan
tibia) tepatnya di anterior
crest
 S : skala 4
 T : nyeri menetap pada
saat digerakkan dan rawat
luka
2. Ds : Trauma tidak langsung Gangguan
Px mengatakan terdapat edema integritas
pada daerah kaki, terdapat Fraktur kulit/
kerusakan integritas kulit pada jaringan
daerah sekitar fraktur. Diskontinuitas tulang
Do :
 Panjang luka ± 10cm, Laserasi kulit
kedalaman ± 8cm
 Kerusakan jaringan/ gangguan integritas
lapisan kulit kulit/ jaringan
 Nyeri
 Perdarahan
 ttv
TD : 90/70mmHg
N : 80x/mnt
S : 37°C
RR : 21x/mnt
3. Ds : Trauma tidak langsung Gangguan
Px mengeluh sulit menggerakkan mobilitas
ekstremitas. Nyeri saat bergerak fisik
Do : Fraktur
 Kekuatan otot menurun
 Rentang gerak Diskontinuitas tulang

 Gerakan terbatas
 Fisik lemah Perubahan jaringan
sekitar
 ttv
TD : 90/70mmHg
Pergeseran fragmen
N : 90x/mnt
tulang kapiler
S : 37°C
RR : 20x/mnt
Deformitas
Gangguan mobilitas
fisik

XXIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nama px : AN. A
Diagnosa : cf cruris
No. Rm : 45 40 79

No. Tgl Diagnosa kep Tgl Ttd


muncul teratasi
1 Nyeri akut b.d Pergeseran frakmen tulang
2 Gangguan integritas kulit/ jaringan b.d
laserasi kulit
3 Gangguan mobilitas fisik b.d deformitas

XXV. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama px : AN. A
Diagnosa : cf cruris
No. Rm : 45 40 79

No Diagnosa Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional


. kep
1 Nyeri akut Setelah diberi tindakan  Identifikasi lokasi,  Dengan mengetahui
b.d keperawatan selama karakteristik, durasi, lokasi, karakteristik,
Pergeseran 1x24jam diharapkan frekuensi, kualitas, durasi, frekuensi,
frakmen nyeri px berkurang intensitas nyeri kualitas, intensitas
tulang dengan kriteria hasil : nyeri diharapkan
 Tingkat nyeri  Identifikasi skala nyeri berkurang
berkurang nyeri
- k/u composmentis  Menghilangkan nyeri
- px tidak gelisah  Identifikasi faktor dengan mencegah
- frekuensi nadi yang memperberat pergerakan yang
normal dan memperingan dapat mengakibatkan
- ttv normal nyeri pergeseran dan
 Status kesalahan posisi
kenyamanan  Monitor efek samping tulang/ tegangan
menunjukkan penggunaan analgetik jaringan yang cedera.
tindakan santai,
mampu  Fasilitasi istirahat dan  Dengan
beradaptasi dalam tidur mengidentifikasi
aktimvitas/ tidur, faktor yang
istirahat dengan memperberat dan
tepat memperingan nyeri
- Ttv normal S : dapat mengetahui
37°C, N : letak nyeri yang
60X/mnt, Td : dirasakan
110/70 mmHg .
 Mobilitas fisik  Pemberian analgesik
membaik. dapat mengurangi
- P : nyeri akibat rasa nyeri.
gejala penyakit
saat ini.  agar obat bekerja
- Q : nyeri cekit- secara efektif
cekit pada bagian
kaki kanan
berkurang
- R : pada bagian
kaki kanan (1/3
tulang fibula dan
tibia) tepatnya di
anterior crest
berkurang
- S : skala 2
- T : tidak nyeri
pada saat
digerakkan dan
rawat luka
2 Gangguan Setelah diberi  Anjurkan pasien  Dengan memakai
integritas tindakan keperawatan untuk menggunakan pakaian yang longgar
kulit/ selama 1x24jam pakaian yang longgar memperkecil
jaringan b.d diharapkan gangguan kemungkinan
laserasi kulit integritas kulit px  Monitor kulit adanya terjadinya luka pada
berkurang dengan kemerahan kulit
kriteria hasil :
 Integritas kulit  Monitor status nutrisi  Mencegah resiko
yang baik dapat pasien infeksi pada luka
dipertahankan
 Pemenuhan nutrisi
(sensasi,  Anjurkan istirahat
yang baik membantu
elastisitas,
peroses
temperatur,  Jaga kebersihan luka
penyembuhan luka
hidrasi,
pigmentasi)  Lakukan perawatan
 Mencegah
 Perfusi jaringan luka dengan steril
pergerakan luka
baik
 Menunjukkan  Observasi luka lokasi,
 Kulit bersih dan
terjadinya proses dimensi, warna,
kering mencegah
penyembuhan kedalaman.
adanya kuman pada
luka.
luka
 Ttv normal S :
37°C, N :
 Mencegah resiko
60X/mnt, Td :
infeksi mengetahui
110/70 mmHg
hal-hal yang dapat
menimbulkan infeksi
3 Gangguan Setelah diberi  Monitor vital sign  Mengetahui keadaan
mobilitas tindakan keperawatan sebelum/ sesudah umum klien
fisik b.d selama 1x24jam latihan dan lihat
deformitas diharapkan mobilitas respon pasien  Mempercepat
fisik px kembali penyembuhan pasien
normal dengan  Bantu px
kriteria hasil menggunakan tongkat  Sebagai support
 Kekuatan otot 5 saat berjalan system agar pasien
 Mudah bergerak semangat untuk
 Tidak gelisah  Ajarkan px segera pulih
 Mobilitas fisik bagaimana merubah
 Mempertahankan
meningkat posisi dan berikan
atau meningkatkan
 Keseimbangan bantuan jika perlu
fungsi sendi,
meningkat
 Merubah posisi kekuatan otot dan
 Gerakan sendi
dengan sering dengan stamina umum.
meningkat
jumlah personel
 Toleransi aktivitas  Menghilangkan
cukup.
meningkat tekanan pada
Demonstrasikan atau
 Pain assesment : jaringan dan
bantu teknik
- P : nyeri akibat meningkatkan
pemindahan dan
gejala penyakit sirkulasi..
penggunaan bantuan
saat ini.
mobilitas.
- Q : nyeri cekit-  -Menghindari cedera

cekit pada bagian akibat


 Berikan lingkungan
kaki kanan kecelakaan/jatuh.
yang aman, mis
berkurang
menaikkan kursi atau
- R : pada bagian
kloset, menggunakan
kaki kanan (1/3
pegangan tangga pada
tulang fibula dan
bak/pancuran dan
tibia) tepatnya di
toilet, penggunaan
anterior crest
alat bantu
berkurang
mobilitas/kursi roda
- S : skala 2
penyelamat.
- T : tidak nyeri
pada saat
digerakkan dan
rawat luka
 Ttv normal S : 37°C,
N : 60X/mnt, Td :
110/70 mmHg

XXVI. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Nama px : AN. An
Diagnosa : cf cruris
No. Rm : 45 40 79

No. Diagnosa kep Implementasi Evaluasi


1 Nyeri akut b.d  mengidentifikasi lokasi, 14 juli 2020
Pergeseran karakteristik, durasi, frekuensi, S : px mengatakan nyeri
frakmen tulang kualitas, intensitas nyeri pada kaki bagian kanan
menurun.
 mengidentifikasi skala nyeri O : nyeri masih cekit-cekit
 k/u lemah
 mengidentifikasi faktor yang  skala nyeri 3
memperberat dan memperingan  td : 90/80mmHg
nyeri  rr : 20x/mnt
 n : 60x/mnt
 Memonitor efek samping  s : 36,6°C
penggunaan analgetik P : nyeri akibat gejala
penyakit saat ini.
 memfasilitasi istirahat dan tidur Q : nyeri cekit-cekit
R : pada bagian kaki
kanan (1/3 tulang
fibula dan tibia)
tepatnya di anterior
crest
S : skala 4
T : nyeri menetap
pada saat digerakkan
dan rawat luka
A : nyeri akut, masalah
belum teratasi
P:
 lanjutkan intervensi
 mempertahankan
imobilisasi bagian
yang sakit dengan
tirah baring
 mengevaluasi skla
nyeri
 memberikan obat
analgesik jenis
santagesik
 lakukan dan awasi
latihan gerak pasif
 berikan alternatif
tindakan kenyamanan
2 Gangguan  menganjurkan pasien untuk 14 juli 2020
integritas kulit/ menggunakan pakaian yang S : Px mengatakan masih
jaringan b.d longgar terdapat edema pada daerah
laserasi kulit kaki, terdapat kerusakan
 Memonitor kulit adanya integritas kulit pada daerah
kemerahan sekitar fraktur

 Memonitor status nutrisi pasien O : terdapat edema pada


daerah telapak kaki, terdapat

 menganjurkan istirahat kerusakan integritas kulit


pada daerah sekitar fraktur.

 menjaga kebersihan luka Terdapat sedikit pus pada


kaki kanan bagian bawah.

 melaakukan perawatan luka  k/u lemah

dengan steril  skala nyeri 3


 td : 90/80mmHg

 mengobservasi luka lokasi,  rr : 20x/mnt


dimensi, warna, kedalaman.  n : 60x/mnt
 s : 36,6°C
P : nyeri akibat gejala
penyakit saat ini.
Q : nyeri cekit-cekit
R : pada bagian kaki
kanan (1/3 tulang
fibula dan tibia)
tepatnya di anterior
crest
S : skala 4
T : nyeri menetap
pada saat digerakkan
dan rawat luka.

A : masalah belum teratasi

P:
 intervensi dilanjutkan
 anjurkan px tetap
memakai pakaian
yang longgar
 pertahankan
mobilisasi px
 pantau status nutrisi
px
 lakukan perawatan
luka dengan steril

3 Gangguan  Memonitor vital sign sebelum/ 14 juli 2020
mobilitas fisik sesudah latihan dan lihat respon S : Px masih mengeluh sulit
b.d deformitas pasien menggerakkan ekstremitas.
Nyeri saat bergerak
 membantu px menggunakan
tongkat saat berjalan O : px terlihat kesulitan
menggerakkan ekstremitas.
 mengajarkan px bagaimana Nyeri saat bergerak
merubah posisi dan berikan  k/u lemah
bantuan jika perlu  skala nyeri 3
 td : 90/80mmHg
 mengubah posisi dengan sering  rr : 20x/mnt
dengan jumlah personel cukup.  n : 60x/mnt
Demonstrasikan atau bantu  s : 36,6°C
teknik pemindahan dan P : nyeri akibat gejala
penggunaan bantuan mobilitas. penyakit saat ini.
Q : nyeri cekit-cekit
 Berikan lingkungan yang aman, R : pada bagian kaki
mis menaikkan kursi atau kloset, kanan (1/3 tulang
menggunakan pegangan tangga fibula dan tibia)
pada bak/pancuran dan toilet, tepatnya di anterior
penggunaan alat bantu crest
mobilitas/kursi roda penyelamat. S : skala 4
T : nyeri menetap
pada saat digerakkan
dan rawat luka

A : masalah belum teratasi

P:
 intervensi dilanjutakn
 monitor vital sign
 bantu px saat
memerlukan bantuan
 ajarkan dan bantu px
merubah posisi

DAFTAR PUSTAKA
1. Andy Santosa Augustinus, (1994). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Jakarta :
Akademi Perawatan Sint Carolus.
2. Berman, M. E. (2010). Nursing care plans, guidelines for individualizing client care
acrossthe lift span . philadelphia. f A. Davis company
3. Brunner and Suddarth (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
4. Dougherty, L. & lister S. (2015). Manual of clinical nursing procedures. Uk : the
royal marsden NHS foundation trust.
5. Donna. D. Ignatavicius, Marylinn V.B. (1991). Medical Surgical Nursing. A Nursing
Proses Approach. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
6. John Luckman, RN. M.A. Karen C. Sorensen, R.N. M.N (1997). Medical Surgical
Nursing: A Psychophysiological Approach. Philadelphia, N.B.: Saunders Company.
7. Marilynn E. Doengoes, Mary F. Moorhouse (1994). Rencana Asuhan Keperawatan,
Edisi 3: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
8. Price, Sylvia A. (1994). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4.
Jakarta: EGC.
9. Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta.
EGC
10. Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC
11. Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8.
Vol 3. Jakarta. EGC
12. Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 .
Edisi 4. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai