Disusun Oleh :
Kelompok IV
Andre Fitri Santoso PO72201201634
Afrilya Sandova PO72201201633
Cici Nabila Musran PO72201201636
Silvia Anggraini Saputri PO72201201657
Sri Wahyuni PO72201201661
Tiara Cinta Trisna Ningtias PO72201201663
Kelas : 3A Keperawatan
Dosen Pembimbing :
Ns. Meisa Daniati, S.Kep., M.Kep
2.1.2 Patofisiologi
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma langsung,
trauma tidak langsung, dan kondisi patologis. Kemampuan otot mendukung
tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah
akan mengakibatkan perdarahan, maka volume darah menurun. COP
menurun maka terjadi perubahan fungsi jaringan. Hematoma akan
mengeksudasi plasma dan poliferasi akan menjadi edem local maka
penumpukan didalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai
serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain
itu dapat mengenai tulang tulang dan dapat terjadi neurovaskuler,
neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan
kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit..
(Sylvia dikutip dalam Saferi &Mariza, 2013).
Jejas yang ditimbulkan karena adanya fraktur menyebabkan rupturnya
pembuluh darah sekitar yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
Respon dini terhadap kehilangan darah adalah kompensasi tubuh, sebagai
contoh vasokontriksi progresif dari kulit, otot dan sirkulasi visceral. Karena
ada cedera, respon terhadap berkurangnya volume darah yang akut adalah
peningkatan detak jantung sebagai usaha untuk menjaga output jantung,
pelepasan katekolamin – katekolamin endogen meningkatkan tahanan
pembuluh perifer. Hal ini akan meningkatkan tekanan darah diastolic dan
mengurangi tekanan nadi (pulse pressure), tetapi hanya sedikit membantu
peningkatan perfusi organ. Hormon – hormon lain yang bersifat vasoaktif
juga dilepaskan kedalam sirkulasi sewaktu terjadi syok, termasuk histamin,
bradikinin beta-endorpin dan sejumlah besar prostanoid dan sitokin – sitokin
lain. Substansi ini berdampak besar pada mikro-sirkulasi dan permeabilitas
pembuluh darah. Pada syok perdarahan yang masih dini, mekanisme
kompensasi sedikit mengatur pengambilan darah (venous return) dengan cara
kontaksi volume darah didalam system vena sistemik. Bila syok
berkepanjangan dan penyampaian subtract untuk pembentukan adenosine
triphosphat tidak memadai, maka membrane sel tidak dapat lagi
mempertahankan integritasnya dan gradientnya elektrik normal hilang.
Pembengkakan reticulum endoplasmic merupakan tanda ultra structural
pertama dari hipoksia seluler setelah itu tidak lama lagiakan diikuti cedera
mitokondrial. Lisosom pecah dan melepaskan enzim yang mencernakan
struktur intra-seluler. Bila proses ini berjalan terus, terjadilah cedera seluler
yang progresif, penambahan edema jaringan dan kematian sel. Proses ini
memperberat dampak kehilangan darah dan hipoperfusi (Purwadinata dikutip
dalam Saferi & Mariza, 2013).
2.1.3 WOC
Fraktur
Perubahan Kerusakan
Spasme otot
Jaringan Sekitar frakmen tulang
Bergabung
Penurunan dengan trombosit
perfusi
jaringan
Emboli
Perpusi
(Sumber : Hariyanto & Sulistyowati, 2015) perifer tidak Menyumbat
efektif pembuluh darah
2.1.4 Manifestasi Klinis
Menurut Clevo & Margareth (2012) Manifestasi klinis pada fraktur antara
lain adalah :
1) Pada tulang traumatic dan cedera jaringan lunak biasanya disertai nyeri.
Setelah terjadi patah tulang terjadi spasme otot yang menambah rasa
nyeri. Pada fraktur stress, nyeri biasanya timbul pada saat aktifitas dan
hilang pada saat istirahat. Fraktur patologis mungkin tidak disertai
nyeri.
2) Nyeri, bengkak, dan nyeri tekan pada daerah fraktur (tenderness)
3) Deformitas : perubahan bentuk tulang
4) Mungkin tampak jelas posisi tulang dan ekstremitas yang tidak alami.
5) Pembengkakan disekitar fraktur akan menyebabkan proses peradangan.
6) Hilangnya fungsi anggota badan dan persendian terdekat.
7) Gerakan abnormal.
8) Dapat terjadi gangguan sensasi atau rasa kesemutan, yang
mengisyaratkan kerusakan syaraf. Denyut nadi dibagian distal fraktur
harus utuh dan setara dengan bagian nonfraktur. Hilangnya denyut nadi
sebelah distal mungkin mengisyaratkan syok kompartemen.
9) Krepitasi suara gemeretak akibat pergeseran ujung – ujung
patahan tulang satu sama lain.
2.1.5 Komplikasi
2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gawat darurat ( Brunner & Suddarth 2018) yaitu :
1) Terlebih dahulu perhatikan adanya airway, breathing, circulation,
disability, dan exposure.
2) Segera setelah cedera, imobilisasi bagian tubuh sebelum pasien
dipindahkan.
3) Pembidaian fraktur, termasuk sendi yang berada di dekat fraktur, untuk
mencegah pergerakan fragemen fraktur.
4) Imobilisasi tulang panjang ekstrimitas bawah dapat dilakukan dengan
mengikat kedua tungkai bersama-sama
5) Pada cedera ekstrimitas atas, lengan dapat dibebat kedada atau lengan
bawah yang cedera dapat digendong dengan mitela.
6) Kaji status neurovascular disisi distal area cedera sebelum dan setelah
pembebatan untuk menentukan keadekuatan perfusi jaringan perifer
dan fungsi saraf.
7) Tutupi luka fraktur terbuka dengan balutan steril untuk mencegah
kontaminasi jaringan yang lebih dalam.
Penatalaksanaan fraktur menurut (Muttaqin A, 2017) Fraktur trokanter dan
sub-trokanter femur, meliputi :
1) Pemasangan traksi tulang selama 6-7 minggu yang dilanjutkan dengan
gips pinggul selama 7 minggu merupakan alternative pelaksanaan pada
klien dengan usia muda.
2) Reduksi terbuka dan fiksasi interna merupakan pengobatan
Penatalaksanaan Fraktur diafisis femur, meliputi :
1) Terapi konservatif.
a. Traksi kulit merupakan pengoatan sementara sebelum dilakukan
terapi definitif untuk mengurangi spasme otot.
b. Traksi tulang berimbang dengan bagian Pearson pada sendi
tulang lutut. Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah
terjadi union fraktur secara klinis
2. Primary Survey
Menurut (Krisanty P, 2018) Setelah pasien sampai di Instalasi Gawat
Darurat (IGD) yang pertama kali harus dilakukan adalah mengamankan
dan mengaplikasikan prinsip Airway, Breathing, Circulation, Disabilit,,
Exposure (ABCDE).
a. Airway
Pada pengkajian Airway, Penilaian kelancaran airway pada klien
yang mengalami fraktur meliputi, pemeriksaan adanya obstruksi
jalan nafas atau fraktur di bagian wajah.Usaha untuk membebaskan
jalan nafas harus memproteksi tulang servikal karena itu tehnik Jaw
Thurst dapat digunakan pasien dengan gangguan kesadaran atau
GCS kurang dar 8 biasanya memerlukan pemasangan airway
definitif. ( Krisanty p, 2018)
b. Breating
Menurut (Rani, 2018) Pengkajian pada pernapasan dilakukan untuk
menilai kepatenan jalan napas dan keadekuatan pernapasan pada
pasien
1) Look
a) Lihat pengembangan dada
b) Retraksi intercostal
c) Penggunaan otot aksesoris pernapasan
2) Listen
a) Apakah terdengar suara napas
b) Bunyi napas (Ngorek, bersiul, megak dan lainlain)
c) Suara napas tambahan (ronchi, wheezing, rales, dll)
3) Feel
a) Apakah ada hembusan darah dari hidung
b) Frekuensi napas
c. Circulation
Pada pengkajian kegawatdaruratan pada pasien fraktur femur,
dilakukan penilaian terhadap fraktur ketika mengevaluasi sirkulasi
maka yang harus diperhatikan di sini adalah volume darah,
pendarahan, dan cardiac output. Pendarahan sering menjadi
permasalahan utama pada kasus patah tulang, terutama patah tulang
terbuka. Patah tulang femur dapat menyebabkan kehilangan darah
dalam paha 3 – 4 unit darah dan membuat syok kelas III.
Menghentikan pendarahan yang terbaik adalah menggunakan
penekanan langsung dan meninggikan lokasi atau ekstrimitas yang
mengalami pendarahan di atas level tubuh. Pemasangan bidai yang
baik dapat menurunkan pendarahan secara nyata dengan mengurangi
gerakan dan meningkatkan pengaruh tamponade otot sekitar
patahan. Pada patah tulang terbuka, penggunaan balut tekan steril
umumnya dapat menghentikan pendarahan. Penggantian cairan yang
agresif merupakan hal penting disamping usaha menghentikan
pendarahan. (Kristanty P, 2018)
d. Disability
Pada Pengkajian DIssability dilakukan pengkajian neurologi, untuk
mengetahui kondisi umum pasien dengan cepat mengecek tingkat
kesadaran pasien dan reaksi pupil pasien (Tutu, 2017).
Menjelang akhir survey primer maka dilakukan evaluasi singkat
terhadap keadaan neurologis. yang dinilai disini adalah tingkat
kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, tanda-tanda lateralisasi dan
tingkat cedera spinal.
e. Exposure
Pada pengkajian exposure, Pasien harus dibuka keseluruhan
pakaiannya, seiring dengan cara menggunting, guna memeriksa dan
evaluasi pasien. setelah pakaian dibuka, penting bahwa pasien
diselimuti agar pasien tidak hipotermia. pemeriksaan tambahan pada
pasien dengan trauma muskuloskeletal seperti fraktur adalah
imobilisasi patah tulang dan pemeriksaan radiologi (Paul, 2018)
3. Survey Sekunder
Bagian dari survey sekunder pada pasien cedera muskuloskeletal
adalah anamnesis dan pemeriksaan fisik. tujuan dari survey sekunder
adalah mencari cedera cedera lain yang mungkin terjadi pada pasien
sehingga tidak satupun terlewatkan dan tidak terobati.
Apabila pasien sadar dan dapat berbicara maka kita harus
mengambil riwayat AMPLE dari pasien, yaitu Allergies, Medication,
Past Medical History, Last Ate dan Event (kejadian atau mekanisme
kecelakaan). Mekanisme kecelakaan penting untuk ditanyakan untuk
mengetahui dan memperkirakan cedera apa yang dimiliki oleh pasien,
terutama jika kita masih curiga ada cedera yang belum diketahui saat
primary survey, Selain riwayat AMPLE, penting juga untuk mencari
informasi mengenai penanganan sebelum pasien sampai di rumah sakit.
Pada pemeriksaan fisik pasien, beberapa hal yang penting untuk
dievaluasi adalah (1) kulit yang melindungi pasien dari kehilangan cairan
dan infeksi, (2) fungsi neuromuskular (3) status sirkulasi, (4) integritas
ligamentum dan tulang. Cara pemeriksaannya dapat dilakukan dengan
Look, Feel, Move. Pada Look, kita menilai warna dan perfusi, luka,
deformitas, pembengkakan, dan memar. Penilaian inspeksi dalam tubuh
perlu dilakukan untuk menemukan pendarahan eksternal aktif, begitu
pula dengan bagian punggung. Bagian distal tubuh yang pucat dan tanpa
pulsasi menandakan adanya gangguan vaskularisasi. Ekstremitas yang
bengkak pada daerah yang berotot menunjukkan adanya crush injury
dengan ancaman sindroma kompartemen. Pada pemeriksaan Feel, kita
menggunakan palpasi untuk memeriksa daerah nyeri tekan, fungsi
neurologi, dan krepitasi. Pada periksaan Move kita memeriksa Range of
Motion dan gerakan abnormal.
Pemeriksaan sirkulasi dilakukan dengan cara meraba pulsasi bagian
distal dari fraktur dan juga memeriksa capillary refill pada ujung jari
kemudian membandingkan sisi yang sakit dengan sisi yang sehat. Jika
hipotensi mempersulit pemeriksaan pulsasi, dapat digunakan alat
Doppler yang dapat mendeteksi aliran darah di ekstremitas.
Pada pasien dengan hemodinamik yang normal, perbedaan besarnya
denyut nadi, dingin, pucat, parestesi dan adanya gangguan motorik
menunjukkan trauma arteri. Selain itu hematoma yang membesar atau
pendarahan yang memancar dari luka terbuka menunjukkan adanya
trauma arterial.
Pemeriksaan neurologi juga penting untuk dilakukan mengingat
cedera muskuloskeletal juga dapat menyebabkan cedera serabut syaraf
dan iskemia sel syaraf. Pemeriksaan fungsi syaraf memerlukan kerja
sama pasien. Setiap syaraf perifer yang besar fungsi motoris dan
sensorisnya perlu diperiksa secara sistematik.
4. Keluhan Utama
Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lama serangan.
gunakan:
presitasi nyeri.
3) Region : Apakah rasaa sakit bias reda, apakah rasa sakit menjalar
Edukasi
• Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
• Jelaskan strategi
meredakan nyeri
• Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
• Anjurkan menggunakan
analgesic secara tepat
• Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Teraupetik:
- Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu
- Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk di
tempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
Edukasi
- Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. lotion,
serum)
- Anjurkan minum air yang
cukup
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
- Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrim
- Anjurkan menggunakan
tabir surya SPF minimal 30
saat berada di luar rumah
- Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya.
Definisi:
dengan -
Penurunan sirkulasi darah perifer meningkat Periksa sirkulasi perifer
pada level kapiler yang kriteria hasil: (mis. nadi perifer, edema,
2.2.4 Implementasi
2.2.5 Evaluasi