Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN MASALAH


FRAKTUR
DI RUANG ANGGREK RSUD KOTA BANJAR

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Belajar Klinik


Program Studi D3 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Ciamis

Disusun oleh:
ROSALINDA DIANA ADAWIYYAH
NIM. 2101277025

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
Jl. Ahmad Dahlan No. 20 Tlp. 0265-773052 Fax. 0265-771931 Ciamis
46216, Website : stikesmucis.ac.id

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Fraktur


1. Pengertian
Fraktur adalah salah satu masalah kesehatan dengan angka kejadian tinggi yang
salah satu penanganannya dilakukan tindakan operatif (Fathur Rozi et al., 2021).
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik
yang bersifat total maupun sebagian (Andri et al., 2019).
2. Etiologi
a. Predisposisi
Menurut Aditya Asrizal (2014) ada beberapa faktor penyebab fraktur
diantaranya:
1) Trauma langsung
Benturan pada tulang, biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring
dimana daerah trokhater mayor langsung terbentur dengan benda keras
(jalanan)
2) Trauma tidak langsung
Titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di
kamar mandi
3) Trauma ringan
Yaitu keadaan yang dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah
rapuh atau underlying deases atau fraktur patologis
b. Presipitasi
1) Tumor tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali
2) Infeksi seperti ostemielitis dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau
dapat timbul salah satu proses yang progresif
3) Rakhitis
Secara spontan disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus

3. Klasifikasi
a. Berdasarka hubungan dengan dunia luar:
Menurut pendapat Rahmawati et al., (2018) ada 2 macam fraktur yang
berdasarkan dengan dunia luar adalah:
1) Fraktur terbuka
Yaitu patah tulang yang menembus kulit dan memungkinkan adanya
hubungan dengan dunia luar serta menjadikan fraktur terbuka sangat
berpotensi menjadi infeksi
2) Fraktur tertutup
Yaitu patah tulang yang tidak mengakibatkan robeknya kulit sehingga tidak
ada kontak dengan dunia luar.
b. Berdasarkan jenis fraktur metacarpal
Menurut Chou et al (2016) sebagai berikut:
1) Baseball finger (mallet finger) : fraktur ujung jari yang dalam keadaan tiba-
tiba fleksi pada sendi interfalang karena trauma.
2) Boxer fracture (street fighter’s fracture) : fraktur kolum metacarpal V terjadi
karena tidak tahan terhadap trauma langsung ketika tangan mengepal.
3) Fraktur bennet : fraktur dislokasi basis metacarpal I
4. Manifestasi Klinis
Menurut Indrawan & Hikmawati (2021) ada beberapa gejala yang timbul pada
penyakit ini diantaranya:
a. Nyeri terus menerus akan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi.
b. Hilangnya fungsi tulang
c. Deformitas atau perubahan bentuk
d. Pemendekan ekstremitas
e. Krepitus
f. Pembengkakan lokal
g. Perubahan warna
5. Patofisiologi
Keparahan bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur. Jika ambang
fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, kemungkinan tulang hanya retak saja
bukan patah. Sedangkan jika gayanya sangat ekstrem, seperti tabrakan mobil,
kemungkinan tulang dapat pecah berkeping keping. Saat terjadi fraktur, otot yang
melekat pada ujung tulang dapat terganggu. Otot akan mengalami spasme dan
menarik fragmen fraktur keluar posisi. Kelompok otot yang besar bisa menciptakan
spasme yang kuat bahkan mampu menggeser tulang besar seperti tulang femur.
Walaupun bagian proksimal dari tulang patah tetap pada tempatnya, namun bagian
distal dapat bergeser yang dikarenakan factor penyebab penyebab maupun spasme
pada otot-otot sekitar.
Selain itu, periosteum dan pembuluh darah yang terdapat di korteks serta
sumsum dari tulang yang patah juga terganggu sehingga dapat menyebabkan terjadi
cedera jaringan lunak. Terjadinya perdarahan diakibatkan oleh cedera jaringan
lunak atau cedera pada tulang sendiri. Pada saluran sumsum (medulla), hematoma
terjadi diantara fragmen-fragmen tulang dan dibawah periosteum. Jaringan
disekitar tulang lokasi fraktur akan mati dan menciptakan respon peradangan hebat
sehingga akan terjadi vasodilatasi, edema, nyeri, kehilangan fungsi, eksudasi
plasma dan leukosit (Bare, 2013).
Predisposisi Presipitasi
• Trauma langsung • Tumor tulang
• Trauma tidak • Infeksi seperti ostemielitis
6. Pathway langsung • Rachitis
• Kondisi patologois • Stress tulang secara terus-menerus

FRAKTUR

Terbuka Tertutup Post Op

Kerusakan Laserasi Pelepasan Deformitas Perubahan fungsi Efek


pembauluh darah jaringan mediator nyeri tubuh yang anastesi
terkena fraktur
Kekuatan otot
Darah keluar Terkontaminasi menurun
Ditangkap Penurunan
berlebihan udara luar Perubahan
reseptor nyeri peristaltic
perifer psikologis usus
Keterbatasan
Hb turun pergerakan
Risiko Impuls ke Kembung
Infeksi otak Ansietas
Anemia Aktivitas
terganggu
Luka
Nausea Mual muntah,
Presepsi
nafsu makan
nyeri
berkurang
Perfusi Perifer Gangguan Intoleransi
Tidak Efektif Integritas Aktivitas
Kulit
Nyeri Akut
Gangguan Deficit Defisit
Mobilitas Perawatan Nutrisi
Risiko Diri
Fisik
ketidakseimbangan
Cairan
Lemah, Keletihan
lesu
Menurunnya Perasaan Gangguan Rasa
kadar oksigen tidak nyaman Nyaman
dalam darah

Istirahat tidur
Sesak nafas terganggu

Gangguan
Pola Napas
Pola Tidur
Tidak Efektif
7. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Aryana (2017) ada beberapa pemeriksaan penunjang diantaranya:
a. Pemeriksaan rontgen
b. Menentukan lokasi, luas fraktur, trauma
c. Scan tulang, scan CT/MRI
d. Arteriogram
e. Hitung darah lengkap, hemokonsentrasi mungkin meningkat atau menurun pada
perdarahan selain itu peningkatan leukosit mungkin terjadi sebagai respon
terhadap peradangan.
8. Penatalaksanaan
Menurut Rozi et al., (2021)
a. Terapi farmakologi
1) Penggunaan obat antibiotik seperti ceptriaxone
2) Penggunaan obat analgetik seperti paracetamol
b. Terapi non farmakologi
1) Penangan adalah proteksi saja tanpa reposisi atau imobilisasi, misalnya
menggunakan mitela.
2) Imobilisasi luar tanpa reposisi, biasanya dilakukan pada patah tulang
tungkai bawah tanpa dislokasi.
3) Reposisi dengan cara manipulasi yang diikuti dengan imobilisasi, biasanya
dilakukan pada patah tulang radius distal.
4) Reposisi dengan traksi secara terus-menerus selama masa tertentu
9. Komplikasi
Menurut Andri et al., (2020) Fraktur dapat menyebabkan komplikasi,
morbiditas yang lama dan juga kecacatan apabila tidak mendapatkan penanganan
yang baik. komplikasi tersebut antara lain:
a. Syok, dapat berakibat fatal dalam beberapa jam setelah edema
b. Emboli lemak, dapat terjadi 24-72 jam
c. Sindrom kompartemen, perfusi jaringan dalam otot kurang dari kebutuhan
d. Infeksi dan trombo emboli
e. Koagulopati intravskular diseminata
f. Mal-union/ non union
Malunion adalah tulang tersambung namun dengan posisi yang tidak
tepat dari bentuk awal, seringkali terlihat menjadi bengkok,tidak simetris, lebih
panjang pendek, terdapat benjolan, fungsinya tida dapat kembali normal. Non
union, yaitu tulang tidak tersambung kembali (Pratama Putra & Novialdi,
2022).
g. Nekrosis avaskular tulang
Kondisi tulang degeneratif yang ditandai dengan kematian jaringan tulang
akibat kurangnya pasokan darah sehingga menyebabkan kerusakan tulang,
bahkan kehancuran tulang (Syahriani et al., 2023).
h. Reaksi terhadap alat fiksasi interna

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1) Pengumpulan Data Awal
Identitas klien Terdiri dari nama, no.rekam medis, tanggal lahir, umur,
agama, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk,
diagnosa medis dan nama identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur,
hubungan dengan pasien, pekerjaan dan alamat.
2) Pengumpulan Data
a) Keluhan utama : nyeri dada dan perasaan sulit bernapas
b) Riwayat kesehatan sekarang
• Faktor pencetus yang paling sering menyebabkan angina adalah
kegiatan fisik, emosi yang berlebihan atau setelah makan.
• Nyeri dapat timbul mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan
aktivitas).
• Kualitas nyeri: sakit dada dirasakan di daerah midsternal dada anterior,
substernal prekordial, rasa nyeri tidak jelas tetapi banyak yang
menggambarkan sakitnya seperti ditusuk-tusuk, dibakar ataupun
ditimpa benda berat/tertekan.
• Penjalaran rasa nyeri rahang, leher dan lengan dan jari tangan kiri,
lokasinya tidak tentu seperti epigastrium, siku rahang, abdomen,
punggung dan leher,
• Gejala dan tanda yang menyertai rasa sakit seperti: mual, muntah
keringat dingin, berdebar-debar, dan sesak nafas.
• Waktu atau lamanya nyeri: pada angina tidak melebihi 30 menit dan
umumnya masih respon dengan pemberian obat-obatan anti angina,
sedangkan pada infark rasa sakit lebih 30 menit tidak hilang dengan
pemberian obat-obatan anti angina, biasanya akan hilang dengan
pemberian analgesic.
c) Riwayat kesehatan dahulu
• Riwayat serangan jantung sebelumnya
• Riwayat penyakit pernafasan kronis
• Riwayat penyakit hipertensi, DM dan ginjal
• Riwayat perokok
• Diet rutin dengan tinggi lemak
d) Riwayat kesehatan keluarga Adanya riwayat keluarga penyakit jantung,
DM, hipertensi, stroke dan penyakit pernafasan (asma).
3) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi (dilihat), palpasi (diraba),
perkusi (diketuk) dan auskultasi (didengarkan) pada sistem-sistem yang akan
diperiksa diantaranya:
a) Sistem Pernafasan
Adanya gejala dispneu, batuk dengan/tanpa riwayat merokok, penyakit
pernafasan kronis, pola nafas peningkatan frekuensi pernafasan, sesak
nafas, terdapat bunyi crackle atau mengi, sputum bersih atau berwarna
merah muda
b) Sistem Kardiovaskuler
Tekanan darah normal, naik/turun, perubahan di catat dari posisi tidur
hingga duduk atau berdiri. Nadi normal, takikardi/bradikardi, nadi perifer
teraba lemah, disritmia mungkin terjadi. Bunyi jantung S3/S4 mungkin
menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilitas atau keluhan
ventrikel. Bunyi jantung tambahan murmur, terdapat edema ekstremitas,
wajah tampak pucat/sianosis, membrane mukosa kering. Irama jantung
regular/irregular.
c) Sistem Saraf
Kesadaran biasanya compos mentis, adanya wajah meringis, perubahan
postur tubuh, merintih, dan menggeliat, kelemahan, pusing .
d) Sistem Perkemihan
Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan asupan cairan,
pemantauan adanya oliguria
e) Sistem Pencernaan
Kaji adanya nyeri yang memberikan respon mual/muntah, nafsu makan
menurun, turgor kulit menurun, perubahan berat badan, kaji pola makan
apakah sebelumnya terdapat peningkatan konsumsi garam/lemak.
Penurunan peristaltic usus.
f) Sistem Integumen
Kesulitan melakukan perawatan diri, kelemahan, tidak dapat tidur,
jadwal olah raga tidak teratur, dispneu pada saat istirahat/aktivitas
4) Pengkajian Psikososial
Perubahan integritas ego terjadi bila klien menyangkal, takut mati,
perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan yang tak perlu,
kuatir tentang kelurga, pekerjaan, dan keuangan. Gejala perubahn integritas ego
yang dapat dikaji dalah klien menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak
mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, dan fokus pada diri sendiri.
Perubahan integritas sosial yang dialami klien terjadi Karena stres yang
dialami klien dari berbagai aspek seperti keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya
ekonomi, atau kesulitan koping dengan stresor yang ada.
2. Diagnosa
Diagnosa Keperawatan merupakan keputusan klinik dari respon individu, keluarga
dan masyarakat terhadap kesehatannya baik secara actual atau potensial, yang dapat
dilihat dari pendidikan dan pengalamannya perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara tepat untuk mencegah,
menjaga, menurunkan, membatasi serta merubah status kesehatan klien.
Berdasarkan analisis data yang didapat untuk dijadikan diagnosa keperawatan
menggunakan klasifikasi Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) PPNI
Indonesia 2016 edisi 1 cetakan III revisi, maka dari itu akan teridentifikasi diagnosa
keperawatan yang muncul (PPNI, 2016a).
Diagnosa yang ungkin muncul pada klien dengan Anemia antara lain sebagai
berikut :
Tabel 1. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan SDKI


1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan D.0009
penurunan konsentrasi hemoglobin
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan D.0054
kerusakakan integritas struktur tulang
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera D.0077
fisiologis
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan D.0056
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan D.0109
gangguan mukuloskeletal
6. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kurang D.0074
pengendalian situasional
7. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan D.00129
Faktor mekanis (mis. penekanan pada tonjolan
tulang,gesekan)
8. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan D.0005
hambatan upaya napas
9. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional D.0080
10. Defisit nutrisi berhubungan dengan D.0019
ketidakmampuan menelan makanan
11. Nausea berhubungan dengan mual muntah D.0076
12. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan D.0055
lingkungan
13. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis D.0057
14. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan D.0036
dengan penurunan cairan dalam tubuh
15. Resiko infeksi berhubungan dengan D.0142
ketidakadekuatan pertahanan tubuh

3. Intervensi
Perencanan merupakan petunjuk tertulis yang mencermikan secara tepat
mengenai tindakan yang akan diberikan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya
berdasarkan diagnosa keperawatan. Perencanaan dapat memberikan kesempatan
kepada perawat, klien, keluarga dan orang terdekat untuk merumuskan rencana
tindakan keperawatan yang tepat untuk menangani masalah kesehatan yang
dihadapi klien. Intervensi yang diberikan diambil dalam Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) PPNI edisi I cetakan II tahun 2016 (PPNI, 2016)
Tabel 2. Diagnosa, Luaran dan Intervensi
No Dx. Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

1. Perfusi perifer tidak Perfusi perifer (L.02011) Perawatan Sirkulasi (I.02079)


efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi:
dengan penurunan keperawatan 3x24 jam ▪ Periksa sirkulasi perifer
konsentrasi diharapkan perfusi perifer ▪ Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
hemoglobin meningkat, dengan kriteria ▪ Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada
(D.0009) hasil: ekstremitas
• Warna kulit pucat Terapeutik
menurun
▪ Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area
• Edema perifer menurun
keterbatasan perfusi
• Kelemahan otot
▪ Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas
menurun
dengan keterbatasan perfusi
• Pengisian kapiler
membaik ▪ Hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area
• Akral membaik yang cedera
• Turgor kulit membaik ▪ Lakukan pencegahan infeksi
▪ Lakukan hidrasi
Edukasi
▪ Anjurkan berhenti merokok
▪ Anjurkan berolahraga rutin
▪ Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun kolestrol, jika perlu
▪ Anjurkan untuk melakukan perawatan kulit yang tepat
▪ Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
▪ Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus
dilaporkan
2. Gangguan mobilitas Mobilitas Fisik Dukungan mobilisasi
fisik berhubungan Setelah dilakukan Tindakan Observasi:
dengan keterbatasan keperawatan selama 3x24 ▪ Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Gerakan fisik jam diharapkan mobilisasi ▪ Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
(D.0054) fisik meningkat dengan ▪ Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
kriteria hasil: memulai mobilisasi
• Pergerakan ekstremitas ▪ Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
meningkat
Terapeutik:
• Kekuatan otot
▪ Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
meningkat
▪ Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
• Nyeri menurun ▪ Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
• Kaku sendi menurun meningkatkan pergerakan
• Gerakan terbatas Edukasi
menurun ▪ Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
▪ Anjurkan melakukan mobilisasi dini
▪ Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
(mis. Duduk di tempat tidur)

3. Nyeri akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri


berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi:
agen pencedera keperawatan 3x24 jam ▪ Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
fisiologis diharapkan tingkat nyeri kualitas, intensitas nyeri
(D.0077) menurun, dengan kriteria ▪ Identifikasi skala nyeri
hasil : ▪ Identifikasi respons nyeri non verbal
• Frekuensi nadi ▪ Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
membaik
nyeri
• Pola napas membaik
▪ Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
• Keluhan nyeri menurun
▪ Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
• Meringis menurun
▪ Monitor efek samping penggunaan analgetik
• Gelisah menurun
• Kesulitan tidur Terapeutik:
menurun ▪ Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa
nyeri
▪ Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
▪ Fasilitasi istirahat dan tidur
▪ Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
▪ Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
▪ Jelaskan strategi meredakan nyeri
▪ Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
▪ Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

4. Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Manajemen Energi (I.05178)


berhubungan dengan (L.05047) Observasi:
kelemahan Setelah dilakukan tindakan ▪ Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
(D.0056) keperawatan 3x24 jam kelelahan
diharapkan toleransi aktivitas ▪ Monitor pola dan jam tidur
meningkat, dengan kriteria ▪ Monitor kelelahan fisik dan emosional
hasil: Edukasi
• Kemudahan dalam ▪ Anjurkan tirah baring
melakukan aktivitas ▪ Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
sehari-hari meningkat Terapeutik:
• Kekuatan tubuh bagian ▪ Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
atas dan bawah ▪ Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
meningkat ▪ Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
• Keluhan Lelah ▪ Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
menurun berpindah atau berjalan
• Dispnea saat aktivitas Kolaborasi
menurun
• Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan

5. Defisit perawatan diri Perawatan Diri Dukungan Perawatan Diri


berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi:
gangguan keperawatan 3x24 ▪ Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
mukuloskeletal jamdiharapkan perawatan ▪ Monitor tingkat kemandirian
(D.0109) diri meningkat, dengan ▪ Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
kriteria hasil: berpakaian, berhias, dan makan
• Kemampuan mandi Terapeutik:
meningkat
▪ Sediakan lingkungan yang teraupetik
• Kemampuan ▪ Siapkan keperluan pribadi
mengenakan pakaian ▪ Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai
meningkat
mandiri
• Kemampuan makan ▪ Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
meningkat ▪ Jadwalkan rutinitas perawatan diri
• Kemampuan ke toilet Edukasi
meningkat ▪ Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
• Verbalisasi keinginan sesuai kemampuan
melakukan perawatan
diri meningkat
• Mempertahankan
kebersihan mulut
meningkat

6. Gangguan rasa Status kenyamanan Terapi Relaksasi (I.09326)


nyaman berhubungan (L.08064) Observasi:
dengan kurang Setelah dilakukan tindakan ▪ Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
pengendalian keperawatan 3x24 jam berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu
situasional diharapkan status kemampuan kognitif
(D.0074) kenyamanan meningkat, ▪ Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
dengan kriteria hasil :
• Keluhan tidak nyaman ▪ Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah,
menurun dan suhu sebelum dan sesudah latihan
• Gelisah menurun Terapeutik
• Keluhan sulit tidur ▪ Ciptakan lingkungan tenang, dan tanpa gangguan dengan
menurun pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
• Lelah menurun ▪ Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur
• Postur tubuh membaik teknik relaksasi
▪ Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi
▪ Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang
tersedia(mis. Musik, meditasi, napas dalam, relaksasi otot
progresif)
▪ Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
▪ Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang
dipilih

7. Gangguan integritas Integritas Kulit dan Perawatan Integritas Kulit


kulit berhubungan Jaringan (L.141125) Observasi:
dengan perubahan Setelah dilakukan tindakan ▪ Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
sirkulasi keperawatan 3x24 jam Terapeutik:
(D.0129) diharapkan integritas kulit ▪ Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
dan jaringan meningkat, ▪ Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada
dengan kriteria hasil : kulit kering
• Elastisitas meningkat ▪ Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit
• Hidrasi meningkat Edukasi
• Kerusakan lapisan kulit ▪ Anjurkan menggunakan pelembab
menurun ▪ Anjurkan minum air yang cukup
• Prdarahan menurun ▪ Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
• Nyeri menurun ▪ Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
• Hematoma menurun ▪ Anjurkan mandi dan menggunkan sabun secukupnya

Perawatan Luka
Observasi:
▪ Monitor karakteristik luka
▪ Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik:
▪ Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
▪ Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
nontoksik
▪ Bersihkan jaringan nekrotik
▪ Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
▪ Pasang balutan sesuai jenis luka
▪ Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
Edukasi
▪ Jelaskan tanda dan gejala infeksi
▪ Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan
protein
Kolaborasi
▪ Kolaborasi prosedur debridement
▪ Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

8. Pola napas tidak Pola napas (L.01004) Pemantauan Respirasi (I.01014)


efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi:
dengan hambatan keperawatan 3x24 jam ▪ Monitor pola nafas, monitor saturasi oksigen
upaya napas inspirasi dan atau ekspirasi ▪ Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
(D.0005) yang tidak memberikan ▪ Monitor adanya sumbatan jalan nafas
ventilasi adekuat membaik, Terapeutik
dengan kriteria hasil
▪ Atur Interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
• Dispnea menurun
Edukasi
• Penggunaan otot bantu
▪ Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
napas menurun
• Frekuensi napas ▪ Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
membaik
• Kedalaman napas
membaik

9. Ansietas Tingkat ansietas (L.09093) Reduksi Ansietas (I.09314)


berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi:
krisis situasional keperawatan 3x24 jam ▪ Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
(D.0080) diharapkan tingkat ansietas ▪ Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
menurun, dengan kriteria ▪ Monitor tanda-tanda ansietas
hasi: Terapeutik:
• Perilaku gelisah ▪ Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan
menurun kepercayaan
• Vervalisasi ▪ Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
kebingungan menurun memungkinkan
• Verbalisasi ▪ Pahami situasi yang membuat ansietas
kekhawatiran yang ▪ Dengarkan dengan penuh perhatian
dihadapi menurun ▪ Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
• Perilaku tegang ▪ Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
menurun kecemasan
Edukasi
▪ Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
dialami
▪ Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
▪ Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
▪ Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
▪ Latih teknik relaksasi
10. Deficit nutrisi Status nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi:
ketidakmampuan keperawatan 3x24 jam status ▪ Identifikasi status nutrisi
menelan makanan nutrisi terpenuhi, dengan ▪ Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
(D.0019) kriteria hasil: ▪ Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
• Porsi makan yang ▪ Monitor asupan makanan
dihabiskan meningkat ▪ Monitor berat badan
• Berat badan atau IMT
Terapeutik:
meningkat
▪ Lakukan oral hygiene sebelum makan, Jika perlu
• Frekuensi makan
▪ Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
meningkat
▪ Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastric
• Nafsu makan
meningkat jika asupan oral dapat ditoleransi
• Persaan cepat kenyang Edukasi
membaik ▪ Anjurkan posisi duduk, jika mampu
▪ Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
▪ Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan

11. Nausea berhubungan Tingkat nausea Manajemen Mual (I.03117)


dengan mual muntah (L.08065) Observasi
(D.0076) Setelah dilakukan tindakan ▪ Identifikasi pengalaman mual
keperawatan 3x24 jam ▪ Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan (mis.bayi,
diharapkan tingkat nausea anak-anak, dan mereka yang tidak dapat berkomunikasi
menurun, dengan kriteria secara efektif)
hasil :
▪ Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup
• Nafsu makan
(mis,nafsu makan, aktivitas, kinerja, tanggung jawab
meningkat
peran, dan tidur)
• Keluhan mual menurun
▪ Identifikasi factor penyebab mual (mis.pengobatan dan
procedure)
• Perasaan ingin muntah ▪ Identifikasi antiemetic untuk mencegah mual (kecuali
menurun mual pada kehamilan)
• Perasaan asam dimulut ▪ Monitor mual (mis, frekuensi, durasi, dan tingkat
menurun keparahan)
• Sensasi panas menurun ▪ Monitor asupan nutrisi dan kalori
• Sensasi dimgin Terapeutik:
menurun ▪ Kendalikan factor lingkungan penyebab mual (mis.bau tak
• Frekuensi menelan sedap, suara, dan rangsangan visual yang tidak
menurun menyenangkan)
• Diaphoresis menurun ▪ Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual
• Jumlah saliva menurun (mis.kecemasan, ketakutan, kelelahan)
• Pucat membaik ▪ Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
• Takikardia membaik ▪ Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan
tidak berwarna, jika perlu
Edukasi
▪ Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
▪ Anjurkan sring membersihakn mulut, kecuali jika
merangsang mual
▪ Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendh lemak
▪ Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk
mengatasi mual (mis. Biofeedback, hypnosis, relaksasi,
terapi music, akupresur)
Kolaborasi
▪ Kolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu

Manajemen Muntah
Observasi
▪ Identifikasi karakteristik muntah (mis. Warna, konsistensi,
adanya darah, waktu, frekuensi dan durasi)
▪ Periksa volume muntah
▪ Identifikasi riwayat diet (mis,makanan yang disuka, tidak
disuka, dan budaya)
▪ Identifikasi factor penyebab muntah (mis.pengobatan dan
rosedure)
▪ Identifikasi kerusakan esophagus dan faring posterior jika
muntah terlalu lama
▪ Monitor efek manajemen muntah secara menyeluruh
▪ Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit
Terapeutik
▪ kontrol factor lingkungan penyebab muntah (mis.bau tak
sedap, suara dan stimulus visual yang tidak
menyenangkan)
▪ kurangi dan hilangkan keadaan penyebab muntah
(mis.kecemasan, ketakutan)
▪ atur posisi untuk mencegah aspirasi
▪ pertahankan kepatenan jalan napas
▪ bersihkan mulut dan hidung
▪ berikan dukungan fisik saat muntaj (mis.membantu
mambungkuk atau menundukkan kepala)
▪ berikan kenyamanan selama muntah (mis.kompres dingin
didahi atau sediakan pakaian kering dan bersih)
▪ berikan cairan yang tidak mengandung karbonasi minimal
30 m3nit setelah muntah
Edukasi
▪ anjurkan membawa kantong plastic untuk menampung
muntah
▪ anjurkan memperbanyak istirahat
▪ Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk
mengelola muntah
12. Gangguan pola tidur Pola tidur Dukungan Tidur (I.05174)
berhubungan dengan (L.05045) Observasi:
hambatan lingkungan Setelah dilakukan tindakan ▪ Identifikasi pola aktivitas dan tidur
(D.0055) keperawatan 3x24 jam ▪ Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau
diharapkan pola tidur psikologis)
membaik, dengan kriteria ▪ Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
hasil : (mis. kopi, teh, alkohol, makanan mendekati waktu tidur,
• Keluhan sulit tidur minum banyak air sebelum tidur)
menurun ▪ Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
• Keluhan sering terjaga Terapeutik:
menurun ▪ Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, kebisingan,
• Keluhan tidak puas suhu, matras, dan tempat tidur)
tidur menurun ▪ Batasi waktu tidur siang, jika perlu
• Keluhan pola tidur ▪ Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
berubah menurun ▪ Tetapkan jadwal tidur rutin
• Keluhan istirahat tidak ▪ Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
cukup menurun (mis. pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur)
▪ Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan
untuk menunjang siklus tidur-terjaga
Edukasi
▪ Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
▪ Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
▪ Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
▪ Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak
mengandung supresor terhadap tidur REM
▪ Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis. psikologis:gaya hidup, sering
berubah shift bekerja)
▪ Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
13. Keletihan Tingkat keletihan Edukasi Aktivitas/Istirahat (I.12362)
berhubungan dengan (L.05046) Observasi:
kondisi fisiologis Setelah dilakukan tindakan ▪ Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
(D.0057) keperawatan 3x24 jam Terapeutik
diharapkan tingkat keletihan ▪ Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan
membaik, dengan kriteria istirahat
hasil :
▪ Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai
• Verbalisasi kepulihan
kesepakatan
energi meningkat
▪ Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
• Kemampuan
melakukan aktivitas bertanya
rutin meningkat Edukasi
• Pola istirahat membaik ▪ Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik
• Pola napas membaik ▪ Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok
▪ Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
▪ Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas
sesuai kemampuan

14. Risiko Ketidakseimbangan Cairan Manajemen Cairan


ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Observasi:
cairan berhubungan keperawatan 3x24 jam ▪ Monitor status hidrasi
dengan penurunan diharapkan keseimbangan ▪ Monitor berat badan harian
cairan dalam tubuh cairan meningkat, dengan ▪ Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
(D.0036) kriteria hasil : ▪ Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
• Asupan cairan
▪ Monitor status dinamik
meningkat
Terapeutik:
• Haluaran urin
▪ Catat intake output dan hitung balance cairan
meningkat
▪ Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
• Edema menurun ▪ Berikan cairan intravena, jika perlu
• Asites menurun Kolaborasi
▪ Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
15. Resiko infeksi Tingkat Infeksi
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan
ketidakadekuatan keperawatan 3x24 jam
pertahanan tubuh glukosa derajat infeksi
(D.0142) menurun, dengan kriteria
hasil:
• Demam menurun
• Kemerahan menurun
• Nyeri menurun
• Bengkak menurun
• Kadar sel darah putih
membaik
4. Implementasi
Implementasi merupakan komponen keempat dari proses keperawatan setelah
merumuskan rencana asuhan keperawatan. Implementasi merupakan suatu bentuk
dari prilaku keperawatan yang sangat diperlukan untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan diberikan. Dalam
teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen
perencanaan dari proses keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan bentuk perbandingan yang terencana dan
sistematis antara hasil akhir yang diamati dengan tujuan atau kriteria hasil yang
sudah dibuat pada perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan yang
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Perumusan evaluasi keperawatan
meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data
berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data
(pembandingan data dengan teori), dan perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Aditya Asrizal, R. (2014). Closed Fracture 1/3 Middle Femur Dextra. Medula, 2(3).
Andri, J., Febriawati, H., Harsismanto, & Susmita, R. (2020). Nyeri Pada Pasien Post Op
Fraktur Ekstremitas Bawah Dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dan Ambulasi Dini. Journal
Of Telenursing (Joting), 2(1), 61–70.
Andri, J., Panzilion, & Sutrisno, T. (2019). Hubungan Antara Nyeri Fraktur Dengan Kualitas
Tidur Pasien Yang Di Rawat Inap. Jurnal Kesmas Asclepius, 1(1), 55–64.
Aryana, N. K. S. I. G. N. W. (N.D.). Karakteristik Fraktur Femur Proksimal Pada Geriatri Di
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Tahun.
Bare, S. &. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart, Edisi 8. In
Jakarta : Egc.
Chou, R., Gordon, D. B., Casasola, O. A., Rosenberg, J. M., Bickler, S., & Brennan, T. (2016).
Guidelines On The Management Of Postoperative Pain. The Journal Of Pain, 17(2), 131–
157.
Duhita, K., Gde Asmara, A. ., & Lanang Ngurah Agung Artha Wiguna, I. G. (2021). Gambaran
Karakteristik Pasien Fraktur Metakarpal Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar
Periode Januari 2018 - Juni 2019. Jurnal Medika Udayana, 10(3), 103–109.
Fathur Rozi, I., Tekwan, G., & Nugroho, H. (2021). Hubungan Usia Pasien, Jenis Fraktur Dan
Lokasi Fraktur Tulang Panjang Terhadap Lama Rawat Inap Pasca Bedah Di Rs Ortopedi
Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 3(5), 661–666.
Indrawan, R. D., & Hikmawati, S. N. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal Post Op Orif Hari Ke-1 Akibat Fraktur Femur Sinistra
1/3 Proximal Complate. Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(10), 1345–1359.
Ppni. (2016a). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Indikator Diagnostik.
In Edisi 1 Cetakan Iii (Revisi).
Ppni. (2016b). Standar Intervensi Keperwatan Indonesia: Definisi Dan Tindakan Keperawatan.
In Edisi I Cetakan Ii.
Pratama Putra, D., & Novialdi. (2022). Penatalaksanaan Malunion Pada Fraktur Tulang Hyoid.
Majalah Kedokteran Andalas, 45(2).
Rahmawati, R., Arif, M., & Yuliano, A. (2018). Pengaruh Pembidaian Terhadap Penurunan
Skala Nyeri Pada Pasien Fraktur Tertutup Di Ruangan Igd Rsud Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi Tahun 2018.
Syahriani, F., Andry Usman, M., & Fatma, N. (2023). A Case Of Avascular Necrosis Of The
Bilateral Caput Femoral In Female Patients With Systemic Lupus Erythematosus. Alami
Journal (Alauddin Islamic Medical Journal), 7(1).

Anda mungkin juga menyukai